HJA adalah harga jual obat yang akan ditawarkan dari apotek kepada
konsumen. Ketika menjual obat kepada konsumen, Anda bisa
menggunakan HJA ini. Sedangkan harga netto adalah harga awal atau
bisa disebut dengan modal yang dikeluarkan oleh apotek untuk membeli
obat dari produsen atau distributor resmi.
4. Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya
dan hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan. Tujuan farmakoekonomi adalah untuk
memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam
menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar
pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis.
http://www.iai.id/news/artikel/aplikasi-farmakoekonomi#:~:text=Farmakoekonomi%20adalah
%20studi%20yang%20mengukur,hasil%2Fkonsekuensi%20dari%20suatu%20pengobatan.
5. PBF (Pemesanan dan perizinan)
Beberapa hal berkaitan dengan Perizinan PBF dan/ atau PBF cabang adalah:
1. Izin PBF dikeluarkan oleh Dirjen Bidang Pembinaan dan Pengawasan
2. Izin PBF berlaku selama 5 tahun dan boleh diperpanjang
3.PBF boleh membuka cabang yang disebut PBF cabang
4. PBF cabang harus mendapat surat pengakuan dari Ka. Dinkes Provinsi setempat
dimana PBF cabang berada
5.Pengakuan PBF cabang berlaku selama izin PBF cabang berlaku.
Persyaratan Pedagang Besar Farmasi
7. PAFI
Oleh karena itu Ahli Farmasi Indonesia merupakan salah satu potensi
pembangunan yang tidak pernah absen dalam perjuangan pembangunan
Negara. Sebagai salah satu potensi pembangunan sesuai Fungsinya, Ahli
Farmasi Indonesia disamping tugas keseharian, tetap ikut serta mempertinggi
taraf kesejahteraan umum, khususnya dibidang Kesehatan Masyarakat dan
Farmasi.
8. Metode Penyimpanan
Pengelolaan obat dalam konteks penyimpanan obat di apotek harus menjadi perhatian
khusus mengingat aspek ini berperan penting dalam kelancaran delivery obat dari
apotek ke pasien. Penyusunan obat yang sesuai dan tertata rapi akan mempermudah
farmasis dalam proses dispensing obat. Ada berbagai metode yang bisa digunakan
untuk penyimpanan obat diantaranya adalah FIFO, FEFO dan LIFO.
First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih
dulu dan dikeluarkan lebih dulu.
First Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang
memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.
Last In First Out (LIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang terakhir
masuk dikeluarkan terlebih dahulu.
Penyimpanan dengan cara FIFO dilakukan dengan menempatkan obat pada rak paling
depan, artinya jika dalam 1 rak tersebut terdapat 5 obat dengan nama dan sediaan yang
sama maka obat yang datang lebih dahuu ditempatkan paling terluar dari susunan dan
obat yang baru datang dari pembelian (distributor/pbf) ditempatkan pada bagian
terdalam susunan tersebut atau dengan kata lain obat yang lebih dahulu datang
dikeluarkan duluan. Namun cari FIFO saja tidak cukup mengingat kita ketahui obat
memiliki tanggal kadaluarsa / expired date (ED) yang mana tanggal ED ini berbeda-
beda setiap kemasan obat tergantung tanggal manufacturing (MD) atau tanggal
produksi. Untuk itu perlu adanya pemahaman mengenai FEFO sehingga kita dapat
menentukan apakah obat yang pertama masuk ke apotek memiliki tanggal ED yang juga
lebih cepat atau bahkan sebaliknya bisa saja obat yang baru saja kita beli dari Pbf justru
memiliki tanggal ED yang jauh lebih dekat/cepat daripada obat yang sama yang sudah
kita beli sebelumnya. Sehingga, FEFO memiliki peran vital dimana obat yang memiliki
tanggal ED lebih cepat harus kita tempatkan disusunan paling depan supaya paling
cepat bisa dikeluarkan dan dapat mengantisipasi adanya stok rusak akibat ED. Kasus
dimana obat yang datang belakangan/terakhir justru memiliki tanggal ED yang lebih
cepat biasa menggunakan metode LIFO. Sehingga kombinasi FIFO, FEFO dan LIFO
patut dipahami dengan benar oleh farmasis yang bertanggung jawab dalam pelayanan
kefarmasian di apotek konvensional, RS, puskesmas dan pusat pelayanan kesehatan
lainnya.
2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan
bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.
3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
a. Tablet kempa
paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya
tergantung desain cetakan.
b. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
c. Tablet trikurat
tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan
d. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk
membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet sublingual
dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah
lidah.
f. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g. tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan
lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
h. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah
ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
4. Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan
bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan
7. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau
penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan
sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
8. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase
cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi
topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi
optalmik,suspensi sirup kering.
9. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan
yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
distabilkan oleh zat pengemulsi.
10. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
12. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.
15. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan adalah :
a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk anti
muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.