DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat-Nya kami
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Produksi Sediaan Eliksir Paracetamol Yang
Baik”. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat pembelajaran dalam perkuliahan Teknologi
Sediaan Farmasi.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati kami menyampaikan rasa hormat dan
1. Ibu Prof. Dr. Apt. Teti Indrawati, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi
Sediaan
Farmasi; dan
2. Teman-teman yang membantu selama proses penyusunan makalah hingga selesai tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, untuk itu besar harapan kami agar makalah ini dapat diterima dengan
baik. Demi mencapai perbaikan yang berkelanjutan segala saran dan kritik yang membangun
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Kami juga berharap makalah ini dapat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman
3
2.3.2. Propilen Glikol .................................................................................... 14
3.3. Alur Pengadaan Barang untuk Produksi Sediaan Eliksir Paracetamol ........... 42
3.4. Produksi Sediaan Eliksir Paracetamol yang Baik (Alur, Proses Produksi,
DISKUSI ................................................................................................................................. 60
5
BAB I
PENDAHULUAN
Paracetamol adalah obat analgesik dan antipiretik yang umum untuk penatalaksanaan
demam dan nyeri ringan hingga sedang pada pasien anak. Menurut pedoman nasional dan
internasional, obat ini merupakan pilihan pertama untuk terapi demam dan nyeri, serta
termasuk daftar obat esensial untuk anak-anak dalam World Health Organization (WHO)
(Field E. et al, 2013). Namun, penggunaan Paracetamol dalam jangka panjang dapat
menyebabkan hepatotoksik. Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
lebih dari 102,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat kering. Paracetamol memiliki kelarutan
yang rendah dalam air dan mudah terhidrolisis, pada air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Paracetamol stabil dalam larutan. Degradasi
Paracetamol dapat dibuat dalam beberapa bentuk sediaan, seperti tablet, sirup, eliksir,
Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungi sebagai
kosolven (Anief, 2007). Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk
1
Produksi eliksir paracetamol yang baik dilakukan dengan cara mengikuti standar
pembuatan obat yang baik. Selain itu dibutuhkan langkah yang tepat dengan
memperhatikan dimulai dari rancangan formula yang tepat, pemilihan bahan baku yang
paracetamol yang baik. Hal ini juga bertujuan agar produk atau sediaan stabil dan aman
mulai dari proses produksi, distribusi hingga nantinya dikonsumsi oleh pasien.
2. Apa komponen sediaan dan bagaimana rancangan formulasi sediaan eliksir Paracetamol?
4. Bagaimana memproduksi sediaan eliksir Paracetamol yang baik (alur, proses produksi,
Paracetamol;
4. Menganalisis dan memahami produksi sediaan eliksir Paracetamol yang baik (alur,
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. PARACETAMOL
Paracetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal
sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu,
melalui resep dokter atau yang dijual bebas (Darsono, Lusiana, 2002).
mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan
lambung (Sartono, 1993). Paracetamol, mempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik
sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal,
Paracetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan
pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salisilamid
maupun Paracetamol.
Di antara ketiga obat tersebut, Paracetamol mempunyai efek samping yang paling
ringan dan aman untuk anak-anak. Untuk anak-anak di bawah umur dua tahun sebaiknya
digunakan Paracetamol, kecuali ada pertimbangan khusus lainnya dari dokter. Dari
penelitian pada anak-anak dapat diketahui bahwa kombinasi Asetosal dengan Paracetamol
bekerja lebih efektif terhadap demam daripada jika diberikan sendiri-sendiri (Sartono
1996).
2.1.1. Farmakokinetik
puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di
hati, sekitar 3% diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90%
melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil
benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada
dosis normal bereaksi dengan gugus sulfihidril dari glutation menjadi substansi
nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati
(Darsono, Lusiana,
2002).
2.1.2. Farmakodinamik
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu
erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga
antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Paracetamol hanya
prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat
peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik (Aris 2009).
2.1.3. Indikasi
2.1.4. Kontraindikasi
berupa eritem atau urtikaria dan gejala yang lebih berat berupa demam dan lesi pada
merupakan masalah pada takar lajak. Insidens nefropati analgesik berbanding lurus
obat tunggal, hubungan sebab akibat sukar disimpulkan. Eksperimen pada hewan
coba menunjukkan bahwa gangguan ginjal lebih mudah terjadi akibat Asetosal
daripada Fenasetin. Penggunaan semua jenis analgesik dosis besar secara menahun
2.2. ELIKSIR
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap,
mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lainnya, zat
warna, zat pewangi dan zat pengawet, digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut
utama digunakan etanol yang dimaksudkan untuk mempertinggi kelarutan obat. Dapat
ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol sebagai pengganti gula, dan dapat
Dibanding dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena
mengandung kadar gula lebih rendah dan akibatnya kurang efektif dibanding sirup dalam
menutupi rasa senyawa obat. Walaupun demikian, karena sifat hidroalkohol, eliksir lebih
mampu mempertahankan komponen-komponen larutan yang larut dalam air dan yang larut
dalam alkohol daripada sirup. Juga karena stabilitasnya yang khusus dan kemudian dalam
pembuatannya (dengan melarutkan biasa), dari sudut pembuatan, eliksir lebih disukai
dibanding sirup. Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir sangat berbeda karena
masing-
masing komponen eliksir mempunyai sifat kelarutan dalam alkohol dan air yang berbeda.
Walau banyak eliksir yang dimaniskan dengan sukrosa atau sirup sukrosa, beberapa
menggunakan sorbitol, gliserin dan atau pemanis buatan seperti sakarin untuk tujuan ini.
Eliksir mempunyai kadar alkohol yang tinggi biasanya menggunakan pemanis buatan
seperti sakarin, yang dibutuhkan hanya dalam jumlah kecil, daripada sukrosa yang hanya
sedikit larut dalam alkohol dan membutuhkan jumlah yang lebih besar untuk kemanisan
yang sama.
mempengaruhi atau menghilangkan khasiat dari zat aktif. Eliksir ini juga bisa
digunakan sebagai bahan pelarut yang mengandung bahan aktif obat (Syamsuni,
2007).
atau dengan pencampuran dua atau lebih bahan cair. Komponen yang larut dalam
alkohol dan dalam air umumnya dilarutkan terpisah dalam alkohol dan air yang
selamanya hingga pemisahan yang minimal dari komponen yang larut dalam
alkohol terjadi. Bila dua larutan selesai dicampur, campuran dibuat sesuai dengan
alkohol. Bila ini terjadi, eliksir biasanya dibolehkan untuk dibiarkan beberapa jam
1. Mencampur zat padat dengan pelarut atau campuran pelarut (kosolven) sambil
2. Bahan yang larut dalam air dilarutkan terpisah dengan zat yang larut dalam
pada kestabilan zat terlarut dan dapat meningkatkan viskositas (Anonim, 2009).
1. Evaluasi Organoleptik
dilihat dengan indra penglihatan, bau dicium dengan indera penciuman, rasa
dirasa dengan indra perasa (Farmakope Indonesia Edisi V, hlm 1521). Warna
dari sediaan eliksir menurut literatur yaitu bening. Selain pemeriksaan warna,
dilakukan juga pemeriksaan bau dan rasa. Menurut literatur, eliksir memiliki bau
dan rasa yang sedap. Sediaan eliksir sesuai dengan bentuk eliksir yang telah
2. Evaluasi pH
Siapkan larutan obat yang akan di cek pH. Masukkan elektroda ke dalam
zat aktifnya. Profil laju katalis asam spesifik dengan stabilitas maksimum pada
3. Kejernihan
Ambil larutan dan tuang ke dalam beaker glass. Berikan alas kertas kontras
(warna hitam dan putih). Amati kejernihan dari larutan. Catat hasilnya. Menurut
literatur, sediaan eliksir jernih tidak terdapat endapan apapun. Larutan dianggap
jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan dalam pengkajian
4. Viskositas
Hisap cairan dengan menggunakan ball filler sampai melewati 2 batas. Siapkan
Catat hasilnya.
mengukur sampel yang encer atau kurang kental dan dalam sediaan yang dibuat
merupakan sediaan yang encer atau kurang kental serta termasuk dalam hukum
5. Bobot Jenis
b. Ganti isi pikno dengan sediaan larutan kemudian timbang dan catat hasilnya.
Uji ini dilakukan dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA)
dan aquadest sampel yang di campurkan pada medium agar di biarkan selama 24
1. Keuntungan
a. Lebih mudah ditelan daripada bentuk padat, sehingga dapat digunakan untuk
c. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh sediaan (Ansel hal 341-342)
komponen larutan yang larut dalam air dan larut dalam alkohol dibandingkan
daripada sirup.
e. Stabilitas yang khusus dan kemudahan dalam pembuatan (lebih disukai
darpada sirup).
h. Dosis dapat diubah sesuai kebutuhan penggunaannya (dari sendok takar yang
digunakan).
i. Waktu absorbsi lebih cepat maka kerja obat lebih cepat (tidak butuh
desintegrasi dahulu).
j. Sifat mengiritasi dari obat bisa diatasi dengan bentuk sediaan larutan karena
menyebabkan iritasi.
k. Anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sukar menelan tablet atau
l. Sediaan larutan dapat dengan mudah diberi bahan pewangi, pemanis, atau
2. Kekurangan
b. Stabilitas dalam bentuk larutan lebih jelek dibanding bentuk tablet atau kapsul
f. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung kadar gula yang lebih rendah sehingga kurang efektif
(tablet atau kapsul) dan ada beberapa obat yang tidak stabil dalam air.
bawa.
ditutupi.
k. Jika terjadi wadah obat bentuk larutan pecah maka isi akan terbuang semua.
2.3. PREFORMULASI
Struktur Molekul :
4’-Hidroksiasetanilida
C8H9NO2
BM : 151,16
Kandungan : Paracetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N; mudah
aminofenol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan pada
Struktur Molekul :
BM : 76,09
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau;
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform;
larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tidak dapat
14
Fungsi : Pengawet antimikroba; desinfektan; humektan; plastizer; pelarut;
kalium permanganat.
Stabilitas dan : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam wadah tertutup baik,
asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol secara kimiawi stabil
bila dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan air
2.3.3. Gliserin
Struktur Molekul :
Gliserol
C3H8O3
BM : 92,09
15
Kandungan : Gliserin mengandung, C3H8O3, tidak kurang dari 99,0% dan tidak
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larut dalam
menguap.
Inkompatibilitas : Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan zat pengoksidasi kuat
gliserin terjadi dengan adanya cahaya, atau saat kontak dengan seng
Stabilitas dan : Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap
gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilen glikol stabil secara
Gliserin harus
2.3.4. Etanol
Etil alkohol
C2H6O
BM : 46,07
Kandungan : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3% b/b dan tidak lebih dari
93,8% b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9% v/v dan tidak lebih
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau khas dan
pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78o, mudah terbakar.
17
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut
organik.
2.3.6. Sorbitol
Struktur Molekul :
D-glusitol
C6H14O6
BM : 182,17
Kandungan : Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari
Pemerian : Serbuk, granul atau lempengan; higroskopis; warna putih; rasa manis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; sukar larut dalam etanol, dalam
18
Fungsi : Humektan; plasticizer; agen pemanis; pengencer tablet dan kapsul.
Inkompatibilitas : Sorbitol akan membentuk khelat yang larut dalam air dengan banyak
ion logam divalen dan trivalen dalam kondisi sangat asam dan basa.
yang kuat, menghasilkan gel lilin yang larut dalam air dengan titik
Kondisi besar eksipien. Sorbitol stabil di udara tanpa adanya katalis dan
Penyimpanan dalam asam encer dan basa dingin. Sorbitol tidak menjadi gelap atau
terurai pada suhu tinggi atau di hadapan amina. Sorbitol tidak mudah
wadah kaca, plastik, aluminium, dan baja tahan karat. Solusi untuk
Struktur Molekul :
Natrium benzoat
C7H5NaO2
BM : 144,11
Kandungan : Natrium benzoat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah
0,02-0,5% dalam obat oral, 0,5% dalam produk parenteral, dan 0,1-
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan senyawa kuaterner, gelatin, garam besi, garam
Stabilitas dan : Larutan berair dapat disterilkan dengan autoklaf atau filtrasi. Bahan
Kondisi curah harus disimpan dalam wadah tertutup baik, di tempat yang
Penyimpanan sejuk
Struktur Molekul :
C6H8O7.H2O
BM : 210,14
Mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5%
Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul sampai
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol; sangat sukar
21
Fungsi : Agen pengasaman; antioksidan; agen penyangga; agen pengkelat;
penambah rasa.
Inkompatibilitas : Asam sitrat tidak kompatibel dengan kalium tartrat, alkali dan alkali
juga termasuk zat pengoksidasi, basa, zat pereduksi, dan nitrat. Asam
Kondisi atau saat dipanaskan hingga sekitar 40oC. Asam sitrat monohidrat
curah harus
disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering.
Fungsi : Odoris
22
2.3.10. Hexenil Isovalerat
Struktur Molekul :
C11H20O2
BM : 184,28
Konsentrasi : 0,01%
Kelas : Triphenylmethane
BM : 808,86
2.3.13. Aquadest
BM : 18,02
OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipien lainnya
Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk fisik (es,
air, dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada
dapat
Penyimpanan : Wadah tertutup baik. Jika dikemas, gunakan kemasan wadah non
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada
pembuatan obat,
pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial untuk menjamin bahwa konsumen
Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk
menyelamatkan jiwa, atau memulihkan, atau memelihara kesehatan. Tidaklah cukup jika
produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting
adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung pada
bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan pengendalian mutu, bangunan, peralatan
yang dipakai, dan personel yang terlibat. Pemastian mutu suatu obat tidak hanya
mengandalkan pada pelaksanaan pengujian tertentu saja, namun obat hendaklah dibuat
personalia; bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan higiene; produksi; pengawasan
mutu; inspeksi diri dan audit mutu; penanganan keluhan terhadap produk, penarikan
kembali produk dan produk kembalian; dokumentasi; pembuatan dan analisis berdasarkan
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
karena tidakaman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab
parapemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten
dan
dapat diandalkan, diperlukan system Pemastian Mutu yang didesain secara
Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu.
2.4.2. Personalia
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang
pemastian mutu, dan pengawasan mutu dipimpin oleh orang yang berlainan, yang
tidak saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing hendaklah
diberi wewenang penuh dan sarana pendukung yang diperlukan untuk dapat
membatasi
kewajibannya dalam melaksanakan tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan
Kepala bagian produksi dan kepala bagian pengawasan mutu haruslah seorang
apoteker yang cakap, terlatih, dan memiliki pengalaman praktis yang memadai di
produksi obat. Kepala bagian pengawasan mutu adalah satu-satunya yang memiliki
wewenang untuk meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat
jadi bila prroduk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya bila tidak
cocok dengan spesifikasinya, atau bila tidak dibuat sesuai dengan prosedur yang
Untuk kegiatan yang beresiko tinggi, misalnya pengisian wadah tutup karet,
ampul, dan vial terbuka, penyambungan secara aseptik. Umumnya kondisi ini
dicapai dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow)
pengisian aseptik, pengisian salep mata steril, pengisian bubuk steril dan
2. Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptik, kelas ini adalah lingkungan
3. Kelas C
Untuk pembuatan larutan bila ada risiko di luar kebiasaan, pengisian produk
4. Kelas D
Untuk melakukan tahap pembuatan produk steril dengan tingkat risiko lebih
5. Kelas E
Ruang untuk pengolahan dan pengemasan primer obat non steril. Contoh
2.4.4. Peralatan
penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal yangumumnya berdampak buruk pada
mutu produk.
bersentuhan langsung antara tangan operator dengan bahan awal, produk antara dan
produk ruahan yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan
dengan produk.
2.4.6. Produksi
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan
distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan
produk ruahan atau produk jadi; penimbangan dan penyerahan bahan baku obat;
pengembalian bahan baku obat; pengolahan bahan baku menjadi produk obat jadi;
Perubahan yang penting dalam proses, baik itu penggantian alat maupun
penggantian asal bahan baku, hendaklah dilakukan validasi ulang. Hal ini untuk
mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua
mencapai sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk
jadi.
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan
memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi
CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri
hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan di samping itu, pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
Produk Kembalian
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan telitisesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
Penarikan kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali produk dilakukan jika ditemukan produk yang cacat mutu atau jika ada
laporan mengenai reaksi merugikan yang serius serta beresiko terhadap kesehatan.
obat tersebut. Produk yang ditarik kembali hendaklah diberi identifikasi dan
produk tersebut.
atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang menimbulkan keraguan
akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat yang bersangkutan. Penanganan
berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh personel
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil
risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak
tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas
harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan
yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu).
validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari
cakupan validasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Produksi eliksir Paracetamol yang baik dimulai dengan merancang formula sediaan,
menentukan metode pembuatan, evaluasi yang akan dilakukan, merancang etiket serta
kemasan dari produk yang dilakukan oleh bagian Research and Development (R&D)
Tahap formulasi yang telah selesai dan baik dapat dilakukan proses produksi oleh
bagian produksi yang dipimpin oleh Apoteker dimana ini dilakukan mulai dari proses sejak
bahan baku mulai diterima oleh departemen gudang hingga menghasilkan produk jadi yang
dilaksanakan sesuai dengan jadwal produksi bulanan yang telah disusun oleh departemen
PPIC.
terkualifikasi dan memperoleh pelatihan yang sesuai akan selalu melakukan kontrol atau
pengawasan terhadap mutu suatu produk. Apoteker departemen QC akan dibantu oleh unit-
unit yang dimiliki, terdiri dari beberapa unit yaitu QC bahan awal, QC In Process Control
(IPC) dan QC bahan kemas. Quality Control (QC) bahan awal akan melakukan
pemeriksaan terhadap bahan awal. Pihak gudang akan memeriksa kelengkapan dokumen,
antara lain berupa surat jalan, Purchasing Order (PO), sertifikat analisis bahan (CoA) dari
bahan awal tersebut serta tampilan fisik, kesesuaian label dengan bahan dan kondisi bahan
awal. Bila kelengkapan dokumen telah tersedia dan pemeriksaan secara fisik telah
memenuhi syarat, maka gudang akan membuat BPB (Bukti Penerimaan Barang). BPB
Pengendalian kualitas produk eliksir paracetamol dari produk awal (ketika proses
produksi masih berjalan) hingga produk ruahan dilakukan oleh QC IPC. Pada kegiatan ini
yang melakukan sampling pada saat proses produksi adalah operator dari departemen
memiliki tanggung jawab yaitu malakukan pelulusan atau penolakan (disposisi) barang
keluhan, barang kembalian dan penarikan kembali produk, pengkajian produk tahunan
(PPT), pembuatan Certificate of Analysis (COA), dan validasi dengan selalu memastikan
quality (kualitas), efficacy (efektivitas) dan safety (keamanan) dari produk yang telah di
buat oleh bagian produksi dengan menjamin semua produk sesuai dengan ketentuan-
PARACETAMOL
Jumlah (%)
Komponen Bahan Karakteristik Bahan
F1 F2 F3
Serbuk hablur; putih;
Bahan aktif Paracetamol 25 % 25% 25% tidak berbau; rasa sedikit
pahit
Cairan jernih, kental,
Propilen
Pembasah 20 - - higroskopis,stabil bila
Glikol bercampur etanol
Mudah menguap, jernih,
Pelarut Etanol 90% 15 10 5 bercampur dgn air,
eksplosif
Sir. Tidak berwarna, manis,
20 - -
Simpleks larut dalam air
Pemanis
Jernih, kental, bau khas
Gliserin - 20 20
lemah, higroskopis
Manis, kental,
Penstabil Sorbitol 20 - 20 higroskopis, dapat terurai
dengan pemanasan
Granul, stabil di udara,
Pengawet Na-Benzoat 0,50 0,2 0,3
mudah larut dalam air
Hablur bening,
mengembang di udara
Dapar Asam Sitrat 1 - 1 kering, sangat mudah
larut dalam air,
higroskopis
Esense Mudah larut dalam air,
0,01 0,01 -
Anggur bau khas anggur
Pengaroma
Hexenil Larut dalam air, bau khas
- - 0,01
isovalerat apel
Brilliant Mudah larut dalam air,
0,01 0,01 -
Violet warna ungu
Pewarna Serbuk biru-violet, bila
Fast green - - 0,01 dilarutkan dalam air
berwarna hijau
Jernih, pereaksi bahan
yang mudah terhidrolisis,
Pelarut Aquadest ad 100 ad 100 Ad 100
stabil, media yang baik
untuk tumbuh mikroba.
Organoleptis: Organoleptis: Organoleptis:
-Warna: ungu -Warna: ungu -Warna: hijau
-Bau: anggur -Bau: anggur -Bau: apel
-Rasa: manis -Rasa: manis -Rasa: manis
sedikit pahit sedikit pahit
Karakteristik sediaan
Kejernihan: Kejernihan: Kejernihan:
jernih jernih jernih
Viskositas: Viskositas:
Viskositas:
5,823 2,92
3,60
PertumbuhanPertumbuhan Pertumbuhan
mikroba: mikroba: tidak
mikroba: tidak
tidak terdapat mikroba
terdapat
terdapat mikroba
mikroba
Zat aktif,
Zat aktif,
pembasah, Zat aktif,
pelarut, pelarut,
pelarut,
pemanis, pemanis,
pemanis,
Komponen pengawet, pengawet,
pengawet,
dapar, dapar,
pengaroma,
pengaroma, pengaroma,
pewarna
pewarna pewarna
Pembuatan Pembuatan Pembuatan
Metode
Eliksir Eliksir Eliksir
Organoleptis, Organoleptis, Organoleptis,
pH, BJ, pH, BJ, pH, BJ,
Evaluasi viskositas, viskositas, viskositas,
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
mikroba mikroba mikroba
Komponen utama yang digunakan pada pembuatan eliksir F1, F2, dan F3, yaitu zat aktif,
pembasah, pelarut, pemanis, pengawet, dapar, pengaroma, pewarna, dan pelarut berbeda. Hal
ini bertujuan untuk melihat karakteristik masing-masing formula dan mendapatkan formula
terbaik untuk dibuat dalam volume yang lebih besar dan dipasarkan secara massal.
Pada Formula 1 (F1) komponen eliksir terdiri dari zat aktif, pembasah, pelarut,
pemanis, pengawet, dapar, pengaroma, dan pewarna . Karakteristik sediaan yang diperoleh
yaitu larutan jernih, berwarna ungu dan berbau khas anggur akibat penambahan essense.
Sediaan F1 memiliki pH 5,4 yang masih dalam range syarat eliksir yang diharapkan, dengan
bobot jenis 1,1417 dan viskositas 5,823. Viskositas yang diperoleh tidak sesuai kemungkinan
disebabkan karena beberapa faktor yaitu: tekanan karena viskositas cairan naik, dengan
naiknya tekanan, kehadiran zat lain misalnya penambahan gula yang dapat
meningkatkan viskositas air, ukuran dan berat molekul juga akan mempengaruhi viskositas
naik dengan naiknya berat molekul, kekuatan antar molekul viskositas juga akan
mempengaruhi naiknya viskositas karena dengan adanya ikatan hidrogen (Bird, 1987).
Untuk uji yang terakhir yaitu uji mikrobiologi yang dilakukan untuk mengetahui sediaan
mengandung jamur atau tidak yang dilakukan dengan pengamatan dengan mata tanpa alat
apapun, sehinga pada uji mikrobiologi pada sediaan larutan yang menggunakan zat aktif
disebabkan oleh pertumbuhan jamur, maupun mikroba, juga peruraian yang disebabkan
Pada Formula 2 (F2) menggunakan pelarut Etanol 90% sebesar 20% serta aquadest,
sebagai pemanis digunakan gliserin 20%. Pengawet yang digunakan adalah Natrium
Benzoat dengan konsentrasi 0,2%. Dalam formulasi ini juga terdapat pewarna Brilliant
Violet untuk menghasilkan warna ungu serta perasa dan pengaroma Grape Essence. Pada
hasil organoleptis didapatkan rasa sedikit pahit dalam formula eliksir. Hal ini diduga
karena rasa pahit dari zat aktifnya, yakni paracetamol. Selain itu dalam formula tidak
ditambahkan pemanis lain, sehingga rasa pahit belum tertutupi secara maksimal. Hasil
pengujian pH didapatkan 5,55 yang artinya masih dalam range yang disetujui oleh FI III
bahwa persyaratan pH pada eliksir acetaminophen berkisar 3,8-6,1. Dalam formula tidak
digunakan dapar, namun dengan adanya penambahan essence atau penambah aroma
mempengaruhi pH.
Formula 3 (F3) secara organoleptis dihasilkan warna larutan jenih berwarna hijau,
berbau khas apel, rasa manis dikarnakan terdapat sorbitol yang berfungsi untuk menutupi
rasa pahit pada zat aktif. Kekuatan zat aktif paracetamol yang digunakan sebesar
125mg/5ml
seperti kadar umum dalam eliksir yang beredar di pasaran. Paracetamol/ acetaminophen
diketahui mudah larut dalam etanol, maka dalam formula ini etanol banyak digunakan
sebagai pelarut untuk melarutkan zat aktif. Selain itu etanol dipilih sebagai pelarut
dibandingkan air mendidih, karna lebih efisien dalam hal waktu pembuatan, sehingga
diarapkan akan mempercepat proses produksi. Pemilihan pelarut etanol 90% dengan
konsentrasi 5% karena, batas kandungan etanol yang diizinkan dalam eliksir untuk sediaan
pada anak usia 6-12 tahun berdasarkan FI III adalah 5-10%. Eliksir yang mengandung
kurang lebih dari 85% gula dapat menahan pertumbuhan mikroba oleh pengaruh
untuk sediaan eliksir ini adalah gliserin. Sorbitol digunakan sebagai stabilizing agent,
gula pada eliksir. Larutan eliksir dengan kadar kurang dari 85% dengan penambahan poliol
(seperti sorbitol, gliserin, propilen glikol atau PEG) juga memiliki efek yang sama.
Tekanan uap fenol lebih besar dari tekanan uap normal cairan dan daerah penutup area
biasa digunakan NaOH, asam sitrat, dapar phosphat. Hasil pengujian pH didapatkan 5,39
yang artinya masih dalam range yang disetujui oleh FI III bahwa persyaratan pH pada
eliksir Paracetamol berkisar 3,8-6,1. Namun Bobot jenis yang dihasilkan melebihi
range yang
ditetapkan, yaitu sebesar 1,2965 dimana range bobot jenis yang tertera dalam Farmakope
sasarannya untuk anak-anak maka dilakukan pemberian pewarna pada F1, F2, F3 dan
aroma pada F1 dan F3 digunakan untuk menutupi rasa pahit dan daya tarik pada sediaan
eliksir yaitu digunakan essens anggur dan hexenil isovalerat sebagai pengaroma/
flavouring agent serta berliant violet dan fast green sebagai pewarna, tetapi pada F2
tidak menggunakan perasa. Hal ini disebabkan penambahan pewarna dan aroma bukanlah
Berdasarkan hasil evaluasi dari ketiga jenis formula, dapat disimpulkan bahwa F1, F2,
dan F3 msaing – masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Formula eliksir yang baik
eksipien yang diusulkan terbukti aman karna terkait dengan toksisitas atau keamanan
selama proses pembuatan. Namun dari segi penampilan F1 dan F3 memiliki penampilan
menarik secara fisik karena aroma dan warnanya. F3 memiliki rasa yang manis daripada
eliksir yang sama, yaitu dengan cara memisahkan zat yang larut dengan etanol dilarutkan
di dalam etanol, dan zat yang larut dalam air dilarutkan dalam air. Setelah itu keduanya
dicampurkan.
3.3. ALUR PENGADAAN BARANG UNTUK PRODUKSI SEDIAAN ELIKSIR
PARACETAMOL
Pada alur bahan, bagian RnD melakukan perkembangan formula untuk membuat
pengadaan bahan dengan perintah pembuatan dari Production Planning and Inventory
Control (PPIC) yang dikepalai oleh Apoteker, dengan cara mengeluarkan Surat MPR
kebutuhan. Bagian purchasing melakukan pembelian sesuai dengan pemasok yang telah
ditetapkan sebelumnya. Pembelian barang dilakukan oleh bagian purchasing dengan cara
mengeluarkan Purchase Order (PO) yang diserahkan ke pemasok dan sudah mendapatkan
persetujuan dari Plant Manager yang dikepalai oleh Apoteker. Bahan yang diterima dari
pemasok kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dilakukan oleh
Quality Control (QC) yang dikepalai oleh Apoteker kemudian dilakukan verifikasi secara
fisik seperti identitas pemasok, jenis dan jumlah kemasan, kondisi kemasan (bocor, rusak,
kotor, dan lain- lain) dan tersedianya sertifikat analisis/Certificate of Analysis (CoA), dari
Kemudian bahan awal dikarantina di gudang sampai bahan tersebut diluluskan untuk
berwarna kuning. Setelah itu dilakukan pengambilan sampel untuk keperluan pemeriksaan
kualitas sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Jika bahan baku tidak memenuhi
syarat maka dalam satu bets akan diberi label “DITOLAK” berwarna merah kemudian
dipindahkan ke area khusus untuk diproses lebih lanjut yaitu dapat dilakukan pengembalian
bahan ke suplier atau dimusnahkan, dan untuk bahan baku yang memenuhi syarat maka
diberi label “DILULUSKAN” berwarna hijau dan disimpan dalam gudang penyimpanan.
Setelah selesai dikarantina dan diseleksi maka bahan baku ditimbang untuk pencampuran,
setelah dilakukan karantina kembali, produk antara dilakukan pengemasan yang dimasukan
ke dalam wadah penyimpanan produk jadi dan dikarantina kembali sehingga produk siap
diedarkan.
44
3.4. PRODUKSI SEDIAAN ELIKSIR PARACETAMOL YANG BAIK (ALUR, PROSES
1. Penyerahan bahan awal oleh personil yang berwenang sesuai dengan prosedur
yang telah disetujui. Catatan persediaan bahan disimpan dengan baik agar
45
2. Penimbangan bahan awal oleh personil yang berwenang sesuai prosedur
tertulis untuk memastikan bahan yang benar yang ditimbang atau diukur
dengan akurat ke dalam wadah yang bersih dan diberi label dengan benar.
4. Setiap tahap proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran
hanya bahan awal, produk antara dan produk ruahan yang terkait dari satu bets
penyerahan dan penandaan, bahan awal, produk antara dan produk ruahan
atau berurutan di dalam ruang yang sama kecuali tidak ada risiko terjadinya
memastikan area pengolahan dan peralatan bersih dan bebas dari bahan awal,
produk atau dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan pengolahan yang
akan dilakukan.
7. Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan hendaklah diperiksa dan
tertulis.
10. Wadah dan tutup yang dipakai untuk bahan yang akan diolah, produk antara
dan produk ruahan hendaklah bersih dan dibuat dari bahan yang tepat sifat dan
kerusakan
Berikut ini adalah alur proses produksi yang dimulai dari penyerahan bahan
produk jadi:
Penimbangan
Botol
Pencampuran Larutan
IPC:
Pencucian Organoleptis
Kadar Zat Aktif
pH
BJ
Pengeringan Filling
IPC:
1. Tahap Mixing
a. Uji Organoleptis
Pengamatan fisik sediaan dilihat dari warna, bau dan rasa sediaan larutan.
b. Uji Kadar Zat Aktif
Tinggi (KCKT).
c. Uji pH
e. Uji Viskositas
2. Tahap Filling
a. Uji Organoleptis
Pengamatan fisik sediaan dilihat dari warna, rasa, bau dan kejernihan sediaan.
b. Uji pH
Uji dilakukan dengan menggunakan media Plate Count Agar (PCA). Sampel
Tinggi (KCKT).
dan meletakkan di tempat rata secara sejajar, kemudian amati tinggi larutan
Melihat kesesuaian volume sediaan jika dipindahkan dari wadah asli dengan
h. Uji Kebocoran
3. Tahap Packaging
a. Kelengkapan Kemasan
b. Identitas Label
c. Fisik Pengemasan
Pengemasan mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan tidak akan berarti
apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk sediaan tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena faktor fisik
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk
di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau
tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang
dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi
plastik.
menggunakan karton.
mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik
disimpan dalam wadah-wadah tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap
temperatur berlebihan.
kelembaban relatif, yang harus terus dipantau. Produk farmasi harus disimpan di
area yang mudah dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan. Palet harus disimpan
dalam kondisi yang baik dan bersih. Area penyimpanan harus bersih, dan
bebas dari akumulasi limbah dan hama. Agen pengendalian hama yang digunakan
harus aman, dan tidak boleh ada risiko kontaminasi terhadap produk farmasi.
memastikan tidak adanya risiko kontaminasi. Untuk produk dalam status karantina
dipastikan disimpan di area terpisah, ditandai dengan jelas dan aksesnya dibatasi.
3.4.6. Distribusi
packing list yang dikeluarkan oleh bagian marketing. Dalam hal ini distributor akan
data pesanan dari distributor (placement order), setelah itu akan dikeluarkan
packing
list-nya. Packing list ini kemudian akan dihitung nilai rupiah dari barang yang akan
menyiapkan barang yang diminta dan order distributor harus sudah sesuai dengan
multipack berdasarkan packing list yang diterima. Setelah barang yang diminta
sudah siap, maka akan dibuat surat panggilan ke distributor untuk mengambil
barang. Setelah itu, bagian keuangan akan melakukan pemotongan stok barang
yang ada di dalam sistem (shipment) dan mencetak invoice. Kemudian barang
tersebut akan diserahkan kepada distributor sesuai dengan jadwal yang ditentukan
Manager QA (Apoteker).
meminimalkan resiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi.
Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat hanya
disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke
penyelidikan jika ditemukan penyimpangan pola transaksi obat dan atau bahan obat
yang berisiko terhadap penyalahgunaan. Obat dan/atau bahan obat yang diambil
harus memiliki masa simpan yang cukup sebelum kedaluwarsa dan berdasarkan
FEFO. Nomor bets obat dan/atau bahan obat harus dicatat. Beberapa hal yang harus
5. Kontrak mencantumkan tanggung jawab saat terjadi hal yang tidak diinginkan
4.1. KESIMPULAN
1. Produksi sediaan eliksir Paracetamol yang baik dimulai dengan merancang formula
dengan penanggung jawab seorang Apoteker melakukan kontrol atau pengawasan mutu
yang telah di buat oleh bagian produksi dengan menjamin semua produk sesuai dengan
2. Komponen yang digunakan untuk pembuatan sediaan eliksir paracetamol terdiri dari
bahan aktif dan bahan tambahan. Komponen bahan aktifnya yaitu Paracetamol, dan
bahan tambahannya meliputi pembasah (Propilen glikol, air, aqua glycerinata), pelarut
(etanol 90%, air, metanol), pemanis (syrup simplex, gliserin, sukrosa, sukrosa),
penstabil (sorbitol, sodium alginat, gelatin), pengawet (Na Benzoat, nipagin, nipazol),
dapar (asam sitrat, asam asetat, NaOH), pengaroma (essence anggur, hexenil
isovalerat, alami/berasal dari tanaman), pewarna (brilliant violet, fast green, tartrazin).
3. Alur pengadaan barang untuk produksi sediaan eliksir Paracetamol diawali dengan
permintaan bahan baku oleh bagian Production Planning and Inventory Control (PPIC)
yang dikepalai oleh Apoteker dengan cara mengeluarkan surat MPR (Material
Purchase Requisition), surat tersebut kemudian diserahkan ke bagian
Purchasing. Bagian
Purchasing melakukan pembelian sesuai dengan kebutuhan dengan cara mengeluarkan
Purchase Order (PO) yang diserahkan ke pemasok dan sudah mendapatkan persetujuan
dari Plant Manager yang dikepalai oleh Apoteker. Bahan yang diterima dari pemasok
kemudian dilakukan pemeriksaan dan pengujian bahan baku yang dilakukan oleh
Quality Control (QC) yang dikepalai oleh Apoteker. Alur bahan baku dimulai dari
bahan baku diterima, dikarantina (label kuning), pemeriksaan kualitas oleh bagian QC
dengan penanggungjawab seorang Apoteker, jika bahan baku sesuai spesifikasi dan
dapat diterima maka diberi label hijau sedangkan yang ditolak diberi label merah.
4. Alur produksi sediaan Eliksir Paracetamol yang baik dimulai dari proses Penimbangan
→ Pencampuran → IPC (organoleptis, kadar zat aktif, pH, BJ) → Filling → Karantina
→ IPC (uji keseragaman volume dan uji kebocoran) → Pengemasan dan Pelabelan
yang bersih, di atas palet dengan suhu dan kelembaban yang terus dipantau) →
marketing akan memasukkan data pesanan dari distributor (placement order), setelah itu
5. Formula sediaan eliksir Paracetamol yang dibuat terdiri dari bahan aktif
Paracetamol 25%, bahan tambahan pelarut (etanol 90%), pelarut (aquades ad 100),
pemanis (gliserin 20%), penstabil (sorbitol 20%), pengawet (Na Benzoat 0,3%), dapar
(asam sitrat 1%), pengaroma (hexenil isovalerat 0,01%), pewarna (fast green 0,01%),
Karakteristik sediaan eliksir Paracetamol yang dibuat yaitu berwarna hijau, beraroma
apel, dengan rasa manis, jernih, dengan pH 5,39 dan BJ 1,2965, viskositas 3,60, dan
pelarut campur agar polaritasnya sama. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi
organoleptis (warna, bau dan rasa), uji pH, uji kejernihan, viskositas (sifat alir) dan
bobot jenis.
4.2. SARAN
Penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca karena penulis menyadari
bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, guna untuk membangun dan
1. Ambari, Yani. 2018. Uji stabilitas fisik formulasi Eliksir paracetamol dengan kombinasi co-
solven propilen glikol dan etanol. STIKES RS Anwar Medika. Journal of Pharmaceutical
Indonesia.
3. Anief. 1997. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. UGM Press, Yogyakarta.
4. Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah. Edisi Keempat. Hal 255-271, 607-608, 700. Jakarta: UI Press.
5. Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Diterjemahkan oleh Ibrahim, F. Edisi
6. Cooper, J. W., Gunn. 1975. Dispensing for Pharmaceutical Students. Twelfth Ed. 10, Pitman
7. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan.
8. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan.
9. Ditjen POM. 2015. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
10. Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta:
11. Katzung, B.G., dan Trevor, A.J. 1994. Buku Bantu Farmakologi. Diterjemahkan oleh Staf
Excipients 5th Edition. USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
13. Santosa, Hani. 2015. Laporan Resmi Pembuatan Sediaan Sediaan Liquid Eliksir
14. Sutedi, Adrian. 2012. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai
Permasalahannya.
Piral. Dalam Ganiswara, S.G., Setiabudy, R., Suyatna, F, D., Purwantyastuti, Nafrialdi,
16. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas