3.1.1 Lokasi
Gudang Farmasi Dinas kesehatan Kota Bandung terletak di Kantor Dinas
Kesehatan Kota Bandung yaitu di jalan Supratman No. 73 Bandung dan di jalan
Bapak Husein Cihampelas Bandung.
1
2
e. Distribusi Obat
Kegiatan distribusi obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung
terdiri dari:
a. Kegiatan distribusi rutin yang mencakup distribusi untuk kebutuhan
pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan. Sistem distribusi rutin di
Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung yaitu dengan cara
pelayanan sebagai berikut:
1. Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Bandung melaksanakan
distribusi obat ke puskesmas induk sesuai kebutuhan masing-masing
unit pelayanan kesehatan
2. Puskesmas induk mendistribusikan kebutuhan obat untuk puskesmas
pembantu, puskesmas keliling dan unit-unit pelayanan kesehatan
lainnya yang ada di wilayah binaannya.
b. Kegiatan distribusi khusus yang mencakup distribusi obat untuk:
1. Program kesehatan
2. Kejadian luar biasa (KLB)
3. Bencana (alam dan sosial)
Alur Distribusi Rutin di Dinas Kesehatan Kota Bandung:
a) UPT puskesmas mengirimkan LPLPO tiap awal bulan (maksimal
tanggal 5) ke Dinas Kesehatan.
b) LPLPO diterima oleh petugas gudang di Dinas Kesehatan dan dibuat
jadwal pendistribusian berdasarkan LPLPO yang pertama kali
diterima dan arah lokasi pengiriman.
c) LPLPO dieveluasi oleh petugas pengelola obat seperti jumlah
pemakaian, stok optimum (pemakaian + buffer stock + lead time), sisa
akhir dan permintaan (stok optimum – sisa stok) untuk menentukan
jumlah pendistribusian ke UPT Puskesmas.
d) Jumlah pendistribusian ke UPT puskesmas direkap, dimasukkan
dalam Bend 29, 35, dan berita acara serah terima barang.
e) Mempacking obat dan bahan medis habis pakai.
f) Mendistribusikan ke masing-masing UPT puskesmas jika
menggunakan distribusi aktif dan menunggu UPT puskesmas
5
3. Klinik
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar
dan/atau spesialistik. Berdasarkan jenis pelayanan, klinik dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Klinik pratama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
dasar baik umum maupun khusus.
b. Klinik utama adalah klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasardan spesialistik.
Setiap penyelenggaraan klinik wajib memiliki izin mendirikan yang diberikan
oleh pemerintah daerah kota/kabupaten dan izin operasional yang diberikan
oleh pemerintah daerah kota/kabupaten atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota. Instalasi Farmasi Klinik adalah bagian dari klinik yang
bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis
kefarmasian di Klinik. Jenis klinik yang harus memiliki instalasi farmasi yaitu
klinik utama, klinik rehabilitasi, klinik rawat inap dan klinik yang menerima
pasien BPJS. Instalasi yang dimaksud adalah melayani resep dari dokter klinik
yang bersangkutan, serta dapat melayani resep dari dokter praktik perorangan
maupun klinik lain.
9
b. Sertifikat PIRT
1) Setelah pemohon mengikuti penyuluhan keamanan pangan dan
dinyatakan lulus
2) Seksi Farmalkes mengumumkan nama peserta dan jadwal pemeriksaan
ke sarana PIRT, melaksanakan kunjungan ke pemohon, dan menyusun
berita acara.
3) Pemohon melengkapi syarat sesuai berita acara.
4) Seksi Farmalkes memberi no PIRT dan mengirim ke Seksi JPRK, Seksi
JPRK mengetik, dan memeriksa data, memparaf PIRT.
5) Bidang SDK dan sub bagian umum dan kepegawaian memeriksa dan
memaraf sertifikat.
6) Kepala dinas menandatangani sertifikat.
7) Sub bagian umum dan kepegawaian mengarsip sertifikat dan
menyerahkan sertifikat ke PIRT.
Jenis - jenis pangan yang diizinkan mendapat sertifikat P-IRT adalah:
hasil olahan daging kering (abon, dendeng, kerupuk kulit, paru goreng
kering), hasil olahan ikan kering (abon ikan, cumi kering, kerupuk, petis,
pempek pempek, presto ikan), hasil olahan unggas kering (usus goreng,
ceker goreng, telur asin), sayur asin dan sayur kering (acar, asinan/manisan
sayur, keripik), hasil olahan kelapa (kelapa parut kering, nata de coco,
geplak), tepung dan hasil olahannya, minyak dan lemak, selai, jeli dan
sejenisnya, gula, kembang gula, madu, kopi, teh, coklat kering atau
campurannya, bumbu, rempah-rempah, minuman rigan dan minuman
serbuk, hasil olahan buah, hasil olahan biji bijian dan umbi, lain lain es (es
mambo, es lilin, es Margahayu Raya). Jenis produk pangan yang tidak boleh
izin sertifikat PIRT atau harus berizin ke POM MD adalah produk olahan
susu (es krim), produk daging (kornet), ikan (sarden), bahan tambahan
pangan/BTP (pengawet, pewarna, pemanis, flavour, pengempal, dan lain
lain) dan produk pangan yang memerlukan penyimpanan khusus pada suhu
rendah seperti nugget, baso, sosis.
12
2. Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu proses
aktivitas pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam
bentuk laporan keuangan. Proses akuntansi di puskesmas dilakukan sebagai
pencatatan untuk pertanggungjawaban atas penggunaan dana di puskesmas.
14
1. Apoteker
a. Penyiapan rencana kerja kefarmasian
Menyiapkan rencana kegiatan, membuat kerangka acuan
b. Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
1) Perencanaan : Mengolah data dan menyusun rencana
kebutuhan jenis sediaan farmasi dan BMHP.
2) Permintaan : Melakukan permintaan berdasarkan
perencanaan kebutuhan yang telah ditentukan.
3) Penerimaan : Menerima sediaan farmasi dan BMHP
sesuai dengan bukti fisik dan faktur/LPLPO.
4) Penyimpanan : Mengelompokkan, menyusun dan
memeriksa sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
5) Pendistribusian : Mengkaji permintaan sediaan farmasi dan
bahan medis habai pakai.
6) Pengendalian : Mengendalikan sediaan farmasi dan bahan
medis habis pakai.
7) Pencatatan dan pelaporan: Membuat laporan internal/eksternal dan
pencatatan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai.
8) Monitoring dan evaluasi: Mengevaluasi dan memonitoring sediaan
farmasi dan bahan medis habis pakai.
c. Pelayanan farmasi/ klinik
1) Dispensing : resep individual
a) Mengkaji resep
b) Meracik obat
c) Memeriksa perbekalan farmasi
d) Menyerahkan perbekalan farmasi
19
29. BEND 35 adalah Surat Perintah kepala dinas untuk mengeluarkan obat disertai
dengan sumber dana anggaran dinas kepada gudang Farmasi dan Alat Kesehatan
(FARMALKES). Sedangkan BEND 29 adalah surat pengeluaran barang dari
FARMALKES kepada puskesmas berupa nama obat, satuan obat, sumber
anggaran dan harga obat.
Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dilakukan setelah lulus pada proses
penerimaan. Proses penyimpanan barang dilakukan berdasarkan kelas terapi sesuai
dengan nama generik dan alfabetis, secara farmakologi, serta berdasarkan bahan-
bahan yang memiliki sifat khusus (mudah terbakar), obat-obat Looks a Like
Sounds a Like (LASA) diberikan tanda khusus dan diberi jarak. Selain itu obat-
obatan high alert disimpan dilemari terpisah, obat narkotika disimpan dilemari
terpisah dan memiliki 2 pintu serta kunci yang berbeda serta kuncinya harus
disimpan oleh Apoteker, dan obat-obatan yang disimpan berdasarkan kestabilan
suhu obat. Obat yang stabil dan disimpan berdasarkan suhu dilihat dari kemasan
sekunder atau primer atau brosur obat yang telah dicantumkan oleh pabrik
pembuat obat. Selain berdasarkan jenis obat dan golongan serta kestabilan obat,
obat-obatan disimpan berdasarkan anggaran yang digunakan. Obat-obatan yang
digunakan dengan pembelian dari anggaran BLUD disimpan secara terpisah
dengan obat-obatan yang menggunakan dana dari Dinas Kesehatan.
3. Distribusi
Proses kegiatan penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi secara merata dan
teraturan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi dari unit
pelayanan kesehatan dan puskesmas jejaring dengan jenis, jumlah, waktu dan
mutu yang tepat. Pendistribusian di UPT Puskesmas Margahayu Raya dilakukan
dari gudang ke loket dengan pencacatannya di kartu stok dan dari loket
didistribusikan kepada pasien yang dikendalikan oleh resep dan juga di catat di
kartu stok loket.
Pendistribusian obat di Puskesmas Margahayu Raya dilakukan dengan cara :
a. Obat di distribusikan dari gudang menuju ruang obat (loket).
b. Obat dan Alkes didistribusikan ke jejaring
24
Pendistribusian obat yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, pihak
Puskesmas Margahayu Raya akan langsung mengantarkan obat dan alat kesehatan
pada tiap masing-masing jejaring sesuai dengan LPLPO, yaitu Puskesmas
Sekejati.
4. Pencatatan Harian Pengeluaran
Setiap ada pengeluaran obat pencatatannya dilakukan setiap hari dibukukan pada
Buku Harian Pengeluaran Obat sesuai data obat dan dilakukan dokumentasi serta
dilakukan penginputan ke Laporan Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat.
Manfaatnya sebagai sumber data untuk perencanaan dan pelaporan.
5. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima atau
disimpan, maupun yang didistribusikan ke pasien. Pencatatan dan pelaporan yang
dilakukan di UPT Puskesmas Margahayu Raya antara lain sebagai berikut :
b. Berita Acara Serah Terima Barang
c. Bukti Barang dari Daerah
d. Kartu Barang Gudang ( Pemasukan dan Pengeluaran digudang)
e. Buku Permintaan Obat dari Loket Obat ke Gudang
f.Kartu Barang Loket Obat ( Pemasukan dan Pengeluran di Loket Obat)
g. Defecta ( Pencatatan Obat yang Sudah Habis/Kosong)
h. Laporan Permintaan dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO)
i. Penggunaan Narkotik dan Psikotropik
j. Pemantauan Ketersediaan Obat dan Vaksin Indikator
k. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
l. Penggunaan Obat Rasional (POR)
m. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
n. Pelayanan Kesehatan Tradisional
o. Kelompok Asuhan Mandiri Pemanfaatan Toga
p. Hatra Binaan Akupresur
25
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terhadap ketersediaan obat terhadap formularium dan evaluasi
terhadap penggunaan obat. Ketersediaan obat dapat dilakukan dengan
membandingkan obat-obatan yang tersedia di puskesmas dengan jumlah obat yang
berada di formularium. Sedangkan untuk penggunaan obat harus sesuai dengan
Surat Keputusan Kepala Dinas, apabila terjadi ketidaksesuaian maka dicatat, dan
dilihat presentasinya agar dapat dijadikan sebagai bahan advokasi
3.3.2 Pemantauan dan Evaluasi Yang Dilakukan di UPT Puskesmas
Margahayu Raya yaitu melalui :
1. Laporan Penggunaan Obat Rasional (POR)
Laporan Penggunaan Obat Rasional dibagi menjadi 3 jenis penyakit yang
dilakukan evaluasi seperti ISPA non-pneumonia, diare non spesifik, dan
myalgia. Evaluasi pengobatan ISPA non-pneumonia dan diare non spesifik
adalah pada penggunaan antibiotik sedangkan untuk myalgia di evaluasi
penggunaan injeksi vitamin B12.
7. Stock Opname
Stoke opname dilakukan untuk memastikan kebenaran atau kesesuaian bukti fisik
dan catatan/kartu stok. Stoke opname di UPT Puskesmas Margahayu Raya
dilakukan setiap akhir bulan baik pada loket maupun pada gudang farmasi.
3.3.3 Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinik terdiri dari :
1. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independent, masyarakat, akurat,
komprehensif, terkini oleh Apoteker kepada pasien, tenaga kesehatan, ataupun
pihak yang memerlukan. Pelayanan Informasi Obat Harus benar, jelas, mudah
dimengerti, etis, akurat dan sangat diperlukan dalam penggunaan obat yang
rasional oleh pasien.
26
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) adalah suatu proses jaminan mutu yang
terstruktur, dilaksanakan terus menerus dan ditujukan untuk memastikan bahwa
obat-obatan yang digunakan dengan tepat, aman serta efektif. Dalam lingkungan
pelayanan kesehatan, penggunaan obat yang ekonomis harus juga diberikan
prioritas tinggi dan karena itu, menjadi suatu komponen dari definisi ini, definisi
EPO diatas difokuskan pada penggunaan obat secara kualitatif. Sasaran EPO
secara umum adalah sebagai berikut :
a. Mengadakan Pengkajian penggunaan obat yang efisien dan terus menerus
b. Meningkatkan pengembangan standar penggunaan obat
c. Mengidentifikasi bidang yang perlu untuk materi edukasi berkelanjutan
d. Meningktakan kemitraan antarpribadi professional pelayanan kesehatan
e. Menyempurnakan pelayanan pasien yang diberikan
f. Mengurangi resiko tuntutan hukum
g. Mengurangi biaya perawatan pasien sebagai akibat dari pemberia dosis yang
akurat, efek samping yang lebih sedikit.
Jaminan mutu mendorong suatu perspektif solusi masalah untuk meningkatkan
pelayanan pasien. Untuk solusi permasalahan yang dihadapi sangatlah penting,
unsur-unsur dasar berikut yang harus diperhatikan :
a. Kriteria / standar penggunaan obat, dalam penggunaan obat harus dapat diukur
(standar) yang menguraikan penggunaan obat yang tepat.
b. Mengidentifikasi masalah penting dan yang mungkin, memantau dan
menganalisis penggunaan obat secara terus menerus, direncanakan secara
sistematik untuk mengidentifikasi masalah nyata atau masalah yang mungkin.
Secara idealm kegiatan ini sebaiknya diadakan secara prospektif.
c. Menetapkan prioritas untuk menginvestigasi dan solusi masalah.
d. Mengkaji secara objektif, penyebab, dan lingkup masalah dengan
menggunakan kriteria yang abash secara fisik.
e. Solusi masalah
f. Mencanangkan dan menerapkan tindakan untuk memperbaiki atau
meniadakan masalah
28
10. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas Sub bagian Tata
Usaha dan Keuangan.