Anda di halaman 1dari 76

BAB II

ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

3.1 Latar Belakang Rumah Sakit PELNI

Rumah Sakit PELNI ”Petamburan” yang telah berubah menjadi PT. Rumah Sakit

PELNI sebagai anak perusahaan PT PELNI, sedang melakukan peningkatan dan

pengembangan pelayanan yang merupakan elemen utama untuk mencapai visi

Rumah Sakit PELNI saat ini yaitu menjadi perusahaan terkemuka dibidang

kesehatan dan sebagai rujukan pelayanan kesehatan secara nasional, agar dapat

tetap bersaing dalam era pertumbuhan pasar yang agresif seperti saat ini. Semua

organisasi termasuk rumah sakit harus mampu menerapkan perilaku positif

terhadap perubahan. Rumah Sakit PELNI harus mampu menempuh langkah-

langkah strategis yang telah ditentukan dan juga harus mampu mengerahkan dan

memusatkan kapabilitas serta komitmen seluruh personil rumah sakit yang telah

dilakukan dalam membangun masa depan. Visi organisasi termasuk rumah sakit

sering tidak terwujud karena ada kecenderungan rumah sakit hanya berfokus pada

perspektif jangka pendek yang diperkirakan akan terjadi, tetapi juga harus fokus

untuk menciptakan masa depan perusahaan melalui perubahan-perubahan yang

dilaksanakan.

Tahapan dalam manajemen strategik dalam menciptakan masa depan rumah sakit

adalah melalui 4 (empat) tahapan, yaitu : (1) Perencanaan jangka panjang, meliputi

perumusan strategi, perencanaan strategi, penyusunan program agar seluruh

personil rumah sakit termotivasi untuk berpikir strategik. (2) Perencanaan jangka

pendek, menjabarkan rencana jangka panjang ke dalam rencana jangka pendek


37

(Rencana Kerja Anggaran Perusahaan / RKAP). (3) Implementasi dan (4)

Pemantauan / monitoring, untuk me-review kemajuan yang dicapai dalam

implementasi anggaran dan program. Sistem manajemen strategik dalam

manajemen kontemporer, selain mencakup pada perspektif keuangan, juga

mencakup perspektif pada pelanggan, proses bisnis / intern, serta pembelajaran dan

pertumbuhan, dan selalu bersifat koheren, terukur dan seimbang.

3.2 Visi dan Misi Rumah Sakit PELNI

3.2.1 Visi

Menjadi perusahaan yang terkemuka di bidang kesehatan dan sebagai

rujukan pelayanan kesehatan secara nasional.

3.2.2 Misi

a. Mengelola dan menyelenggarakan pelayanan di bidang kesehatan yang

paripurna secara tepat, cepat, aman dan nyaman.

b. Menciptakan loyalitas pelanggan dengan SDM yang professional dan

berbudaya kerja prima.

c. Memberikan kontribusi pendapatan bagi perusahaan induk dan

pemerintah / negara.

3.3 Falsafah Rumah Sakit PELNI

3.3.1 Tiga Prima

a. Prima dalam pelayanan.

b. Prima dalam sikap.

c. Prima dalam kreativitas.


3.3.2 Lima Komitmen Dasar

a. Komitmen untuk mewujudkan masa depan perusahaan yang lebih baik.

b. Komitmen untuk menciptakan peluang pelayanan baru.

c. Komitmen untuk memuaskan pelanggan.

d. Komitmen untuk menuntaskan tugas dan melampaui sasaran.

e. Komitmen untuk bekerjasama dan saling menghargai.

3.4 Struktur Organisasi Umum Rumah Sakit PELNI

Pengurus Perseroan Terbatas Rumah Sakit PELNI adalah Direksi yang terdiri dari

seorang Direktur Utama dan dua orang Direktur. Divisi Pelayanan dan Divisi

Usaha Penunjang berada dibawah Direktorat Usaha. Divisi Keuangan, dan Divisi

SDM dan Umum, berada dibawah Direktorat Administrasi dan Keuangan. Satuan

Pengawas Intern berada di leher Direktur Utama. Komite Medik, Komite

Keperawatan dan Komite PPI sebagai wadah dari staf medik fungsional berada di

Badan Direksi. Bagian Hukum dan Humas, SPI serta Kepanitiaan berada di Badan

Direksi. Masing masing Kepala Divisi di Direktorat Usaha membawahi Kepala-

kepala Instalasi, Kepala Divisi dibawah Direktorat administrasi dan keuangan

membawahi kepala-kepala Bagian. Kepala Instalasi membawahi kepala-kepala

Urusan, dan Kepala Bagian membawahi Koordinator-koordinator. Kegiatan kerja

shift untuk pelayanan 24 jam rumah sakit, dimasing-masing unit kerja yang ada

kerja shift koordinasi pekerjaan dilakukan oleh supervisi, dan secara keseluruhan

kegiatan rumah sakit diluar jam kerja kantor dikoordinasi oleh Duty Manager yang

bertanggung jawab kepada Direktur Usaha dan Direktur Administrasi Keuangan.


Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi Rumah Sakit PELNI
Sumber: Arsip SDM Rumah Sakit PELNI
3.5 Struktur Organisasi Divisi Pelayanan dan Pemasaran

Divisi pelayanan dan pemasaran merupakan bagian dari struktur organisasi umum

Rumah Sakit PELNI yang secara langsung membawahi instalasi rawat medis

utama, khususnya instalasi rawat inap dan instalasi rawat jalan. Dimana divisi

pelayanan dan pemasaran memiliki struktur organisasi yang akan

merepresentasikan model knowledge sharing dalam portal dan aktivitas praktik

dari para praktisi medis seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.2.

3.6 Tugas dan Wewenang

1. Kepala Divisi Pelayanan dan Pemasaran

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kegiatan dan anggaran biaya sebagai pedoman

kerja.

2) Mendistribusikan tugas kepada kepala Instalasi sesuai dengan bidang

pelayanannya.

3) Mengkoordinasikan tugas dengan Kepala Instalasi melalui rapat atau

langsung agar serasi dan saling mendukung dalam kegiatan pelayan.

4) Mengarahkan Kepala Instalasi di lingkungan Divisi Pelayanan agar

kegiatan pelayanan berjalan sesuai standar yang ditetapkan.

5) Menyelia tugas bawahan melalui laporan atau langsung untuk

mengetahui kesesuiannya dengan rencana serta mengupayakan tindak

lanjut pemecahannya.

6) Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan dan membinanya sesuai

ketentuan yang berlaku.


41

DIVISI PELAYANAN DAN PEMASARAN

INSTALASI RAWAT JALANINSTALASI RAWAT INAPINSTALASI


I RAWAT INAP II INSTALASI BEDAH INSTALASI ICU/ICCU BAGIAN PENGEMBANGAN & PEMASARAN
INSTALASI IGD & ODC

URUSAN POLIKLINIK URUSAN PELAYANAN


URUSAN
ICU/ICCU
YAN. GADAR & RWT SINGKAT
URUSAN URUSAN URUSAN ANASTESI KOORD PEMASARAN
R. MERAK R. MELATI

URUSAN GCU URUSAN URUSAN PELAYANAN KM. BEDAH KOORD LITBANG & PENTARIFAN
R. TERATAI
URUSAN
R. MAWAR

KOORD CUST. SERVICE DAN TELEPON


URUSAN HEMODIALISA URUSAN URUSAN
R. WK R. CPK. ANAK

URUSAN URUSAN
Model knowledgeR.sharing
R. MURAI meliputi proses deseminasi dan adopsi knowledge dalam struktur “divisional” pada aspek klinis
CPK. DEWASA

URUSAN URUSAN
R. KENARI R. KENANGA

Gambar 3.2 Struktur Divisi Pelayanan dan Pemasaran


Sumber: Arsip SDM Rumah Sakit PELNI

41
42

7) Memeriksa, memaraf atau menandatangani surat yang diajukan dari tiap

instalasi untuk keabsahan surat tersebut.

8) Menandatangani surat keperusahaan kontrak/langganan tentang

persetujuan biaya obat dan tindakan diagnostik.

9) Memaraf perjanjian kerjasama Perusahaan Langganan untuk kemudian

diproses persetujuan direksi.

10) Menyelesaikan masalah yang timbul antara pasien/keluarga, dokter dan

perawatan yang berhubungan dengan pelayanan medis.

11) Memantau pelaksanaan pelayanan medis masing-masing Instalasi untuk

meningkatkan mutu pelayanan.

12) Membuat laporan realisasi anggaran berdasarkan laporan rutin dari

Kepala Instalasi.

13) Berkoordinasi dengan komite medik dalam rangka peningkatan mutu

pelayanan.

14) Membuat konsep surat jalan kepada perusahaan diluar Rumah Sakit

yang berhubungan dengan pelayanan medis.

15) Menandatangani laporan medis pasien pasca rawat untuk dikirim ke

perusahaan langganan maupun Asuransi atau atas permintaan.

16) Memberikan pengarahan kepada dokter jaga umum sesuai standar

prosedur.

17) Mengawasi kinerja dokter jaga dan memberikan arahan/teguran bila

dalam memberikan pelayanan tidak sesuai dengan SOP.


18) Melaporkan laporan kegiatan triwulan, semester dan tahunan Divisi

kepada Direktur Usaha sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas

Divisi.

19) Membuat konsep SOP pelayanan Medis sesuai kebutuhan atas instruksi

atasan.

20) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Menilai, menegur, memotivasi bawahan.

2) Memeriksa hasil kerja bawahan.

3) Memaraf, menandatangani surat yang berhubungan dengan Divisi

Pelayanan & Pemasaran.

4) Memeriksa laporan Realisasi anggaran dan hasil produksi Divisi

Pelayanan & Pemasaran.

5) Menandatangani daftar jaga dokter umum.

6) Mengajukan penggantian, mutasi dan penambahan pegawai (SDM).

7) Melaporkan kegiatan dan permasalahan pelayanan kepada atasan.

2. Kepala Instalasi IGD dan ODC

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kerja dan langkah kegiatan Instalasi Gawat Darurat,

untuk mencapai target yang telah ditentukan.

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugasnya.

3) Memberi petunjuk kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugas

dengan baik sesuai program atau jadwal.


4) Menyelia pelaksanaan tugas bawahan dilingkungan IGD/ODC serta

menilai hasilnya untuk mengetahui kesesuaian dengan standar prosedur

dan program kerja sebagai bahan pembinaan.

5) Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran tahunan IGD + ODC.

6) Memeriksa laporan catatan harian, bulanan, triwulan, semester dan

tahunan.

7) Mengevaluasi dan menandatangani perencanaan kebutuhan IGD +

ODC.

8) Membuat laporan kegiatan dan realisasi produktifitas.

9) Mengevaluasi tugas bawahan.

10) Mengusulkan Revisi Protap bila diperlukan.

11) Membina dan memelihara kerja sama yang harmonis.

12) Mengadakan rapat berkala atau sewaktu-waktu bila diperlukan.

13) Mengawasi penggunaan dan pemeliharaan alat-alat dan obat-obatan.

14) Mengajukan kebutuhan dan pemeliharaan alkes dan sarana lain sesuai

anggaran.

15) Menyelesaikan permasalahan yang timbul dilingkungan IGD.

16) Melaksanakan tugas yang diberikan atasan dalam lingkup kedinasan.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Menilai, menegur dan memotivasi bawahan.

2) Menandatangani surat bon permintaan.

3) Menugasi bawahan.

4) Memberikan usulan pengadaan alat operasional sesuai anggaran.


5) Melaporkan pelaksanaan kegiatan, pelanggaran disiplin kerja pegawai

Instalasi Gawat Darurat.

3. Kepala Instalasi ICU / ICCU

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kerja, anggaran, kegiatan Instalasi ICU/ICCU agar

tercapai target yang telah ditentukan.

2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugasnya.

3) Memberi petunjuk dan bimbingan kepada bawahan agar dapat

melaksanakan tugas dengan baik dan benar sesuai dengan program atau

jadwal.

4) Menyelia pelaksanaan tugas bawahan dilingkungan Instalasi ICU serta

menilai hasilnya untuk mengetahui kesesuiannya dengan standar

prosedur dan program kerja sebagai bahan pembinaan.

5) Menganalisa kebutuhan tenaga ICU/ICCU.

6) Melaksanakan pelayanan medis kepada pasien sesuai standar cepat,

tepat dan bermutu.

7) Mengoreksi laporan bulanan, triwulan, semester, tahunan dan catatan

harian untuk mengetahui kebenarannya.

8) Mengevaluasi dan menandatangani perencanaan kebutuhan Instalasi

ICU dengan menyesuaikan antara data awal, penggunaan dan rencana

permintaan.

9) Berkoordinasi dengan unit terkait tentang kebutuhan ruangan, alat

tenun, penggantian kerusakan alat listrik, AC dan lain-lainnya.


10) Koordinasi dengan Bagian Umum tentang keamanan dan kenyamanan

Ruang Perawatan ICU.

11) Berkoordinasi dengan Bagian Perhotelan tentang kesiapan ruangan

yang akan ditempati pasien.

12) Membuat Resume Medis pasien yang dirawat di Ruangan ICU.

13) Membuat laporan kegiatan dan realisasi anggaran dan produksi Instalasi

ICU tiap bulan, semester dan tahunan.

14) Mengusulkan Revisi Protap bila diperlukan.

15) Menyelesaikan rapat berkala dan sewaktu-waktu dengan ka urusan/

supervisi dalam rangka pemecahan masalah.

16) Memberikan penjelasan tentang kondisi pasien kepada keluarga.

17) Menyelesaikan permasalahan yang timbul kepada pasien tentang

ketidak puasan pelanggan di ICU.

18) Penyusunan progja dan anggaran tahunan yang meliputi Alkes,

personil, ATK/ART dan program pendidikan /pelatihan personil.

19) Mengajukan kebutuhan alkes dan sarana lain serta pemeliharaan sesuai

anggaran kepada atasan.

20) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan dalam lingkup

kedinasan.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Menilai, menegur, membina dan memotivasi bawahan.

2) Memaraf, menandatangani surat dan bon permintaan.

3) Memberi tugas bawahan.

4) Memberikan usulan pengadaan alat operasional sesuai anggaran.


5) Mengajukan permintaan obat/alat kesehatan dan sarana penunjang lain

yang dibutuhkan sesuai anggaran.

6) Melaporkan pelaksanaan kegiatan, pelanggaran disiplin kerja pegawai

dilingkungan Instalasi ICU.

4. Kepala Instalasi Rawat Inap

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran tahunan dilingkungan Rawat

Inap berdasarkan Realisasi RKAP tahun sebelumnya.

2) Memberi tugas dan petunjuk kepada bawahan agar dapat melaksanakan

tugas dengan baik dan sesuai program atau jadwal.

3) Menyelia pelaksanaan tugas bawahan serta menilai hasilnya untuk

mengetahui kesesuiannya dengan standar prosedur dan program kerja

sebagai bahan pembinaan.

4) Memeriksa laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan untuk

mengetahui kebenarannya.

5) Mengevaluasi dan menandatangani rencana kebutuhan Instalasi Rawat

Inap dengan menyesuaikan antara data awal, penggunaan dan rencana

permintaan.

6) Membuat laporan kegiatan, realisasi anggaran dan produksi Instalasi

Rawat Inap.

7) Mengajukan pemesanan barang/alkes yang dikelola Divisi Pelayanan

dan Pemasaran.

8) Mengusulkan Revisi Protap sesuai kebutuhan.


9) Memfasilitasi sarana dan prasarana pelayanan perawatan dibawah

tanggung jawabnya.

10) Melaporkan rencana kerja dan hasil kerja sesuai aturan yang berlaku.

11) Mengatur dan mengendalikan jalannya organisasi dan administrasi

Instalasi Rawat Inap.

12) Mengusulkan adanya kursus penyegar, ceramah ilmiah dan pendidikan

tambahan (spesialisasi), bagi tenaga perawatan melalui bidang

pendidikan dan latihan di rumah sakit.

13) Mengadakan program orientasi bagi tenaga perawatan baru.

14) Mengadakan Ronde Keperawatan secara berkala ke unit-unit perawatan

bersama Komite Keperawatan.

15) Mengadakan rapat berkala atau sewaktu-waktu bila bila diperlukan

dengan Kepala Urusan atau Sub Unit Perawatan.

16) Menganalisa dan menilai mutu pelayanan dan asuhan keperawatan

secara berkala.

17) Menganalisa / merencanakan jumlah dan macam tenaga perawat yang

dibutuhkan oleh Unit Kerja Perawatan serta mengkoordinasikan

penempatan tanaga sesuai dengan kebutuhannya.

18) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan sesuai lingkup

kedinasan.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Menilai, menegur dan memotivasi bawahan.

2) Memaraf, menandatangani surat dan bon permintaan.

3) Menugasi bawahan.
4) Mengajukan permintaan obat dan alat kesehatan operasional yang

dibutuhkan sesuai anggaran.

5) Melaporkan pelaksanaan kegiatan, pelanggaran disiplin kerja pegawai

dilingkungan Instalasi Rawat Inap.

6) Mengajukan usulan kepada atasan.

5. Kepala Bagian Pengembangan dan Pemasaran

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kerja / anggaran tahunan.

2) Mendistribusikan tugas kepada bawahan.

3) Menilai kinerja karyawan.

4) Mengkonsep surat penawaran pemakai jasa pelayanan kesehatan.

5) Menganalisa perkembangan penawaran kepada pihak ketiga.

6) Mengkoordinasikan kepada unit kerja terkait tentang keluhan dari

perusahaan langganan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan.

7) Membuat surat edaran ke unit-unit kerja terkait tentang kerjasama

dengan perusahaan/pihak ketiga.

8) Memonitor penerapan tarif.

9) Membina hubungan baik dengan pihak ketiga.

10) Menilai kelayakan calon pelanggan baru.

11) Membuat laporan kegiatan dan realisasi anggaran Bagian

Pengembangan dan Pemasaran.

12) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Menilai, memotivasi bawahan.


2) Menghubungi langsung perusahaan langganan.

3) Menolak instansi / perusahaan pemakai jasa yang tidak memenuhi

syarat.

4) Memberikan informasi data pelayanan kesehatan.

5) Mengusulkan kapada atasan.

6. Kepala Instalasi Rawat Jalan

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kerja / langkah kegiatan Instalasi Rawat Jalan sesuai

dengan rencana dan anggaran.

2) Memberi tugas bawahan sesuai dengan bidang tugasnya.

3) Memberikan petunjuk kepada bawahan agar dapat melaksanakan tugas

dengan baik dan sesuai program atau jadwal.

4) Menyelia pelaksanaan tugas bawahan dilingkungan Instalasi Rawat

Jalan.

5) Melaksanakan rapat secara periodik.

6) Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan.

7) Mengajukan kebutuhan dan pemeliharaan Alkes, sarana lain sesuai

anggaran.

8) Memeriksa catatan harian, laporan bulanan, triwulan, semester dan

tahunan untuk mengetahui kebenarannya.

9) Menyelesaikan masalah yang timbul di Instalasi Rawat Jalan.

10) Koordinasi dengan unit terkait.

11) Mengusulkan Revisi Protap sesuai kebutuhan.

12) Menganalisa kebutuhan tenaga pada unit Rawat Jalan.


13) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan.

14) Mengatur pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai standar,

cepat, tepat dan bermutu.

15) Mengevaluasi dan mengendalikan rencana kebutuhan Instalasi Rawat

Jalan.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Kejelasan pembagian tugas dan petunjuk kerja.

2) Pembinaan bawahan.

3) Kebenaran Rencana Kerja dan Anggaran.

4) Kelancaran pelayanan operasional Instalasi Rawat Jalan.

5) Keamanan dan kenyamanan pelanggan Rumah Sakit PELNI.

6) Kebenaran laporan.

7. Kepala Instalasi Bedah

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menyusun rencana kerja, langkah kegiatan Instalasi Kamar Bedah.

2) Membagi tugas kepada bawahan.

3) Memberi petunjuk, bimbingan kepada bawahan.

4) Menyelia pelaksanaan tugas bawahan dilingkungan Instalasi Bedah.

5) Memeriksa laporan catatan harian, bulanan, triwulan, semester dan

tahunan untuk mengetahui kebenarannya.

6) Mengevaluasi dan menandatangani perencanaan kebutuhan Instalasi

Kamar Bedah dengan menyesuaikan antara data awal, penggunaan dan

rencana permintaan.
7) Berkoordinasi dengan Unit Kerja terkait tentang kebutuhan Ruangan,

Alat Tenun, penggantian kerusakan Alat Listrik, AC dll.

8) Mengusulkan Revisi Protap bila diperlukan.

9) Mengadakan rapat berkala dan sewaktu-waktu bila diperlukan dengan

Kepala Seksi atau Unit Kerja Perawatan.

10) Menganalisa pola ketenagaan, jumlah dan macam tenaga yang

dibutuhkan di unit bedah serta mengkoordinasikan penempatan tenaga

sesuai dengan kebutuhannya.

11) Melakukan perintah yang diberikan atasan.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Menilai, menegur dan memotivasi bawahan.

2) Memaraf, menandatangani surat dan bon permintaan.

3) Menugasi bawahan.

4) Memberikan usulan pembelian Alat Operasional sesuai Anggaran.

5) Melaporkan pelaksanaan kegiatan, pelanggaran disiplin kerja pegawai

dilingkungan Instalasi Bedah.

6) Memberikan saran kepada atasan.

8. Staf Senior

A. Tugas-tugasnya, sebagai berikut:

1) Menerima surat-surat dari Direktur Utama, Direktur Adm & Keuangan,

Direktur Usaha, Divisi dll.

2) Menyampaikan surat-surat ke Direktur Usaha untuk diselesaikan.

3) Menyampaikan surat-surat ke Direktur Usaha dan memberi nomor

surat.
4) Mengekspidisikan surat-surat sesuai instruksi Direktur Usaha.

5) Memfile surat-surat sesudah dikoreksi Direktur Usaha.

6) Membuat jadwal kegiatan rapat Direktur.

7) Menyiapkan bahan-bahan rapat.

8) Melaksanakan ketikan sesuai konsep dari Direktur Usaha.

B. Wewenang, sebagai berikut:

1) Meminta ruangan untuk rapat.

2) Menghubungi pertelepon pihak luar/dalam sesuai instruksi Direktur

Usaha.

3) Mengatur jadwal tamu.

4) Meneliti kelengkapan dokumen.

5) Meminta penjelasan data ke Divisi / Ka. Instalasi.

3.7 Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit PELNI

Pelayanan kesehatan yang diberikan Rumah Sakit PELNI meliputi Instalasi Gawat

Darurat, Rawat Jalan, Rawat Inap dengan ICU/ICCU, Laboratorium, Radiologi,

Apotik, Instalasi Farmasi, Rehabilitasi Medik, Hemodialisa dan General Check

Up.

3.7.1 Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan meliputi:

1. Poliklinik Umum

2. Poliklinik Gigi

3. Spesialis dan Sub Spesialis

4. Instalasi Gawat Darurat


5. Instalasi Fisioterapi

6. Poliklinik Psikologi

7. Klinik Kecantikan Erpour RS PELNI

8. Klinik Diabetes Terpadu

9. Poliklinik Alergi dan Imunologi

Bidang spesialis meliputi:

a. Spesialis Bedah dan Sub Spesialis.

b. Spesialis Saraf

c. Spesialis Jantung

d. Spesialis Mata

e. Spesialis Penyakit Dalam dan Sub Spesialis

f. Spesialis Anak

g. Spesialis Paru, Saluran Pernapasan

h. Spesialis Gigi

i. Spesialis Obstetri dan Gynekologi

j. Spesialis Kulit, Kelamin dan Kosmetik

k. Spesialis Jiwa

l. Spesialis Ginjal dan Hipertensi

m. Spesialis THT

n. Spesialis Rehab Medik

3.7.2 Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap Rumah Sakit PELNI Jakarta memiliki 331 tempat tidur

dengan kelas yang bervariasi yang ditata secara baik sesuai kebutuhan
perawatan (meliputi: perawatan umum, perawatan anak, perawatan khusus

dan perawatan kebidanan), mulai kelas VIP sampai kelas III dilaksanakan

oleh Instalasi Rawat Inap.

3.8 Sistem Jaringan dan Perangkat Keras Rumah Sakit PELNI

3.8.1 Sistem pada Instalasi Rawat Jalan

Gambar 3.3 Struktur Jaringan dan Perangkat Keras Rawat Jalan

Sumber : Arsip Divisi IT Rumah Sakit PELNI

Gambar 3.3 mendeskripsikan sistem jaringan (network) dan perangkat keras

(hardware) yang menjadi baseline bagi proses pendistribusian data pada

Instalasi Rawat Jalan yang terdapat pada empat (4) lantai perawatan yang
mana pada setiap lantai terdapat counter yang menghubungkan personal

computer dari seluruh poli pada setiap lantai ke ruang server yang terdapat

dalam area pengawasan Divisi IT. Dimana, server akan mengkomunikasikan

data keseluruh bagian institusi sesuai kebutuhan pendistribusian data.

Gambar 3.4 Struktur Jaringan dan Perangkat Keras Rawat Inap

Sumber : Arsip Divisi IT Rumah Sakit PELNI

Gambar 3.4 mendeskripsikan sistem jaringan (network) dan perangkat keras

(hardware) yang menjadi baseline bagi proses pendistribusian data pada


Instalasi Rawat Jalan yang terdapat pada tiga (3) ruang perawatan utama

yangmana pada setiap ruang terdapat counter yang menghubungkan personal

computer dari seluruh poli pada setiap lantai ke ruang server yang terdapat

dalam area pengawasan Divisi IT. Dimana, server akan mengkomunikasikan

data keseluruh bagian institusi sesuai kebutuhan pendistribusian data.

3.9 Budaya Organisasi Rumah Sakit PELNI

Penilaian budaya organisasi dalam lingkungan Rumah Sakit PELNI dilakukan

dengan menggunakan metode OCAI (Organizational Culture Assessment

Instrument) yang berpegang pada enam kategori utama dalam penilaian budaya

organisasi dengan metode OCAI, yaitu: Karakter Dominan, Leadership Organisasi,

Manajemen Karyawan, Kerekatan Organisasi, Perhatian Strategis dan Kriteria

Keberhasilan. Dimana berdasarkan hasil penilaian budaya dengan menggunakan

metode OCAI, Rumah Sakit PELNI memperoleh nilai seperti yang terlihat pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Hasil Penilaian Metode OCAI untuk Setiap Kategori Budaya

SAAT INI HARAPAN


Karakteristik

Karakteristik

A 2 10 A 6 30
Dominan

Dominan

B 5 25 B 4 20
C 8 40 C 5 25
D 5 25 D 5 25
TOTAL 100 TOTAL 100

SAAT INI HARAPAN


A 4 20 A 10 50
Organisasi Leadership

Organisasi Leadership

B 9 45 B 3 15
C 5 25 C 3 15
D 2 10 D 4 20
SAAT INI HARAPAN
A 3 15 A 5 25
Manajemen

Manajemen
Karyawan
Karyawan
B 6 30 B 8 40
C 7 35 C 2 10
D 4 20 D 5 25
TOTAL 100 TOTAL 100

SAAT INI HARAPAN


A 5 25 A 6 30
Organisasi

Organisasi
Kerekatan

Kerekatan
B 1 5 B 4 20
C 3 15 C 1 5
D 11 55 D 9 45
TOTAL 100 TOTAL 100

SAAT INI HARAPAN


A 8 40 A 6 30
Perhatian Strategis

Perhatian Strategis
B 6 30 B 4 20
C 2 10 C 4 20
D 4 20 D 6 30

SAAT INI HARAPAN


A 7 35 A 6 30
Keberhasilan

Keberhasilan
B 4 20 B 2 10
Kriteria

Kriteria

C 3 15 C 5 25
D 6 30 D 7 35
TOTAL 100 TOTAL 100

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 3.1 maka dapat dilakukan penilaian

budaya dengan metode OCAI berdasarkan dimensi dan kondisi budaya, dimana

akan menentukan nilai budaya tertinggi yang menjadi karakter budaya organisasi

Rumah Sakit PELNI pada saat ini dan harapan, yang secara kuantitatif

diperlihatkan pada Tabel 3.2.


Tabel 3.2 Hasil Akumulasi Metode OCAI untuk Setiap Dimensi dan Kondisi

SAAT INI HARAPAN


A B C D A B C D
1 10 25 40 25 30 20 25 25
2 20 45 25 10 50 15 15 20
3 15 30 35 20 25 40 10 25
4 25 5 15 55 30 20 5 45
5 40 30 10 20 30 20 20 30
6 35 20 15 30 30 10 25 35
JUMLAH 145 155 140 160 195 125 100 180
RATA-RATA 24.17 25.83 23.33 26.67 32.50 20.83 16.67 30.00
PEMBULATAN 24 26 23 27 32 21 17 30

Berdasarkan hasil pada Tabel 3.2 didapat bahwa tipe budaya organisasi Rumah

Sakit PELNI pada saat ini adalah budaya D, sedangkan budaya organisasi Rumah

Sakit PELNI yang diharapkan adalah budaya A, yang selanjutnya akan

dideskripsikan dalam bagan yang terlihat pada Gambar 3.5.

Berdasarkan Gambar 3.5 didapat dua kesimpulan, yaitu:

1. Saat ini pada Rumah Sakit PELNI lebih mencerminkan tipe budaya mengikuti

budaya hierarchy yang lebih fokus pada isu internal dibanding isu eksternal

dan nilai kestabilan dan kendali di atas fleksibilitas dan pertimbangan.

2. Untuk ke depannya Rumah Sakit PELNI lebih fokus pada isu-isu internal

secara fleksibel dan juga mengedepankan pertimbangan-pertimbangan yang

secara teori merupakan tipe budaya clan. Tipe budaya ini sangat sesuai dengan

kebutuhan budaya knowledge management karena mengedepankan aspek

berbagi terutama dalam hal pengetahuan.


Flexibility and Individuality
MODEL BUDAYA HARAPAN
32
CLAN 24 ADHOCRACY
26
21

Internal Factor

External Factor

17
30
MODEL 27 23
BUDAYA SAAT INI

HIERACHY MARKET

Stability and Control

Gambar 3.5 Grafik Hasil Kuesioner dengan Metode OCAI

Keterangan Grafik:

: Kondisi budaya organisasi Rumah Sakit PELNI saat ini.

: Kondisi budaya organisasi Rumah Sakit PELNI yang diharapkan.

3.10 Analisis Strategi Rumah Sakit PELNI

3.10.1 Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal perusahaan (Rumah Sakit PELNI) berfokus pada

analisis terhadap 2 (dua) faktor utama yaitu kekuatan yang menjadi core

competency perusahaaan dalam bersaing serta kelemahan yang dapat


menjadi barrier bagi perusahaan dalam memperoleh keunggulan

kompetitif. Dimana, berdasarkan hasil observasi pada proses bisnis Rumah

Sakit PELNI didapat beberapa faktor internal yang meliputi, sebagai

berikut:

A. Kekuatan

1. Tenaga spesialis dan subspesialis dalam berbagai aspek

pengetahuan medis.

Rumah Sakit PELNI memiliki tenaga spesialis pada 23 bidang ilmu

kedokteran dimana pada beberapa spesialisasi ilmu kedokteran

tersebut, Rumah Sakit PELNI memiliki tenaga sub spesialis yang

dapat memberikan layanan terspesialisasi khusus, diantaranya pada

Spesialisasi Bedah terdapat 10 Sub Spesialisasi Ilmu Bedah dan

pada Spesialisasi Kesehatan Gigi dan Mulut terdapat 5 Sub

Spesialisasi Kesehatan Gigi dan Mulut, serta pada Spesialisasi

Penyakit Dalam terdapat 5 Sub Spesialisasi Ilmu Penyakit Dalam

yang dapat menjadi core competitive bagi Rumah Sakit PELNI

dalam menciptakan inovasi pada layanan medis rumah sakit.

2. Status akreditasi rumah sakit penuh tingkat lengkap sebagai

komponen knowledge portal.

Akreditasi penuh tingkat lengkap merujuk pada sertifikasi pada 16

pelayanan yang dimiliki Rumah Sakit PELNI, yang meliputi

administrasi dan manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat

darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, farmasi, K.3,

radiologi, laboratorium, kamar operasi, pengendalian infeksi rumah


sakit, perinatal resiko tinggi, pelayanan rehabilitasi medik,

pelayanan gizi, pelayanan intensif serta pelayanan darah.

3. Proses pelayanan medis yang terintegrasi dan sistematis dalam

mendukung dinamika knowledge sharing.

Layanan medis Rumah Sakit PELNI didukung dengan proses

sistematika terkomputerisasi pada seluruh aspek bisnis medis utama

mulai dari layanan medis umum (poli) hingga layanan medis khusus

(seperti laboratorium dan kamar bedah), dimana data administratif

pasien dan rekam medis dapat didistribusikan secara sinergis

melalui jaringan internal perusahaan yang akan mendukung

knowledge sharing diantara praktisi medis, serta memungkinkan

untuk melakukan kolaborasi dalam bentuk kontrak kerja dengan

berbagai lembaga asuransi kesehatan serta perusahaan rekanan

dalam hal proses administrasi dan keuangan yang dapat diproses

melalui jaringan eksternal perusahaan.

4. Investasi tinggi dengan fluktuasi arus kas yang relatif stabil sebagai

modal dalam pengembangan aplikasi manajemen pengetahuan.

Rumah Sakit PELNI merupakan anak perusahaan BUMN dibidang

pelayaran yang secara organisasi berada dibawah pengawasan dan

pengelolaan dari PT. PELNI yang secara tak langsung sebagai

pemegang modal saham terbesar dalam instansi medis ini, diperkuat

dengan turunnya status Perusahaan Terbatas (PT) pada Rumah Sakit

PELNI berdasarkan Ketentuan Menteri Negara BUMN No S-

743/MBU/2007 tanggal 31 Oktober 2007, yang memungkinkan


Rumah Sakit PELNI mendapatkan investasi strategis dari para

investor swasta. Serta tercapainya target nilai ROI dan minimum

profit dari sirkulasi arus kas pada neraca keuangan rumah sakit.

5. Kerjasama kontrak dengan berbagai perusahaan, lembaga asuransi

dan pendidikan kesehatan dalam menciptakan knowledge alliance.

Rumah Sakit PELNI memiliki kontrak kerjasama baik yang

berlangsung dalam jangka panjang yang secara langsung dengan

perusahaan induk PT. PELNI dan beberapa perusahaan BUMN

lainnya serta secara tak langsung dengan beberapa lembaga asuransi

kesehatan (ASKES), juga terdapat kerjasama (joint venture) dengan

beberapa rumah sakit lokal dan inter-lokal dalam beberapa layanan

khusus dan / atau layanan rujukan serta kerjasama dibidang sains

dan pendidikan dengan beberapa civitas dan akademi pendidikan

(terutama dibidang pendidikan medis) dalam menganalisa,

mengembangkan serta mengimplementasikan new knowledge dalam

aktivitas pembelajaran dan tindakan medis.

6. Corporate image sebagai rumah sakit yang berkualitas dan

berpengalaman.

Rumah Sakit PELNI merupakan pengembangan dari rumah sakit

perusahaan milik Koninklijke Paketvaart Maatschappj (KPM) yang

dibangun pada tahun 1913 yang awalnya ditujukan untuk merawat

perwira (pelaut) KPM yang menderita penyakit kelamin dan TBC

yang kemudian pada tahun 1918 berkembang menjadi rumah sakit

umum yang menjadikannya sebagai salah satu pioneer rumah sakit


umum di Indonesia yang terus melakukan pembelajaran dan

pengembangan mutu (kualitas) dari pelayanan serta meningkatkan

kuantitas dari produk pelayanan baik dari segi fasilitas maupun

sumberdaya yang dimiliki. Hal ini menciptakan pengalaman dalam

memberikan layanan medis yang tepat dan berkualitas bagi pasien

dan konsumen Rumah Sakit PELNI.

B. Kelemahan:

1. Pemanfaatan teknologi dan sistem informasi dalam manajemen

pengetahuan yang belum optimal.

Secara keseluruhan, implementasi sistem dan teknologi informasi di

Rumah Sakit PELNI sudah terintegrasi dan terkontrol dengan baik

dengan adanya dukungan teknis dari divisi IT Rumah Sakit PELNI,

namun masih terdapat beberapa proses medis yang masih dilakukan

secara manual yang membutuhkan peng-entry-an kembali oleh

setiap counter pada setiap lantai / bangsal layanan, yang secara tak

langsung menggambarkan adanya hambatan dalam proses distribusi

pengetahuan dalam lingkungan manajemen medis. Hal ini

dimungkinkan karena kurangnya sosialisasi dan pengetahuan yang

dimiliki oleh user dalam menjalankan sistem serta kurangnya

komitmen dari manajemen puncak dalam mencapai optimalisasi

penggunaan teknologi informasi.

2. Kurangnya inter-relasi dan kolaborasi dalam berbagi pengetahuan

dan informasi diantara praktisi medis.


Sistem hierarchy yang ikuti dengan sifat individulistis dari para

praktisi medis yang membatasi pembagian informasi dan

pengetahuan terutama dalam hal penentuan kebijakan dan / atau

keputusan medis yang menyebabkan terjadinya kesenjangan dan

redundancy pada setiap tindakan medis yang diambil. Hal ini tidak

saja menyebabkan berkurangnya kualitas pelayanan tapi juga dapat

memperbesar peluang terjadinya kesalahpahaman dan malpraktik

dalam tindakan yang dilakukan praktisi medis.

3. Minimnya pengelolaan dan pemberdayaan pengetahuan internal

SDM.

Dalam proses pelayanan medis terdapat pemanfaatan berbagai

pengetahuan yang bersifat eksplisit yang bersumber dari berbagai

disiplin ilmu dan juga terciptanya berbagai tacit knowledge dalam

setiap proses yang dilakukan oleh praktisi medis untuk

menghasilkan sebuah keputusan dan tindakan medis. Namun

pengetahuan ini hanya bergulir secara individual diantara praktisi

tanpa adanya sebuah sistem / proses yang dapat menyimpan dan

mengelola pengetahuan tersebut (terutama tacit knowledge)

sehingga memperbesar peluang terjadinya kehilangan mutual

knowledge pada saat seorang praktisi tersebut meninggalkan rumah

sakit.

4. Proses promosi yang cenderung statis sebagai akibat kurangnya

pemberdayaan tacit knowledge pada staff pemasaran.


Rumah Sakit PELNI masih mengandalkan proses pemasaran

(promosi) melalui pamflet dan media offline lainnya yang berada

disekitar lingkungan rumah sakit yang dimungkinkan oleh karena

kurangnya akomodasi dari pengetahuan yang dimiliki staff

pemasaran dalam menciptakan model pemasaran yang efektif dan

inovatif, serta kurangnya pemanfaatan website rumah sakit secara

optimal sebagai media promosi yang dapat diakses secara global

oleh target pasar pada area geografis yang luas sehingga proses

promosi hanya terjadi melalui proses mouth-to-mouth yang terjadi

dalam segmen pasar yang terbatas.

3.10.2 Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal perusahaan (Rumah Sakit PELNI) berfokus pada

analisis terhadap 2 (dua) faktor utama yaitu peluang yang dapat menjadi

potential value bagi perusahaaan dalam meningkatkan nilai kompetitifnya

serta ancaman yang dapat mengancam posisi perusahaan dalam

persaingan. Dimana, berdasarkan hasil observasi pada proses bisnis Rumah

Sakit PELNI didapat beberapa faktor eksternal yang terdiri dari, sebagai

berikut:

A. Peluang

1. Pertumbuhan pangsa pasar sebagai tolak ukur pengembangan

produk medis teredukasi yang relatif tinggi.

Pertumbuhan pangsa pasar dilihat dari besarnya jumlah penduduk

dalam suatu wilayah dimana untuk Rumah Sakit PELNI, area


operasi meliputi DKI Jakarta secara keseluruhan (terutama Jakarta

Barat) dimana berdasarkan data profil kesehatan provinsi DKI

Jakarta tahun 2007, jumlah penduduk 9,057 juta jiwa dengan

jumlah kepadatan per km2 sebesar 13,693. Hal ini menunjukkan

agresifitas pertumbuhan penduduk yang secara tak langsung juga

menunjukkan signifikansi pertumbuhan pangsa pasar yang relatif

cepat.

2. Tingkat kelahiran dan frekuensi ibu mengandung yang relatif tinggi

sebagai dasar pengembangan layanan berbasis pengetahuan.

Angka kelahiran bayi secara total berdasarkan data jumlah kelahiran

dan kematian bayi dan balita menurut kabupaten/kota provinsi DKI

Jakarta tahun 2007 mencapai 183,555 per periode satu tahun

sementara frekuensi ibu mengandung berdasarkan jumlah ibu hamil

menurut provinsi dan puskesmas provinsi DKI Jakarta tahun 2007

sebesar 326,128 (54,38% Fe+) per tahun. Data ini memberikan

gambaran besarnya jumlah kelahiran serta jumlah ibu hamil dan

mengandung dalam satu siklus atas keseluruhan jumlah wanita

menikah dalam area distribusi yang sama.

3. Persentase angka kesakitan DKI Jakarta dalam skala nominal atas

sebagai model layanan pengetahuan terspesialisasi.

Persentase angka kesakitan DKI Jakarta berdasarkan data profil

kesehatan provinsi DKI Jakarta secara global terletak diatas kisaran

80% keatas (dengan rincian untuk TB Paru 83.68%, Pneumonia

Balita 97.98%, HIV/AIDS 96.29%, Infeksi Menular Seksual


97.60%, DBD 89.91%, Diare pada Balita 98.31% dan Filariasis

100%). Hal ini memperlihatkan kebutuhan akan adanya penanganan

medis secara khusus untuk meminimalisir potensi terjadinya

peningkatan angka kesakitan di suatu area pendemik penyakit

tertentu.

4. Peningkatan anggaran kesehatan DKI Jakarta perkapita selama

siklus pengembangan medical recognition.

Berdasarkan data anggaran kesehatan pada profil kesehatan

kab/kota pada tahun 2007, anggaran kesehatan provinsi DKI Jakarta

sebesar 127.6 miliar dari total anggaran APBD sebesar 1.94 triliun

dengan frekuensi peningkatan anggaran perkapita sebesar 14.10.

Sehingga dengan adanya peningkatan anggaran kesehatan

kabupaten/kota dapat meningkatkan taraf kesadaran penduduk akan

pentingnya kesehatan dan layanan medis dalam memenuhi

kebutuhan fisik dan psikologis (terutama dalam tindakan curative)

penduduk yang dibangan selama proses pengenalan (knowledge

implant) akan manfaat dan resiko pada setiap tindakan medis.

5. Perluasan dekontaminasi penyakit sebagai faktor pengembangan

pengobatan terdistribusi berbasis pengetahuan.

Intensitas terjadinya bencana alam yang relatif meningkat seiring

periode waktu (untuk kasus DKI Jakarta pada musim penghujan)

dimana debit air melebihi kapasitas tamping sungai / waduk

sehingga menyebabkan percepatan proses dekontaminasi berbagai

penyakit yang terdistribusi melalui kontak langsung antara korban


dengan air yang telah terkontaminasi penyakit mulai dari jenis

penyakit kulit hingga penyakit saluran pencernaan akut dan kronis.

6. Tingkat pemahaman dan apresiasi masyarakat atas pentingnya

layanan medis cenderung membaik.

Dengan adanya optimalisasi diberbagai sub sektor kesehatan mulai

dari cadangan anggaran kesehatan hingga program-program

kesehatan terpadu yang mensosialisasikan nilai penting dari sebuah

layanan medis memberikan pandangan dinamis bagi para konsumen

untuk menjadikan kesehatan sebagai salah satu kebutuhan primer

yang akan memotivasi mereka dalam meningkatkan kualitas hidup

melalui proses evaluasi dan kontrol kesehatan.

B. Ancaman

1. Banyaknya rumah sakit swasta dan BUMN dalam satu wilayah

sebagai kompetitor layanan medis teredukasi.

Dalam area provinsi DKI Jakarta terdapat sedikitnya 126 rumah

sakit baik BUMN maupun swasta yang memberikan layanan medis

umum maupun khusus, dimana terdapat setidaknya 13 rumah sakit

yang tercatat dalam domisili Jakarta Barat yang merupakan area

geografis dari target pasar Rumah Sakit PELNI. Hal ini dapat

menjadi tantangan strategis bagi manajemen Rumah Sakit PELNI

karena memungkinkan terjadinya perpindahan target pasar secara

signifikan.

2. Perkembangan teknologi medis sebagai komponen utama dalam

knowledge based treatment yang relatif cepat.


Perkembangan teknologi secara global bergerak dinamis dalam

frekuensi tinggi yang dimungkinkan dengan percepatan angka

pertumbuhan pengetahuan dan penelitian terutama dibidang IT dan

Teknik. Pertumbuhan teknologi di berbagai bidang tidak terlepas

didalamnya bidang Medis Kedokteran akan menciptakan layanan

medis terspesifikasi yang akan memberikan keunggulan kompetitif

bagi institusi medis yang telah mengimplementasikan teknologi

tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian penuh dari pihak

manajemen Rumah Sakit PELNI agar tetap menjadi kompetitor

potensial dalam industri layanan kesehatan.

3. Penurunan pendapatan per kapita pada masyarakat kelas menengah

ke bawah sebagai konsumen dominan pengobatan teredukasi.

Pendapatan per kapita Indonesia pada akhir tahun 2011 terjadi

peningkatan sebesar 6.5% ketimbang triwulan ketiga pada akhir

tahun 2010 (http3, 2012, p01), namun secara khusus hanya

terdistribusi minimal pada kelompok menengah ke atas, sedangkan

pada kelompok masyarakat menengah ke bawah masih terjadi

masalah minimnya upah kerja yang diperoleh (terutama kaum

buruh) seiring dengan ketatnya persaingan ekonomi global yang

memaksa perusahaan-perusahaan melakukan efisiensi diberbagai

lini produksinya termasuk dengan menekan biaya tenaga kerja

dan/atau melakukan pemutusan hubungan kerja. Hal ini dapat

memberikan dampak strategis bagi pendapatan rumah sakit PELNI

terutama dari segmen pasar menegah ke bawah.


4. Adanya anggapan tentang optimalisasi layanan medis di luar negeri

dan masalah malpraktik di Indonesia.

Respon negatif yang diperoleh masyarakat (khususnya Indonesia)

dalam hal pelayanan medis rumah sakit dan tingginya resiko terjadi

malpraktik di Indonesia menyebabkan timbulnya argumen buruk

tentang kualitas tenaga medis serta pelayanan medis di Indonesia,

yang berdampak pada terjadinya perpindahan target pasar ke rumah

sakit yang berada di luar negeri yang bagi sebagian masyarakat

Indonesia dianggap dapat mengoptimalkan kualitas keputusan dan

layanan medisnya. Citra buruk ini seharusnya menjadi perhatian

bagi pihak manajemen Rumah Sakit PELNI untuk dapat lebih

mensosialisasikan pelayanan medisnya agar tidak terjadi penurunan

kepercayaan target pasar pada layanan medis Rumah Sakit PELNI

yang akan berdampak pada menurunnya nilai profit yang dapat

diperoleh rumah sakit secara keseluruhan.

3.10.3 Evaluasi Faktor Internal (IFE) Rumah Sakit PELNI

Matriks IFE digunakan untuk menganalisis kuantitatif atas faktor internal

yang meliputi dua aspek yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

Rumah Sakit PELNI, yang dihitung dengan menentukan bobot seperti yang

diperlihatkan pada hasil pembobotan untuk faktor internal melalui metode

wawancara dengan Ka. Divisi IT dan Ka. Divisi Pelayanan dan Pemasaran

pada Tabel 3.3 serta menentukan peringkat dari seluruh faktor internal yang

dimiliki yang juga diperoleh melalui proses wawancara pada dua Divisi
yang sama, dengan hasil penentuan peringkat seperti yang perlihatkan pada

Tabel 3.4. Yang selanjutnya akan diakumulasi dan dikalikan sehingga

mendapatkan nilai total faktor internal seperti yang diperlihatkan pada

Tabel 3.5.

Tabel 3.3 Penilaian Bobot Faktor Internal Perusahaan


Sumber: Wawancara dengan Divisi IT dan Divisi Pelayanan dan
Pemasaran
Faktor Internal
Perusahaan S-1 S-2 S-3 S-4 S-5 S-6 W-1 W-2 W-3 W-4 Total Bobot
S-1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 13 0.071
S-2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 23 0.126
S-3 2 1 1 2 1 1 2 2 1 13 0.071
S-4 3 2 3 3 2 2 3 3 2 23 0.126
S-5 2 1 2 1 1 1 2 2 1 13 0.071
S-6 3 2 3 2 3 2 3 3 2 23 0.126
W-1 2 1 2 1 2 1 3 3 2 17 0.093
W-2 3 2 3 2 3 2 2 2 1 20 0.110
W-3 2 1 2 1 2 1 2 2 1 14 0.077
W-4 3 2 3 2 3 2 2 3 3 23 0.126
TOTAL 182 1.000

Tabel 3.4 Peringkat Faktor Internal Perusahaan


Sumber: Wawancara dengan Divisi IT dan Divisi Pelayanan dan
Pemasaran
Kode. Faktor Internal Perusahaan Rate
S-1 Tenaga spesialis dan subspesialis dalam berbagai aspek pengetahuan medis. 4
S-2 Status akreditasi rumah sakit penuh tingkat lengkap sebagai komponen knowledge portal. 3
Proses pelayanan medis yang terintegrasi dan sistematis dalam mendukung dinamika knowledge
S-3 sharing. 4
Investasi tinggi dengan fluktuasi arus kas yang relatif stabil sebagai modal dalam pengembangan
S-4 3
aplikasi manajemen pengetahuan.
Kerjasama kontrak dengan berbagai perusahaan, lembaga asuransi dan pendidikan kesehatan
S-5 dalam menciptakan knowledge alliance. 4
S-6 Corporate image sebagai rumah sakit yang berkualitas dan berpengalaman. 3
W-1 Pemanfaatan teknologi dan sistem informasi dalam manajemen pengetahuan yang belum optimal. 1
Kurangnya inter-relasi dan kolaborasi dalam berbagi pengetahuan dan informasi diantara praktisi
W-2 2
medis.
W-3 Minimnya pengelolaan dan pemberdayaan pengetahuan internal SDM. 2
Proses promosi yang cenderung statis sebagai akibat kurangnya pemberdayaan tacit knowledge
W-4 pada staff pemasaran. 1
Tabel 3.5 Matrik IFE Rumah Sakit PELNI
Faktor Internal Perusahaan Bobot Rate Skor
Kekuatan:
Tenaga spesialis dan subspesialis dalam berbagai aspek pengetahuan medis. 0.071 4 0.284
Status akreditasi rumah sakit penuh tingkat lengkap sebagai komponen knowledge
portal. 0.126 3 0.378
Proses pelayanan medis yang terintegrasi dan sistematis dalam mendukung dinamika
knowledge sharing. 0.071 4 0.284
Investasi tinggi dengan fluktuasi arus kas yang relatif stabil sebagai modal dalam
pengembangan aplikasi manajemen pengetahuan. 0.126 3 0.378
Kerjasama kontrak dengan berbagai perusahaan, lembaga asuransi dan pendidikan
kesehatan dalam menciptakan knowledge alliance. 0.071 4 0.284
Corporate image sebagai rumah sakit yang berkualitas dan berpengalaman. 0.126 3 0.378
Kelemahan:
Pemanfaatan teknologi dan sistem informasi dalam manajemen pengetahuan yang
belum optimal. 0.093 1 0.093
Kurangnya inter-relasi dan kolaborasi dalam berbagi pengetahuan dan informasi
diantara praktisi medis. 0.110 2 0.22
Minimnya pengelolaan dan pemberdayaan pengetahuan internal SDM. 0.077 2 0.154
Proses promosi yang cenderung statis sebagai akibat kurangnya pemberdayaan tacit
knowledge pada staff pemasaran. 0.126 1 0.126
TOTAL 1.000 27 2.579

Dari Tabel 3.5 didapat kesimpulan bahwa secara keseluruhan Rumah Sakit

PELNI telah mengetahui kekuatan dan kelemahan internal, serta telah dapat

menggunakannya untuk mengevaluasi kinerja organisasi. Hal ini

diperlihatkan dengan perolehan total nilai Matrik IFE yang lebih / sama

dengan 2.5.

3.10.4 Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Rumah Sakit PELNI

Matriks EFE digunakan untuk menganalisis kuantitatif atas faktor eksternal

yang meliputi dua aspek yaitu peluang dan ancaman yang dihadapi Rumah

Sakit PELNI, yang dihitung dengan menentukan bobot seperti yang

diperlihatkan pada hasil pembobotan untuk faktor eksternal melalui metode


wawancara dengan Ka. Divisi IT dan Ka. Divisi Pelayanan dan Pemasaran

pada Tabel 3.6 serta menentukan peringkat dari seluruh faktor eksternal

yang dimiliki yang juga diperoleh melalui proses wawancara pada dua

Divisi yang sama, dengan hasil penentuan peringkat seperti yang

perlihatkan pada Tabel 3.7. Yang selanjutnya akan diakumulasi dan

dikalikan sehingga mendapatkan nilai total faktor eksternal seperti yang

diperlihatkan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.6 Penilaian Bobot Faktor Ekternal Perusahaan


Sumber: Wawancara dengan Divisi IT dan Divisi Pelayanan dan
Pemasaran
Faktor Eksternal
Perusahaan O-1 O-2 O-3 O-4 O-5 O-6 T-1 T-2 T-3 T-4 Total Bobot
O-1 3 2 3 3 2 3 2 3 2 23 0.128
O-2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 13 0.072
O-3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 23 0.128
O-4 1 2 1 2 1 2 1 2 1 13 0.072
O-5 1 2 1 2 1 2 1 2 1 13 0.072
O-6 2 3 2 3 3 3 2 3 2 23 0.128
T-1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 13 0.072
T-2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 23 0.128
T-3 1 2 1 2 2 1 2 1 1 13 0.072
T-4 2 3 2 3 3 2 3 2 3 23 0.128
TOTAL 180 1.000

Dari Tabel 3.8 didapat kesimpulan bahwa secara keseluruhan Rumah Sakit

PELNI telah mengetahui peluang dan ancaman internal, serta telah dapat

menggunakannya untuk meningkatkan nilai kompetitif rumah sakit serta

mencegah dampak negatif dari ancaman yang timbul. Hal ini diperlihatkan

dengan perolehan total nilai Matrik EFE yang lebih / sama dengan 2.5.
Tabel 3.7 Peringkat Faktor Eksternal Perusahaan
Sumber: Wawancara dengan Divisi IT dan Divisi Pelayanan dan
Pemasaran

Kode. Faktor Eksternal Perusahaan Rate


Pertumbuhan pangsa pasar sebagai tolak ukur pengembangan produk medis teredukasi yang relatif
O-1 tinggi. 3
Tingkat kelahiran dan frekuensi ibu mengandung yang relatif tinggi sebagai dasar pengembangan
O-2 4
layanan berbasis pengetahuan.
Persentase angka kesakitan DKI Jakarta dalam skala nominal atas sebagai model layanan
O-3 pengetahuan terspesialisasi. 3
Peningkatan anggaran kesehatan DKI Jakarta perkapita selama siklus pengembangan medical
O-4 4
recognition.
Perluasan dekontaminasi penyakit sebagai faktor pengembangan pengobatan terdistribusi berbasis
O-5 pengetahuan. 4
O-6 Tingkat pemahaman dan apresiasi masyarakat atas pentingnya layanan medis cenderung membaik. 3
Banyaknya rumah sakit swasta dan BUMN dalam satu wilayah sebagai kompetitor layanan medis
T-1 teredukasi. 2
Perkembangan teknologi medis sebagai komponen utama dalam knowledge based treatment yang
T-2 1
relatif cepat.
Penurunan pendapatan per kapita pada masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai konsumen
T-3 dominan pengobatan teredukasi. 2
Adanya anggapan tentang optimalisasi layanan medis di luar negeri dan masalah malpraktik di
T-4 1
Indonesia.

Tabel 3.8 Matrik EFE Rumah Sakit PELNI


Faktor Eksternal Perusahaan Bobot Rate Skor
Peluang:
Pertumbuhan pangsa pasar sebagai tolak ukur pengembangan produk medis teredukasi yang
relatif tinggi. 0.128 3 0.384
Tingkat kelahiran dan frekuensi ibu mengandung yang relatif tinggi sebagai dasar
pengembangan layanan berbasis pengetahuan. 0.072 4 0.288
Persentase angka kesakitan DKI Jakarta dalam skala nominal atas sebagai model layanan
pengetahuan terspesialisasi. 0.128 3 0.384
Peningkatan anggaran kesehatan DKI Jakarta perkapita selama siklus pengembangan
medical recognition. 0.072 4 0.288
Perluasan dekontaminasi penyakit sebagai faktor pengembangan pengobatan terdistribusi
berbasis pengetahuan. 0.072 4 0.288
Tingkat pemahaman dan apresiasi masyarakat atas pentingnya layanan medis cenderung
membaik. 0.128 3 0.384
Ancaman:
Banyaknya rumah sakit swasta dan BUMN dalam satu wilayah sebagai kompetitor layanan
medis teredukasi. 0.072 2 0.144
Perkembangan teknologi medis sebagai komponen utama dalam knowledge based treatment
yang relatif cepat. 0.128 1 0.128
Penurunan pendapatan per kapita pada masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai
konsumen dominan pengobatan teredukasi. 0.072 2 0.144
Adanya anggapan tentang optimalisasi layanan medis di luar negeri dan masalah malpraktik
di Indonesia. 0.128 1 0.128
TOTAL 1.000 27 2.56
3.10.5 Matriks SWOT Rumah Sakit PELNI

Matriks SWOT akan memperlihatkan berbagai alternatif yang dapat

dilakukan Rumah Sakit PELNI dalam kontribusinya mengelola faktor

internal untuk memanfaatkan dan/atau mencegah dampak negatif faktor

eksternal rumah sakit seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.9 dan Tabel

3.10

Berdasarkan hasil analisis strategi menggunakan SWOT Matrix seperti yang

terlihat pada Tabel 3.9, yang mendasari penentuan strategi berdasarkan

perbandingan antara faktor internal (yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu

kekuatan dan kelemahan perusahaan) dan faktor eksternal perusahaan

(yang pada Tabel 3.9, ini dibandingkan dengan peluang yang mungkin

diperoleh perusahaan dalam persaingan) didapat beberapa strategi alternatif

diantaranya sebagai berikut:

1. Strategi SO (Kekuatan dan Peluang)

a. Memperkuat dominasi pasar melalui promosi layanan.

b. Melakukan ekspansi poliklinik ke pasar yang terkonsentrasi.

c. Optimalisasi layanan dan pengembangan layanan berbasis kasus.

d. Melakukan spesialisasi layanan medis khusus.

e. Kontrak kerja sama dengan beberapa rumah sakit pada bagian

tertentu dari layanan medis.

2. Stretegi WO (Kelemahan dan Peluang)

a. Memaksimalkan integrasi IT dalam tata kelola layanan tim medis.


b. Meningkatkan keahlian dan kompetensi tenaga medis melalui

pelatihan dan seminar untuk menangani tindakan medis khusus.

c. Mengembangkan sistem pengelola pengetahuan dalam perencanaan

dan implementasi medis.

d. Melakukan media and online marketing untuk mempromosikan

layanan medis ke daerah terisolir.

Berdasarkan hasil analisis strategi menggunakan SWOT Matrix seperti yang

terlihat pada Tabel 3.10, yang mendasari penentuan strategi berdasarkan

perbandingan antara faktor internal (yang terdiri dari 2 (dua) faktor yaitu

kekuatan dan kelemahan perusahaan) dan faktor eksternal perusahaan

(yang pada Tabel 3.10, ini dibandingkan dengan ancaman yang mungkin

diperoleh perusahaan dalam persaingan) didapat beberapa strategi alternatif

diantaranya sebagai berikut:

3. Strategi ST (Kekuatan dan Ancaman)

a. Melakukan inovasi dalam pengembangan core competencies pada

layanan medis rumah sakit.

b. Mengimplementasikan dan mengelola teknologi medis mutakhir

dalam menciptakan layanan medis unik yang optimal.

c. Menciptakan paket layanan medis terkonsolidasi dengan lembaga

penjamin dana kesehatan.

d. Mengembangkan sistem edukasi konsumen tentang mekanisme dan

aturan layanan medis.


78

Tabel 3.9 SWOT Matrix (Strategi SO dan Strategi WO) Rumah Sakit PELNI

INTERNAL KEKUATAN KELEMAHAN


FACTORS (STRENGTH – S) (WEAKNESSES – W)
1. Tenaga spesialis dan subspesialis dalam berbagai aspek 1. Pemanfaatan teknologi dan sistem informasi dalam
pengetahuan medis. manajemen pengetahuan yang belum optimal.
2. Status akreditasi rumah sakit penuh tingkat lengkap 2. Kurangnya inter-relasi dan kolaborasi dalam berbagi
sebagai komponen knowledge portal. pengetahuan dan informasi diantara praktisi medis.
3. Proses pelayanan medis yang terintegrasi dan sistematis 3. Minimnya pengelolaan dan pemberdayaan pengetahuan
dalam mendukung dinamika knowledge sharing. internal SDM.
4. Investasi tinggi dengan fluktuasi arus kas yang relatif 4. Proses promosi yang cenderung statis sebagai akibat
stabil sebagai modal dalam pengembangan aplikasi kurangnya pemberdayaan tacit knowledge pada staff
manajemen pengetahuan. pemasaran.
5. Kerjasama kontrak dengan berbagai perusahaan,
lembaga asuransi dan pendidikan kesehatan dalam
menciptakan knowledge alliance.
6. Corporate image sebagai rumah sakit yang berkualitas
dan berpengalaman.
EXTERNAL FACTORS
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
(OPPORTUNITIES – O)
1. Pertumbuhan pangsa pasar sebagai tolak 1. Memperkuat dominasi pasar melalui promosi layanan. 1. Memaksimalkan integrasi IT dalam tata kelola layanan tim
ukur pengembangan produk medis (S5, S6, O3,O4) medis. (W1, W2, O1, O6)
teredukasi yang relatif tinggi. 2. Melakukan ekspansi poliklinik ke pasar yang 2. Meningkatkan keahlian dan kompetensi tenaga medis
2. Tingkat kelahiran dan frekuensi ibu terkonsentrasi. (S1,S4,O1, O5) melalui pelatihan dan seminar untuk menangani tindakan
mengandung yang relatif tinggi sebagai 3. Optimalisasi layanan dan pengembangan layanan medis khusus. (W2, W3, O2, O6)
dasar pengembangan layanan berbasis berbasis kasus. (S2, S3, O3, O6) 3. Mengembangkan sistem pengelola pengetahuan dalam
pengetahuan. 4. Melakukan spesialisasi layanan medis khusus. (S3, S5, perencanaan dan implementasi medis. (W1,W3,O3, O5)
3. Persentase angka kesakitan DKI Jakarta O2, O6) 4. Melakukan media and online marketing untuk
dalam skala nominal atas sebagai model 5. Kontrak kerja sama dengan beberapa rumah sakit pada mempromosikan layanan medis ke daerah terisolir (W1,
layanan pengetahuan terspesialisasi. bagian tertentu dari layanan medis. (S1, S6, O1, O6) W4, O1, O4)
4. Peningkatan anggaran kesehatan DKI
Jakarta perkapita selama siklus
pengembangan medical recognition.
5. Perluasan dekontaminasi penyakit sebagai
faktor pengembangan pengobatan
terdistribusi berbasis pengetahuan.
6. Tingkat pemahaman dan apresiasi
masyarakat atas pentingnya layanan medis
cenderung membaik. 78
79

Tabel 3.10 Matriks SWOT (Strategi ST dan Strategi WT) Rumah Sakit PELNI

INTERNAL KEKUATAN KELEMAHAN


FACTORS (STRENGTH – S) (WEAKNESSES – W)
1. Tenaga spesialis dan subspesialis dalam berbagai 1. Pemanfaatan teknologi dan sistem informasi dalam
aspek pengetahuan medis. manajemen pengetahuan yang belum optimal.
2. Status akreditasi rumah sakit penuh tingkat lengkap 2. Kurangnya inter-relasi dan kolaborasi dalam berbagi
sebagai komponen knowledge portal. pengetahuan dan informasi diantara praktisi medis.
3. Proses pelayanan medis yang terintegrasi dan 3. Minimnya pengelolaan dan pemberdayaan pengetahuan
sistematis dalam mendukung dinamika knowledge internal SDM.
sharing. 4. Proses promosi yang cenderung statis sebagai akibat
4. Investasi tinggi dengan fluktuasi arus kas yang relatif kurangnya pemberdayaan tacit knowledge pada staff
stabil sebagai modal dalam pengembangan aplikasi pemasaran.
manajemen pengetahuan.
5. Kerjasama kontrak dengan berbagai perusahaan,
lembaga asuransi dan pendidikan kesehatan dalam
menciptakan knowledge alliance.
6. Corporate image sebagai rumah sakit yang berkualitas
dan berpengalaman.

EXTERNAL FACTORS
ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT
(THREATS – T)
1. Banyaknya rumah sakit swasta dan BUMN 1. Melakukan inovasi dalam pengembangan core 1. Mengembangkan sistem informasi layanan medis yang
dalam satu wilayah sebagai kompetitor competencies pada layanan medis rumah sakit. (S1, mengintegrasi tindakan medis dengan fasilitas pendukung
layanan medis teredukasi. S3, T1) medis. (W1, W2, T3)
2. Perkembangan teknologi medis sebagai 2. Mengimplementasikan dan mengelola teknologi medis 2. Menciptakan care-knowledge team sebagai competitive
komponen utama dalam knowledge based mutakhir dalam menciptakan layanan medis unik yang advantage pada layanan medis. (W2, T1, T4)
treatment yang relatif cepat. optimal. (S2, S4, T3, T4) 3. Melakukan promo diskon khusus secara berkala untuk paket
3. Penurunan pendapatan per kapita pada 3. Menciptakan paket layanan medis terkonsolidasi layanan medis dan event tertentu. (W4, T1, T3)
masyarakat kelas menengah ke bawah dengan lembaga penjamin dana kesehatan. (S3, S5, 4. Mengembangkan sistem berbasis pengetahuan yang akan
sebagai konsumen dominan pengobatan T3) meminimalkan redundancy analisis dan proses medis serta
teredukasi. 4. Mengembangkan sistem edukasi konsumen tentang meningkatkan kualitas keputusan medis. (W3, T1, T4)
4. Adanya anggapan tentang optimalisasi mekanisme dan aturan layanan medis. (S4, S6, T4)
layanan medis di luar negeri dan masalah
malpraktik di Indonesia.

79
80

4. Strategi WT (Kelemahan dan Ancaman)

a. Mengembangkan sistem informasi layanan medis yang

mengintegrasi tindakan medis dengan fasilitas pendukung medis.

b. Menciptakan care-knowledge team sebagai competitive advantage

pada layanan medis.

c. Melakukan promo diskon khusus secara berkala untuk paket

layanan medis dan event tertentu.

3.10.6 Matriks IE Rumah Sakit PELNI

Berdasarkan analisis faktor pendukung strategi pada aspek internal

perusahaan (IFE) serta aspek eksternal perusahaan (EFE), dimana Rumah

Sakit PELNI memiliki total bobot faktor internal sebesar 2.579 dan total

bobot eksternal sebesar 2.56, maka dapat diperoleh hasil analisis matrik

internal dan eksternal seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.11.

Dimana Rumah Sakit PELNI menempati kuadran ke V dengan pengertian

bahwa perusahaan berada dalam posisi “Menjaga dan Mempertahankan”,

dimana terdapat dua strategi utama dalam posisi tersebut, yaitu:

1. Penetrasi pasar

2. Pengembangan produk
Tabel 3.11 Internal – External Rumah Sakit PELNI

TOTAL RATA – RATA TERTIMBANG IFE


Kuat Sedang Lemah
3.0 – 4.0 2.0 – 2.99 1.0 – 1.99
4.0 3.0 2.0 1.0
TOTAL RATA – RATA TERTIMBANG EFE

Tinggi
2.0 – 4.0 I II III

3.0

Sedang
2.0 – 2.99 IV V VI

2.0

Rendah
1.0 – 1.99 VII VIII IX

1.0

Selanjutnya, berdasarkan hubungan antara jenis strategi yang dihasilkan

pada analisis Matriks IE dengan klasifikasi strategi pada tahap analisis

Matriks SWOT didapat beberapa alternatif strategi yang dapat

diimplementasikan pada Rumah Sakit PELNI, sebagai berikut:

1. Penetrasi pasar, dapat direkomendasi beberapa alternatif sebagai

berikut:

a. Memperkuat dominasi pasar melalui promosi layanan.

b. Melakukan ekspansi poliklinik ke pasar yang terkonsentrasi.

c. Melakukan promo diskon khusus secara berkala untuk paket

layanan medis dan event tertentu.


2. Pengembangan produk, dapat direkomendasikan beberapa alternatif

sebagai berikut:

a. Optimalisasi layanan dan pengembangan layanan berbasis kasus.

b. Mengembangkan sistem pengelola pengetahuan dalam perencanaan

dan implementasi medis.

c. Mengimplementasikan dan mengelola teknologi medis mutakhir

dalam menciptakan layanan medis unik yang optimal.

d. Menciptakan care-knowledge team sebagai competitive advantage

pada layanan medis.

e. Mengembangkan sistem berbasis pengetahuan yang akan

meminimalkan redundancy analisis dan proses medis serta

meningkatkan kualitas keputusan medis.

3.10.7 Matriks QSPM Rumah Sakit PELNI

Dari analisis pada tahap input diperoleh berbagai faktor competitive

perusahaan (baik faktor internal maupun eksternal perusahaan) yang

kemudian dikombinasikan dengan analisis pada tahap pencocokan yang

menghasilkan beberapa alternatif yang kemudian di-summarize menjadi 2

(dua) alternatif strategi utama, yang selanjutnya pada tahap keputusan

dilakukan pemilihan alternatif yang paling sesuai dengan kebutuhan

perusahaan dengan menggunakan metode QSPM seperti yang terlihat pada

Tabel 3.12.
83

Tabel 3.12 Matrik QSPM Rumah Sakit PELNI

ALTERNATIF STRATEGI
Penetrasi Pengembangan
Pasar Produk
Faktor-faktor Utama Bobot AS TAS AS TAS
Peluang
Pertumbuhan pangsa pasar sebagai tolak ukur pengembangan produk medis teredukasi yang relatif tinggi. 0.128 4 0.512 2 0.256
Tingkat kelahiran dan frekuensi ibu mengandung yang relatif tinggi sebagai dasar pengembangan layanan berbasis pengetahuan. 0.072 _ _
Persentase angka kesakitan DKI Jakarta dalam skala nominal atas sebagai model layanan pengetahuan terspesialisasi. 0.128 _ _
Peningkatan anggaran kesehatan DKI Jakarta perkapita selama siklus pengembangan medical recognition. 0.072 1 0.072 3 0.216
Perluasan dekontaminasi penyakit sebagai faktor pengembangan pengobatan terdistribusi berbasis pengetahuan. 0.072 3 0.216 4 0.288
Tingkat pemahaman dan apresiasi masyarakat atas pentingnya layanan medis cenderung membaik. 0.128 _ _

Ancaman
Banyaknya rumah sakit swasta dan BUMN dalam satu wilayah sebagai kompetitor layanan medis teredukasi. 0.072 3 0.216 4 0.288
Perkembangan teknologi medis sebagai komponen utama dalam knowledge based treatment yang relatif cepat. 0.128 _ _
Penurunan pendapatan per kapita pada masyarakat kelas menengah ke bawah sebagai konsumen dominan pengobatan teredukasi. 0.072 _ _
Adanya anggapan tentang optimalisasi layanan medis di luar negeri dan masalah malpraktik di Indonesia. 0.128 2 0.256 3 0.384
1.000

Kekuatan
Tenaga spesialis dan subspesialis dalam berbagai aspek pengetahuan medis. 0.071 _ _
Status akreditasi rumah sakit penuh tingkat lengkap sebagai komponen knowledge portal. 0.126 3 0.378 4 0.504
Proses pelayanan medis yang terintegrasi dan sistematis dalam mendukung dinamika knowledge sharing. 0.071 1 0.071 3 0.213
Investasi tinggi dengan fluktuasi arus kas yang relatif stabil sebagai modal dalam pengembangan aplikasi manajemen pengetahuan. 0.126 _ _
Kerjasama kontrak dengan berbagai perusahaan, lembaga asuransi dan pendidikan kesehatan dalam menciptakan knowledge alliance. 0.071 _ _
Corporate image sebagai rumah sakit yang berkualitas dan berpengalaman. 0.126 2 0.252 2 0.252

Kelemahan
Pemanfaatan teknologi dan sistem informasi dalam manajemen pengetahuan yang belum optimal. 0.093 1 0.093 3 0.279
Kurangnya inter-relasi dan kolaborasi dalam berbagi pengetahuan dan informasi diantara praktisi medis. 0.110 _ _
Minimnya pengelolaan dan pemberdayaan pengetahuan internal SDM. 0.077 _ _
Proses promosi yang cenderung statis sebagai akibat kurangnya pemberdayaan tacit knowledge pada staff pemasaran. 0.126 3 0.378 4 0.504
0.997 2.444 3.184

83
84

Dari hasil analisis strategi dengan menggunakan metode QSPM seperti

yang diperlihatkan pada Tabel 3.12 diperoleh nilai akumulasi sebesar 2.444

untuk strategi penetrasi pasar sedangkan untuk strategi pengembangan

produk (dalam kasus ini adalah layanan rumah sakit) diperoleh nilai

akumulasi sebasar 3.184. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa

strategi yang paling sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Rumah Sakit

PELNI adalah strategi pengembangan produk, yang secara khusus

merekomendasikan beberapa alternatif strategi, yaitu:

1. Optimalisasi layanan dan pengembangan layanan berbasis kasus.

2. Mengembangkan sistem pengelola pengetahuan dalam perencanaan dan

implementasi medis.

3. Mengimplementasikan dan mengelola teknologi medis mutakhir dalam

menciptakan layanan medis unik yang optimal.

4. Menciptakan care-knowledge team sebagai competitive advantage pada

layanan medis.

5. Mengembangkan sistem berbasis pengetahuan yang akan

meminimalkan redundancy analisis dan proses medis serta

meningkatkan kualitas keputusan medis.

3.11 Proses Bisnis Rumah Sakit PELNI

RS PELNI sebagai instansi medis menjalankan proses bisnis dalam 3 area

fungsional seperti yang dideskripsikan dalam struktur organisasi yaitu meliputi:

Administrasi, Keuangan serta proses bisnis inti yang menjadi core competence

dalam aktivitas bisnis RS PELNI yaitu Usaha (Layanan Medis / Medical


Treatment dan Usaha Penunjang). Secara garis besar proses bisnis RS PELNI

terbagi atas 2 bagian yang yaitu Pelayanan Rawat Jalan seperti yang diperlihatkan

pada Gambar 3.6.

Penjelasan dari Gambar 3.6 adalah sebagai berikut:

1. Pasien yang akan mendapatkan layanan medis dikategorikan atas 2 tipe yaitu:

pasien perusahaan dan/atau ASKES serta pasien partikuler. Pada tahap awal

pasien melakukan proses pendaftaran / registrasi pada bagian administrasi

Rawat Jalan, namun untuk pasien perusahaan dan/atau ASKES harus

melakukan verifikasi data pada bagian customer services terlebih dahulu untuk

mengkonfirmasi jenis dan/atau ASKES.

2. Selanjutnya masuk ketahap pemeriksaan dimana pada tahap ini dilakukan 2

jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan poli dan pemeriksaan penunjang (seperti:

radiologi dan laboratorium), dimana untuk proses entry pemeriksaan penunjang

akan dilakukan oleh Staf Entry Data Penunjang yang menghasilkan Bukti

Pemeriksaan sementara untuk proses entry tindakan poli akan dilakukan oleh

Staf Entry Data Poli yang menghasilkan bukti pemeriksaan yang nantinya akan

digunakan sebagai dokumen untuk proses pembayaran.


Gambar 3.6 Proses Bisnis Layanan Rawat Jalan RS PELNI

3. Setelah tahapan dalam pemeriksaan selesai, selanjutkan masuk pada tahap

pembayaran, dimana berdasarkan bukti pemeriksaan yang dikeluarkan oleh

SED baik dari Poli maupun Penunjang, pasien partikuler akan dibuatkan
Kuitansi oleh kasir atas jumlah pembayaran yang dilakukannya yang

selanjutnya kuitansi tersebut diteruskan ke bagian Keuangan untuk dibuatkan

rekap kuitansi, sedangkan untuk pasien perusahaan dan/atau ASKES akan

dikeluarkan rekap bukti pemeriksaan yang ditujukan kepada perusahaan

dan/atau lembaga ASKES yang digunakan dalam melakukan proses penagihan

atas jumlah pembayaran untuk pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien yang

selanjutnya baik rekap kuitansi maupun bukti tagihan yang diperoleh

diteruskan ke bagian Akuntansi untuk dibuatkan laporan.

Dan pada bagian kedua, proses bisnis Rumah Sakit PELNI adalah Pelayanan

Rawat Inap seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.7.

Penjelasan Gambar 3.7 adalah sebagai berikut:

1. Proses bisnis Rawap Inap pada tahap awal pasien dikategorikan kedalam dua

tipe yaitu: Pasien UGD dan Pasien Rawat Jalan. Dimana kedua tipe pasien baik

UGD maupun Rawat Jalan harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu pada

bagian administrasi Rawat Inap, dimana untuk pasien partikuler diharuskan

untuk membayar Uang Muka terlebih dahulu ke Kasir dan akan diberikan

Kuitansi sebagai tanda bukti pembayaran uang muka. Sedangkan pasien

perusahaan dan/atau ASKES dapat langsung mengikuti prosedur lanjutan

terlebih dahulu.
Gambar 3.7 Proses Bisnis Layanan Rawat Inap RS PELNI

2. Setelah tahap awal selesai dilakukan, maka bagian administrasi Rawat Inap

akan mengirimkan Identitas Pasien kebagian Ruangan yang selanjutnya akan

menentukan tindakan apa yang harus dilakukan didasari pada medical

historis
atas diagnosis pada tahap Rawat Jalan yang teridentifikasi dari identitas pasien

yang diberikan. Secara umum, ada dua proses yang dilakukan bagian Ruangan

yaitu mempersiapkan tindakan medis (Entry Tindakan) meliputi ruang dan

fasilitas pendukung serta mengkonfirmasi Rujukan medis yang perlu

didapatkan oleh pasien yang diperoleh dari tiga bagian yaitu: Poli, Penunjang

dan/atau Kamar Bedah. Setelah prosedur tindakan medis dilakukan maka tahap

lanjutannya adalah mempersiapkan Billing Rawat Inap serta catatan Bukti

Pemeriksaan yang akan diberikan baik secara langsung dan/atau tidak langsung

kepada pasien.

3. Selanjutnya berdasarkan Billing Rawat Inap, pasien akan melakukan

pembayaran ke Kasir Rawat Inap atas jumlah layanan medis yang diterima,

dimana untuk pasien partikuler pembayaran yang dilakukan di Kasir Rawat

Inap akan langsung diberikan Kuitansi disertai dengan Billing Pasien yang

diteruskan kebagian Akuntasi, sementara, untuk pasien perusahaan dan/atau

ASKES berdasarkan billing Rawat Inap akan disertakan billing Pasien untuk

selanjutnya akan dilakukan penagihan pada perusahaaan dan/atau lembaga

ASKES yang dari hasil penagihan ini akan dibuatkan Rangkap Kuitansi

Tagihan yang kemudian akan diteruskan kebagian Akuntansi.

3.12 Aspek Klinis dari Rumah Sakit PELNI dan Analisa Knowledge

Dari proses bisnis inti Rumah Sakit PELNI, aspek klinis dapat direkomendasikan

dari dua aktivitas medis yaitu: aspek klinis pada proses rawat jalan dan aspek klinis

pada proses rawat inap, seperti yang terlihat pada struktur activity diagram pada

Gambar 3.8.
Berdasarkan activity diagram dapat disimpulkan bahwa aktivitas-aktivitas dalam

aspek klinis manajemen rumah sakit PELNI dapat dibagi menjadi:

1. Tahap diagnosa awal, yang meliputi diagnosa atas gejala-gejala medis yang

terlihat serta informasi kondisi pasien dan analisa riwayat penyakit juga

penanganan medis yang terdapat pada medical historis.

2. Tahap pemeriksaan, yang meliputi pemeriksaan klinis (fisik) serta pemeriksaan

penunjang (termasuk laboratorium dan radiologi) yang terdiri diri penilaian

kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik.

3. Tahap diagnosa diferensial (akhir), meliputi diagnosa sistematis terhadap

sebuah daftar penyebab yang mungkin menyebabkan suatu gejala medis

didasari atas pemeriksaan riwayat dan fisik.

4. Tahap kesimpulan medis, merupakan tahap akhir pada aspek klinis rawat jalan

dimana praktisi medis memberikan hasil diagnosa akhir medis serta

memberikan penanganan baik yang bersifat symptom ataupun causal.

5. Tahap tindakan medis penunjang, merupakan bagian dari aspek klinis rawat

inap yang meliputi persiapan ruang dan fasilitas penunjang serta kemungkinan

memberikan perlakuan medis tambahan (seperti: kamar bedah).

6. Tahap eksekusi akhir, meliputi pemeriksaan akhir kondisi pasien, melakukan

entry tindakan medis kedalam medical record, serta menerbitkan bukti

pemeriksaan.
Gambar 3.8 Aktivitas Klinis Rumah Sakit PELNI

Dari tahapan aktivitas tersebut dapat dilakukan analisis kebutuhan pengetahuan

pada setiap tahapan seperti yang terlihat pada Tabel 3.13.


Tabel 3.13 Kebutuhan Knowledge pada Setiap Aktivitas Medis

Fungsi / Aktivitas Knowledge Tacit Explicit


Diagnosa Awal Medical Ethic and Law 
General Treatment Procedures 
Hospital Care Procedures 
Medical Theories 
Medical Histories Analysis  
Patient Education and Empowerment  
Patient Psychological Response 
Patient Medical Inspection 
Pemeriksaan General Case Analysis 
Syndromes and Diseases  
Laboratory Report Analysis 
Radiology Report Analysis 
ISO / MIMS Analysis  
Diagnosa Symptoms Description 
Diferensial Allergic Evaluation 
Contra Indication Analysis 
Kesimpulan Medis Medical Case Decision 
Medical Treatment Procedure 
Symptoms or Causal Medication 
Drug Prescription  
General Care Report 
Tindakan Medis Specific Case Analysis 
Penunjang Hospital Care Procedure 
Therapeutic Treatment  
Specialized Medication 
Hospital Care Report 
Eksekusi Akhir Medical Record Reconstruction 
Doctor Conclusion Letter 
Medical Practitioner Resume 

Terdapat 3 proses yang dapat dilakukan dalam mengakomodasi knowledge dalam

aktivitas medis RS PELNI dengan tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dalam

hal pengelolaan waktu untuk pengambilan keputusan medis serta memberikan

mutual value dalam bentuk akurasi atas kualitas dan kuantitas keputusan medis

yang dihasilkan pada setiap case yang dihadapai oleh pasien. Adapun proses-

proses tersebut, meliputi:


1. Knowledge Reused or Access, penggunaan kembali pengetahuan yang terdapat

pada database RS PELNI (baik dalam bentuk Medical Record ataupun

dokumentasi kebijakan dan prosedur medis yang digunakan).

2. Knowledge Sharing, melakukan distribusi tacit dan explicit knowledge

menggunakan fasilitas jaringan internal antara satu user dengan user lainnya

ataupun antara sistem dengan user yang akan mengurangi redundancy baik dari

segi tindakan maupun dalam upaya menganalisa data medis sehingga dapat

meningkatkan kinerja user (praktisi medis) secara langsung serta memberikan

dampak strategis bagi kinerja organisasi secara tidak langsung.

3. Knowledge Creation, upaya menciptakan pengetahuan baru dari akumulasi

berbagai pengetahuan baik yang bersifat theoretical maupun experiential

dalam bentuk sebuah pengetahuan terdokumentasi yang selanjutnya dapat

didistribusikan keseluruh internal medis sebagai metode rujukan dalam

meningkatkan kompetensi pribadi maupun organisasi.

Knowledge capability dari RS PELNI dapat dideskripsikan berdasarkan bidang

aktivitas dari setiap user yang akan mengakomodasi knowledge dalam aktivitas

praktis, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.14


Tabel 3.14 Knowledge Capability: Hubungan antara Employee Capability,

Knowledge Domain dan Core Activity

3.13 Pengidentifikasian dan Pengkategorian Healthcare Knowledge

Dalam mengidentifikasi knowledge yang terdapat dalam aktivitas medis dari

layanan rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit PELNI, secara garis besar

dikategorikan kedalam tiga bentuk, yaitu: Structural Knowledge

(Pengkategorisasian knowledge berdasarkan struktur organisasi yang dari sudut

pandang lever of knowledge di kelompokkan menjadi organization memory dan


stakeholder relationships), Functional Knowledge (Pengkategorisasian knowledge

berdasarkan aktifitas fungsional yang dari sudut pandang lever of knowledge di

kelompokkan menjadi knowledge in people, customer knowledge, knowledge in

process dan knowledge in products and services) serta Behavioral Knowledge

(Pengkategorisasian knowledge berdasarkan pola perilaku dan tatanan dalam

pendistribusian knowledge di lingkungan internal bisnis yang dari sudut pandang

lever of knowledge di kelompokkan atas business environment insights) seperti

yang diperlihatkan pada Tabel 3.15.

Berdasarkan deskripsi knowledge dari aspek klinis pada Tabel 3.15 dapat

dispesifikasikan kedalam empat (4) bentuk utama, yaitu sebagai berikut:

1. Sharing (berbagi) dalam menganalisa kasus pasien (terutama specific case).

2. Pengetahuan mengenai prosedur dan diagnosa medis umum dan khusus.

3. Pengembangan model pengobatan berbasis pengetahuan yang baru.

4. Strategi berbagi pengetahuan ahli dan/atau spesialis.

Tabel 3.15 Identifikasi dan Kategorisasi Healthcare Knowledge Resources

Rumah Sakit PELNI

Types Levers Knowledge


Rules and Procedures
1. Medical Ethic and Law
2. General Treatment Procedures
Organizationa
3. Hospital Care Procedures
l Memory
Medical Infrastructure Guidance
Structural
1. Treatment Tools
Knowledge 2. Laboratory and Radiology Tools
Stakeholder Overview
Stakeholder 1. Revenue Forecast
Relationship 2. Pharmacy Paths and Consumes
s 3. Policies
Medical Theories
1. Physiological Arts
2. Neurological Arts
3. Pathological Arts
Knowledge 4. Pharmacological Arts
in People 5. Nursery and Gynecological Art
Syndromes and Diseases
1. Causal and Symptoms
2. Infectious Issues and Epidemiology
3. Genetically Issues
Patient Acknowledgement
1. Patient Education and Empowerment
2. Patient Psychological Response
3. Patient Medical Inspection
Customer 4. Patient Safety and Alert
Knowledg 5. Patient Specific-Care Planning
e 6. Patient Monitoring
Customer Issues
1. Healthcare Satisfaction
2. Customer Relationship Management
Medical Case Analysis
1. Medical Histories
Functional 2. General Case Analysis
Knowledge 3. Laboratory Report
4. Radiology Report
5. ISO / MIMS
6. Specific Case Analysis
Medical Evaluation
1. Symptoms Description
2. Allergic Evaluation
3. Contra Indication Analysis
Knowledge
4. Medical Case Decision
in Process
Medication
1. Symptoms or Causal Medication
2. Drug Prescription
3. Therapeutic Treatment
4. Specialized Medication
Medical Report and Standard
1. General Case Report
2. Hospital Case Report
3. Medical Record Reconstruction
4. Doctor Conclusion Letter
5. Medical Practitioner Resume
Knowledge Healthcare Intelligent
in Products 1. Omset of Action Calculation
and Services 2. Nutrition Agent
Practitioner Learning
1. Internal Meeting
Business
Behavioral 2. Seminars and Workshops
Environmen
Knowledge Care Team Collaboration
t Insights
1. Surgeries
2. Specific and Pandemic Case

Dari Tabel 3.15 yang mengidentifikasi knowledge dalam “Aspek Klinis” dapat

dideskripsikan knowledge domain yang terbagi atas beberapa kategori utama,

sebagai berikut:

1. Prosedur umum teori dan praktek medis.

2. Manajemen kasus (case) pasien.

3. Ketersediaan dokter dan paramedis sebagai referensi.

4. Customer Relationship Management.

Pengidentifikasian dan pengkategorisasian knowledge secara khusus didefinisikan

sebagai berikut:

3.13.1 Structural Knowledge

A. Organization Memory

1. Rules and Procedures

Dalam menjalankan tata laksana organisasi dan medis terdapat

berbagai aturan dan prosedur yang secara explicit terdeskripsikan

dalam bentuk peraturan, kebijakan, wewenang, tugas dan tanggung

jawab yang secara umum menjadi pedoman standar kinerja dan

etika organisasi medis yang diberikan pada setiap karyawan pada

saat awal bergabung dalam organisasi dan tersimpan sebagai

dokumen pada setiap kepala divisi, namun prosedur standar ini

tidak dapat diakses setiap waktu oleh praktisi medis untuk dapat
digunakan sebagai acuan dalam melakukan aktivitas medis sehingga

dapat meminimalkan terjadinya kesalahan prosedur / malpraktik.

Dan juga, dalam aktivitas medis secara praktis terdapat berbagai

peran dan aturan klinis khusus yang hanya terdistribusi sebagai tacit

knowledge melalui praktek kerja dalam instansi medis yang terjadi

dari interaksi diantara praktisi medis.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah sistem yang dapat menyediakan

akses terhadap berbagai prosedur dan aturan secara real-time

terutama yang bersifat explicit serta dapat meng-capture prosedur

dan aturan medis yang bersifat tacit.

Attribute: File (arsip), job note, shifting.

User : Praktisi medis dan admin.

2. Medical Infrastructure Guidance

Layanan medis sangat memerlukan adanya fasilitas pendukung

yang akan memaksimalkan value dari sebuah tindakan medis, dan

dalam aktivitas medis secara dinamis selalu berinteraksi dengan

berbagai instrumen dan peralatan yang digunakan secara umum

dalam tata laksana medis serta infrastruktur penunjang untuk

tindakan medis khusus. Namun dalam prakteknya, hanya sebagai

kecil (sekitar 15 – 20%) dari praktisi medis yang dapat

menggunakan infrastruktur tersebut sesuai dengan SOP serta

terbatas pada penggunaan secara umum, meskipun terdapat

petunjuk penggunaan dan pelatihan yang didokumentasikan secara

explicit. Serta dalam pengoperasian medis sering terdapat berbagai


inovasi dan modifikasi dalam penggunaan infrastruktur yang hanya

didapat melalui pengalaman dan pembelajaran oleh sebagian teknisi

yang hanya dibagi secara lisan melalui instruksi dan aplikasi

langsung di lapangan.

Attribute: FAQ, Infrastructure Guidance.

User : Praktisi medis.

B. Stakeholder Relationships

1. Stakeholder Overview

Dari sudut pandang medis, inter-relasi stakeholder memiliki

beberapa aspek yang dapat dikategorikan sebagai knowledge bagi

praktisi medis diantaranya revenue Rumah Sakit secara global yang

memperlihatkan efektifitas dan optimalisasi layanan medis secara

keseluruhan yang dapat menjadi standar evalusi kinerja bagi para

praktisi medis dalam melihat peluang dalam pengembangan layanan

medis serta intesitas proses distribusi dan penggunaan obat dari

berbagai merk perusahaan farmasi yang dapat memberikan

pandangan bagi praktisi medis dalam menentukan jenis obat yang

secara umum sangat dominan dalam memenuhi kebutuhan medis

konsumen (pasien) yang juga secara tak langsung mempengaruhi

penilaian praktisi medis dalam melakukan analisa dan tindakan

medis, termasuk berbagai kebijakan-kebijakan yang mengatur

hubungan antara stakeholder dengan praktisi medis.

Attribute: File (arsip), article, dan economical graphic.

User : Praktisi medis dan admin.


3.13.2 Functional Knowledge

A. Knowledge in People

1. Medical Theories

Setiap praktisi medis secara global telah memiliki pengetahuan

dasar mengenai berbagai aspek biologis, kronologis penyakit serta

tindakan medis yang secara umum terdokumentasi sebagai explicit

knowledge dalam berbagai teori-teori acuan yang didapat melalui

jenjang pendidikan serta seminar atau symposium ilmiah dibidang

kedokteran dan kesehatan yang membahas teori-teori terbaru

mengenai aspek medis. Namun dalam penerapannya, teori-teori

tersebut hanya tersimpan dalam bentuk offline knowledge (baik

dalam bentuk literatur maupun catatan pribadi) sehingga teori

tersebut belum dapat secara penuh terimplementasi dalam aktivitas

medis. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya dukungan

manajemen dan distribusi (akses) pengetahuan secara real time.

Attribute: File (arsip), article, journal.

User : Praktisi medis.

2. Syndromes and Diseases

Dalam kategori sindrom dan penyakit, terdapat deskripsi secara

spesifik mengenai jenis, karakteristik, gejala, penyebab serta pola

penyebaran (tingkat penularan) dan hubungannya terhadap masalah

genetika baik yang berupa explicit knowledge dalam bentuk

dokumen online maupun offline serta dalam bentuk tacit knowledge

yang diperoleh dari pengalaman dan pengamatan dalam interaksi


antara praktisi medis dengan pasien dalam mendalami berbagai

kasus yang dikelola melalui aktivitas layanan medis Rumah Sakit.

Attribute: File (arsip), practitioner evaluation note.

User : Praktisi medis.

B. Customer Knowledge

1. Patient Acknowledgement

Proses pengelolaan knowledge dimulai dari pemberdayaan

pengetahuan bagi pasien dalam memahami mekanisme layanan

medis serta berbagai implikasi medis yang menyertainya,

dilanjutkan dengan proses penangkapan dan penggunaan kembali

pengetahuan berbasis kasus dari interaksi antara praktisi medis dan

pasien. Dimana, dari kolaborasi antara tacit knowledge yang timbul

dalam setiap kasus medis dengan explicit knowledge yang menjadi

dasar bagi praktisi medis dalam melakukan diagnosa dapat

dilakukan pengembangan pengetahuan berbasis kasus dalam

melakukan tindakan pencegahan, pengobatan dan tindakan

penunjang medis pada tahapan yang lebih spesifik dengan tata

kelola pengetahuan yang lebih terencana pada setiap tahapannya.

Attribute: Patient note, medical record dan procedure.

User : Praktisi medis.

2. Customer Issues

Kategori ini menekanan pada proses pengelolaan pengetahuan yang

diperoleh dari konsumen (baik pasien maupun pihak kedua) dalam

bentuk saran / keluhan serta penilaian tingkat kepuasan konsumen


terhadap proses pelayanan medis baik selama proses tindakan medis

berlangsung dimana umumnya bersifat tacit dan terjadi dalam

bentuk penanganan masalah teknis yang dialami konsumen pada

tahap pre dan in-medication maupun setelah tindakan medis

berakhir yang bersifat explicit dalam bentuk form saran / keluhan

dengan tujuan mengakomodasi pengetahuan dalam membina

hubungan yang lebih bermutu dengan konsumen.

Attribute: Form saran dan keluhan, satisfaction evaluation form.

User : Praktisi medis.

C. Knowledge in Process

1. Medical Case Analysis

Merupakan tahapan awal dari aktivitas medis, dimana praktisi

medis (terutama dokter) melakukan analisa terhadap berbagai

informasi dan explicit knowledge yang diperoleh dari berbagai

tindakan medis yang telah dilakukan sebelumnya serta studi

literatur pendukung yang menjadi dasar dalam menegakkan

diagnosa medis baik yang bersifat umum maupun khusus tentang

kondisi pasien yang mendukung pengembangan asumsi awal

mengenai tipe masalah dan tindakan medis yang dapat dilakukan.

Attribute: Case analysis form, disease files.

User : Praktisi medis.

2. Medical Evaluation

Kategori ini mendeskripsikan proses penggunaan kembali berbagai

explicit knowledge serta kombinasinya dengan tacit knowledge yang


dimiliki oleh setiap praktisi medis dalam melakukan penelusuran

penyakit berdasarkan gejala serta mendeskripsikan blueprint dari

tindakan medis yang seharusnya dilakukan didasari pada tipe alergi

dan kontra indikasi yang mungkin ditimbulkan dari interaksi dengan

tindakan medis lainnya. Dimana, berdasarkan kronologis pasien,

praktisi medis (khususnya dokter) dapat menegakkan sebuah

keputusan medis yang sesuai kebutuhan pasien.

Attribute: Treatment form, diagnose note.

User : Praktisi medis.

3. Medication

Tindakan pengobatan merupakan inti dari sebuah pelayanan medis

dimana terjadi pengolahan tacit knowledge menjadi bentuk akhir

dari implementasi medis yang ditegakkan berdasarkan gejala

dan/atau penyebab serta pendefinisian sifat obat dan perawatan

terapeutik. Dari tahapan ini dapat dilakukan pengembangan

knowledge dari kombinasi berbagai aspek pengetahuan klinis pada

setiap praktisi medis sehingga dapat menghasilkan tindakan

pengobatan dan/atau layanan medis khusus.

Attribute: Medication form, decision analysis note.

User : Praktisi medis.

4. Medical Report and Standard

Bentuk terakhir dari proses layanan medis ini, dilakukan proses

pengumpulan dan pendefinisian informasi dan pengetahuan klinis

dalam bentuk kesimpulan akhir mengenai kondisi pasien dan


tindakan medis yang diberikan pada dua unit pelayanan medis yaitu

rawat jalan dan rawat inap, yang kemudian disimpan dalam rekam

medis pasien yang menjadi acuan bagi dokter dalam membuat

pernyataan medis atas keputusan tindakan yang diambil disertai

dengan resume yang menjadi hasil penilaian internal dari setiap

praktisi medis atas tindakan medis yang telah dilakukan.

Attribute: Medication report, doctor resume.

User : Praktisi medis.

D. Knowledge in Products and Services

1. Healthcare Intelligent

Merupakan proses unik dari tahapan medis yang mengimplan tacit

knowledge kedalam jasa dan/atau produk yang digunakan dalam

pelayanan medis rumah sakit dimana jasa dan/atau produk medis

menggunakan konsep kontrol aksi (omset of action) pada setiap

obat yang diberikan serta pola kontrol nutrisi pada setiap makanan

yang dikonsumsi oleh pasien yang memungkinkan praktisi medis

dalam mengawasi proses penyembuhan sesuai dengan jadwal waktu

pengobatan yang telah ditetapkan.

Attribute: Nutrition ingredient, drug evaluation form.

User : Praktisi medis.

3.13.3 Behavioral Knowledge

A. Business Environment Insights

1. Practitioner Learning
Dalam upaya meningkatkan pelayan medis dilakukan proses

pembelajaran berkelanjutan dengan mendatangkan sumber-sumber

knowledge baik internal maupun eksternal organisasi yang bersifat

umum dalam bentuk seminar ataupun workshop yang diberikan

pada seluruh praktisi medis setiap satu tahun mengenai

perkembangan penyakit dan metode pengobatan mutakhir serta

rapat-rapat khusus yang dilakukan oleh beberapa praktisi ahli untuk

menentukan pola tindakan medis yang tepat dalam menyelesaikan

beberapa kasus spesifik yang membutuhkan koordinasi dan

penanganan khusus.

Attribute: Seminar file, learning note dan workshop report.

User : Praktisi medis.

2. Care Team Collaboration

Bentuk implementasi nyata dari proses knowledge sharing dalam

tindakan medis adalah proses distribusi dan kolaborasi dari berbagai

sub divisi pengetahuan medis yang umumnya bersifat tacit

knowledge dalam hal memonitor setiap tahapan dalam proses

pembedahan serta pembentukan tim medis khusus yang merupakan

kombinasi dari berbagai sub bidang medis dengan tujuan

menangani kasus-kasus pandemik dan penyakit menular tertentu

yang membutuhkan proses isolasi dan metode pengobatan khusus.

Attribute: Team report, discussion note.

User : Praktisi medis.


3.14 Knowledge Goals dari Rumah Sakit PELNI

A. Tujuan Knowledge Normatif

1. Menciptakan budaya ‘knowledge sensitive’ dalam hal berbagi pengetahuan

diantara praktisi medis dalam tata kelola patient case.

2. Pengembangan pengetahuan berbasis kasus.

3. Pembelajaran berkelanjutan.

B. Tujuan Knowledge Strategis

Menciptakan case-learning community dalam memaksimalkan kompetensi inti

dalam layanan medis rumah sakit PELNI.

C. Tujuan Knowledge Operasional

1. Mengumpulkan pengetahuan dan menciptakan knowledge repository.

2. Meminimalkan batasan ruang dan waktu dalam komunikasi diantara

praktisi medis.

3. Meningkatkan akses atas pengetahuan internal dan global.

4. Memperluas lingkungan pengetahuan.

5. Mengelola pengetahuan sebagai aset penting rumah sakit PELNI.

Dari tujuan knowledge Rumah Sakit PELNI didapat hubungan dengan strategi

organisasi seperti yang dideskripsikan pada Tabel 3.16.

3.15 Kebijakan Knowledge dari Rumah Sakit PELNI

Didasari pada misi pertama dari Rumah Sakit PELNI yang berbunyi “mengelola

dan menyelenggarakan pelayanan di bidang kesehatan yang paripurna secara tepat,

cepat, aman dan nyaman” menggambarkan adanya kebutuhan dalam pengelolaan


dan akomodasi pengetahuan (core knowledge) dalam bentuk knowledge access,

knowledge sharing dan knowledge creation yang akan memaksimalkan tindakan

dan layanan serta pengambilan keputusan medis oleh setiap praktisi medis.

Prinsip-prinsip dalam knowledge policy dari RS PELNI, sebagai berikut:

1. Seluruh praktisi medis harus berbagi (sharing) core knowledge baik yang

bersifat tacit maupun explicit.

2. Aktivitas pengakomodasian dan pendistribusian core knowledge dikontrol dan

diatur oleh seorang knowledge leader dan tim knowledge.

3. Kontribusi dari core knowledge harus dapat dikenali, terdistribusi secara

sistemik dan memberikan nilai bagi user.

4. Tingkat kontribusi atas core knowledge akan dapat dipertimbangkan pada saat

me-review medical practitioner resume.

5. Kontribusi untuk core knowledge diawali dengan me-review kualitas,

otentikasi serta nilai sebelum terintegrasi dalam content dari aplikasi berbasis

knowledge.

6. Knowledge repository harus terakumulasi dari berbagai aspek dalam

knowledge map dan memenuhi standar pemeliharaan database.

7. Efektifitas dan relevansi dari sistem knowledge terhadap kebutuhan user akan

di-review dalam periode semester.

8. Sistem komisi akan didasari pada intensitas dari kontribusi core knowledge

dalam proses-proses akomodasi knowledge dari jaringan internal.


3.16 Analisis Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi Rumah Sakit PELNI sehubungan dengan Knowledge

Management, adalah sebagai berikut:

1. Knowledge terdistribusi selama proses penanganan medis namun tidak ada

sistem yang mendokumentasikan knowledge (terutama tacit knowledge yang

dimiliki oleh para praktisi medis).

2. Adanya kemungkinan terjadinya malpraktik dan/atau keterlambatan dalam

pengambilan keputusan dalam penanganan medis sejenis dikarenakan tidak

adanya dokumentasi praktis yang dapat menjadi rujukan bagi praktisi medis

dalam bertindak.

3. Tingginya tingkat turn-over praktisi medis senior yang memungkinkan

hilangnya pengetahuan secara signifikan dari Rumah Sakit PELNI.

4. Tidak adanya sarana diskusi diantara praktisi medis Rumah Sakit PELNI yang

memungkinkan praktisi medis untuk berbagi pengetahuan mengenai

pengalaman dalam penanganan medis serta dalam menangani kasus-kasus

khusus.

5. Tidak adanya dokumentasi internal yang mengelola pengetahuan yang di

peroleh dari praktisi medis Rumah Sakit PELNI selama proses penataran atau

mengikuti seminar khusus sehingga hanya menjadi pengetahuan individual

bagi setiap praktisi medis.


109

Tabel 3.16 Relasi antara Strategi Organisasi dengan Knowledge Goals Rumah Sakit PELNI

10
9
110

3.17 Usulan Pemecahan Masalah

Dari rincian permasalah diatas, dapat diajukan beberapa alternatif pemecahan

masalah yang secara umum melalui pengembangan sebuah aplikasi Knowledge

Management yang dapat mengumpulkan, mengkolaborasikan, mendistribusikan,

mengkomunikasikan serta menyediakan akses terhadap pengetahuan, dimana

secara khusus dirincikan sebagai berikut:

1. Menciptakan sebuah aplikasi sistem yang dapat mengumpulkan dan mengelola

distribusi pengetahuan di lingkungan medis Rumah Sakit PELNI.

2. Menyediakan aplikasi yang memungkinkan bagi praktisi untuk menyimpan

memory pengetahuan atas tindakan medis yang dilakukan serta

memungkinkannya untuk mengakses kembali dan/atau memperoleh akses atas

pengetahuan yang telah disimpan dalam bentuk dokumentasi klinis.

3. Melakukan exit interview untuk mendapatkan pengetahuan dari pengalaman

medis yang telah dialami oleh para praktisi senior serta menyediakan aplikasi

yang memungkinkan untuk menyimpan pengetahuan tersebut untuk

selanjutnya dapat menjadi aset perusahaan yang dapat didistribusikan kepada

praktisi medis lainnya.

4. Menyediakan sebuah forum interaktif yang memungkinkan para praktisi medis

untuk berbagi pengetahuan ataupun bertukar pikiran seputar masalah kasus

klinis yang dihadapi, serta memungkinkan untuk mendapatkan saran /

bimbingan dalam melakukan tindakan medis dari para praktisi ahli (senior).

5. Mengembangkan aplikasi yang menjadikan database internal perusahaan

sebagai perpustakaan online yang memungkinkan bagi para praktisi medis


untuk memasukkan berbagai keahlian / kemampuan medisnya kedalam

dokumentasi eksplisit yang dapat dikelola, diakses serta memungkinkan

praktisi medis untuk menciptakan pengetahuan baru.

Anda mungkin juga menyukai