Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN FARMASI DAN AKUNTANSI

“PERHITUNGAN HARGA OBAT”

Dosen Pembimbing :
Nadia Pudiarifanti, M.Sc., Apt

Disusun Oleh:
1. Desi Rianawati (P05150220047)
2. Lupita Marma Haziza (P05150220058)
3. Reren Rahmagita (P05150220069)
4. Selvi Centika (P05150220070)
5. Shinta Maulaya Afifa (P05150220072)
6. Wulan Irtiyana Zahra (P05150220077)

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3-FARMASI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perhitungan Harga
Obat". Dan dengan harapan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, dan untuk kami ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah lengkap.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk
penyempurnaan makalah ini.
BAB 1
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kebanyakan orang menganggap obat sebagai suatu penyembuhan bagi orang yang sakit.
Namun dilihat dari definisinya, obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan
untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada
manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia, sehingga obat
bukan hanya mencakup pada bidang penyembuhan suatu penyakit saja.
Pemasaran suatu obat ke masyarakat luas telah berlangsung dari tahun ke tahun.
Pemasaran obat meliputi hubungan yang melibatkan seorang produsen, distributor, hingga
akhirnya jatuh ke tangan konsumen. Suatu pabrik obat akan mendistribusikan obat hasil
produksinya dengan suatu harga jual tertentu kepada distributor. Dalam suatu obat, akan
tercantum HET (harga eceran tertinggi) obat, dimana seorang distributor tidak boleh menjual
obat kepada konsumen melebihi HET tersebut. Pengaturan harga penjualan obat bahkan sudah
diatur dari saat obat tersebut baru diproduksi.

II. Tujuan
1. Mengetahui rumus-rumus untuk menetapkan harga obat
2. Mengetahui prinsip penetapan harga obat
BAB II
PEMBAHASAN

I. Pengertian Perhitungan Harga Obat


Obat sudah menjadi kebutuhan yang vital bagi setiap orang terutama orang yang sakit.
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Harga
obat, resep ataupun obat bebas biasanya ditetapkan oleh oleh masing-masing apotek/toko obat
/IFRS sesuai kesepaktan pemilik apotek/ toko obat/ IFRS.

II. Dasar-Dasar Hukum Penentu Harga Obat


1. UU RI No. 7 Tahun 1963
Dalam UU ini disebutkan dalam pasal 5 bahwa Pemerintah berusaha agar tercapai harga
obat serendah-rendahnya. Yang dimaksuddengan "harga obat serendah-
rendahnya" ialah harga yang ditetapkanserendah mungkin atas dasar perhitungan
mengindahkan kelangsungan produksi. 
2. Kepmenkes RI No. 1239 Tahun 2004 tentang HNA dan HJA obatgenerik
Dalam UU ini dibahas mengenai Harga Netto Apotek (HNA)obat generik dan Harga
Jual Apotek (HJA) obat generik.
3. Kepmenkes RI No. 69 Tahun 2006 tentang HET pada label obat
Dalam UU ini dibahas mengenai pencantuman Harga EceranTertinggi (HET) pada label
obat. Harga Eceran Tertinggi (HET) yangdicantumkan pada label obat adalah Harga Netto
Apotik (HNA)ditambah PPN 10% ditambah margin apotik 25%.
4. Kepmenkes RI No. 92 Tahun 2012 tentang HET obat generic
Dalam UU ini dibahas mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET) obat generik, Harga
Netto Apotek (HNA), serta Harga Netto Apotek + Pajak Pertambahan Nilai (HNA + PPN).
5. Kepmenkes RI No. 436 Tahun 2013 tentang HET
III. Prinsip Penetapan Harga Obat
HJA = B+P+BP
Keterangan :
HJA : Harga Jual Apotek
B : Harga Barang Dengan Keuntungan
P : Harga Pengemas Dengan Keuntungan
BP : Biaya Pelayanan (Service)
 HNA (Harga Netto Apotek)
Harga yang ditetapkan dari harga jual pabrik beserta biaya distribusinya
HNA = HJP (harga jual pabrik) + biaya distribusi
 HJA (Harga Jual Apotek)
Harga yang ditetapkan dari harga netto beserta keuntungan yang diperoleh apotek
HJA = (HNA + PPN 10%) x indeks (1,25-1,4)
 Harga Resep (1 R/)
(HJA x Jumlah bahan) + tuslah
Tuslah : jasa pembuatan resep
Embalase : harga barang yang tidak termasuk obat misalnya plastik, salinan resep dan lain-
lain.

IV. Faktor-Faktor Penentu Harga Obat


Penentuan harga obat, sebagaimana "komoditas" yang lain, juga sangat dipengaruhi beberapa
hal, antara lain :
 Biaya Bahan Baku (bahan baku/zat aktif, bahan/zat
 tambahan dan bahan pengemas) Biaya Operasional (operational cost)
 Biaya Marketing dan Promosi
 Biaya Distribusi
 Biaya Lain-lain (Umum, Penyusutan, Pajak, dan lain-lain).
Adapun Faktor Lain Penentu Harga Obat Yaitu:
 Harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran
 Tingkat kompetisi pasar
 Besarnya biaya promosi yang diperlukan
 Besarnya modal yang dikeluarkan (apalagi kalau untuk membuat obat tadi harus invest
alat/mesin baru)
 Besarnya laba/margin yang diinginkan.

V. Penjualan Obat Bebas Tunai


Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan pembekalan farmasi lainya yang
dapat dibeli tanpa resep dokter seperti OTC (over the counter) baik obat ebas maupun obat bebas
terbatas. Pelayanan penjualan obat dan alat kesehatan yang di jual bebas discounter swalayan
farmasi termasuk komestika, dilakukan terhadap pasien yang memerlukan obat dan alat
kesehatan tanpa resep dokter. Pada pelayanan obat OTC pembayaranya dilakukan secara tunai.
Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pasien yang langsung datang ke
apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan dibayar secara tunai adalah sebagai berikut :

 Kasir atau petugas lain pada bagian penerimaan resep menerima resep dari pasien, lalu
memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
 Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam persediaan.
 Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut diserahkan kepasien
untuk mengambil obat pada bagian penyerahan obat.
 Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat. Asisten Apoteker pada
bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik atau menyiapkan obat sesuai dengan
resep.
 Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.
 Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi nomor resep, nama
pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga dilakukan pemeriksaan salinan resep
sesuai resep aslinya serta kebenaran kuitansi.
 Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu pasien diberi
informasitentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang diperlukan pasien.
 Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal resep dan disimpan
sekurang-kurangnya tiga tahun.
 Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib membubuhkan paraf atas apa saja yang
dikerjakan pada resep tersebut, jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung jawabkan atas
pekerjaan yang dilakukan.

VI. Penjualan Obat Dengan Resep Kredit


Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada suatu instansi atau
perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah mengadakan kerja sama dengan apotek yang
sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS),pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama. Apotek bekerja sama dengan beberapa
instalasi seperti Askes, PT. Jamsostek, PLN.

VII. Penjualan Dengan Resep Tunai Dan Kredit


Perbedaan utama antara pelayanan resep tunai dengan kredit ialah pada pelayanan resep
kredit, setelah resep diperiksa keabsahan dan kelengkapan resep, tidak dilakukan penetapan
harga tetapi langsung diberi nomor urut dan obat disiapkan sementara pembayarannya tidak
dilakukan pasien tetapi dibayarkan oleh instansi yang bekerjasama dengan apotek pada jangka
waktu yang ditetapkan secara tertulis dalam Ikatan Kerja Sama.

Untuk pelayanan resep kredit, setiap transaksi akan didata dan direkap untuk diklaim setiap
bulannya kepada instalasi yang bersangkutan. Pada pelayanan resep kredit, harga obat disepakati
oleh kedua belah pihak, yaitu dari apotek dan instansi yang memberikan jaminan kesehatan.
Selain itu, produk obat dan jumlah yang diberikan ditentukan oleh instansi tersebut.

VIII. Perhitungan Harga Obat Dengan Dengan Resep Dan Non Resep
1. Perhitungan Non Resep
 Apotek melayani penjualan obat bebas, bebas terbatas dan OWA.
 Obat bebas dan bebas terbatas adalah obat-obat yang boleh diberikan kepada pasien tanpa
resep dokter.
 Obat Wajib Apotek (OWA) adalah obat keras yang dapat diberikan dalam jumlah tertentu
oleh apoteker kepada pasien tanpa resep dokter, dengan disertai pemberian konseling,
informasi, dan edukasi terkait obat yang diserahkan.

Perhitungan harga jual non resep dan resep pada umumnya adalah sebagai berikut :
Non Resep : HJA = {( HNA +PPn)+ 15%}
Obat Resep : HJA = {( HNA +PPn) + 25%}

Keterangan:
HJA : Harga Jual Apotek
HNA: Harga Netto Apotek

Contoh Perhitungan Harga Non Resep :


Paracetamol/tablet = Rp. 600
PPn = 10%
Margin = 15%
Pasien membeli 1 strip Paracetamol (10 Tablet)
HJA Non Resep = {(HNA +PPn)+ 15%}
= {((Rp. 600 x 10 tablet)+10%) + 15%}
= {(Rp. 6.000 + 10%) + 15%}
=(Rp. 6.600 + 15%)
= Rp.9.900

2. Perhitungan Harga Resep


 Apotek juga menerima resep dari dokter, baik dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi,
dan dokter hewan.
 Resep yang masuk harus melalui proses screening dan mendapat persetujuan dari
apoteker sebelum resep disiapkan oleh asisten apoteker maupun oleh apoteker sendiri.
 Kegiatan pelayanan resep harus senantiasa memperhatikan Standard Operating Procedure
(SOP) pelayanan resep yang ada di apotek untuk menjamin mutu pelayanan yang
diterima pasien.
 SOP merupakan panduan petugas kefarmasian dalam melakukan Pengambilan obat
sesuai permintaan pasien (lakukan diagnosis sederhana, berikan informasi serta alternatif
pilihan obat jika diminta atau diperlukan dengan pengarahan apoteker).

Perhitungan harga jual obat dengan resep menggunakan rumus:


HJA = {(HNA +PPn) + 25% }+ E + T

Keterangan:
HJA : Harga Jual Apotek
HNA : Harga Netto Apotek
E : Embalase (harga barang yang tidak termasuk obat, misalnya plastik, kertas puyer,
kapsul kosong)
T : Tuslah (merupakan besaran balas jasa pelayanan farmasi)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penetapan atau perhitungan harga obat berarti suatu cara untuk menyusun harga obat
yang dijual di pasaran. Dasar-dasar hukum penentuan harga obat terus berkembang dari
masa ke masa. Mulai dari UU RI No. 7 Tahun 1963 sampai dengan hukum dasar yang baru
yaitu Kepmenkes RI No. 436 Tahun 2013 tentang HET. Untuk menentukan harga sebutir obat
yang kita minum memang tidak mudah dan sederhana. Ada banyak faktor dan pertimbangan
yang harus diperhatikan. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi penentuan harga obat,
tersebut diantaranya yaitu biaya bahan baku, biaya operasional, biaya marketing dan promosi,
modal, dan lain-lain. Dalam perhitungan harga obat terdapat istilah Harga Pokok Produksi
(HPP)atau yang sering disebut denganCOGM (Cost Of Goods Manufacture) yaitu biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi barang, HJP (Harga Jual Pabrik), HET (Harga Eceran
Tertinggi), HNA (Harga Netto Apotek), dan lain sebagainya. Selain faktor-faktor tersebut,
hendaknya faktor konsumen/pasien dalam hal ini juga harus mendapat perhatian dari industri
farmasi, karena bisnis farmasi bukan sekedar bisnis semata, namun ada nilai-nilai sosial di
dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

 https://id.scribd.com/presentation/409187170/Perhitungan-harga-obat
 https://id.scribd.com/document/476598166/Perhitungan-Harga-Obat
 https://id.scribd.com/presentation/415432108/PERHITUNGAN-HARGA-OBAT

Anda mungkin juga menyukai