Anda di halaman 1dari 9

Pretest

1. Resep (skrining resep, istilah resep)


2. Perhitungan resep
3. Perhitungan Manajemen Apotek
https://vmedis.com/metode-menentukan-harga-jual-obat-untuk-menghindari-kerugian-di-
apotek/

HJA = harga netto x  PPN 10% x marjin keuntungan

HJA = harga netto  x marjin keuntungan

HJA adalah harga jual obat yang akan ditawarkan dari apotek kepada
konsumen. Ketika menjual obat kepada konsumen, Anda bisa
menggunakan HJA ini. Sedangkan harga netto  adalah harga awal atau
bisa disebut dengan modal yang dikeluarkan oleh apotek untuk membeli
obat dari produsen atau distributor resmi.

Marjin keuntungan adalah besar keuntungan yang diinginkan. Hal ini


bisa ditentukan oleh Anda sendiri sebagai pemilik apotek. Untuk kisaran
besar marjin adalah 25% atau 30%.Kemudian ada PPN 10% yang
memang menjadi pajak wajib proses transaksi dari produsen hingga ke
konsumen.

Perhitungan tersebut bisa diterapkan untuk obat yang dibeli sudah


dalam kemasan dan hanya tinggal menjualnya pada konsumen. Tapi,
untuk obat yang harus diracik terlebih dahulu oleh apoteker,HJA-nya
akan ditambah dengan jasa peracikan. Untuk menentukan harga jasa
apoteker, besarannya tergantung tingkat kerumitan peracikan obat dan
apoteker.

HJA = harga netto  x marjin keuntungan + jasa per resep

Meski sebagai pemilik usaha apotek Anda tidak ingin mengalami


kerugian, namun mematok harga jual obat melebihi marjin keuntungan
1.25 sampai 1.3 juga tidak dibenarkan. Ini karena apotek tidak hanya
berfokus pada bisnis tetapi juga pelayanan pengobatan kepada pasien.
Terlebih adanya aturan tentang harga eceran tertinggi yang
diberlakukan di seluruh Indonesia. Jadi, jangan hanya terlena dengan
meraih keuntungan besar tanpa memikirkan bagaimana layanan
kesehatan untuk pasien.

4. Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah studi yang mengukur dan membandingkan antara biaya
dan hasil/konsekuensi dari suatu pengobatan. Tujuan farmakoekonomi adalah untuk
memberikan informasi yang dapat membantu para pembuat kebijakan dalam
menentukan pilihan atas alternatif-alternatif pengobatan yang tersedia agar
pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien dan ekonomis. 
http://www.iai.id/news/artikel/aplikasi-farmakoekonomi#:~:text=Farmakoekonomi%20adalah
%20studi%20yang%20mengukur,hasil%2Fkonsekuensi%20dari%20suatu%20pengobatan.
5. PBF (Pemesanan dan perizinan)

Beberapa hal berkaitan dengan Perizinan PBF dan/ atau PBF cabang adalah:
1. Izin PBF dikeluarkan oleh Dirjen Bidang Pembinaan dan Pengawasan
2. Izin PBF berlaku selama 5 tahun dan boleh diperpanjang
3.PBF boleh membuka cabang yang disebut PBF cabang
4. PBF cabang harus mendapat surat pengakuan dari Ka. Dinkes Provinsi setempat
dimana PBF cabang berada
5.Pengakuan PBF cabang berlaku selama izin PBF cabang berlaku.
Persyaratan Pedagang Besar Farmasi

Pedagang Besar farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :


1. Dilakukan oleh badan hukum, perseroan terbatas,Koperasi, Perusahaan nasional,
Maupun perusahaan patungan antara penanam modal asing yang telah memperoleh izin
usaha industrial Farmasi di Indonesia dengan perusahaan nasional.
2. Memiliki nomor wajib pajak ( NPWP)
3.  Memiliki izin asisten apoteker yang bekerja penuh
4. Anggota di reksi tidak pernah terlibat pelanggaran ketentuan perundang-undangan di
bidang farmasi.
5. Pedagang besar farmasi / Pedagang Besar farmasi cabang wajib mengadakan,
menyimpan dan menyalurkan perbekalan farmasi yang memenuhi syarat mutu.
6. PBF wajib melaksanakan pengadaan obat, bahan baku obat dan alkes dari sumber yang
sah.
7. Bangunan atau sarana memadai untuk melaksanakan pengadaan , pengelolaan,
penyimpanan, dan penyaluran perbekalan farmasi :
a. Gudang di lengkapi dengan kelengkapan yang dapat menjamin mutu      keamanan
perbekalan farmasi yang di simpan.
b. Gudang dan kantor dapat di pisah asal pengawasan intern direksi dan penanggung
jawab tetap efektif
c. PBF wajib melaksanakan dokumentasi pengadaan, penyimpanan dan penyaluran secara
tertib

Izin PBF tidak berlaku bila:


1. Masa berlaku izin sudah habis dan tidak diperpanjang
2. PBF sedang dikenai sanksi penghentian sementara kegiatan
3. Izin PBF dicabut

Pengakuan PBF cabang tidak berlaku bila:


1. Masa berlaku izin PBF habis dan tidak diperpanjang
2. PBF cabang sedang dikenai sanki penghentian sementara kegiatan
3.Pengakuan dicabut.
PBF ada 2 macam yaitu PBF obat dan PBF bahan baku obat. Menurut PP no. 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, yang dimaksud Fasilitas distribusi adalah sarana
yang digunakan untuk menyalurkan atau mendistribusikan sediaan farmasi dalam rangka
perdagangan, bukan perdagangan atau pemindahtanganan.

Kewajiban PBF dan PBF cabang


( Berkaitan dengan apoteker ) :
1. PBF atau PBF cabang harus memiliki apoteker penanggung jawab dalam melakukan
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan atau bahan obat.
2. Apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan
3. Apoteker tidak boleh merangkap jabatan sebagai direksi/pengurus PBF atau PBF
cabang
4.Setiap pergantian apoteker penanggung jawab, direksi/pengurus PBF atau PBF cabang
harus melaporkan kepada Dirjen atau KA.Dinkes Provinsi selambat-lambatnya enam hari
kerja.
( Berkaitan dengan CDOB)
1. PBF atau PBF cabang dalam melaksanakan Pengadaan, penyimpanan dan penyaluran
obat atau bahan obat harus menerapak CDOB yang ditetapkan oleh Menteri
2. Penerapan CDOB mengikuti pedoman teknis CDOB yang ditetapkan oleh kepala
badan
3. PBF atau PBF cabang yang telah menerapkan CDOB diberikan sertifikat CDOB oleh
kepala badan
( Berkaitan dengan dokumentasi)
4. PBF atau PBF cabang wajib mendokumentasikan setiap pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan atau bahan obat sesuai pedoman CDOB
5. Dokumentasi boleh dilakukan secara elektronik
6. Dokumentasi harus dapat diperiksa setiap saat oleh petugas
( Berkaitan dengan larangan )
7. PBF atau PBF cabang dilarang menjual obat dan atau bahan obat secara eceran
8. PBF atau PBF canbang dilarang menerima/melayani resep
PBF dan PBF cabang hanya bisa menyalurkan obat kepada:
1. PBF lain
2. PBF cabang lain
3. Fasilitas pelayanan kefarmasian:
- Apotek
- Klinik
- Puskesmas
- Toko obat
- Praktek bersama
- Instalasi Farmasi Rumah sakit
4. Pemerintah, bila pemerintah membutuhkan sesuai ketentuan peraturan yang berlaku
5.PBF cabang hanya bisa menyalurkan obat dialam batas wilayah provinsi pengakuannya
6. Lembaga Ilmu Pengetahuan

6. Penyimpanan dokumen Resep


http://pharmacydiscovery.blogspot.com/2018/09/penyimpanan-dan-pemusnahan-resep-
obat.html

7. PAFI

Sekilas Tentang PAFI

Sesungguhnya Ahli Farmasi Indonesia ada sejak di Proklamasikan kemerdekaan


Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah
berjuang bahu membahu dengan semua golongan masyarakat, untuk
melenyapkan penjajahan dari muka bumi Indonesia, serta turut aktif
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kemudian ikut serta
dalam Pembangunan Masyarakat dan Negara.

Oleh karena itu Ahli Farmasi Indonesia merupakan salah satu potensi
pembangunan yang tidak pernah absen dalam perjuangan pembangunan
Negara. Sebagai salah satu potensi pembangunan sesuai Fungsinya, Ahli
Farmasi Indonesia disamping tugas keseharian, tetap ikut serta mempertinggi
taraf kesejahteraan umum, khususnya dibidang Kesehatan Masyarakat dan
Farmasi.

Pada tanggal 13 Februari 1946, di Yogyakarta dibentuklah suatu Organisasi


yang dinamakan “Persatuan Ahli Farmasi Indonesia “ sebagai wadah untuk
menghimpun Semua Tenaga yang Bakti Karyanya di bidang Farmasi, Persatuan
Ahli Farmasi Indonesia selanjutnya disingkat “PAFI”.

PAFI dan Pengurus Pusat PAFI berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan


Republik Indonesia yang berazaskan Pancasila, Organisasi PAFI adalah
Organisasi Profesi yang bersifat Kekaryaan dan Pengabdian.
Tujuan PAFI
- Mewujudkan Masyarakat Adil dan Makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945
- Mewujudkan Derajat Kesehatan yang Optimal bagi Masyarakat Indonesia
- Mengembangkan dan meningkatkan Pembangunan Farmasi Indonesia
- Meningkatkan Kesejahteraan Anggota

8. Metode Penyimpanan

Pengelolaan obat dalam konteks penyimpanan obat di apotek harus menjadi perhatian
khusus mengingat aspek ini berperan penting dalam kelancaran delivery obat dari
apotek ke pasien. Penyusunan obat yang sesuai dan tertata rapi akan mempermudah
farmasis dalam proses dispensing obat. Ada berbagai metode yang bisa digunakan
untuk penyimpanan obat diantaranya adalah FIFO, FEFO dan LIFO. 

First In First Out (FIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih
dulu dan dikeluarkan lebih dulu.

First Expired First Out (FEFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang
memiliki tanggal kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.

Last In First Out (LIFO) adalah penyimpanan obat berdasarkan obat yang terakhir
masuk dikeluarkan terlebih dahulu.

Penyimpanan dengan cara FIFO dilakukan dengan menempatkan obat pada rak paling
depan, artinya jika dalam 1 rak tersebut terdapat 5 obat dengan nama dan sediaan yang
sama maka obat yang datang lebih dahuu ditempatkan paling terluar dari susunan dan
obat yang baru datang dari pembelian (distributor/pbf) ditempatkan pada bagian
terdalam susunan tersebut atau dengan kata lain obat yang lebih dahulu datang
dikeluarkan duluan. Namun cari FIFO saja tidak cukup mengingat kita ketahui obat
memiliki tanggal kadaluarsa / expired date (ED) yang mana tanggal ED ini berbeda-
beda setiap kemasan obat tergantung tanggal manufacturing (MD) atau tanggal
produksi. Untuk itu perlu adanya pemahaman mengenai FEFO sehingga kita dapat
menentukan apakah obat yang pertama masuk ke apotek memiliki tanggal ED yang juga
lebih cepat atau bahkan sebaliknya bisa saja obat yang baru saja kita beli dari Pbf justru
memiliki tanggal ED yang jauh lebih dekat/cepat daripada obat yang sama yang sudah
kita beli sebelumnya. Sehingga, FEFO memiliki peran vital dimana obat yang memiliki
tanggal ED lebih cepat harus kita tempatkan disusunan paling depan supaya paling
cepat bisa dikeluarkan dan dapat mengantisipasi adanya stok rusak akibat ED. Kasus
dimana obat yang datang belakangan/terakhir justru memiliki tanggal ED yang lebih
cepat biasa menggunakan metode LIFO. Sehingga kombinasi FIFO, FEFO dan LIFO
patut dipahami dengan benar oleh farmasis yang bertanggung jawab dalam pelayanan
kefarmasian di apotek konvensional, RS, puskesmas dan pusat pelayanan kesehatan
lainnya.

9. Bentuk sediaan obat


 Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian luar.

2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan
bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.Contohnya adalah puyer.

3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
a. Tablet kempa
paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta penandaannya
tergantung desain cetakan.
b. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam lubang cetakan
c. Tablet trikurat
tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang ditemukan
d. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air. Dulu untuk
membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.
e. Tablet sublingual
dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan tablet di bawah
lidah.
f. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g. tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau kemasan tahan
lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
h. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga mulut, mudah
ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

4. Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.

5. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian dimasukan
bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
e. Mudah ditelan

6. Kaplet (kapsul tablet)


Merupakan sedian padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya oval seperti
kapsul.

7. Larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut,
biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau
penggunaannya,tidak dimasukan dalam golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan
sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).

8. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase
cair. macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga termasuk susu/magma),suspensi
topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar),suspensi
optalmik,suspensi sirup kering.

9. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi, fase cairan
yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya
distabilkan oleh zat pengemulsi.

10. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.

11. Ekstrak (extractum)


Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari
simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut yang sesuai.kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.

12. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air
pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.

13. Imunoserum (immunosera)


Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh dari serum
hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa ular0 dan
mengikut kuman/virus/antigen.

14. Salep (unguenta)


Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan setengah padat yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi
homogen dalam dasar salep yang cocok.

15. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui
rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
Tujuan pengobatan adalah :
a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin untuk anti
muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.

16. Obat tetes (guttae)


Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat
dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan farmakope indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae
(obat dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales
(tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

17. Injeksi (injectiones)


Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat
menerima pengobatan melalui mulut.

10. Penyimpanan Obat


 Sediakan wadah penyimpanan obat dan pilah-pilah obat menurut
jenisnya, untuk memudahkan ketika kita mencarinya.
 Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
 Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung atau seperti yang tertera pada kemasan.
 Simpan obat ditempat yang tidak panas atau tidak lembab karena
dapat menimbulkan kerusakan.
 Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak
beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
 Periksa kondisi obat secara rutin, jangan menyimpan obat yang telah
kadaluarsa atau rusak.
 Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
 Bersihkanlah wadah/kotak tempat penyimpanan obat secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai