Anda di halaman 1dari 19

Tugas Makalah

Dosen Pembimbing : Ferna Indrayani S.Si,M.Si,Apt

CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK DI PEDAGANG BESAR


FARMASI (PBF)

Disusun oleh :
ANDI TIARA BATARA NH0519007
ANGEL BERLINDA TAMHER NH0519008
ANGGUN BUNGA BELA NH0519009

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PERGURUAN TINGGI

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih dan rahmat-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.

Tujuan penulisan makalah ini guna memenuhi kebutuhan tugas kuliah


Pemasaran Farmasi khususnya mengenai Pedagang Besar Farmasi, dengan adanya
makalah ini diharapkan mahasiswa lebih mudah dalam mendapatkan bahan
referensi dari berbagai sumber.

Dalam kesempatan ini kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam proses penulisan makalah ini
sehingga dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kelemahan


dan kekurangan, untuk itu kami mengharapkan adanya masukan guna
penyempurnaan materi pada makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan.

Makassar, 05 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian PBF
B. Fungsi Dan Kewajiban PBF
C. Peran Apoteker Dalam PBF
D. Aspek – Aspek CDOB Di PBF
E. Prinsip – Prinsip CDOB
F. Tujuan Utama CDOB
G. Aspek – Aspek CDOB

BAB III Penutup

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PBF atau Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan yang
berbentuk badan hukum dengan izin untuk pengadaan, penyimpanan,
penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dimana dalam hal ini para pedagang besar
farmasi berfungsi untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat/bahan
obat dalam jumlah besar sesuai peraturan perundang-undangan.
Setiap PBF dan PBF cabang diharuskan untuk memiliki apoteker
penanggung jawab yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
ketentuan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dan/atau bahan
obat dan apoteker penanggung jawab ini harus memiliki izin sesuai
ketentuan peratutan perundang-undangan.
Oleh karena itu, seorang apoteker yang bertanggung jawab ini
sangat dituntut untuk memiliki kemampuan dan kecakapan lebih dalam
melakukan pekerjaan kefarmasian dilingkungan pedagang besar farmasi
yang meliputi berbagai bidang diantaranya adalah pengadaan,
penyimpanan, distribusi, atau penyaluran sediaan farmasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari PBF?
2. Apa saja fungsi dan kewajiban PBF?
3. Apa saja peran Apoteker dalam PBF?
4. Bagaimana aspek – aspek CDOB di PBF?
5. Apa saja prinsip – prinsip CDOB
6. Apa tujuan utama CDOB?
7. Bagaimana aspek – aspek CDOB?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa pengertian dari PBF
2. Dapat mengetahui apa saja fungsi dan kewajiban PBF
3. Dapat mengetahui apa saja peran Apoteker dalam PBF
4. Dapat mengetahui bagaimana aspek – aspek CDOB di PBF
5. Dapat mengetahui spa saja prinsip – prinsip CDOB
6. Dapat mengetahui apa tujuan utama CDOB
7. Dapat mengetahui bagaimana aspek – aspek CDOB
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian PBF
Penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian di Pedagang Besar
Farmasi ( PBF) adalah dalam bidang pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluran sediaan farmasi. Menurut PerMenKes RI
No. 1148/Menkes/Per/VI/2011,  Pedagang Besar Farmasi adalah
perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan,
penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Dimana pedagang besar
farmasi berfungsi untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat/bahan
obat dalam jumlah besar sesuai peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan undang-undang No. 34 tahun 2014 tentang perubahan
atas peraturan Menteri Kesehatan No. 1148/Menkes/Per/VI/2011 tentang
Pedagang Besar Farmasi, menyatakan bahwa setiap PBF dan PBF cabang
harus memiliki apoteker penanggung jawab yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran
obat dan/atau bahan obat dan apoteker penanggung jawab harus memiliki
izin sesuai ketentuan peratutan perundang-undangan.
Untuk itu, seorang apoteker dituntut untuk meningkatkan
kemampuan dan kecakapannya dalam melakukan pekerjaan kefarmasian
dilingkungan pedagang besar farmasi yang meliputi bidang pengadaan,
penyimpanan, distribusi, atau penyaluran sediaan farmasi.

B. Fungsi dan Kewajiban PBF


Adapun fungsi dari PBF adalah :
1. Tempat menyediakan dan menyimpan sediaan farmasi yang meliputi
obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
2. Sebagai sarana yang mendistribusikan sediaan farmasi ke fasilitas
pelayanan kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik dan toko obat berizin.
3. Sebagai sarana untuk mendistribusikan sediaan farmasi di wilayah
sesuai surat pengakuannya/surat izin edar.
4. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.

Kewajiban PBF antara lain :


1. PBF dan PBF cabang hanya dapat mengadakan, menyimpan dan
menyalurkan obat/bahan obat yang memenuhi persyaratan mutu yang
ditetapkan oleh Menteri.
2. PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dari industri farmasi
dan sesama PBF.
3. PBF hanya dapat melaksanakan pengadaan bahan obat dari industri
farmasi, sesama PBF dan atau melalui importasi.
4. PBF cabang hanya dapat melaksanakan pengadaan obat dan atau
bahan obat dari PBF pusat.
5. Setiap PBF dan PBF cabang harus memiliki apoteker penanggung
jawab yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan ketentuan
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat, bahan obat.
6. PBF cabang hanya dapat menyalurkan obat/bahan obat di wilayah
Provinsi sesuai surat pengakuannya.
7. PBF dan PBF cabang harus melaksanakan pengadaan, penyimpanan,
dan penyaluran obat atau bahan obat sesuai dengan CDOB.
8. Setiap PBF dan PBF cabang wajib melaksanakan dokumentasi
pengadaan, penyimpanan dan penyaluran di tempat usahanya dengan
mengikuti pedoman CDOB yang dapat dilakukan secara elektronik
dan akan diperiksa sewaktu-waktu.
9. Setiap PBF dan PBF cabang yang melakukan pengadaan,
penyimpanan dan penyaluran narkotika wajib memiliki izin khusus
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. PBF dan PBF cabang hanya melaksanakan penyaluran obat berupa
obat keras berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
pengelola apotek atau apoteker penanggung jawab.
11. Setiap PBF dan PBF cabang wajib menyampaikan laporan kegiatan
setiap 3 bulan sekali meliputi kegiatan penerimaan dan penyaluran
obat/bahan obat kepada Dirjen dengan tembusan Kepala Badan,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM. Dan untuk
PBF penyalur narkotika dan psikotropika wajib menyampaikan
laporan bulanan penyaluran narkotika dan psikotropika.

C. Peran Apoteker Dalam PBF


Peran Apoteker saat ini sudah semakin meluas di dunia
kefarmasian, salah satunya di dunia distribusi obat yang dikenal dengan
nama Pedagang Besar Farmasi (PBF). Peran Apoteker di PBF yaitu
sebagai penganggung jawab bedasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi.
Tugas seorang Apoteker di PBF adalah bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran
obat atau bahan obat sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Pendistribusian obat dari PBF hanya dapat dilakukan melalui sarana
pelayanan kefarmasian yang memiliki ijin seperti Apotek, Rumah Sakit,
PBF lainnya, Puskesmas, Klinik, Toko obat, dan lain sebagainya
Acuan atau pegangan Apoteker di PBF adalah CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik) yang bertujuan untuk menjamin penyebaran
obat secara merata dan teratur agar dapat diperoleh oleh pasien saat
dibutuhkan, pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat, melindungi
masyarakat dari kesalahan penggunaan dan penyalahgunaan obat,
menjamin agar obat yang sampai ke tangan pasien adalah obat yang
efektif, aman, dan dapat digunakan sesuai tujuan penggunaannya,
menjamin penyimpanan obat aman dan sesuai, termasuk selama
transportasi. Disinilah peran Apoteker yang berkompeten dibutuhkan.
Tak hanya pendistribusiannya tetapi juga pengadaan barang dan
penyimpanan yang menjadi tanggung jawab apoteker di PBF. Untuk PBF
cabang pengadaan Obat-obatan, bahan obat maupun alat kesehatan didapat
dari PBF pusat, namun untuk PBF pusat sendiri disuplai dari pabrik obat
yang telah melakukan kerja sama. Untuk penyimpanan obat itu sendiri
sudah disiapkan di gudang PBF yang telah memenuhi persyaratan seperti
luas, letak, suhu/temperatur, tata ruang, kebersihan, kerapihan, pest
control, dll.
Peran apoteker selanjutnya adalah Quality Control dan Quality
Assurance di dalam ruangan penyimpanan obat tersebut yang bekerja
sama dengan petugas gudang, sehingga ketika akan didistribusikan ke
sarana pelayanan kesehatan obat-obatan tersebut dalam keadaan mutu
terjamin.

D. Aspek – Aspek CDOB Di PBF


1. PBF ( Pedagang besar Farmasi)
Perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk
pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam
jumlah besar sesuai ketentuan peraturan peeundang-undangan.
Pengadaan penyimpanan, dan penyaluran obat Pbf, harus dilakukan
sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya
disingkat CDOB.
2. Cara Distribusi Obat yang Baik
Cara Distribusi Obat/ penyaluran obat dan/atau bahan obat yang
bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/ penyaluran
sesuai persyaratan dan tujuan penggunaan.

E. Prinsip – Prinsip CDOB


1. Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk
aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian
obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi.
2. Semua pihak yang terlibat dalam distribusi obat dan/atau bahan obat
bertanggungjawab untuk memastikan mutu obat dan/atau bahan obat
dan mempertahankan integritas rantai distribusi selama proses
distribusi.
3. Prinsip-prinsip CDOB berlaku juga untuk obat donasi, baku
pembanding dan obat uji klinis.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses distribusi harus menerapkan
prinsip kehati-hatian (duediligence) dengan mematuhi prinsip CDOB,
misalnya dalam prosedur yang terkait dengan kemampuan telusur dan
identifikasi risiko.
5. Harus ada kerja sama antara semua pihak termasuk pemerintah, bea
dan cukai, lembaga penegak hukum, pihak yang berwenang, industri
farmasi, fasilitas distribusi dan pihak yang bertanggung jawab untuk
penyediaan obat, memastikan mutu dan keamanan obat serta mencegah
paparan obat palsu terhadap pasien.

F. Tujuan Utama CDOB


1. Menjamin kualitas barang selama proses penerimaan dan mencegah
terjadinya kerugian akibat penanganan yang tidak tepat pada saat
penerimaan barnag.
2. Memastikan barang-barang disimpan sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan serta terjaga kualitasnya.
3. Produk yang dikirim sesuai dengan yang dipesan pelanggan.
4. Pemesanan produk psikotropik harus disertai dengan Surat Pesanan
yang ditandatangani oelh penanggung jawab pelanggan.
5. Menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat
tersedia saat diperlukan.
6. Terlaksananya pengamanan lalu lintas dan penggunaan obat tepat
sampai kepada pihak yang membutuhkan secara sah untuk melindungi
masyarakat dari kesalahan penggunaan atau penyalahgunaan.
7.
G. Aspek – Aspek CDOB
1. Manajemen Mutu
Suatu infrastruktur yang sesuai, meliputi sistem mutu dan jaga
mutu (tindakan sistematis) yang diperlukan untuk memastikan bahwa
suatu produk memenuhi persyaratan mutu dengan tingkat kepercayaan
yang memadai.
2. Organisasi, Manajemen dan Personalia.
Setiap personil harus memiliki uraian tugas tertulis yang sudah
ditandatangani yang bersangkutan dan pihak perusahaan.
Fasilitas Distribusi harus menjaga keselamatan dan keamanan
semua aspek yang terlihat dalam proses distribusi obat dan/atau bahan
obat, termasuk personil, sarana, lingkungan dan hal-hal lainnya yang
dapat berpengaruh pada integritas obat dan/atau bahan obat.
Sarana distribusi dapat menentukan personil tertentu yang
mempunyai kompetensi yang sesuai dengan penanggung jawab yang
tertuang dalam uraian jabatan dan sistem mutu.
3. Bangunan dan Peralatan
Lokasi bangunan harus bebas banjir, dan/atau kondisi cuaca
ekstrim dan bahaya alamiah lainnya. Bangunan tempat penyimpanan
dibangun dengan:
a) Menggunakan bahan yang kuat dan mudah dibersihkan;
b) Memiliki saluran pembuangan air;
c) Lantai yang mudah dibersihkan, mempunyai permukaan yang rata,
bebas dari keretakan dan lubang yang terbuka;
d) Langit-langit selalu dalam keadaan baik: tidak bocor, berlubang
dan dalam keadaan bersih.
Yang dimaksud dengan kondisi penyimpanan yang baik meliputi:
a) Bersih, bebas dari sampah dan debu;
b) Dapat mempertahankan suhu yang sesuai dengan persyaratan
penyimpanan produk;
c) Mencegah masuknya serangga dan hama lain;
d) Kering, tidak ada rembesan.
Semua peralatan gudang (misalnya alat-alat untuk penanganan
material -conveyors, perlengkapan penyimpanan – high rack, shelving
rack, palet, alat untuk pemantau lingkungan - termometer dan lain-lain),
alat angkut - forklift, dan infrastruktur harus dipelihara agar selalu dalam
kondisi yang baik. Perbaikan sementara atau modifikasi yang dapat
berpengaruh buruk terhadap produk dan proses tidak disarankan untuk
dilakukan. Peralatan/perlengkapan harus dicatat secara rinci dan
diinvestarisasi serta diberi nomor untuk memastikan bahwa program
perawatan/pemeliharaan rutin dan kalibrasi selalu dilakukan dibawah
pengawasan.
4. Operasional
a) Pengadaan
- Proses pengadaan harus dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan
ketentuan.
- Pengadaan dilakukan atas sepengetahuan APJ
- APJ dapat melakukan akses dan kontrol terhadap pemesanan atau dapat
mengontrol jika menggunakan sistem.
- Dokumentasi tertib dan mudah diakses pada saat dibutuhkan.
b) Penerimaan
- Penerimaan dilakukan atas sepengetahuan APJ
- Pemastian obat yang diterima sesuai dengan yang dipesan.
- Dokumentasi tertib dan mudah diakses pada saat dibutuhkan.
c) Penyimpanan
- Penyimpanan sesuai jenis produk dan bentuk sediaan
- Penyimpanan sesuia spesifikasi produk dan menggunakan palet.
- Mrnggunakan sistem FIFO/FEFO dan label yang jelas.
- Rusak, expired, terkontaminasi, disimpan terpisah dan terkunci.
d) Penyaluran
- Sesuai SP dan penyaluran dilengkapi faktur ke sarana yang berhak.
- Sistem kontrol barang yang keluar gudang.
- Kebenaran fisik produk, bets dengan dokumen.
- Diterima dan dibayar oleh pihak pemesan.
e) Penarikan Kembali
- Harus dilakukan penarikan kembali secara efektif dan efisien.
5. Inspeksi Diri
Inspeksi diri untuk mengevaluasi seluruh sistem operasional di
Fasilitas Distribusi dalam semua aspek yang dapat mempengaruhi
mutu obat dan/atau bahan obat serta memastikan keefektikan Sistem
Mutu yang diterapkan. Inspeksi diri bukan hanya untuk mencari
kesalahan atau kelemahan yang ada tapi lebih utama untuk mencari
cara pencegahan dan mengatasi masalah secara efektif.
6. Penanganan Keluhan, Obat Kembalian, diduga Palsu dan
Penarikan Kembali (Recall)
Obat dan/atau bahan obat yang telah disalurkan kepada pelanggan
jika dikembalikan baik karena alasan kesalahan pengiriman atau obat
kembalian harus dikarantina dulu untuk dilakukan evaluasi oleh
penanggung jawab.
Evaluasi mencakup kebenaran obat (penandaan, nomor bets dan
kedaluwarsa) dan kondisi penyimpanan selama tranportasi. Jika hasil
evaluasi dinyatakan baik, maka dapat dimasukkan ke dalam stok dan
dapat dijual kembali. Jika hasil evaluasi dinyatakan tidak baik atau
dicurigai adanya obat palsu, maka dilakukan pengamanan untuk
diproses lebih lanjut.
Jika ditemukan kecurigaan obat dan/atau bahan obat palsu,
terhadap obat kembalian dari pelanggan, fasilitas distribusi dapat
berkoordinasi dengan instansi terkait (Balai Besar/Balai POM
setempat/Badan POM, Kepolisian), Industri Farmasi, Fasilitas
Distribusi lainnya, Fasilitas Pelayanan Kefarmasian untuk melakukan
pengecekan produk.
7. Transportasi
Peralatan keamanan tambahan pada kendaraan untuk pengiriman dapat
berupa kunci pengaman. Peralatan keamanan tambahan untuk personil
dapat berupa alat perlindungan diri, alat komunikasi, GPS.
Jadwal pengiriman disesuaikan dengan:
a) Jadwal moda transportasi;
b) Perkiraan waktu kedatangan di sarana tujuan pengiriman
c) Kondisi geografis perjalanan, dan
d) Kondisi keamanan selama perjalanan.
Kondisi yang tidak diharapkan dapat berupa:
a) Mengalami kecelakaan;
b) Mengalami pencurian atau kehilangan;
c) Keadaan force majeure (bencana alam, kerusuhan, dll);
d) Mengalami kerusakan pada kendaraan; atau
e) Kemacetan dalam perjalanan sehingga perkiraan waktu kedatangan
tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Kendaraan yang digunakan untuk pengiriman harus dalam kondisi baik,


layak jalan.
Kondisi ruang penyimpanan dalam kendaraan harus:
a) Tidak terpengaruh oleh cahaya, suhu, kelembaban, bau yang
menyengat dan kondisi buruk lain yang tidak sesuai;
b) Bersih, kering, bebas dari masuknya binatang pengerat, hewan atau
serangga lain;
Peralatan dapat berupa:
a) Pallet;
b) Kontainer pengiriman;
c) Cool box.
8. Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak
Kontrak antar fasilitas distribusi adalah kontrak antara fasilitas
distribusi dengan fasilitas distribusi lain untuk menyalurkan obat
dan/atau bahan obat sesuai dengan yang disepakati dalam kontrak,
misalnya PBF A menunjuk PBF B untuk menyalurkan obat dan/atau
bahan obat tertentu dengan kondisi-kondisi yang disepakati (misalnya
wilayah, harga). Kontrak antar fasilitas distribusi tidak diperlukan
untuk penyaluran obat dan/atau bahan obat antara fasilitas distribusi
dengan cabangnya.
Kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa dalam
halpergudangan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Lokasi gudang harus mempunyai izin gudang dan tercantum dalam
perizinan fasilitas distribusi pemberi kontrak;
b) Gudang harus memenuhi persyaratan CDOB;
c) Personil gudang harus mendapatkan pelatihan tentang CDOB;
9. Dokumentasi
Dokumentasi meliputi :
a) Dokumen pengadaan: surat pesanan, faktur atau surat jalan dari
pemasok harus disatukan.
b) Dokumen penyimpanan; meliputi kartu stok
c) Dokumen penyaluran meliputi: surat pesanan dari pelanggan,
faktur atau surat jalan/surat penyerahan barang harus disatukan.
d) Dikecualikan bagi fasilitas distribusi yang memiliki sistem
komputerisasi yang terintegrasi antara pusat dan cabang.
e) Dokumen pembayaran jika diperlukan.

Ketentuan kelengkapan dokumentasi meliputi:


a) Surat pesanan harus memuat nama dan nomor ijin sarana, nomor
surat pesanan, tanggal, item obat dan/atau bahan obat yang
dipesan, jumlah, nama dan SIKA/SIPA/SIKTTK serta tanda tangan
penanggung jawab sarana pemesan, stempel sarana pemesan.
b) Faktur penjualan /surat jalan/SPB harus memuat informasi nama
dan nomor ijin fasilitas distribusi penerbit, nomor dan tanggal
faktur/surat jalan/SPB, nama dan alamat tujuan pengiriman, nama
obat dan/bahan obat, jumlah dan item, nomor bets, tanggal
kedaluwarsa, nama dan SIKA serta tanda tangan apoteker
penanggung jawab fasilitas distribusi pengirim, nama dan
SIKA/SIPA/SIKTTK serta tandatangan penerima, stempel fasilitas
pengirim dan penerima.
c) Kartu stok secara komputer atau manual harus dapat ditelusur dan
menginformasikan nama obat dan/atau bahan obat, jumlah masuk
dan keluar (mutasi), sisa stok, nomor bets, tanggal kedaluwarsa,
sumber pengadaan, nama sarana penerima, nomor faktur/surat
jalan/SPB.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyelenggaraan pekerjaan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi
( PBF) adalah dalam bidang pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi
atau penyaluran sediaan farmasi.
Adapun fungsi dari PBF adalah :
1. Tempat menyediakan dan menyimpan sediaan farmasi.
2. Sebagai sarana yang mendistribusikan sediaan farmasi ke fasilitas
pelayanan kefarmasian.
3. Sebagai sarana untuk mendistribusikan sediaan farmasi di wilayah
sesuai surat pengakuannya/surat izin edar.
4. Sebagai tempat pendidikan dan pelatihan.
Tugas seorang Apoteker di PBF adalah bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat atau
bahan obat sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
Adapun aspek-aspek CDOB di PBF yaitu:
1. PBF ( Pedagang besar Farmasi)
3. Cara Distribusi Obat yang Baik
Adapun Prinsip – Prinsip CDOB
Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk
aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat
dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi.
Adapun tujuan utama CDOB ialah:
Menjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat tersedia
saat diperlukan.
kemudian ada pula aspek-aspek CDOB terdiri dari:
1. Manajemen Mutu
2. Organisasi, Manajemen dan Personalia.
3. Bangunan dan Peralatan.
4. Operasional.
5. Inspeksi Diri
6. Penanganan Keluhan, Obat Kembalian, Diduga Palsu, dan Penarikan
Kembali (Recall).
7. Transportasi.
8. FasilitasDistribusi Berdasarkan Kontrak.
9. Dokumentasi.

B. Saran
Adapun saran dalam pembuatan makalah ini ialah, semoga pembaca
dapat memahami cara distribusi obat yang baik dan nantinya dapat
mengimplementasikan CDOB dalam tugasnya sebagai bagian dari
Pedagang Besar Farmasi (PBF).
DAFTAR PUSTAKA

Apotekers. 2016. PBF Berdasarkan Undang – Undang. Apotekers.com. 5


November 2021.

Badan POM. 2012. Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta:
BPOM

Badan POM. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik.
Jakarta: BPOM

Groedu Tim. 2021. Pengertian dan Fungsi dari PBF. Groedu IC : Surabaya

Pratiwi, Yaasinta. 2021. Penanggung Jawab Pedagang Besar Farmasi. STFI :


Bandung.

Anda mungkin juga menyukai