Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

TINJAUAN UMUM
1.1 Pengelolaan Obat (Kementerian Kesehatan RI, 2010)
Obat merupakan komponen yang esensial dari suatu pelayanankesehatan. Oleh karena itu
diperlukan pengelolaan yang baik dan benar sertaefektif dan efisien secara berkesinambungan.
Pengelolaan obat publik danperbekalan kesehatan meliputi kegiatan perencanaan dan
permintaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, pencatatan dan pelaporan, sertasupervisi
dan evaluasi pengelolaan obat.Obat dan perbekalan kesehatan hendaknya dikelola secara optimal
untukmenjamin tercapainya tepat jumlah, tepat jenis, tepat penyimpanan, tepatwaktu
pendistribusian, tepat penggunaan dan tepat mutunya di tiap unit. pelayanan kesehatan.Ruang
lingkup dari pengelolan obat yaitu :
a. Perencanaan
b. Permintaan
c. Penyimpanan
d. Pendistribusian
e. Pencatatan dan Pelaporan
1.1.1 Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat danperbekalan kesehatan untuk
menentukan jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Tujuan perencanaan
adalah untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan kesehatan yang
mendekati kebutuhan, meningkatkan penggunaan obat secara rasional, meningkatkan efisiensi
penggunaan obat.Perencanaan kebutuhan obat untuk Puskesmas setiap periode dilaksanakan
oleh Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas.Data obat yang dihasilkan
oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor utama dalam mempertimbangkan perencanaan
kebutuhan obat tahunan.Oleh karena itu, data ini sangat penting untuk perencanaan kebutuhan
obat di Puskesmas.
1.1.2 Permintaan atau pengadaan Obat
Sumber penyediaan obat di Puskemas adalah sebelumnya berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat Esensial
yang jenis dan itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada
Daftar Obat Esensial Nasional. Selain itu sesuai dengan kesepakatan global maupun Keputusan
Menteri Kesehatan No: 085 tahun 1989 tentang Kewajiban menuliskan Resep/ dan atau
menggunakan Obat Generik di Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah, maka hanya obat generik
saja yang diperkenan tersedia di Puskesmas. Adapun beberapa dasar pertimbangan dari
Kepmenkes tersebut adalah :
a. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan di seluruh dunia bagi
pelayanan kesehatan publik.
b. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan.
c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.
d. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik.
e. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan publik.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing Puskesmas
diajukan oleh Kepala Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke kepala puskesmas
dilakukan secara periodik menggunakan LPLPO Sub unit. Berdasarkan pertimbangan efisiensi
dan ketepatan waktu penyerahan obat kepada Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat menyusun petunjuk lebih lanjut mengenai alur permintaan dan
penyerahan obat secara langsung dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota ke Puskesmas.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengadaan atau permintaan yaitu terdiri dari permintaan rutin
dan permintaan khusus. Permintaan atau pengadaan rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang
disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk masing-masing puskesmas.sedangkan
permintaan khusus dilakukan di luar jadwal distribusi rutin apabila kebutuhan meningkat,
menghindari kekosongan, penanganan Kejadian Luar biasa (KLB), obat rusak dan kadaluwarsa.
Permintaan dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan Pemakaian Lembar Permintaan
Obat (LPLPO).Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Selanjutnya diproses oleh instalasi Farmasi kabupaten/kota. Data-data yang diperlukan untuk
menentukan jumlah permintaan obat yaitu data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah
kunjungan resep, data penyakit, frekuensi distribusi obat oleh instalasi farmasi
kabupaten/Kota.Data-data tersebut dapat diperoleh dari LPLPO dan LB1.
Sumber penyediaan obat di puskemas sekarang ini di DKI Jakarta dilakukan oleh
puskesmas itu sendiri atau tidak lagi bersumber dari suku dinas kesehatan kabupaten/kota.
1.1.3 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin.Tujuan dari penyimpanan yaitu agar obat tersedia di Unit Pelayanan Kesehatan mutunya
dapat dipertahankan. Dalam penyimpanan perlu dilakukan standar terhadap gudang serta kondisi
penyimpanan obat dan sistem pengaturan penyimpanan obat.
Persyaratan gudang menurut pedoman puskesmas yaitu :
a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2
b. Ruangan kering tidak lembab
c. Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab/panas
d. Perlu cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung untuk menghindarkan
adanya cahaya langsung dan berteralis
e. Lantai dibuat dari tegel/semen yang tidak memungkinkan ber-tumpuknya debu dan kotoran
lain. Bila perlu diberi alas papan (palet)
f. Dinding dibuat licin
g. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h. Gudang digunakan khusus untuk penyimpanan obat.
i. Tersedia lemari/laci khusus untuk narkotika dan psikotropika yang selalu terkunci
j. Sebaiknya ada pengukur suhu ruangan
Selain standar gudang, perlu diperhatikan kondisi penyimpanan gudang.Kondisi
penyimpanan gudang diperlukan untuk menjaga mutu obat.Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
pada kondisi penyimpanan gudang yaitu kelembaban, sinar matahari dan temperatur.
Pengaturan dan penyimpanan obat dapat disusun secara alfabetis, dirotasi dengan sistem
FIFO dan FEFO, disimpan pada rak, diletakan diatas palet, cairan dipisahkan dari padatan, obat-
obatan disimpan ditempat yang cocok dan sesuai.
1.1.4 Pendistribusian
Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan. tujuan dari
pendistribusian ini yaitu untuk memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada
diwilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan tepat waktu.
Kegiatan yang dilakukan dalam pendistribusian obat yaitu menentukan frekuensi
distribusi, menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan, melaksanakan penyerahan obat.
Dalam menentukan frekuensi distribusi perlu dipertimbangkan jarak sub unit pelayanan dan
biaya distribusi yang tersedia. Untuk menentukan jumlah obat yang diperlukan perlu
dipertimbangkan pemakaian rata-rata per jenis obat, sisa stok, pola penyakit dan jumlah
kunjungan dimasing-masing sub unit pelayanan kesehatan.
Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara gudang obat menyerahkan atau
mengirimkan obat dan diterima diunit pelayanan, penyerahan di gudang puskesmas diambil
sendiri dari sub unit-unit pelayanan. Obat diberikan bersamasama dengan formulir LPLPO dan
lembar pertama disimpan sebagai tanda bukti penerimaan obat.
1.1.5 Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat-obatan yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Tujuan pencatatan dan
pelaporan adalah Bukti bahwa suatu kegiatan yang telah dilakukan, sumber dana untuk
melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber dana untuk pembuatan laporan.
Puskesmas bertanggung jawab atas terlaksananya pencatatan dan pelaporan obat yang
tertib dan lengkap serta tepat waktu untuk mendukung pelaksanaan seluruh pengelolaan
obat.Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di Puskesmas adalah LPLPO
dan kartu stok. LPLPO yang dibuat oleh petugas Puskesmas harus tepat data, tepat isi dan
dikirim tepat waktu serta disimpan dan diarsipkan dengan baik. LPLPO juga dimanfaatkan untuk
analisis penggunaan, perencanaan kebutuhan obat, pengendalian persediaan dan pembuatan
laporan pengelolaan obat..
Alur pelaporan yaitu Data LPLPO merupakan kompilasi dari data LPLPO sub unit dan
Puskesmas Induk, LPLPO dibuat 3 (tiga) rangkap, yaitu : Dua rangkap diberikan ke Dinkes
Kabupaten/Kota melalui Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota, untuk diisi jumlah yang diserahkan.
Setelah ditanda tangani disertai satu rangkap LPLPO dan satu rangkap lainnya disimpan di
Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.an Satu rangkap untuk arsip Puskesmas Periode pelaporan
dilakukan secara periodic, setiap bulan LPLPO dikirim setiap awal bulan, begitu juga untuk
puskesmas yang mendapatkan distribusi setiap bulan LPLPO dikirim setiap awal bulan dan
didistribusikan setiap 3 bulan sekali.
1.2 Pelayanan Informasi Obat (Kemnterian Kesehatan RI, 2010)
Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi obat yang independen, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien,
tenaga kesehatan, masyarakat maupun pihak yang memerlukan.tujuan dari Pelayanan Informasi
Obat yaitu menyediakan dan memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga kesehatan dan
pihak lain untuk menunjang ketersediaan dan penggunaan obat yang rasional. Sarana dan
prasarana pelayanan informasi obat disesuaikan dengan kondisi saranapelayanan kesehatan. Jenis
dan jumlah perlengkapan bervariasi tergantungketersediaan dan perkiraan kebutuhan dalam
pelaksanaan pelayanan informasi obat.
Kegiatan pelayanan informasi obat yang dapat dilaksanakan dipuskesmas, meliputi :
a. Pelayanan Informasi
Aktivitas untuk mendukung pelayanan kefarmasian yaitu menjawab pertanyaan, mengkaji dan
menyampaikan informasi bagi yang memerlukan, menyiapkan materi dan membuat bulletin,
brosur, leaflet dll.
Informasi yang lazim diperlukan pasien diantaranya :
1) Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,apakah di waktu
pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini termasuk apakahobat diminum sebelum atau sesudah
makan.
2) Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harusdihabiskan meskipun
sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah timbulnya resistensi.
3) Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.Oleh karena itu
pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaanobat yang benar terutama untuk
sediaan farmasi tertentu seperti obat oral, obattetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat
semprot hidung, tetes telinga,suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
4) Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya berkeringat, mengantuk, kurang
waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna, dan sebagainya.
5) Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat lain atau makanan
tertentu dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan dan menyusui
serta kemungkinan terjadinya efek obat yang tidak dikehendaki.
b. Pendidikan dan Pelatihan
Beberapa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dapat dilakukan antara lain:
1) Menyajikan informasi mengenai obat dan atau penggunaan obat dalam bentuk penyuluhan.
2) Membimbing apoteker magang/mahasiswa yang sedang praktik kerja lapangan mengenai
keterampilan dalam pelayanan informasi
3) Semua kegiatan PIO harus didokumentasikan.
Manfaat dokumentasi adalah:
1) Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan informasi obat.
2) Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa.
3) Memprioritaskan penyediaan sumber informasi yang diperlukan dalam menjawabpertanyaan.
4) Media pelatihan tenaga farmasi.
5) Basis data pencapaian kinerja, penelitian, analisis, evaluasi dan perencanaan layanan.
Dokumentasi memuat:
1) Tanggal dan waktu pertanyaan dimasukkan
2) Tanggal dan waktu jawaban diberikan
3) Metode penyampaian jawaban
4) Pertanyaan yang diajukan
5) Orang yang meminta jawaban
6) Orang yang menjawab
7) Kontak personal untuk tambahan informasi.
BAB 4
PEMBAHASAN
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di suatu wilayah kerja. Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan.
Apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah
kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/
kelurahan atau dusun/rukun warga (RW) (Kementerian Kesehatan, 2006).
Sumber daya manusia yang bekerja di lingkungan puskesmas kecamatan
Sidomulyo terdiri dari tenaga pegawai negeri sipil (PNS) dan calon pegawai
negeri sipil (CPNS) sebanyak 47 orang, tenaga honorer/kontrak 25 orang dan
tenaga dari pihak ketiga (cleaning service) sebanyak 4 orang. Data pegawai
Puskesmas baik PNS, CPNS, dan Non PNS di puskesmas Kecamatan Sidomulyo

Koordinator farmasi di puskesmas bertugas dalam pengelolaan obat dan pelayanan obat.
Pengelolaan obat merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pencatatan dan pelaporan serta evaluasi yang
diperlukan dalam penilaian kinerja. Sedangkan pelayanan obat merupakan suatu kegiatan
penggunaan obat dan alat kesehatan habis pakai serta pelayanan resep yang bermutu.
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi, menentukan dan menyusun jumlah
dan jenis perbekalan farmasi yang disesuaikan dengan alokasi dana. Tenaga yang terlibat dalam
perencanaan di Puskesmas Kecamatan Sidomulyo adalah dokter dan apoteker. Prosedur
perencanaan di puskesmas Sidomulyo dengan mengumpulkan, mengolah, mengevaluasi data
tentang penerimaan, pengeluaran, pemakaian serta persediaan di gudang penyalur, gudang obat
dan alat kesehatan Puskesmas Kecamatan, serta melihat dari rekap pemakaian obat selama satu
tahun.
Pemilihan jenis obat berfungsinya untuk menentukan apakah obat benar-benar diperlukan
sesuai dengan jumlah kunjungan dan pola penyakit di Puskesmas kecamatan Sidomulyo serta
perhitungan kebutuhan. Pemilihan jenis obat dipilih berdasarkan Daftar Obat Esensial Nasional
di Puskesmas Departemen Kesehatan RI dan Standar pengobatan. Selain itu, untuk menentukan
jumlah, jenis obat dan alkes diperlukan beberapa bahan seperti data dan informasi yang lengkap,
akurat dan dapat dipercaya keamanannya, mutu, fungsi dan kinerja yang baik.serta sistem
administrasi pencatatan, pengolahan data dan pelaporan. Pada perencanaan dikenal dengan dua
metode untuk menentukan jenis obat. Metode tersebut yaitu metode konsumsi dan metode
epidemiologi. Metode konsumsi yaitu metode yang didasarkan atas analisa data konsumsi obat
pada tahun sebelumnya. Untuk melaksanakan metode ini perlu diperhitungkan rencana
kebutuhan obat berdasarkan pengumpulan data LPLPO, kartu stock, rekapituasi kunjungan, data
analisa metode konsumsi yang dilakukan 3 tahun sebelumnya dan perhitungan perkiraan
kebutuhan. Sedangkan metode epidemiologi yaitu metode yang didasarkan pada data jumlah
kunjungan, frekuensi penyakit dan standar pengobatan yang ada. Pada metode ini perlu
diperhitungkan perkiraan kebutuhan seluruh unit pelayanan kesehatan kecamatan Sidomulyo,
menyusun perencanaan kebutuhan obat pertahun diserahkan kebagian perencanaan anggaran dan
menyerahkan form perencanaan kebutuhan pertriwulan, dibuatkan surat permintaan/surat
pesanan kemudian diserahkan ke bagian pengadaan. Bagian pengadaan adalah suatu proses
untuk mengadakan obat yang dibutuhkan di unit pelayanan kesehatan puskesmas. Sumber dana
yang diperlukan untuk pengadaan bersumber dari subsidi dan swadana / proses ini diawali
dengan membentuk pejabat pembuat komitmen, panitia pengadaan dan panitia penerima hasil
pekerjaan. Pembentukan dilakukan oleh kepala puskesmas. Tatacara pemilihan penyedia barang
yaitu membuat rencana umum pengadaan, pengkajian ulang rencana umum pengadaan,
penyususnan dan penetapan rencana pelaksanaan dan pemilihan sistem pelelangan barang.
Penerimaan merupakan suatu kegiatan dalam menerima perbekalan farmasi dari pemasok
ke gudang penyalur dimana disertai dokumen yang lengkap. Prosedur penerimaan yaitu
melakukan penerimaan obat-obatan dan alat kesehatan habis pakai dengan melakukan
pengecekan terhadap jumlah dan jenis obat, kemasan, nomor batch atau spesifikasi alat
kesehatan habisa pakai, dan kadaluarsa. Obat dan alat kesehatan yang diterima disesuaikan
dengan isi dokumen yang ditandatangani oleh petugas penerima barang dan diketahui kepala
puskesmas setempat. Kemudian dicatat dan direkap pada form pemeriksa/penerimaan.
Pada Puskesmas Kecamatan Sidomulyo dilakukan pengadaan obat dengan
menggunakan obat generik 90%, dimana masih adanya pengadaan obat non generik, hal
ini dikarenakan ada obat yang memang tidak ada produk generiknya (misalnya
bromhexin, kombinasi kaolin dan pektin) dan juga karena ada obat-obat permintaan user
atau unit terkait yang memang tidak ada generiknya (misalnya misoprostol).
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara
menempatkan obat-obatan , reagen, alat kesehatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman
dari pencurian serta terhindar dari gangguan kerusakan fisik maupun kimia yang dapat merusak
mutu. Penyimpanan pada puskesmas Sidomulyo digunakan sistem FEFO (First Expired First
Out) bedasarkan abjad. Penyimpanan dibedakan pula berdasarkan bentuk sediaannya. Kondisi
penyimpanan khusus dilakukan untuk vaksin, obat-obatan yang sangat sensitive seperti salep
krim suppositoria, narkotika dan psikotropika, serta untuk bahan yang mudah terbakar seperti
alkohol. Setiap penyimpanan juga disertakan dengan kartu stok.
Pada Puskesmas Kecamatan Sidomulyo terdapat tiga tempat penyimpanan
(gudang) obat yaitu gudang induk yang berada di kecamatan Sidomulyo dan kelurahan
Pisangan Timur II, serta gudang kecamatan. Dimana pada gudang kecamatan karena
ruangannya yang kurang luas menyebabkan peletakan obat yang kurang rapi, selain itu
pada gudang induk yang berada di kecamatan Sidomulyo juga kurang luas sehingga
gudang induk terdapat juga di kelurahan Pisangan Timur II, hal ini karena tidak muatnya
gudang induk kecamatan Sidomulyo dalam menampung semua obat-obatan
Pendistribusian adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan
pengiriman obat dan alat kesehatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan
jumlah dari intansi yang lebih tinggi ke unit dibawahnya secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan unit –unit pelayanan kesehatan. prosedur pendistribusian dimulai dari
menetapkan frekuensi pengiriman obat dan alat kesehatan dengan memperhatikan anggaran yang
tersedia, umumnya pertriwulan, kemudian ditentukan pula jumlah obat yang akan
didistribusikan. Penentuan jumlah obat perlu dipertimbangkan pemakaian rata-rata perjenis obat
dan jadwal pelaksanaan pendistribusian obat dan alat kesehatan habisa pakai ke unit-unit
pelayanan kesehatan. Pada Puskesmas Kecamatan Sidomulyo pendistribusian dilakukan dari
gudang induk ke gudang kecamatan apotek di puskesmas kecamatan Sidomulyo.
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek penting dari pengelolaan obat yang
ikut menentukan keberhasilan seluruh rangkaian pengelolaan perbekalan farmasi. Prosedur
pencatatan dan pelaporan yaitu melakukan kegiatan pencatatan dalam kartu stok, jumlah lembar
resep, jumlah penerimaan obat, alat kesehatan dan pemakaian harian dan bulanan. Lalu,
melakukan pencatatan pada lembar pemakaian dan lembar permintaan obat (LPLPO), mencatat
dan melaporkan obat rusak dan kadaluarsa, melakukan evaluasi dan supervise terhadap unit
dibawahnya.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Kegiatan pelayanan informasi obat berupa penyediaan
dan pemberian informasi obat yang bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila
apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu
pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya penerbitan bulletin,
brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat pasif apabila apoteker pelayanan
informasi obat memberikan informasi obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.
Prosedur penanganan pertanyaan meliputi menerima pertanyaan-pertanyaan dapat
langsung atau melalui petugas kesehatan, identitas penanya, Identifikasi masalah, menerima
permintaan informasi, informasi latar belakang penanya, tujuan permintaan Informasi,
penelusuran pustaka dan memformulasikan jawaban, menyampaikan informasi kepada pihak
lainnya, menyampaikan manfaat informasi. Seluruh jawaban yang diberikan oleh informasi obat
harus didokumentasikan sebagai catatan dari kegiatan yang dilakukan maupun sebagai informasi
yang berguna bagi pertanyaan berikutnya dan evaluasi terhadap kegiatan pelayanan informasi
obat obat dan program jaminan mutu .Publikasi penyebaran informasi secara aktif ini harus
melibatkan staf di Pelayanan Informasi Obat dalam bentuk publikasi. Pada Apotik Puskesmas
Kecamatan Sidomulyo Pelayanan Informasi Obat sudah dilakukan dengan baik saat penyerahan
obat yaitu dengan memberitahukan frekuensi pemberian obat, lama pengobatan, cara pemakaian,
dan indikasi, dan menjawab setiap pertanyaan yang di tanyakan mengenai obat.

Anda mungkin juga menyukai