Anda di halaman 1dari 18

Manajemen farmasi

( mengkaji dan menghitung harga obat )


Alur penentuan harga obat

Harga Harga Harga


Harga jual Harga jual
pokok netto eceran
pabrik apotek
produksi apotek tertinggi
Penetapan harga
obat bebas

Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan


perbekalan farmasi lainya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter
seperti obat OTC (over the counter) baik obat bebas maupun bebas
terbatas. Pelayanan penjualan obat dan alat kesehatan yang di jual
bebas dicounter swalayan farmasi termasuk kosmetika, dilakukan
terhadap pasien yang memerlukan obat dan alat kesehatan tanpa resep
dari dokter. Pada pelayanan obat OTC pembayarannya di lakukan
secara tunai.
Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Petugas membantu pasien dalam mencari barang di swalayan


farmasi sesuai kebutuhan dan menginformasikan harga barang
tersebut sesuai dengan harga yang tertera di Komputer.
2. Pembayaran dilakukan setelah petugas memasukkan nama dan
jumlah barang yang dientry dikomputer setelah disetujui pasien,
serta membuat bukti penyerahan nota penjualan bebas.
3. Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan
kepada pembeli. Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan
diurutkan berdasarkan nomor dan dicatat di laporan penjualan
harian
Penjualan obat resep tunai

Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan


terhadap pasien yang langsung datang ke
apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan
dan dibayar secara tunai adalah sebagai
berikut :
1. Kasir atau petugas lain pada bagian penerimaan resep menerima
resep dari pasien, lalu (mengkaji resep sesuai PMK no 73 tahun
2016) memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
2. Apoteker/ TTK memeriksa ada atau tidaknya obat di persediaan.
3. Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep tersebut
diserahkan ke pasien utk mengambil obat pada bagian penyerahan
obat.
4. Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat.
TTK pada bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik
atau menyiapkan obat sesuai dengan resep.
5. Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan
dikemas.
1. Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi
nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga
dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta
kebenaran kuitansi.
2. Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu pasien
diberi informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien.
3. Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal
resep dan disimpan sekurang-kurangnya lima tahun.

Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib membubuhkan paraf


atas apa saja yang dikerjakan pada resep tersebut, jika terjadi sesuatu
dapat dipertanggung jawabkan atas pekerjaan yang dilakukan.
Penjualan obat dengan resep kredit

Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang


bertugas pada suatu instansi atau perusahaan untuk pasien
dari instansi yang telah mengadakan kerja sama dengan
apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama (IKS),
pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Apotek bekerja sama dengan beberapa instalasi seperti
BPJS, Bank2, ,PLN dll.
Perbedaan pelayanan resep tunai dan resep kredit

Perbedaan utama antara pelayanan resep tunai dengan kredit ialah


pada pelayanan resep kredit, setelah resep diperiksa keabsahan dan
kelengkapan resep, tidak dilakukan penetapan harga tetapi langsung diberi
nomor urut dan obat disiapkan sementara pembayarannya tidak dilakukan
pasien tetapi dibayarkan oleh instansi yang bekerja sama dengan apotek pada
jangka waktu yang ditetapkan secara tertulis dalam Ikatan Kerja Sama. Untuk
pelayanan resep kredit, setiap transaksi akan didata dan direkap untuk diklaim
setiap bulannya kepada instalasi yang bersangkutan. Pada pelayanan resep
kredit, harga obat disepakati oleh kedua belah pihak, yaitu dari apotek dan
instansi yang memberikan jaminan kesehatan. Selain itu, produk obat dan
jumlah yang diberikan ditentukan oleh instansi tersebut.
Faktor-faktor penentu harga obat

Penentuan harga obat, sebagaimana “komoditas” yang lain, juga


sangat dipengaruhi beberapa hal, antara lain :
 Biaya Bahan Baku (bahan baku/zat aktif, bahan/zat tambahan
dan bahan pengemas)
 Biaya Operasional (operational cost)
 Biaya Marketing dan Promosi
 Biaya Distribusi
 Biaya Lain-lain (Umum, Penyusutan, Pajak, dan lain-lain).
Faktor lain penentu harga obat yaitu:
1. Harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran
2. Tingkat kompetisi pasar
3. Besarnya biaya promosi yang diperlukan
4. Besarnya modal yang dikeluarkan (apalagi kalau untuk membuat obat
tadi harus invest alat/mesin baru)
5. Besarnya laba/margin yang diinginkan.
Beban usaha

Beban usaha adalah beban-beban yang secara langsung atau tidak


langsung berhubungan dengan aktivitas usaha pokok perusahaan. Yang
termasuk Beban Usaha :

(1) Harga Pokok Penjualan = HPP = COGS


(2) Biaya Penjualan = gaji pegawai, beban iklan = Fixed Cost
(3) Biaya Administrasi = beban perlengkapan kantor, beban penyusutan gedung,
beban peralatan kantor.
(b) Biaya di Luar Usaha
Biaya di luar usaha adalah beban yang timbul dari aktivitas di luar usaha pokok
perusahaan, misalnya rugi penjualan aktiva tetap dan beban bunga.
Adapun cara menentukan harga obat yaitu :

1.HNA (Harga Netto Apotek)


HNA adalah singkatan dari harga netto apotek, harga
bersih dari suatu produk. HNA bisa diartikan sebagai
harga (modal) awal suatu apotek yang didapatkan saat
pembelian dari distributor atau yang lainnya. Bisa dari
PBF atau langsung dari pabriknya.
2. PPN 11%
PPN 11% adalah pajak pertambahan yang
wajib dikeluarkan dan dibayarkan ke kantor
pajak (besarnya yg dibayar ke kantor
pajak/KPP adalah Pajak Keluaran (PK)/yg
dipungut dari pasien dikurangi pajak
masukkan (PM) saat kita membeli dari PBF).
PPN dikenakan mulai dari proses transaksi dari
produsen sampaike konsumen.
3. Mark Up/Margin
Mark Up adalah persen keuntungan yang
didapatkan dari menjual produk. Mark Up
(Faktor harga jual=indeks harga jual) disini
bisa disebut juga Margin. Margin/Mark Up
tiap apotek berbeda-beda, ada yang
menetapkan laba kotor 20% atau 1,25……
[(0,25/1,25) x 100% = 20%] dan bahkan ada
yang menetapkan laba kotor 25% atau
1,33….. [(0,33/1,33) x 100%= 25%]
4. HJA (Harga Jual Apotek)
HJA adalah harga yang diberikan oleh apotek/pejual ke
pasien/konsumen dan tentunya setelah diperhitungkan
{HNA+PPN} x Factor HJA.
Misal : Rp 100.000,- +Rp 11.000 = Rp 111.000,- (harga netto
inclusive PPN)
Dikalikan factor HJA, 1,25. Jadi jual ke pasien adalah Rp.111.000
x 1,25 = Rp 138.750,-
Hatur nuhun, success selalu

Anda mungkin juga menyukai