DISUSUN OLEH:
JAKARTA
2021
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang ...................................... ........................................ 3
II. Tujuan…………............................................................................. 4
2.2 . Obat……………………………………………………………... 6
2.3 . Resep………… …….…………………………………………… 6
2.4 Harga…………….……………………………………………….. 7
2.4.1 Harga Eceran Tertinggi ……………………………………………. 8
2.4.2 Metode Penetapan Harga …………………………………. 8
2
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar belakang
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada
manusia. Obat sudah menjadi kebutuhan yang vital bagi setiap orang terutama orang
yang sakit. Obat bertindak sebagai sebuah produk kesehatan yang bermanfaat dan
mempunyai kedudukan yang amat penting dalam pandangan masyarakat, maka sudah
suatu obat.
mempunyai hak untuk mendapatkan informasi mengenai suatu produk yang akan
berupa Harga Eceran Tertinggi (HET), kandungan yang terdapat dalam obat tersebut,
khasiat dari obat, efek samping dari obat, dan keaslian dari suatu obat. Dari kenyatan
yang terjadi selama ini di dalam masyarakat, konsumen seolah-olah tidak mempunyai
akses yang jelas mengenai informasi yang jelas terhadap suatu obat yang hendak di
konsumsinya.
informasi harga eceran tertinggi obat dimaksudkan untuk memberikan informasi yang
benar, jelas, dan jujur mengenai harga eceran tertinggi atau harga obat yang diberikan
kepada masyarakat.
3
Harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas produk atau jasa, atau jumlah
dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut”, (Kotler, 2002). Dalam bauran pemasaran,
harga adalah salah satu unsur pemasaran yang penting karena bisa menentukan
kepuasan pelanggan.
Harga obat, resep, ataupun obat bebas biasanya ditetapkan oleh masing-
masing apotek/ took obat/ IFRS sesuai kesepakatan pemilik apotek/ took obat / IFRS.
Dengan penetapan harga yang sesuai terhadap produk-produk yang ditawarkan dapat
konsumen .
II. Tujuan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit
atau bagian dari suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan
undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat dan rawat jalan,
5
72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Minimal rumah sakit, yang
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien(patient safety). Dan sebagai
tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
II.2 Obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
II.3 Resep
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau dokter hewan, kepada Apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Resep memiliki nama lain yaitu Formulae
II.3.1 Resep standar, yaitu resep yang komposisinya sudah dibakukan dan dituliskan
dalam farmakope atau buku resep standar lainya yang penulisan resepnya sesuai
buku standar.
6
II.3.2 Resep Polisfarmasi, yaitu yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter, bisa
berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam pelayanannya harus diracik
terlebih dahulu.
II.3.3 Resep Obat jadi, yaitu berupa obat paten, merek dagang atau pun generik dan
II.3.4 Resep Obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generic dalam
bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanan bisa tidak mengalami
II.3.5 Resep asli bersifat rahasia dan harus disimpan di apotek dengan baik paling
singkat 5 (lima) tahun. Resep atau salinan hanya boleh diperlihatkan oleh pihak
II.4 Harga
7
Menurut Alex S Nitisemito (1991) Harga diartikan sebagai nilai suatu
barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai
tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang
Harga Eceran Tertinggi Obat yang selanjutnya disingkat HET adalah harga
jual tertinggi obat di apotek, toko obat dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik.
Apotek, toko obat, dan instalasi farmasi rumah sakit/klinik hanya dapat menjual
obat dengan harga yang sama atau lebih rendah dari HET. Apoteker pada apotek
atau instalasi farmasi rumah sakit/klinik pada saat memberikan pelayanan obat
atas resep dokter wajib memberikan informasi HET obat kepada pasien atau
Keluarga Pasien.
memiliki komponen aktif dengan kekuatan yang sama dengan obat yang
diresepkan yang tersedia pada apotek atau instalasi farmasi rumah sakit/klinik
konsumen. Perusahaan farmasi menganggap jika harga obat yang mereka keluarkan sudah
teramat murah sampai-sampai mereka hampir mengurangi dan bahkan meminta subsidi
dari pemerintah untuk bahan baku. Penentuan harga obat, sebagaimana “komoditas” yang
Biaya Bahan Baku (bahan baku/zat aktif, bahan/zat tambahan dan bahan pengemas)
8
Biaya Operasional (operational cost)
Biaya Distribusi
Berikut adalah gambaran struktur harga obat hingga sampai di tangan pasien :
1. Harga Pokok Produksi (HPP) atau yang sering disebut dengan Cost Of Goods
Manufacture (COGM) terdiri dari: Biaya Bahan Baku (bahan aktif, bahan tambahan
dan bahan pengemas), biaya tenaga kerja langsung (direct labour), dan biaya
telepon, BBM, listrik, spare part, training dll (over-head cost). Untuk industri
farmasi, biaya bahan baku bisa mencapai 70 – 80% , direct labour antara 5 – 10% ,
dan overhead cost antara 15 – 20 % dari HPP. Khusus untuk obat-obat lisensi
(under licence) dan obat paten (patented Drug) masih dibebani biaya lisensi atau
paten serta kewajiban untuk membeli bahan baku dari pemberi lisensi atau paten.
Hal inilah salah satu penyebab mengapa obat-obat yang masuk dalam kategori
under licence atau obat-obat paten harganya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
komisi dan bonus Komisaris atau Direksi, baiya CSR, dll) + Bunga & Depresiasi +
Laba Operasional (profit) menjadi HJP (Harga Jual Pabrik) atau yang sering disebut
4. HNA + Laba (Apotek dan atau PBF) + PPN = HJA (Harga Jual Apotek), yang
resep (ethical) dan obat-obat OTC (over the counter /obat bebas). Obat golongan ethical
adalah obat yang hanya bisa dibeli dengan resep oleh dokter, sedangkan obat OTC bisa
dibeli langsung tanpa resep. Obat ethical ditandai dengan huruf “K” dalam lingkaran
merah, sedangkan obat OTC biasanya bertanda lingkaran biru (obat bebas terbatas) atau
lingkaran hijau (obat bebas). Termasuk dalam golongan OTC ini adalah produk-produk
sebagainya. Untuk obat-obat golongan OTC ini, biasanya berlaku hukum pasar. Artinya,
laku atau tidaknya produk sangat tergantung bagaimana strategi marketing (marketing mix)
dari produsen. Masyarakat bebas untuk memilih produk yang hendak digunakan. Tentu
saja, agar konsumen mengenal produk yang diproduksi dan kemudian tertarik untuk
membeli, maka produsen obat harus mengeluarkan biaya untuk mempromosikan obatnya.
Promosi ini bisa melalui ATL (above the line), seperti iklan di TV, Radio, majalah atau
surat kabar atau melalui BTL (bellow the line), seperti penyebaran brosur, penempelan
Lain halnya dengan obat-obat golongan ethical. Untuk obat-obat golongan ini,
masyarakat tidak bisa bebas memilih produknya, namun dipilihkan oleh dokter yang
memeriksanya. Pilihan doter tersebut tercantum dalam selembar resep yang diberikan
dokter kepada si pasien. Selanjutnya, pasien menebus resep tadi di apotek untuk bisa
mendapatkan obat. Jadi disini konsumen “tidak memiliki kebebasan” dalam memilih obat
yang hendak dikonsumsinya, semuanya sudah ditentukan oleh dokter yang menanganinya.
Di sinilah letak akar masalahnya. Dokter yang menuliskan resep tidak ikut membayar atas
obat yang dipilihnya, sedangkan pasien tidak bisa menolak produk yang dipilihkan oleh
10
Industri farmasi dalam menentukan harga obat tidak semata-mata berdasarkan
11
BAB III
PEMBAHASAN
Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dari perbekalan farmasi
lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC (iver the counter)baik
obat bebas maupun bebas terbatas. Pelayanan penjualan obat dan alat kesehatan yang
dijual bebas termasuk kosmetik, dilakukan terhadap pasien yang memerlukan obat dan
dan menginformasikan harga barang tersebut sesuai dengan harga yang tertera di KIS .
2) Pembayaran dilakukan setelah petugas memasukkan nama dan jumlah barang yang di
penjualan bebas.
3) Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada pembeli. Bukti
Harga Jual
Apotek
12
3.2 Penjualan Obat Resep tunai
Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pasien yang langsung datang ke
apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai adalah sebagai berikut :
Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan.
Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat. Asisten Apoteker
pada bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik atau menyiapkan obat
Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas
nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga dilakukan pemeriksaan
Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu pasien diberi
informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien.
13
Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu instansi atau
perusahaan untuk pasien dari instansi yangtelah mengadakan kerja sama dengan apotek yang
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama.Apotek bekerja sama dengan beberapa
Biaya Distribusi
Besarnya modal yang dikeluarkan (apalagi kalau untuk membuatobat tadi harus invest
alat/mesin baru)
harga untuk mencocokkan perubahan dalam biaya obat, bila harga obat meningkat pendapatan
14
meningkat secara proporsional. Hal ini dapat melindungi apotik dari penurunan
persentase laba kotor pada masa masa inflasi. Cara ini ada kerugiannya yaitu harga
nya mahal untuk pasien sehingga pasien membandingkan harganya dan memilih beli
ditempat lain.
yangditambahkan pada biaya obat untuk menentukan harga resep obat . Kerugiannyapenurunan
kenaikan yg tidak tetap atau biaya pelayanan profesional untuk menghitung resep obat.
Apotek yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini. Penetapan harga
dilakukan dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan.
Biasanya metode ini digunakn oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data
statistik. Penggunaan metode ini sangat murah karena apotek tidak memerlukan
konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena
Metode ini dipakai apabila apotek mengeluarkan produk baru, yaitu hasil
modifikasi dari produk yang lama. Apotek akan menetapkan produk baru
tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan
cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatif kecil
15
b. Harga pesaing (competitor price)
Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini.
harga produk apotek saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan.
dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk apotek tersebut
tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa,
dan sebagainya.
Dengan metode ini, apotek mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada
Harga jual di apotek adalah = (harga distributor)= (PPN 10%) + (harga jual apotek) +
Cara menghitung harga jual apotek, perhitungan HJA, Mark-up, Harga Netto
HNA adalah harga netto Apotek, merupakan harga (modal) awal apotek dalam
Mark-up adalah % keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,25) dan ada
PPN 10% (1,1) adalah pajak pertambahan nilai yang dikenakan untuk setiap
16
pertambahan nilai dari proses transaksi dari produsen ke konsumen.
HJA adalah harga jual apotek, harga yang ditawarkan kepada konsumen
Industri farmasi membagi produknya menjadi 2 golongan besar, yaitu obat- obat
resep (ethical) dan obat-obat OTC (over the counter /obat bebas). Obat golongan ethical
adalah obat yang hanya bisa dibeli dengan resep oleh dokter, sedangkan obat OTC bisa
dibeli langsung tanpa resep. Obat ethical ditandai dengan huruf “K” dalam lingkaran
merah, sedangkan obat OTC biasanya bertanda lingkaran biru (obat bebas terbatas) atau
lingkaran hijau (obat bebas). Termasuk dalam golongan OTC ini adalah produk-produk
sebagainya. Untuk obat-obat golongan OTC ini, biasanya berlaku hukum pasar. Artinya,
laku atau tidaknya produk sangat tergantung bagaimana strategi marketing (marketing mix)
dari produsen. Masyarakat bebas untuk memilih produk yang hendak digunakan. Tentu
saja, agar konsumen mengenal produk yang diproduksi dan kemudian tertarik untuk
membeli, maka produsen obat harus mengeluarkan biaya untuk mempromosikan obatnya.
Promosi ini bisa melalui ATL (above the line), seperti iklan di TV, Radio, majalah atau
surat kabar atau melalui BTL (bellow the line), seperti penyebaran brosur, penempelan
Lain halnya dengan obat-obat golongan ethical. Untuk obat-obat golongan ini,
masyarakat tidak bisa bebas memilih produknya, namun dipilihkan oleh dokter yang
memeriksanya. Pilihan doter tersebut tercantum dalam selembar resep yang diberikan dokter
kepada si pasien. Selanjutnya, pasien menebus resep tadi di apotek untuk bisa mendapatkan
17
obat. Jadi disini konsumen “tidak memiliki kebebasan” dalam memilih obat yang hendak
BAB IV
KESIMPULAN
I. Kesimpulan
Penetapan harga terdiri dari penetapan harga obat bebas dan harga resep.
Dalam menentukan harga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu Biaya Bahan
Operasional (operational cost ), biaya Marketing dan Promosi, biaya Distribusi, biaya
18
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
Ebert, R.J., Ronald J., Grifin, Ricky W.,2003, Introducing of Business, 6thEdition, Prentice
http://organisasi.org/definisi-pengertian-harga-tujuan-metode-pendekatan-penetapan-harga-
manajemen-pemasaran
Vinska, Adista, 2015, Penerapan konsep harga obat untuk menetapkan pola tarif jasa
19