OBJEK PENELITIAN
(SKB) antara Menteri Perhubungan dan Menteri Pekerjaan Umum tanggal 5 September 1950
yang isinya mendirikan Yayasan Penguasaan Pusat Kapal – kapal (PEPUSKA). Latar belakang
berdirinya Yayasan PEPUSKA diawali dari penolakan pemerintah Belanda atas permintaan
Indonesia untuk mengubah status maskapai pelayaran Belanda yang beroperasi di Indonesia,
N.V. K.P.M (Koninkklijke Paketvaart Matschappi) menjadi Perseroan Terbatas (PT). Pemerintah
Indonesia juga menginginkan agar kapal – kapal KPM dalam menjalankan operasi pelayarannya
di perairan Indonesia menggunakan bendera Merah Putih. Pemerintah Belanda dangan tegas
Dengan modal awal 8 (delapan) unit kapal dengan total tonage 4.800 DWT (death weight
ton), PEPUSKA berlayar berdampingan dengan armada KPM yang telah berpengalaman lebih
dari setengah abad. Persaingan benar – benar tidak seimbbang ketika itu, karena armada KPPM
selain telah berpengalaman, jumlah armadanya juga lebih banyak serta memiliki kontrak –
kontrak monopoli. Akhirnya pada 28 April 1952 Yayasan PEPUSKA resmi dibubarkan. Pada
saat yang sama didirikanlah PT PELNI dengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor M.2/1/2 tanggal 28 Februari 1952 dan No. A.2/1/2 tanggal 19 April 1952,
serta Berita Negara Republik Indonesia No. 50 tanggal 20 Juni 1952. Sebagai Presiden Direktur
modal awal. Karena dianggap tidak mencukupi maka Bank Ekspor Impor menyediakan dana
untuk pembelian kapal sebagai tambahan dan memesan 45 “coaster” dari Eropa Barat. Sambil
menunggu datangnya “coaster” yang dipesan dari Eropa, PELNI mencarter kapal – kapal asing
yang terdiri dari berbagai bendera. Langkah ini idambil untuk mengisi trayek – trayek yang
ditinggalkan KPM. Setelah itu satu persatu kapal – kapal yang dicarter itu diganti dengan
“coaster” yang datang dari Eropa. Kemudian ditambah lagi dengan kapal – kapal hasil pampasan
Status PT PELNI mengalami dua kali perubahan, pada tahun 1961 pemerintah
menetapkan perubahan status dari Perusahaan Perseroan menjadi Perusahaan Negara (PN) dan
dicantumkan dalam Lembaran Negara RI No. LN 1961, kemudian pada tahun 1975 status
perusahaan diubah dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT) PELNI sesuai
dengan Akte Pendirian No. 31 tanggal 30 Oktober 1975. Perubahan tersebut dicantumkan dalam
Berita Negara RI No. 562 – 1976 dan Tambahan Berita Negara RI No. 60 tanggal 27 Juli 1976.
beberapa kali perubahan bentuk Badan Usaha. Pada tahun 1975 berbentuk Perseroan sesuai Akta
Pendirian Nomor 31 tanggal 30 Oktober 1975 dan Akte Perubahan Nomor 22 tanggal 4 Maret
1998 tentang Anggaran Dasar PT PELNI yang diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia tanggal 16 April 1999 Nomor 31 tambahan Berita Negara Nomor 2003.
PT. Pelni merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang dimana
praktek good corporate governance (GCG) pada BUMN, dinyatakan bahwa “BUMN diwajibkan
untuk menerapkan GCG secara konsisten dan menjadikan GCG sebagai landasan
terhadap aset–asetnya agar dapat menghasilkan profit berbentuk pemasukan kas sehingga
Tangguh
- Load of Factor minimum 90% untuk penumpang dan 90% untuk barang.
III.2.2 MISI :
Dalam mencapai visinya, PT PELNI (Persero) berkomitmen untuk menerapkan tata Nilai
1. Integritas
Setiap insan Pelni harus bertindak dengan integritas (kejujuran, konsisten, komitmen,
berani dan dapat dipercaya) dalam rangka mencapai keunggulan dalam kinerja
2. Service Excellence
3. Continous learning
4. Careness
Modal ditempatkan dan disetor PT PELNI sesuai dengan anggaran dasar sebesar Rp
359.000.000.000,00 serta tambahan modal Pemerintah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.
40 tahun 1992, No.44 tahun 2000 dan No.12 tahun 2002 tentang Penambahan Penyertaan Modal
Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Saham PT PELNI sebesar Rp
4.491.924.833.469,33.
Keadaan keuangan PT PELNI tahun 2008-2010 dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
TABEL 3.1
ASET
TABEL 3.3
BALANCE SHEET
Pinjaman jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun 143,153,110,777.00 178,964,284,161.00 233,779,610,442.00
Pinjaman jangka panjang setelah jatuh tempo lebih satu tahun 402,251,659,403.00 452,535,500,879.00 514,505,297,802.00
ditempatkan dan disetor penuh 359,000 saham dengan 359,000,000,000.00 359,000,000,000.00 359,000,000,000.00
Bidang usaha PT PELNI, sesuai dengan yang tercantum di dalam anggaran dasar
perusahaan sesuai akte notaris Imas Fatimah, SH No. 22 tanggal 4 Maret 1998 adalah sebagai
berikut :
penumpang dan barang dengan jaringan pelayaran berjadwal dan pelayaran yang
c. Melakukan kegiatan operasi terminal, perdagangan, rute dan ekspedisi untuk menunjang
a. Usaha perkapalan, terdiri dari kapal penumpang, kapal barang dan kapal perintis.
c. Usaha sampingan, terdiri dari Rumah Sakit Pelni Petamburan dan rumah peristirahatan
a. Keagenan kapal
Usaha keagenan merupakan salah satu usaha andalan PT PELNI yang dimulai sejak
tahun 1960 yang meliputi jasa keagenan kapal – kapal baik domestik maupun luar negeri
yang didukung oleh tenaga – tenaga berpengalaman dan terlatih dengan 106 kantor
Liner Agents
Fishing Carriers
Flash/Lash Barges
Protecting Agents
Spesial Purpose Vessels
b. Galangan
Galangan PELNI SURYA adalah salah satu usaha sampingan PT PELNI yang
berukuran 80x18x17 meter dan didukung oleh tenaga yang berpengalaman di bidangnya,
dan melayani Running Repair dan Docking kapal berukuran 300 – 2000 DWT (Death
Weight Ton).
FREIGHT FORWARDING
Bidang Freight Forwarding, yaitu kegiatan usaha pelayanan jasa dokumentasi dan
BONGKAR MUAT
Bidang bongkar/muat, yaitu kegiatan usaha bongkar/muat dari dan ke kapal sampai
yaitu:
a. KFC JETLINER
Gambar 3.1
b. KM BUKIT SIGUNTANG
Gambar 3.2
DWT : 3375
Kapasitas : 2003
c. KM LAWIT
Gambar 3.3
DWT : 1450
Kapasitas : 920
d. KM KELIMUTU
Gambar 3.4
DWT : 1450
Kapasitas : 920
e. KM KERINCI
Gambar 3.5
DWT : 3400
Kapasitas : 1596
f. KM DOBONSOLO
Gambar 3.6
DWT : 3200
Kapasitas : 1908
Selain menunjang kegiatan perusahaan induk, PT SBN juga melayani perusahaan lain di
seluruh Nusantara.
e. Rumah Sakit PELNI
Gambar 3.7
dan
Sakit PELNI kemudian dilanjutkan pelantikan Ddireksi dan Komisaris sesuai dengan SK No.
118/HKO.01/XI/2007 pada tanggal 9 November 2007, maka status Rumah Sakit berubah dari
usaha sampingan menjadi Anak Perusahaan PT PELNI. Rumah Sakit PELNI “Petamburan”,
pelayanan yang merupakan elemen utama untuk mencapai visi Rumah Sakit PELNI saat ini yaitu
“Menjadi Perusahaan Terkemuka dibidang Kesehatan dan sebagai Rujukan Pelayanan Kesehatan
dan sebagai Rujukan Pelayanan Kesehatan secara Nasional”, agar dapat tetap bersaingg dalam
PELITA Indonesia Djaya Corporation atau disingkat PIDC didirikan pada tahun
1969 berdasarkan Akta Notaris Djojo Muljadi, SH No. 53 tanggal 29 September 1969
dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 1969. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16
Tanggal 9 Juli 1984 berubah menjadi anak perusahaan PT. PELNI. Berdasarkan Undang-
Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, PT. PIDC mengubah Anggaran
Dasar Perusahaan, nama perusahaan menjadi Pelita Indonesia Djaya dengan Akta Notaris
Raden Mas Soediarto Soenarto, SH, SPN. Nomor: 7 Tanggal 10 Juni 2009. Persetujuan
1. Usaha Pokok
2. Usaha Penunjang
- Kegiatan Pergudangan
- Depo Kontainer
3. Usaha Lainnya
- Perhotelan
- Sertifikasi Kapal
Gambar 3.8
Cipayung
beserta fasilitasnya, sudah dapat memberikan kontribusi finansial karena sering disewakan untuk
umum baik perseorangan maupun instansi pemerintah dan swasta. Wisma ini memiliki fasilitas
53 kamar dengan kapasitas 130 tempat tidur dan sarana pendukung lainnya seperti ruang sidang,
Gambar 3.9
Susunan organisasi dan tata kerja PT PELNI diatur dalam keputusan Direksi No.
terdiri atas :
1. Unsur Pimpinan, adalah berupa Dewan Direksi yang bekerja secara kolektif dan
beranggotakan
6. Direktur Sumber Daya Manusia dan Umum sebagai pimpinan Direktorat Sumber Daya
1. Satuan Pengawas Intern (SPI), merupakan unit kerja staf Direktur Utama yang dipimpin
oleh seorang Kepala dan membawahi para Pengawas Intern Area yang mengkoordinir
internal pada unit kerja Kapal, Kantor Cabang, Unit Bisnis Strategi (SBU) dan Kantor
Pusat
2. Designated Person(s) Ashore (DPA), merupakan fungsi staf Direksi yang secara teknis
dikoordinir oleh Direktur Armada dan unit kerja ini dipimpin oleh seorang Kepala yang
membawahi para Pengawas Bidang ISM – Code; ISPS – Code, serta OHSAS/SMK – 3
3. Biro, merupakan unit kerja di bawah Dewan Direksi yang dibentuk sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dan setiap Biro dipimpin oleh Manager dengan susunan organisasi
sebagai berikut :
a. Biro Sekretariat Perusahaan, secara teknis dikoordinir oleh Direktur Utama dan terdiri
secara teknis dikoordinir oleh Direktur Usaha dan terdiri atas urut kerja :
c. Biro Hukum dan Manajemen Risiko, secara teknis dikoordinir oleh Direktur Sumber
2. Bagian Pergudangan
d. Divisi, merupakan unit kerja di bawah Direktorat yang dibentuk sesuai dengan
kebutuhan perusahaan dan setiap divisi oleh seorang Senior Manager yang
membawahi unit kerja Bidang yang dipimpin oleh Manager dengan susunan
d) Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum, terdiri atas unit kerja :
1. Divisi Sumber Daya Manusia dan Umum, terdiri atas unit kerja :