PEMBAHASAN
85
Formularium Rumah Sakit dan data penggunaan obat pada periode
sebelumnya. Pada proses seleksi hal-hal yang harus dipertimbangkan yaitu
mengutamakan obat generik, mutu, efektivitas, keamanan, harga dan kontinuitas
ketersediaan. Hasil yang didapat pada seleksi yaitu formularium rumah sakit.
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu dengan FORNAS yang
digunakan sebagai pedoman terapi untuk pasien umum dan BPJS. Formularium
RSUD Kota Tangerang merupakan suatu daftar obat yang disusun berdasarkan
atas golongan kelas terapi, nama obat, nama dagang, nama pabrik, dan bentuk
sediaan yang sudah disesuaikan dengan pedoman standar terapi rumah sakit.
Formularium yang digunakan di RSUD Kota Tangerang yaitu
Formularium Rumah Sakit (Formularium RSUD Kota Tangerang) yang mengacu
pada Formularium Nasional. Formularium RSUD Kota Tangerang merupakan
suatu daftar obat yang disusun berdasarkan atas golongan kelas terapi, nama obat,
nama dagang, nama pabrik, dan bentuk sediaan yang sudah disesuaikan dengan
pedoman standar terapi rumah sakit. Tujuan umum formularium RSUD Kota
Tangerang disusun yaitu sebagai acuan bagi rumah sakit untuk menjamin
ketersediaan obat, serta menjamin kerasionalan penggunaan obat yang aman,
bermanfaat dan bermutu bagi masyarakat.
Tahapan proses penyusunan Formularium RSUD Kota Tangerang adalah
sebagai berikut:
1. Pembuatan permintaan usulan obat secara tertulis dari masing- masing.
kelompok staf medik berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan
dengan jangka waktu selama 3 bulan. Jika belum dapat dikembalikan
kepada KFT dalam jangka waktu 3 bulan, maka mendapat perpanjangan
waktu selama 1 bulan.
2. Pembuatan rekapitulasi usulan obat dari masing-masing KSM yang sudah
disahkan oleh kepala dokter.
3. Penyusunan draft daftar obat oleh sekretaris KFT.
4. Membahas usulan tersebut dalam rapat Komite Farmasi dan Terapi (KFT).
5. Mengutamakan penggunaan obat generik.
6. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Komite Farmasi dan Terapi
(KFT) dikembalikan ke masing-masing KSM untuk mendapatkan umpan
balik.
7. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing KSM.
8. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit.
9. Pengesahan yang disahkan oleh Direktur Rumah Sakit.
10. Pencetakan Formularium RS dan disosialisaskan kepada staf medis dan
melakukan monitoring.
Penyusunan Formularium dilakukan di RSUD kota Tangerang dalam
waktu 2 tahun sekali.
Dalam tahapan seleksi mahasiswa PKPA tidak dilibatkan secara langsung,
mahasiswa hanya diberikan penjelasan materi tentang proses seleksi yang
dilakukan di RSUD Kota Tangerang melalui kegiatan diskusi
4.1.2 Perencanaan
Perencanaan adalah proses pemilihan jenis, jumlah, harga obat dan alat
kesehatan sesuai kebutuhan dan anggaran untuk menghindari kekosongan dengan
menggunakan metode kombinasi. Tahap ini merupakan tahap yang penting untuk
menyesuaikan antara kebutuhan dan pengadaan perbekalan serta dana yang
tersedia dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Tujuan dari
perencanaan yaitu menghindari penumpukan dan kekosongan barang. Tim
perencanaan Instalasi Farmasi melakukan perencanaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai secara rutin tiap satu tahun sekali.
Perencanaan ini dilakukan oleh suatu tim perencanaan yang dipimpin oleh Kepala
Instalasi Farmasi.
Perencanaan Instalasi Farmasi RSUD Kota Tangerang dengan
menggunakan metode kombinasi, dimana metode kombinasi ini didasarkan pada
data konsumsi dengan mengoreksi pola penyakit, perubahan pola peresepan dan
mengikuti perkembangan perubahan pola penyakit pada tahun sebelumnya.
Metode konsumsi yang mengacu pada data konsumsi tahun sebelumnya yang di
ringkas dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran (RBA) tahunan. Pada
pertengahan tahun menyusun RBA untuk tahun berikutnya, kemudian
direalisasikan dengan Surat Permohonan Pengadaan Barang (SPPB) sesuai
kebutuhan. Data yang diperlukan pada metode konsumsi ini antara lain stok akhir,
data pemakaian obat satu tahun sebelumnya (6-12 bulan sebelumnya), waktu
tunggu/lead time, dana yang tersedia, frekuensi, dan stok pengaman/ buffer stock.
Indikator yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai antara lain: persentase kesesuaian antara
pembelian dengan perencanaan awal tahunan, persentase dana pembelian dengan
perencanaan anggaran dan persentase kesesuaian perencanaan terhadap
formularium.
Perencanaan di RSUD Kota Tangerang bergantung pada anggaran yang
tersedia dan data penggunaan obat sebelumnya dikarenakan pengelolaan
keuangan di RSUD Kota Tangerang bersifat Badan Layanan Unit Daerah (BLUD)
yang artinya RSUD Kota Tangerang memiliki kewenangan dalam mengelola
penghasilannya. Perencanaan dilakukan setiap tiga bulan sekali, dengan melihat
stok yang sudah mau habis yang dicatat di buku defecta.
Pada tahap perencanaan mahasiswa PKPA tidak dilibatkan secara
langsung, namun mahasiswa hanya diberikan penjelasan materi tentang proses
perancanaan yang dilakukan di RSUD Kota Tangerang melalui kegiatan diskusi.
4.1.3 Pengadaan
Pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah ditetapkan dalam fungsi perencanaan, penentuan
kebutuhan, maupun, penganggaran.
Pengadaan di RSUD Kota Tangerang dilakukan oleh Panitia Pengadaan
yang ditunjuk oleh Direktur rumah Sakit dan kepalamya dipilih oleh walikota
karena RSUD Kota Tangerang merupakan milik pemerintah, Dari walikota ada
Surat Keputusan (SK) untuk panitia pengadaan ini. Pengadaan tidak dilakukan di
bagian farmasi, melainkan di bagian Penunjang Medik. Namun sebagai apoteker
harus mengetahui bagaimana proses pengadaan yang ada di rumah sakit.
Pengadaan barang di RSUD Kota Tangerang mengacu pada PerPres No.
70 tahun 2012. Ada 4 organisasi dibawah naungan RSUD Kota Tangerang yaitu
penggunaan anggaran (Direktur RSUD Kota Tangerang), Pejabat Pembuat
Komitmen / PPK, Pejabat Pengadaan dan Panitia Penerima Hasil Pekerjaan.
Pengadaan obat dan alat kesehatan di RSUD Kota Tangerang dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain:
1. Pengadaan langsung
Pengadaan langsung dilakukan untuk sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai diatas Rp. 100.000.000 dan kurang dari Rp.
200.000.000 dengan alur pengadaan sebagai berikut:
a. Permintaan obat dari farmasi berupa SPPB (Surat Permohonan
Permintaan Barang)
b. Pengecekan obat SPPB dengan RBA (rencana bisnis anggaran).
c. Apabila SPPB sudah dicek maka diajukan ke kepala bidang penunjang
medik.
d. Dari kepala bidang diserahkan ke PPK. Dari Bidang lalu diserahkan ke
Direktur, lalu turun ke Bagian Keuangan.
e. PPK (pejabat pembuat komitmen) membuat HPS (harga perkiraan
sementara) dan di ajukan ke PP (pejabat pengadaan) untuk membuat
surat penawaran dan ditawarkan ke dua distributor.
f. Setelah didapatkan 2 distributor maka PP membuat berita acara
negosiasi.
g. Setelah didapatkan 1 distributor maka PPK membuat surat perintah
kerja.
h. Distributor mengirimkan barang ke RSUD Kota Tangerang dan
membawa semua berkas yang diperlukan.
i. Penerimaan barang dari distributor dilakukan oleh PPHP (Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan). Dokumentasi yang harus dibuat oleh PPHP
adalah berita acara serah terima barang.
j. Proses pembayaran dilakukan apabila seluruh berkas sudah dilengkapi
oleh distributor seperti faktur, surat pajak, dll.
k. Selanjutnya PPK ke bagian keuangan untuk meminta mencairan dana
dan pembayaran.
2. Metode pembelian langsung
Metode pembelian langsung yang dilakukan di RSUD Kota Tangerang
dilakukan untuk pengadaan obat yang dibutuhkan segera dan bersifat fast
moving. Pembelian langsung dilakukan jika dana yang dikeluarkan untuk
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
kurang dari Rp. 20.000.000 dengan cara PPK melakukan pembelian langsung
kepada distributor kemudian PPK membuat SP kepada PBF yang ditunjuk dan
melakukan pembayaran yang disertai bukti pembayaran (kwitansi), ketika
barang datang diperiksa oleh Panitia Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP) dan
barang yang datang disimpan digudang kemudiandisalurkan ke depo farmasi
sehingga barang dapat diresepkan oleh dokterdan digunakan untuk pasien
yang membutuhkan.
3. Metode E-purchasing
Metode e-purchasing dilakukan untuk pengadaan obat yang jumlah biaya
tidak terbatas dengan syarat barang tertera pada e-catalog. Pembelian
menggunakan E-purchasing langsung dilakukan oleh PPK dengan menginput
nama obat, jumlah, harga yang dipilih, dll. Pembayaran dilakukan oleh bagian
keuangan melalui PPK. Alur pengadaan dengan metode tander di Instalasi
Farmasi RSUD Kota Tangerang dapat dilihat pada gambar berikut:
Jika sudah sepakat, paket obat e-katalog di approve dari e-purchasing (kalau
tidak sepakat, dikeluarkan dari paket e-katalog)
4.1.5 Penyimpanan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang sudah
diperiksa selanjutnya diterima oleh petugas gudang untuk dilakukan pemeriksaan
ulang untuk kemudian disimpan di gudang Instalasi Farmasi. Gudang Instalasi
Farmasi merupakan bagian dari Instalasi Farmasi rumah sakit yang bertanggung
jawab dalam pengelolaan obat, bahan baku dan BMHP (Bahan Medis Habis
Pakai). Data pengeluaran barang dicatat pada kartu stok dan diinput melalui
system SIMRS, sehingga gudang dapat mengetahui sisa stok yang ada dalam
masing-masing depo farmasi dan mempermudah proses pemakaian obat di RSUD
Kota Tangerang. Penyimpanan barang di gudang farmasi RSUD Kota Tangerang
dilakukan dengan penggolongan berdasarkan:
1. Suhu dan kestabilan, untuk obat-obatan tertentu misalkan insulin, injeksi
serta vaksin disimpan dilemari pendingin.
2. Jenis sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai(obat
dan non obat), golongan obat, bentuk sediaan (padat, semi padat, cair, dan
injeksi), alfabetis, FIFO (First In First Out) dan FEFO ( First Expired
First Out ).
3. Obat narkotika disimpan terpisah didalam lemari yang seluruhnya terbuat
dari besi yang kuat yang terdiri dari 2 pintu yang terbuat dari besi dan
dengan kunci yang masing-masing berbeda. Penyimpanan narkotika di
Gudang Farmasi RSUD Kota Tangerang dapat dilihat pada lampiran.
4. Obat-obat High Alert disimpan di ruang khusus dengan penandaan stiker
untuk obat “High Alert”.
5. Obat-obat LASA disimpan dengan penandaan stiker “LASA” dan stiker
“PERHATIKAN DOSIS”.
4.1.6 Pendistribusian
Sistem distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai disetiap rumah sakit berbeda-beda. Sistem distribusi setiap rumah sakit
dipilih berdasarkan kebutuhan dan sesuai dengan kondisi rumah sakit tersebut.
Bentuk proses distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai di RSUD Kota Tangerang dilakukan secara desentralisasi, yaitu penyiapan
dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dari gudang Instalasi Farmasi rumah sakit dibagi ke depo-depo farmasi. Sistem
distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai di RSUD
Kota Tangerang meliputi:
1. Distribusi Pelayanan Permintaan Depo Farmasi Rawat Jalan
Sistem distribusi pelayanan depo farmasi rawat jalan, yaitu dengan
melakukan pengecekan obat, alkes dan BMHP oleh Penanggung Jawab
(PJ) Rawat Jalan. Rawat jalan melakukan permintaan kepada gudang
farmasi melalui sistem SIMRS. Petugas gudang farmasi mencetak form
bukti permintaan tersebut lalu melakukan penyiapan obat, alkes dan
BMHP berdasarkan form permintaan tersebut. Setelah siap maka
dilakukan pendistribusian.
2. Distribusi Pelayanan Permintaan Depo Farmasi Rawat Inap
Sistem distribusi pelayanan depo farmasi rawat inap, yaitu dengan
melakukan pengecekan obat, alkes dan BMHP oleh Penanggung Jawab
(PJ) Rawat inap yang kemudian PJ Rawat inap melakukan permintaan
kepada gudang farmasi melalui sistem SIMRS. Petugas gudang farmasi
mencetak form bukti permintaan tersebut lalu melakukan penyiapan obat,
alkes dan BMHP berdasarkan form permintaan tersebut. Setelah siap maka
dilakukan pendistribusian.
3. Distribusi Pelayanan Depo Farmasi Kamar Operasi (OK)
Sistem distribusi pelayanan depo farmasi Kamar Operasi (OK),
yaitu dengan melakukan pengecekan obat, alkes dan BMHP oleh
penanggung jawab OK yang kemudian penanggung jawab OK melakukan
permintaan kepada gudang farmasi melalui sistem SIMRS. Petugas
gudang farmasi mencetak form bukti permintaan tersebut lalu melakukan
penyiapan obat, alkes dan BMHP berdasarkan form permintaan tersebut.
Setelah siap maka dilakukan pendistribusian.
4. Distribusi Pelayanan Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Sistem distribusi pelayanan depo farmasi Instalasi Gawat Darurat
(IGD), yaitu dengan melakukan pengecekan obat, alkes dan BMHP oleh
penanggung jawab IGD yang kemudian penanggung jawab IGD
melakukan permintaan kepada gudang farmasi melalui sistem SIMRS.
Petugas gudang farmasi mencetak form bukti permintaan tersebut lalu
melakukan penyiapan obat, alkes dan BMHP berdasarkan form
permintaan tersebut. Setelah siap maka dilakukan.
Setiap PJ ruangan
Apoteker atau TTK TTK gudang farmasi
membuat permintaan gudang farmasi melakukan penyiapan
melakukan print barang dengan melihat
barang melalui SIMRS
form bukti from, disesuaikan
(dilakukan setiap hari permintaan barang dengan stok barang
dari setiap unit yang ada di gudang
kecuali hari libur)
Penerimaan obat dari Gudang Farmasi Rumah Sakit pada Depo Rawat
Jalan adalah obat diterima oleh Asisten Apoteker, kemudian Asisten Apoteker
mengecek kesamaan nama obat dan alkes, potensi, dan jumlah antara faktur
dengan obat/alkes yang ada. Setelah itu, Asisten Apoteker menempatkan obat dan
alkes ke tempatnya masing-masing namun diletakkan setelah stok obat yang
masih ada hal ini bertujuan agar obat yang sudah ada sebelumnya dapat diberikan
terlebih dahulu (sistem FIFO) sehingga diharapkan dapat mengurangi adanya obat
yang kadaluarsa di Depo Rawat Jalan RSUD Kota Tangerang.
Sistem distribusi dari depo rawat jalan RSUD Kota Tangerang ke pasien
adalah dengan sistem Individual prescribing atau resep perseorangan yaitu resep
ditulis oleh dokter, diberikan ke pasien kemudian pasien memberikan lembaran
resep tersebut ke apoteker untuk menyiapkan obatnya. Pelayanan resep yang
dilayani di depo rawat jalan antara lain:
Alur pelayanan resep di depo rawat jalan dapat dilihat pada gambar:
Pengambilan dan
penyiapan obat Cek retriksi Telaah resep
disertai penempelan BPJS( jika pasien
etiket pada obat memakai BPJS) dan buat etiket
Penyerahan obat
Cek obat sebelum
oleh apoteker
diserahkan
disertai PIO
Cek Ulang
BPJS
Tunai Non Tunai Asuransi
Perusahaan
1. Telaah Resep :
1. Telaah Resep :
administratif, klinis dan
administratif, klinis
farmasetis dan retriksi
dan farmasetis
(jika BPJS)
2. Input data ke SIMR
2. Input data ke SIMR &
& Cetak resep
Cetak resep
Siapkan Etiket
Cek Ulang
Penyiapan obat
Telaah Resep alkes, dan
Resep Datang dan buat etiket BMHP
Serah terima
dengan perawat dan Penyiapan obat,
dilakukan doubel alkes, dan BMHP
check