Anda di halaman 1dari 22

Manajemen farmasi

( mengkaji dan menghitung harga obat )


• Kelompok 2 (DIII-IVA):
• 1. AFRIDA YETI 1600050
• 2. ANGGI ANDRIANI 1600002
• 3. BELIA SONALI BENDRE 1600057
• 4. DHITA PUTRI S. 1600060
• 5. FADILLA AFRILIA S. 1600009
• 6. KHOYRILL MUTIIIN 1600012
• 7. VANNI RISTIA NINGRUM 1600020
Penetapan harga obat bebas

Penjualan bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan


perbekalan farmasi lainya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter
seperti obat OTC (over the counter) baik obat bebas maupun bebas
terbatas. Pelayanan penjualan obat dan alat kesehatan yang di jual bebas
dicounter swalayan farmasi termasuk kosmetika, dilakukan terhadap
pasien yang memerlukan obat dan alat kesehatan tanpa resep dari dokter.
Pada pelayanan obat OTC  pembayarannya di lakukan secara tunai.
Prosedur penjualan bebas yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1)      Petugas membantu pasien dalam mencari barang di swalayan farmasi
sesuai kebutuhan dan menginformasikan harga barang tersebut sesuai dengan
harga yang tertera di KIS .
2)      Pembayaran dilakukan setelah petugas memasukkan nama dan jumlah
barang yang dientry dikomputer setelah disetujui pasien, serta membuat bukti
penyerahan nota penjualan bebas.
3)      Barang beserta bukti pembayaran penjualan bebas diserahkan kepada
pembeli. Bukti penjualan obat bebas dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan
nomor dan dicatat di laporan penjualan harian
Alur penentuan harga obat

Harga Harga Harga Harga Harga


pokok jual netto eceran jual
produksi pabrik apotek tertinggi apotek
 Penjualan obat resep tunai

Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pasien


yang langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang
dibutuhkan dan dibayar secara tunai adalah sebagai berikut :
1)      Kasir atau petugas lain pada bagian penerimaan resep menerima resep
dari pasien, lalu memeriksa kelengkapan dan keabsahan resep tersebut.
2)      Asisten apoteker akan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam
persediaan. 3)      Resep diberi nomor urut resep, selanjutnya nomor resep
tersebut diserahkan ke pasien untuk mengambil obat pada bagian penyerahan
obat.
4)      Resep asli diserahkan ke bagian peracikan atau penyiapan obat. Asisten
Apoteker pada bagian peracikan atau penyiapan obat akan meracik atau
menyiapkan obat sesuai dengan resep.
5)       Setelah obat selesai disiapkan maka obat diberi etiket dan dikemas.
 6)      Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan kembali meliputi
nomor resep, nama pasien, kebenaran obat, jumlah dan etiketnya. Juga
dilakukan pemeriksaan salinan resep sesuai resep aslinya serta kebenaran
kuitansi.
7)      Obat diserahkan kepada pasien sesuai dengan nomor resep lalu pasien
diberi informasi tentang cara pemakaian obat dan informasi lain yang
diperlukan pasien.
8)      Lembaran resep asli dikumpulkan menurut nomor urut dan tanggal
resep dan disimpan sekurang-kurangnya tiga tahun.
.

Pada setiap tahapannya, petugas apotek wajib


membubuhkan paraf atas apa saja yang dikerjakan pada
resep tersebut, jika terjadi sesuatu dapat dipertanggung
jawabkan atas pekerjaan yang dilakukan.
 Penjualan obat dengan resep kredit

Resep kredit adalah resep yang ditulis dokter yang bertugas pada
suatu instansi atau perusahaan untuk pasien dari instansi yang telah
mengadakan kerja sama dengan apotek yang sering disebut Ikatan
Kerja Sama (IKS), pembayaran dilakukan dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan perjanjian yang telah disepakati bersama.
Apotek bekerja sama dengan beberapa instalasi seperti Askes, PT.
Jamsostek,PLN.  
 
Perbedaan pelayanan resep tunai dan resep kredit

  Perbedaan utama antara pelayanan resep tunai dengan kredit ialah pada
pelayanan resep kredit, setelah resep diperiksa keabsahan dan kelengkapan resep,
tidak dilakukan penetapan harga tetapi langsung diberi nomor urut dan obat
disiapkan sementara pembayarannya tidak dilakukan pasien tetapi dibayarkan oleh
instansi yang bekerja sama dengan apotek pada jangka waktu yang ditetapkan
secara tertulis dalam Ikatan Kerja Sama. Untuk pelayanan resep kredit, setiap
transaksi akan didata dan direkap untuk diklaim setiap bulannya kepada instalasi
yang bersangkutan. Pada pelayanan resep kredit, harga obat disepakati oleh kedua
belah pihak, yaitu dari apotek dan instansi yang memberikan jaminan kesehatan.
Selain itu, produk obat dan jumlah yang diberikan ditentukan oleh instansi tersebut.
Faktor-faktor penentu harga obat

Penentuan harga obat, sebagaimana “komoditas” yang lain,


juga sangat dipengaruhi beberapa hal, antara lain :
 Biaya Bahan Baku (bahan baku/zat aktif,  bahan/zat
tambahan dan bahan pengemas)
 Biaya Operasional (operational cost)
 Biaya Marketing dan Promosi
 Biaya Distribusi
 Biaya Lain-lain (Umum, Penyusutan, Pajak, dan lain-lain).
Adapun faktor lain penentu harga obat yaitu:
1. Harga produk sejenis yang sudah ada di pasaran
2.Tingkat kompetisi pasar
3.Besarnya biaya promosi yang diperlukan
4.Besarnya modal yang dikeluarkan (apalagi kalau untuk membuat
obat tadi harus invest alat/mesin baru)
5.Besarnya laba/margin yang diinginkan.
Beban usaha

Beban usaha adalah beban-beban yang secara langsung atau tidak langsung
berhubungan dengan aktivitas usaha pokok perusahaan. Yang termasuk Beban Usaha :

(1) Harga Pokok Penjualan


(2) Beban Penjualan = gaji pegawai, beban iklan,
(3) Beban Administrasi = beban perlengkapan kantor, beban penyusutan gedung, beban
peralatan kantor.
(b) Beban di Luar Usaha
Beban di luar usaha adalah beban yang timbul dari aktivitas di luar usaha pokok
perusahaan, misalnya rugi penjualan aktiva tetap dan beban bunga.
 
 
Mengalokasi biaya tak
langsung

untuk jenis biaya tidak langsung (indirect cost)¸ memerlukan metode tersendiri
dalam proses penelusuran biayanya. Sebagai biaya yang tidak mudah untuk
ditelusuri, biaya tidak langsung (indirect cost) menggunakan metode alokasi
(allocation) dalam proses penelusuran biayanya. Perhitungan biaya di rumah sakit
melibatkan kedua komponen biaya yakni biaya langsung (direct cost) dan biaya
tidak langsung (indirect cost). Oleh karena itu, proses alokasi yang tepat sangat
dibutuhkan dalam perhitungan biaya yang ada di rumah sakit. Metode alokasi ini
muncul karena adanya biaya bersama (common cost). Metode alokasi ini juga
sering digunakan dalam proses penentuan biaya yang melibatkan lebih dari dua
departemen, baik departemen produksi maupun departemen jasa.
Mengalokasi gaji apoteker

1.Jasa pokok/Gaji pokok Apoteker disesuaikan dengan gaji pokok PNS


Apoteker fungsional golongan III B
2. Apoteker berhak mendapatkan bagi hasil keuntungan Apotek,
berupa presentasi omset 10% dari omset kotor setelah omset kotor
Apotek mencapai lebih dari Rp 60 000 000
3. Kenaikan jasa pokok / gaji Apoteker sebesar 10 % dari gaji pokok
Apoteker setiap tahunnya
4. Untuk Apotek yang akan berdiri, jasa profesi diberikan paling lambat
sejak penandatanganan perjanjian kerjasama , minimal sejumlah 50 %.
Penerimaan 100 % diberikan setelah  SIA terbit
Faktor faktor biaya yang mempengaruhi harga

1. Permintaan terhadap barang atau jasa bertambah, sedangkan jumlah barang


atau jasa terbatas.
2. Pandangan masa depan dari produsen atau konsumen
3. Produsen mengetahui selera konsumen
4. Penawaran terhadap barang atau jasa bertambah, sedangkan daya beli
konsumen tetap atau berkurang
Metode penentuan harga obat

1. Metode kenaikan harga : sistem markup atau kenaikan secara otomatis menyesuaikan
harga untuk mencocokkan perubahan dalam biaya obat, bila harga obat meningkat
pendapatan meningkat secara proporsional. Hal ini dapat melindungi apotik dari
penurunan persentase laba kotor pada masa masa inflasi. Cara ini ada kerugiannya
yaitu harga nya mahal untuk sipasien sehinggan pasien membandingkan harga nya
dan memilih beli ditempat lain.
2. Metode biaya pelayanan profesional yaitu nilai yang telah ditentukan yang
ditambahkan pada biaya obat untuk menentukan harga resep obat . Kerugiannya
penurunan margin kotor selama masa inflasi
3. Metode skala geser yaitu mengatasi kedua kerugian tersebut dengan persentase
kenaikan yg tidak tetap atau biaya pelayanan profesional untuk menghitung resep
obat.
Adapun cara menentukan harga obat yaitu :

1.HNA (Harga Netto Apotek)


HNA adalah singkatan dari harga netto apotek,
harga bersih dari suatu produk. HNA bisa
diartikan sebagai harga (modal) awal suaru
apotek yang didapatkan saat pembelian dari
distributor atau yang lainnya. Bisa dari PBF atau
langsung dari pabriknya.
2. PPN 10%
PPN 10% adalah pajak pertambahan
yang wajib dikeluarkan dan
dibayarkan ke kantor pajak.  PPN
dikenakan mulai dari proses
transaksi dari produsen ke
konsumen.
3. Mark Up/Margin
Mark Up adalah persen keuntungan
yang didapatkan dari menjual
produk. Mark Up disini bisa disebut
juga Margin. Margin/Mark Up tiap
apotek berbeda-beda, ada yang
menetapkan 25% atau 1,25 dan
bahkan ada yang menetapkan 30%
atau 1,3.
4. HJA (Harga Jual Apotek)
HJA adalah harga jual apotek,
harga yang diberikan oleh pejual
ke konsumen dan tentunya
setelah diperhitungkan HNA<
PPN 10% dan Margin/Mark Up.
Cara menghitung HJA

Harga jual apotek (HJA) dapat ditentukan/dihitung


dengan rumus sebagai berikut :
HJA = (HNA x PPN 10%x Margin/mark up)
THANKS FOR ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai