DI INDUSTRI FARMASI
BAGFARMAPOL
PERIODE FEBRUARI – MARET 2024
Disusun oleh :
Rizky Amalia Saha 23344008
Dina Mailianda Putri 23344010
Maya Tursina 23344011
Vivi Arfiani 23344023
Almuja Dilla Ulta Deputri 23340109
Nakita Adila Sulthanah Muslim 23344089
Khoirunnisa 23344092
Umamatul Amaliah 23344032
Fitri Wahyuni 23344043
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI INDUSTRI BAGFARMAPOL
PERIODE FEBRUARI – MARET 2024
Disusun Oleh :
Disetujui Oleh :
apt. Dra. Nurul Akhatik, M.Si apt. Hervianti Nurfitria Nugrahani, M.Farm
Pembimbing ISTN Pembimbing ISTN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dengan baik.
1. Para orang tua yang terus menerus memberikan doa, semangat, dan
motivasi demi terselesaikannya laporan PKPA ini hasil bersama.
2. apt. Tiah Rachmatiah, M.Si selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut
Sains dan Teknologi Nasional.
3. apt. Yayah Siti Djuhariah., M.Farm. selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Institut Sains Teknologi Nasional.
4. apt. Dra. Nurul Akhatik, MSi selaku pembimbing I dari Fakultas Farmasi
Institut Sains Teknologi Nasional yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan selama Praktik Kerja Profesi Apoteker.
5. apt. Hervianti Nurfitria Nugrahani, M.Farm selaku pembimbing II dari
Fakultas Farmasi Institut Sains Teknologi Nasional yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
6. Bapak AKBP apt. Drs. H. Sunarto, M.Si., selaku Apoteker dan
pembimbing PKPA di BAGFARMAPOL yang telah memberikan
fasilitas dan arahannya selama PKPA berlangsung.
7. Seluruh staff BAGFARMAPOL yang telah membantu selama PKPA.
iii
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini. Akhir kata kami berharap semoga
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1. Latar Belakang..............................................................................................1
2. Tujuan Kegiatan PKPA.................................................................................2
BAB II TINJAUAN BAGFARMAPOL..................................................................3
BAB III KEGIATAN DAN PEMBAHASAN.......................................................15
1. Kegiatan......................................................................................................15
2. Pembahasan.................................................................................................16
A. Personil dan struktur organisasi di BAGFARMAPOL..............................16
B. Proses produksi dan alur produksi di BAGFARMAPOL.......................17
C. Pengemasan primer terhadap handsantizer.............................................19
D. Evaluasi produk di BAGFARMAPOL....................................................20
E. Bangunan dan Fasilitas di BAGFARMAPOL.......................................211
F. Pengenalan Ruang Produksi....................................................................22
G. Quality Assurance (QA)...........................................................................22
H. Quality Control (QC)...............................................................................23
I. Sistem Tata Udara (HVAC/AHU)...........................................................24
J. Pengolahan Limbah di BAGFARMAPOL..............................................25
K. PPIC (Planning, Production, & Inventory Control)...............................26
L. Laboratorium di BAGFARMAPOL........................................................27
M. Gudang Penyimpanan Bahan Baku di BAGFARMAPOL......................28
N. Penentuan Expired Date..........................................................................29
O. Teknik Sampling......................................................................................29
P. Izin Industri dan Izin Edar Produk di BAGFARMAPOL.......................30
Q. Kualifikasi dan Validasi di BAGFARMAPOL.......................................31
R. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di BAGFARMAPOL.........................32
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN................................................................33
A. Kesimpulan..................................................................................................33
B. Saran............................................................................................................34
v
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................35
LAMPIRAN...........................................................................................................35
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kegiatan Harian.......................................................................................15
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
9
Berdasarkan peraturan pemerintah No.51 tahun 2009 tentang pekerjaan
kefarmasian, industri farmasi menjadi salah satu tempat bagi apoteker untuk melaksanakan
pekerjaan kefarmasi yang meliputi pembuatan obat, pengendalian mutu, pengawasan,
pengadaan, penyimpanan, dan distribusi obat. Pekerjaan kefarmasian dalam produksi
sediaan farmasi harus memenuhi ketentuan CPOB yang ditetapkan oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Pelaksanaan CPOB di industri merupakan tugas
dan tanggung jawab seorang apoteker sebagai penanggung jawab masing- masing pada
bidang pemastian mutu, produksi dan pengawasan mutu. Selain dalam tiga bidang tersebut,
apoteker di industri farmasi juga berperan dalam berbagai bidang lainnya, diantaranya
bidang research and development (R&D) dan bidang production planning and inventory
control (PPIC).
Peran apoteker dalam hal ini diantaranya adalah melakukan penerapan prinsip-
prinsip CPOB dan menangani permasalahan yang terjadi di industri farmasi yang berkaitan
dengan produk yang akan diproduksi. Oleh karena itu diperlukan apoteker yang memiliki
kompetensi yang baik dan dapat bersifat professional maka diperlukan pengetahuan,
pengalaman, serta kompetensi di bidang industri farmasi maka program studi profesi
apoteker Universitas Institut Sains dan Teknologi Nasional bekerja sama dengan Bagian
Farmasi Polisi Pusat Kedokteran dan Kesehatan Kepolisian Republik Indonesia
(Bagfarmapol Pusdokkes Polri) yang merupakan sebuah industri farmasi milik Negara
yang berlokasi di Jalan Cipinang Raya nomor 3B, Pulo Gadung, Kota Jakarta Timur
guna memberikan pengalaman dan ilmu bagi calon apoteker dalam memasuki dunia
kerja. PKPA di Bagfarmapol dilaksanakan selama 2 bulan pada tanggal 01 Februari - 28
Maret 2024.
1.2 TUJUAN
Tujuan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Bagfarmapol Pusdokkes
Polri yaitu sebagai berikut:
1. Memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di Bagfarmapol
Pusdokkes Polri.
2. Mengetahui peran tugas dan tanggung jawab Apoteker di industri farmasi.
1
0
3. Memperoleh pengalaman pekerjaan kefarmasian di industri farmasi.
1.3 MANFAAT
Manfaat kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Bagfarmapol
Pusdokkes Polri yaitu sebagai berikut:
1. Mahasiswa PKPA dapat memahami penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) di Bagfarmapol Pusdokkes Polri.
2. Mahasiswa PKPA dapat mengetahui peran, tugas dan tanggung jawab Apoteker di
industri farmasi.
1
1
BAB II
TINJAUAN
BAGFARMAPOL
1
3
3. NPWP didapat dalam hal pelaku usaha yang melakukan pendaftaran belum
memiliki NPWP.
4. NIB merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh pelaku usaha untuk
mendapatkan izin usaha dan izin komersial atau operasional termasuk untuk
pemenuhan persyaratan izin usaha dan izin komersial atau operasional.
5. Pelaku usaha yang telah mendapatkan NIB dapat diterbitkan izin usaha oleh
Lembaga OSS.
6. Penerbitan izin usaha berdasarkan komitmen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pelayanan perizinan
berusaha terintegrasi secara elektronik dan komitmen izin usaha sebagaimana
diatur dalam peraturan menteri.
1
6
produk yang lain; Ruang produksi terdiri dari ruang ganti pakaian, ruang
cuci, ruang produksi tablet, ruang produksi kapsul, ruang produksi semi
solid, ruang produksi liquid dan ruang packaging; Bangunan lain seperti,
mushola, area pengolahan limbah, ruang pertemuan dan Gudang
Alat-alat produksi, misalnya mesin tablet Automatche Zanasi 40F,
drum mixer, mesin granul, oven granul, mesin pengisi kapsul; instrument
pendukung proses analisis, misalnya spektrofotometer, HPLC, TLC, scanner,
neraca analitik dan lain-lain. Alat-alat penunjang produksi misalnya, mesin
pengolahan air demineralisata, mesin genset, mesin blower, deduster, dust
collector dan lain-lain.
A. Visi dan Misi
- Visi
Terwujudnya pelayanan prima Farmasi Kepolisian
- Misi
1. Menyelenggarakan fungsi farmasi kepolisian di seluruh jajaran
Kedokteran dan Kesehatan POLRI sampai ke tingkat POLRES,
yang mampu melaksanakan tugas operasional kepolisian yang
berkaitan dengan kefarmasian.
2. Mengembangkan sarana dan prasana farmasi kepolisian yang
modern dan mampu memproduksi obat-obat yang berkualitas
tinggi untuk pelayanan kesehatan serta peralatan khusus untuk
mendukung pelaksanaan tugas operasional kepolisian.
3. Memproduksi obat-obat dan produk dukungan operasional POLRI
yang berkualitas tinggi.
4. Menjalin kerjasama melalui MOU dengan berbagai instansi yang
berkaitan dengan fungsi kefarmasian, baik dalam maupun luar
negeri untuk pengembangan fungsi farmasi kepolisian.
5. Mengembangkan pusat rujukan farmasi kepolisian.
B. Struktur Organisasi BAGFARMAPOL PUSDEKKES POLRI
Organisasi BAGFARMAPOL berada dibawah pengawasan Kepala
Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Ka PUSDEKKES) POLRI. Struktur
organisasi BAGFARMAPOL dipimpin oleh Kepala Bagian Farmasi
1
7
Kepolisian (Ka. BAGFARMAPOL), terdiri dari 23 personil yaitu 9 orang
Apoteker, 3 orang Tenaga Teknis Kefarmasian dan 11 staff lainnya. Ka.
BAGFARMAPOL membawahi 3 Kepala Sub Bagian (Kasubbag), yaitu:
a) Kepala Sub Bagian Pelayanan Farmasi Kepolisian atau disingkat
Kasubbag Yanfarmapol yang dipimpin oleh apt. Fatwa Herlambang,
S.Farm. bertugas menyelenggarakan kegiataan produksi obat, bekal
Kesehatan, perangkat Kesehatan, dan bahan kimia tertentu yang
diperlukan dalam rangka kegiatan dukungan tugas kepolisian.
b) Kepala Sub Bagian Pengawasan Mutu atau disingkat Kasubbag Mutu/
Quality Control yang dipimpin oleh Drs. Apt. H. Sunarto, M.Si
bertugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan mutu atas obat-
obatan dan bahan baku pengadaan maupun produksi dan limbah
BAGFARMAPOL, pemeriksaan produk farmasi hasil pelaksanaan
tugas operasional.
c) Kepala Sub Bagian Pembinaan Farmasi Kepolisian atau disingkat
Kasubbag Binfarmapol/ Quality Assurance yang dipimpin oleh apt.
Adhi Prayitno, S.Farm bertugas menyelenggarakan kegiatan
Pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan fungsi
farmasi kepolisian serta pembinaan kemampuan kefarmasian di Pusat
dan Kewilayahan
1
8
3. Menentukan kebijaksanaan pelaksanaan dan mengambil keputusan
dalam
rangka memimpin Bagian Farmasi Kepolisian menjamin terselenggaranya
fungsi Bagian Farmasi Kepolisian.
4. Membina disiplin, tata tertib dan kesadaran hukum dalam lingkungan
Bagian
Farmasi Kepolisian.
5. Memelihara dan meningkatkan kemampuan personil dan materil guna
mempertinggi kemampuan operasional Bagian Farmasi Kepolisian.
3.4.3 Urusan Administrasi
1. Urmin adalah unsur pelayanan staf pada Bagian Farmasi Kepolisian
yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada KaBagfarmapol.
2. Urmin dipimpin oleh Kepala Urusan Administrasi, disingkat Kaurmin.
3. Urmin mempunyai tugas melaksanakan korespondensi, dokumentasi,
ketatalaksanaan perkantoran dan kearsipan Bagian Farmasi
Kepolisian.
Bagian Produksi
2
0
Subbag Yanfarmapol adalah unsur pembantu pimpinan dan pelaksana
pada Bagian Farmasi Kepolisian yang berkedudukan di bawah
bertanggun jawab kepada Kepala Bagian Farmasi Kepolisian. Subbag
Yanfarmapol dipimpin oleh Kepala Sub Bagian Produksi, di singkat
Kasubbagprod. Subbag Yanfarmapol mempunyai tugas
menyelenggarakan kegiatan produksi obat, perangkat kesehatan bahan
kimia tertentu yang diperlukan dalam rangka kegiatan pelayanan
kesehatan dan dukungan kesehatan serta penyimpanan bahan baku dan
hasil produksi.
3.4.7 Gudang Bagfarmapol
Gudang diperlukan menunjang pelaksanaan kegiatan produksi. Gudang
berfungsi untuk menyimpan stok material yang umumnya dalam jumlah
banyak.
Oleh karena itu sebaiknya gudang berukuran cukup luas. Gudang untuk
pabrik
farmasi, material tersebut dapat berupa bahan baku, bahan tambahan,
pengemas,
produk jadi atau bahan penunjang lainnya. Untuk mempermudah
pengelolaan dan
penyimpanan, maka Bagfarmapol mempunyai gudang yaitu:
1. Gudang Karantina
Digunakan untuk menyimpan bahan-bahan sedang dikarantina yang akan
dilakukan pemeriksaan, ditolak atau diterima oleh bagian pengawasan
mutu.
Barang yang disimpan diberikan label berwarna kuning bertuliskan
“karantina”
dan dilakukan pengambilan sampel oleh bagian pengawasan mutu. Barang
yang
diterima diberikan label berwarna hijau bertuliskan “diluluskan” dan
langsung
dimasukkan ke gudang sesuai dengan jenis barang. Sedangkan barang
yang
ditolak diberikan label berwarna merah bertuliskan “ditolak” dan dikirim
2
1
kembali
ke pemasok untuk digantikan sesuai dengan spesifikasi yang telah
dilampirkan.
2. Gudang Bahan Baku Obat Dan Bahan Tambahan
Untuk menyimpan bahan baku yang telah diuji keamanan dan kualitasnya
dan telah diluluskan oleh QC sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki
Bagfarmapol.
3. Gudang Produk Jadi
Gudang produk jadi yaitu tempat obat jadi disimpan sebelum obat tersebut
dikirimkan ke Domakes Polri untuk di distribusikan ke Polda.
4. Gudang Teknis
Gudang produksi digunakan untuk penyimpanan bahan baku, bahan
tambahan dan pengemas. Kegiatan produksi di Bagfarmapol diawali
dengan penyediaan bahan baku dan bahan kemasan, yang di simpan
dalam gudang produksi. Oleh karena keterbatasan tempat maka
gudang penerimaan bahan baku dijadikan satu dengan gudang
produksi, jadi ketika barang pesanan datang, maka barang diberikan
label kuning yang artinya karantina.
Kemudian dilakukan pemeriksaan sampel bahan baku obat secara fisik
meliputi kesesuaian label, nama pemasok, kondisi wadah, organoleptik
(bau, rasa, warna) kemudian dilakukan pemeriksaan di laboratorium
oleh bagian WASTU (QC = Quality Control), meliputi uji keaslian
bahan, spesifikasi bahan, titik leleh/lebur (Melting Point) dan uji kadar
zat aktif. Jika bahan dinyatakan lulus/diterima maka akan disahkan
oleh KasuBag Wastu dan diberikan label hijau (status release), baru
bahan baku boleh dipakai untuk produksi. Namun jika bahan baku
tidak lolos uji laboratorium/tidak sesuai permintaan atau ditolak maka
akan diberikan label merah (artinya ditolak) dan akan dikembalikan ke
supplier koordinasi dengan Matfaskes. Sistem penataan gudang di
Bagfarmapolm menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expire First Out) yaitu barang masuk terlebih dahulu
dikeluarkan lebih dahulu dan menurut tanggal kadaluwarsa. Jumlah
barang masuk dan keluar di kontrol dengan kartu stok sehingga barang
2
2
dapat dikendalikan dan menjadi teratur saat keluar dan masuk.
5. Gudang Lain-lain
Barang-barang non-produksi (alat kebersihan) di simpan dalam gudang
lain-
lainnya. Karyawan bagian gudang bertugas mengelola penerimaan,
penyimpanan
dan pengeluaran bahan baku, bahan pengemas maupun obat jadi.
a. Penerimaan
Alur penerimaan barang diawali dari pengiriman barang oleh pemasok
ke Gudang Bagfarmapol. Ketika barang datang, bagian gudang melakukan
pengecekan awal, yaitu mencocokkan kesesuaian barang dengan
permintaan,
kebenaran jumlah, dan nomor bets yang tercantum dalam certificate of
analysis
(CoA) sesuai yang tertera pada label serta melakukan penandaan tanggal
masuknya barang pada setiap barang yang datang untuk dimasukkan ke
laporan
penerimaan barang. Barang kemudian dimasukkan gudang karantina
untuk
menunggu pemeriksaan oleh bagian pengawasan mutu. Hasil pemeriksaan
yang
dilakukan oleh bagian pengawasan mutu dikonfirmasikan dengan Bagian
Materil
Fasilitas Kesehatan (Bagmatfaskes).
b. Penyimpanan
Penyimpanan disesuaikan dengan kondisi barang disyaratkan untuk
menjaga stabilitasnya. Kondisi penyimpanan terbagi menjadi:
1. Kondisi penyimpanan dengan temperatur kamar.
2. Kondisi penyimpanan dengan temperatur AC
3. Kondisi penyimpanan dengan menggunakan freezer.
4. Kondisi penyimpanan tahan api.
Gudang penyimpanan hendaknya dibangun sedemikian rupa untuk
memungkinkan pemisahan yang efektif dan teratur terhadap berbagai
2
3
bahan
yang di simpan serta untuk memudahkan perputaran persediaan. Bahan
baku
beta laktam di simpan dalam gudang tersendiri, penyerahan dilakukan
sesuai
permintaan dan sisanya tetap di simpan di gudang beta laktam.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan gudang dilakukan dengan cara membersihkan lantai dan
ruangan, dijaga supaya tetap bersih dan kering. Penyusunan barang di
sesuaikan dengan sistem FIFO ( First in First Out ) dan FEFO ( First
Expired
First Out ). Penyusunan barang disesuaikan dengan jenis sediaan (Padat,
cair,
semi padat dan Lain – lain).
d. Pengeluaran
Pengeluaran bahan baku dari gudang dilakukan berdasarkan catatan
permintaan barang yang diajukan bagian produksi. Pengeluaran diatur
menurut
sistem FIFO dan FEFO. Gudang tidak bisa melakukan pengeluaran tanpa
catatan permintaan bahan baku dan pengemas dari produksi. Pemasukan
dan
pengeluaran barang dari gudang dikendalikan oleh kartu stok yang harus
dituliskan oleh petugas pada setiap pemasukan maupun pengeluaran.
Gudang
melakukan stock opname setiap triwulan (3 bulan sekali).
2
5
b. Tugas dibidang dukungan operasional
- Deteksi dini terhadap produk ilegal/sub standar produk seperti:
Obat, kosmetik, makanan, dan zat kimia lain
- Memproduksi alat/bahan untuk keperluan operasional POLRI,
antara lain: Kit narkoba dan kit prekusor
- Bantuan ahli dalam penyelidikan pelanggaran hukum yang
berkaitan dengan: NAPZA, kosmetik, prekusor, metabolit
NAPZA, zat toksik lain dan zat kimia lain
- Membuat piranti lunak (buku, petunjuk praktis, dll) yang
berkaitan dengan: NAPZA, kosmetik, prekusor, metabolit
NAPZA, zat toksik lain dan zat kimia lain
- Membantu usaha-usaha preventif dan represif yang berkaitan
dengan pelanggaran/penyalahgunaan
c. Menyelenggarakan pelatihan/bantuan pendidikan yang berkaitan
dengan tugas YANKES atau Dukops.
D. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
Menurut Peraturan BPOM RI tahun 2018 tentang CPOB adalah
cara pembuatan obat dan/atau bahan obat yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu dan/atau bahan obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaannya. Industri farmasi wajib memenuhi
persyaratan CPOB, dalam cakupan seluruh kegiatan penerimaan bahan,
produksi, pengemasan ulang, pelabelan, pengawasan mutu, pelulusan,
penyimpanan dan distribusi serta pengawasan terkait. CPOB 2018 terdiri
dari 12 BAB, yaitu:
1. Sistem Mutu Industri Farmasi
Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar
atau Persetujuan Uji Klinik, jika diperlukan, dan tidak menimbulkan
risiko yang membahayakan pasien pengguna disebabkan karena
keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai. Industri farmasi
harus menetapkan manajemen puncak yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan
2
6
tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau
pabrik untuk mencapai kepatuhan terhadap regulasi.
2. Personalia
Pembuatan obat yang benar memerlukan sumber daya manusia
yang terkualifikasi dan berpengalaman. Seluruh personel hendaklah
memahami prinsip CPOB yang berkaitan dengan tugasnya,
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi
higiene yang berkaitan dengan pembuatan obat.
3. Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki
desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya
untuk kemudahan pelaksanaan operasi yang benar. Letak bangunan
hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasi dari
lingkungan sekitar, seperti kontaminasi dari udara, tanah dan air serta
dari kegiatan industri lain yang berdekatan.
4. Peralatan
Peralatan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat. Peralatan produksi yang digunakan
hendaklah tidak berakibat buruk pada produk. Bagian alat produksi
yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan berakibat buruk pada
produk.
5. Produksi
Produksi hendaklah dilakukan dan disupervisi oleh personel yang
kompeten. Kegiatan produksi dilaksanakan agar mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar.
6. Cara Penyimpanan dan Pengiriman Obat yang Baik
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam
kegiatan dan manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi.
2
7
Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu dalam menjamin mutu
dan integritas obat selama proses penyimpanan dan pengiriman obat.
Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang
diperlukan terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan
pengiriman. Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam
penyimpanan dan pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai
prinsip CPOB dan CDOB.
7. Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi,
pengujian serta termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa semua pengujian yang relevan telah
dilakukan dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk
diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan persyaratan.
Bagian Pengawasan Mutu mempunyai tanggung jawab, antara lain
adalah membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur
pengawasan mutu, mengawasi pengendalian sampel pembanding
dan/atau sampel pertinggal dari bahan dan produk bila perlu,
memastikan kebenaran label pada wadah bahan dan produk,
memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas produk, dan ikut serta
dalam investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk.
8. Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua
aspek produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi
ketentuan CPOB. Program inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan
perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri sebaiknya dilakukan secara
rutin, independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari
perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan CPOB secara objektif.
9. Keluhan dan Penarikan Produk
Dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan
prosedur yang sesuai hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai,
menginvestigasi dan meninjau keluhan termasuk potensi cacat mutu
2
8
dan, jika perlu, segera melakukan penarikan obat termasuk obat uji
klinik dari jalur distribusi secara efektif.
10. Dokumentasi
Tujuan utama dari dokumentasi adalah untuk membangun,
mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang secara
langsung atau tidak langsung berdampak pada semua aspek kualitas
obat. Sistem Mutu Industri Farmasi mencakup penjabaran rinci yang
memadai terhadap pemahaman umum mengenai persyaratan, sehingga
penerapan persyaratan yang berkelanjutan dapat ditunjukkan. Ada dua
jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan
mencatat pemenuhan CPOB: prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan)
dan catatan/laporan.
11. Kegiatan Alih Daya
Aktivitas yang tercakup dalam Pedoman CPOB yang dialihdayakan
harus didefinisikan, disetujui dan dikendalikan dengan benar untuk
menghindarkan kesalahpahaman yang dapat menghasilkan produk atau
pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Hendaklah dibuat
kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak yang
secara jelas menentukan peran dan tanggung jawab masing-masing
pihak. Sistem Mutu Industri Farmasi dari Pemberi Kontrak hendaklah
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh Kepala Pemastian
Mutu.
12. Kualifikasi dan Validasi
CPOB mempersyaratkan industri farmasi untuk mengendalikan
aspek kritis kegiatan yang dilakukan melalui kualifikasi dan validasi
sepanjang siklus produksi dan proses. Tiap perubahan yang
direncanakan terhadap fasilitas, peralatan, sarana penunjang, dan
proses, yang dapat memengaruhi mutu produk, sebaiknya
didokumentasikan secara formal dan dampak pada status validasi atau
strategi pengendaliannya dinilai.
E. Sistem Tata Udara (HVAC)
11
Sistem tata udara di Bagfarmapol menggunakan sistem fresh air
12
yaitusistem tata udara yang mengalirkan udara bersih ke ruangan
produksidimana udara yang dialirkan bukan merupakan sirkulasi. Alat
yang digunakan yaitu HVAC/AHU (Heating Ventilating Air
Conditioning/Air Handling Unit) yang terdiri dari 5 komponen utama
yaitu:
a. Cooling coil/evaporator berfungsi untuk mengatur suhu dan kelembapan.
b. Blower berfungsi untuk menggerakan udara pada saat dilakukan
distribusi.
c. Ducting berfungsi sebagai ruangan untuk mengalirkan udara darimesin
ke ruangan.
d. Filter berfungsi untuk menyaring yang terdiri dari 3 filter dengan urutan
penyusunan dari luar ke dalam yaitu pre filter efisiensi penyaringan
35%, medium filter 95%, HEPA (High Efficiency Particulate Air)
filter 99,97%.
e. Dumper berfungsi untuk mengatur udara yang masuk ke ruang produksi.
Sistem tata udara dibagi menjadi dua yaitu sistem tata udara full
fresh air dimana udara yang digunakan 100% dari luar dan sistem
resirkulasi atau air return. Full fresh air urutan prosesnya yaitu udara yang
diambil 100% dari luar atau dari udara terbuka masuk kedalam filter
kemudian ke ducting, cooling coil, dumper lalu masuk kedalam ruang
produksi. Udara kembalian/air return 20% dari udara terbuka 28 dan 80%
dari ruang produksi. Sebanyak 20% diambil melalui blower masuk ke
dalam filter, lalu menuju ducting, kemudian cooling coil, setelah itu masuk
menuju dumper dan masuk kedalam ruang produksi. Sedangkan 80%
udara dari ruang produksi masuk kembali menuju pre filter lalu menuju
medium filter , kemudian menuju HEPA filter . Setelah itu menuju ducting
lalu masuk kedumper , kemudian masuk kembali menuju ruang produksi.
F. Sistem Pengelolaan Air
Bagfarmapol Pusdokkes Polri menggunakan sumber air yang
berasal dari air tanah yang merupakan bahan baku pembuatan air
demineralisata (aqua DM). Aqua DM merupakan air yang digunakan
dalam proses produksi dan penunjang di Bagfarmapol, pengolahannya
dilakukan
13
secara mandiri olehBagfarmapol. Sumber air tanah berasa dari 5 titik sumur
14
di Bagfarmapol dengan kedalaman kurang dari 100 meter, hal ini
dikarenakan dalam pengolahan air di industri yang menggunakan air
sumur tidak disarankan jika hanya dari satu titik sumur agar produksi tidak
terkendala jika satu titik sumur tersebut bermasalah. Adapun tahap
pemurnian air sebagai berikut:
a. Air yang berasal dari sumur ditampung dalam tangki
penampungandengan kapasitas 5000 L. Kemudian dialirkan menuju
multimedia filteryang merupakan filter pada tahap awal semua prose
spenyaringan air bersih sebelum memasuki tahap penyaringan air
lanjutan. Proses ini akan menyaring kontaminan dalam air,
diantaranya lumpur, endapan, dan kontaminan lainnya dengan cara
penambahan CaCO3 + tawas {K Al(SO4)2.18H2O} untuk
mengendapkan debu serta partikel padat lainnya (proses koagulasi),
selain itu dilakukan penyaringan dengan pasir.
b. Setelah itu air dialirkan menuju manganese filter untuk
menghilangkan besi dan mangan di dalam air, dikarenakan air yang
berasal dari tanahmemiliki kandungan besi dan mangan yang cukup
tinggi. Filter.
c. Water softener filter yang berisi resin anionik yang berfungsi untuk
menghilangkan dan/atau menurunkan tingkat kesadahan air dengan
cara mengikat ion kalsium dan magnesium yang menyebabkan
tingginya tingkat kesadahan air.c. Kemudian air akan masuk ke dalam
sistem reverse osmosis (RO), suatu teknik pembuatan air murni, yang
diawali dengan penambahan klorinuntuk membunuh kuman yang ada
pada air (klorinasi) pada tangki RO 1. Air akan ditampung dalam
break tank dengan kapasitas 1000 L sebagai penampungan sementara.
d. Air kemudian masuk ke dalam tangki RO 2 untuk menghilangkan
kuman sekali lagi. Setelah itu masuk ke dalam tangki karbon aktif
yang akan dilakukan penyaringan dengan karbon aktif lalu dengan
saringan partikel berukuran 5-10 µm sebanyak 2 kali.
e. Kemudian air akan masuk dalam elektro de-ionisasi (EDI) tank untuk
penyaringan dengan penukar anion dan kation. EDI merupakan
15
perkembangan dari ion exchange system dimana sebagai pengikat ion
(+) dan (-) digunakan juga elektroda disamping resin. Elektroda ini
dihubungkan dengan arus istrik searah sehingga proses pemurnian air
dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi, sehingga
akan dihasilkan air bebas mineral anion dan kation (aqua
demineralisata).
f. Air lalu dipanaskan pada suhu 70oC dan dialirkan ke tangki
penampungan akhir atau double jacket tank.
g. Air akan melalui proses radiasi ultraviolet untuk menghambat
pertumbuhan mikroba sehingga diperoleh aqua DM, yang akan
dialirkan ke ruang produksi untuk proses produksi maupun penunjang.
h. Pada masing-masing ruangan akan dilakukan kontrol terhadap aqua
DM yang dialirkan dengan pengujian mikrobiologi sebagai evaluasi
pada proses pemurnian air.
18
BAB III
19
- Mempelajari tentang produk penguji makanan
- Mempelajari PPIC yang ada di BAGFARMAPOL
Minggu - Mempelajari sistem tata udara
5 - Mempelajari penentuan Expired Date
- Mempelajari Sampling Bahan baku
- Mempelajari izin industri
Minggu - Mempelajari izin edar produk jadi
6 - Pengenalan gudang penyimpanan bahan baku obat
- Pengenalan ruangan Lab Mikrobiologi yang
ada di BAGFARMAPOL
- Mempelajari K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
Minggu - Mempelajari produk halal
7 - Mempelajari tentang pengadaan
- Mempelajari tata kelola air industri
- Mempelajari proses pengemasan primer
- Mempelajari proses penyalutan tablet
Minggu - Pembuatan frescare
8 - Pembuatan placebo dan melakukan evaluasi
- Persentasi Tugas Khusus
B. Pembahasan
20
A. Personil dan struktur organisasi di BAGFARMAPOL
21
Jumlah personalia didalam kelembagaan BAGFARMAPOL sangat
terbatas, sehingga proses produksi yang dilaksanakan tidak dapat dilakukan
secara bersamaan, tetapi disesuaikan dengan keterbatasan personalia, waktu
dan dana. Dengan struktur yang sederhana tetapi kaya fungsi, maka beberapa
personalia melakukan tugas yang rangkap. BAGFARMAPOL memiliki 23
personil diantaranya 19 PNS dan 4 honorer, terdapat 9 Apoteker yang
bertanggung jawab dalam QA, QC, dan Produksi. Personalia di
BAGFARMAFOL sudah sesuai persyaratan yang terdapat pada CPOB, posisi
Kepala Sub Bagian yanfarmapol, Kepala Sub Bagian Pengawasan Mutu, daN
Kepala Sub Bin Farmapol. Kepolisian Industri Farmasi diduduki oleh seorang
Apoteker terkualifikasi dan berkompeten. Untuk meningkatkan personilnya
dilakukan kegiatan peningkatan pengetahuan dan pelatihan tentang ilmu
farmasi khususnya dibidang CPO.
22
2) Dilakukan proses produksi
Setelah pemilihan bahan baku yang baik dan sesuai standar, kemudian
dilakukan pencampuran bahan baku dengan menggunakan mesin
pencampur dan dilanjutkan sampai sediaan tersebut berbentuk tablet yang
dapat dicetak dengan mesin cetak yang telah tersedia Setelah dicetak,
sediaan tersebut kemudian dikemas dengan strip atau dengan blister.
3) Dilakukan Evaluasi produk jadi yang diharapkan memenuhi syarat
farmakope
Obat-obat yang diproduksi di BAGFARMAPOL adalah kapsul, tablet,
tablet salut, salep dan sirup tetapi tahun 2014 setelah adanya BPJS berupa:
Vitamin, Handsanitizer, kit narkoba, kit precursor dan kit makanan.
a. Produksi Handsanitizer
Handsanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik dapat berupa gel
atau liquid (cairan) yang sering digunakan masyarakat sebagai media
pencuci tangan yang praktis (Holifah et al, 2020). Salah satu produk yang
di produksi BAGFARMAPOL adalah handsanitizer spray lemongrass.
Cara pembuatan hand sanitizer lemongrass yaitu pertama disiapkan
alkohol di dalam wadah, larutkan pewangi (parfume) lemongrass
menggunakan propilen untuk menyangga parfum agar tetap terikat dan
tidak menguap kemudian di aduk sampai homogen, kemudiaan buffer
EDTA dilarutkan menggunakan air sampai homogen, lalu masukan
campuran EDTA dan air ke dalam alcohol aduk sampai tercampur
sempurna, masukan juga campuran parfum dan propilenglikol aduk
hingga tercampur merata tambahkan air sampai batas yang kita inginkan,
selanjutnya evaluasi sediaan meliputi evaluasi PH, kadar, Viskositas
b. Produksi Kit
Kit merupakan perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi obat-
obataan yang dicurigai merupakan NARKOBA atau precursor. Kit
identifikasi ini alat uji di lapangan yang dapat digunakan dengan mudah
dan efisien serta akurat. Kit salah satu produk yang di produksi di
BAGFARMAPOL yang terdiri dari kit narkoba, kit precursor dan food
safety / kit pam makanan
11
1. Kit narkoba dan prekursor salah satunya menggunakan pereaksi
dextro untuk identifikasi Dexrometropan dan Ketamin dan pereaksi
Benzodiazepine identifikasi golongan Diazepam dan Pomelin.
2. Pengecekan makanan untuk identifikasi kandungan sianida pada
makanan dengan menghaluskan sampel makanan dan dimasukan ke
dalam tabung reaksi lalu di tambah reagen (N-atil litil amin) dan
diamati perubahan warna yang terjadi., jika menghasilkan warna
ungu menadakan positif mmengandung sianida. Sedangkan untuk
Identifikasi kandungan nitrit pada makanan dengan perubahan warna
menjadi pink keunguan menandakan sampel positif Nitrit.
3. Krim Penyamar Wajah
Kegiatan sistem penomoran bets/lot di BAGFARMAPOL setiap
dilakukannya produksi tidak dipakai secara berulang hanya sekali setiap
batch itu di produksi. Alokasi nomor batch/lot dicatat dalam suatu buku
log. Penomoran batch ditiap pabrik berbeda-beda, BAGFARMAPOL
menggunakan 6digit untuk nomor batch. Digit pertama dan kedua
menunjukkan tahun produksi, digit ketiga dan keempat menunjukkan kode
produksi, sedangkan digit kelima dan keenam menunjukkan urutan batch
produksi.
C. Pengemasan primer terhadap handsantizer
11
tersier memberikan perlindungan kemasan selama transportasi,
contoh: karton box berwarna coklat.
Terdiri dari uji kompresibilitas (uji ini dilakukan dengan tujuan agar
granul dapat membentuk tablet dengan tekanan tertentu dan
menentukan sifat alir), uji kelembapan granul/kadar air granul (uji ini
untuk mengetahui kadar air didalam granul karena kadar air yang
berlebih membuat sediaan di tumbuhi oleh mikroba, alat yang
digunakan untuk pengujian ini yaitu Mouisture balance), uji laju alir
granul (uji ini dilakukan karena sifat alir granul akan mempengaruhi
keseragaman bobot sediaan), uji keseragaman bobot, uji keragaman
bobot, uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet, uji waktu hancur
(menggunakan Desintegrator tester), dan uji disolusi.
20
E. Bangunan dan Fasilitas di BAGFARMAPOL
21
memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi) yang
mudah dan efektif.
22
Lantai di BAGFARMAPOL sendiri telah disesuaikan dengan CPOB
yaitu lantai epoksi dengan tidak adanya celah, bebas retak dan tidak ada
sekat pada ujung-ujungnya, permukaan rata dan tidak berpori yang
memungkinkan pelaksanaan pembersihan secara cepat dan efisien.
23
berhubungan dengan system mutu/pemastian mutu termasuk: Memastikan
penerapan mutu, seleksi dan evaluasi pemasok, inspeksi diri (internal audit),
memantau tindakan perbaikan dan pencegahan, dokumentasi, pengendalian
perubahan, validasi, penanganan keluhan atas produk, Memastikan
pemenuhan persyaratan teknik dan peraturan CPOB yang berkaitan dengan
mutu produk jadi, Meluluskan atau menolak produk jadi untuk diedarkan
dengan mempertimbangkan semua faktor terkait, Mengendalikan dan
menangani perubahan, penyimpangan, dan prosedur pengolahan ulang.
Terdapat 5 departemen pada bagian Quality Assurance di
BAGFARMAPOL yaitu:
a) Departemen Dokumentasi yang memiliki tugas untuk mencatat,
mendistribusikan dan menangani perubahan formula
b) Departemen Validasi memiliki tanggung jawab dalam proses yang
dilaksanakan sesuai dengan SOP, kualifikasi dan kalibrasi dengan
membandingkan analit standar dengan milik bagfarmapol.
c) Departemen Stabilizer bertanggung jawab dalam tahap penelitian,
pemantauan suhu, terkait waktu expired date, dan pemantauan kadar
secara berkala
d) Departemen Food release bertanggung jawab dalam mengevaluasi
susatu produk, melihat data record sebagai data dalam evaluasi dari
beberapa batch.
e) Departemen pengajuan izin edar bertanggung jawab dalam menyiapkan
dokumentasi untuk pengajuan izin edar ke Badan POM.
25
dan perlu diinvestigasi seperti apakah alat yang digunakan sudah benar,
apakah prosedur yang dilakukan sudah benar, apakah analis kompeten, dan
apakah metode yang digunakan tervalidasi. Bagian pengawasan mutu (QC) di
BAGFARMAPOL membawahi laboratorium mikrobiologi dan laboratorium
kimia fisika yang bertanggung jawab terhadap mutu atau kualitas obat dengan
Memastikan bahwa semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan
laboratorium sebelum didistribusikan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
27
yang memiliki efisiensi penyaringan 45% dan medium filter yang memiliki
efisiensi penyaringan 98%. Selanjutnya suplai udara ini melewati cooling coil
(chiller) yang akan menurunkan suhu dan kelembaban relatif udara (10-
110C), kemudian udara dipompa dengan menggunakan blower ke dalam
ruang produksi melalui ducting. Jumlah udara yang masuk ke dalam ruang
produksi diatur dengan menggunakan volume dumper. Selanjutnya udara
disirkulasi kembali ke AHU, demikian seterusnya. Luas area kerja dan area
penyimpanan bahan atau produk yang sedang dalam proses hendaklah
memadai untuk memungkinkan penempatan peralatan dan bahan secara
teratur dan sesuai dengan alur proses, sehingga dapat memperkecil resiko
terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda,
mencegah pencemaran silang dan memperkecil resiko terlewatnya atau salah
melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan.
29
Bagian perencanaan produksi kemudian menyusun jadwal produksi dan
berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan, bagian ini membuat konsep Surat
Perintah Produksi, yang berisi sediaan yang akan diproduksi. Surat Perintah
Produksi dikeluarkan oleh Kepala BAGFARMAPOL dan merupakan perintah
untuk melaksanakan kegiatan produksi. Jadwal kegiatan produksi disusun oleh
Kepala Sub Bagian Produksi.
Bahan baku yang ada di BAGFARMAPOL saat ini tidak begitu banyak
dikarenakan produksi yang dilakukan hanya sedikit yaitu vitamin dan
handsanitizer sehingga dalam gudang banyak rak penyimpanan yang kosong.
Terdapat chiller dan beberapa rak penyimpanan bahan baku serta rak
dokumentasi di dalam gudang. Penyimpanan persediaan stock di
BAGFARMAPOL dilakukan dengan beberapa teknik yaitu FEFO ( First
Expired First Out ), Alfabet dikombinasikan dengan teknik lain, Sifat fisika-
kimia, farmakologi, suhu. Sedangkan untuk persediaan stock
BAGFARMAPOL menggunakan kartu stock untuk mengetahui persediaan
yang ada di gudang penyimpanan.
Dokumentasi yang ada di gudang BAGFARMAPOL meliputi: kartu
stok dan SIMAKBMN (Sistem Informasi Manajemen Akutansi Keuangan
Barang Milik Negara) pada setiap bahan baku untuk ajunitasi. Pada kartu stok
terdapat nomor.
SPPM (Surat Perintah Pengeluaran Materiil), nama pemasok, dan
jumlah bahan baku yang diterima. Fungsi dari kartu stok yaitu untuk melihat
sisa stok yang ada digudang untuk membuat perencanaan pengadaan di tahun
selanjutnya. Pelaporan SIMAKBMN harus dilaporkan pada setiap bulan.
31
N. Penentuan Expired Date
33
sampling (pengambilan sample secara acak), stratified sampling (sampel di
ambil berdasarkan prosedur untuk memastikan bagian yang berbeda batch.
Misalnya pengambilan sampel serbuk di drum, maka drum akan dibagi menjadi
3 bagian atas, tengah, dan bawah. Pada bagian atas diambil 3 sampel, tengah 3
sampel dan bawah 3 sampel), kemudian teknik systematic sampling (sampel
diambil pada interval yang sama pada batch. Contohnya mengambil 10 tablet
setiap setengah jam atau setiap 1000 tablet, cara ini biasa digunakan In Process
Control sediaan farmasi), Composite sampling (mengumpulkan sub sampel
kedalam satu sampel yang homogen untuk analisis). Alat pengambilan sampel
terdiri dari :
1. Dip tubes digunakan untuk mengambil sampel bahan cair dan setengah padat.
2. Weighted Container untuk mengambil sampel dari wadah penyimpanan dan
tangki besar
3. Alat sampling bahan baku padat ialah Thief Sampler. Thief Sampler
mempunyai banyak macam tergantung dari jenis bahan baku sendiri yang
datang. Alat tersebut umumnya memiliki 3 macam lubang tujuannya agar
mendapatkan isi dari semua sisi bagian pengemas bahan baku serta terhindar
dari pemalsuan bahan baku.
P. Izin Industri dan Izin Edar Produk di BAGFARMAPOL
Industri farmasi merupakan suatu badan usaha yang memiliki izin dari
Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi menurut PERMENKES
No.1799 Th 2010 yaitu berbadan usaha berupa perseroan terbatas; memiliki
rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat; memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak; memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga
Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu; dan komisaris dan direksi tidak pernah
terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang kefarmasian.
Alat pelindung diri adalah alat yang digunakan oleh tenaga kerja saat
bekerja di lingkungan kerja untuk melindungi seluruh / sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya. Alat pelindung diri yang
digunakan yaitu Helm atau penutup kepala, pelindung mata seperti (kaca mata,
goggles, dan face shield), sarung tangan, pelindung pernapasan (Masker),
Penutup telinga (Ear Muffler), Safety belt, Body harness, Pakaian pelindung
(baju laboratorium), Pelindung kaki (sepatu dan boots).
36
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. Kesimpulan
37
ilmu dan pengalaman untuk calon apoteker dalam mempersiapkan diri
38
untuk dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai Apoteker di
Industri.
B. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
Anni. 2012. Pena 3 Or Pam akan ep on Bat Fils 2012. Tata Cara Sertifikasi Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: BPOM RI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 18 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 Tentang Kesehatan. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Industri Farmasi. Jakarta
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri Edisi
Ketiga. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik Sektor Kesehatan. Diakses dari
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/111928/permenkes-no-26-tahun-
2018
Peraturan BPOM. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 34
Tahun 2018 Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik, BPOM RI.2018
Priyambade Bambar, 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta
Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol:
Skep/50/VII/1977, Jakarta.
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 2. Produk BAGFARMAPOL
42
43
Lampiran 3. KIT Narkotika dan Psikotropika
44
Lampiran 5. KIT Identifikasi Prekursor
45
Lampiran 7. KIT Sidik Jari dan Krim Penyamaran Pasukan
46
Lampiran 9. Form Tanda Terima Sisa Sampel Pemeriksaan Barang Bukti
47
Lampiran 11. Thief Sampel
48
Lampiran 13. Label
49