Anda di halaman 1dari 16

Masalah Klinis Yang Dapat Terjadi Pada Tingkat

Sel Dalam Tubuh : Kanker Serviks

“Biologi”

Disusun Oleh :
Neneng Tramilah
2020243079

Dose Pembimbing :
Lisa Fradisa, Mpd

Program Studi Sarjana Keperawatan


Universitas Perintis Indonesia
2020/2021

i
Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena


berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Masalah Klinis Yang Dapat Terjadi Pada Tingkat Sel Dalam Tubuh : Kanker
Serviks”.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan


bimbingan dari berbagai pihak.Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik.Semoga bimbingan, bantuan dan petunjuk yang telah diberikan mendapat
balasan dari Allah SWT.Amiin ya rabbal ‘alamin.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna.Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengarahkan kepada
perbaikan.Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan
pendidikan.

Padang, Oktober 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Umum.....................................................................................................2
C. Tujuan Khusus....................................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi...............................................................................................3
C. Klasifikasi...........................................................................................................4
D. Etiologi................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis...............................................................................................7
F. Patofisiologi........................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................9
H. Penatalaksanaan..................................................................................................10
I. Komplikasi..........................................................................................................11
BAB III Penutup.............................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
Daftar Pustaka...........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan suatu pertumbuhan sel abnormal yang dapat menyerang
organ-organ tubuh. Penyakit kanker rmerupakan kasus terbanyak kedua yang dapat
menyebabkan kematian secara global, yakni 8,8 juta kematian pada tahun 2015
(WHO, 2017). Menurut WHO, kanker merupakan salah satu dari empat jenis Penyakit
Tidak Menular (PTM) utama. Selain kanker terdapat penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung koroner dan stroke), penyakit pernapasan kronis (asma dan
penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013).
Pada tahun 2016 di Amerika ditemukan kasus baru kanker sebanyak 1.685.210
kasus dan 595.690 orang meninggal karena kanker atau sekitar 1.630 orang per hari
(American Cancer Society,2016). Berdasarkan laporan dari Institute català
d’oncologia (ICO) human papilloma virus (HPV) information centre (2017)
menyatakan bahwa kanker serviks merupakan kanker ke empat paling umum terjadi
pada wanita di seluruh dunia. Kanker serviks adalah kanker yang disebabkan oleh
infeksi human papillomavirus (HPV) yang merupakan suatu penyakit infeksi menular
seksual paling umum di seluruh dunia, dan merupakan penyebab hampir semua kasus
kanker serviks (World Health Organization [WHO],2017).
Setiap tahun ditemukan kasus baru wanita dengan kanker serviks sebanyak
527.624 dan setiap tahunnya juga 265.672 wanita didunia meninggal akibat kanker
serviks. Sebanyak 84% dari total kasus baru yang ditemukan didunia terjadi dinegara
berkembang (ICO HPV information centre,2017).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia dan kanker
serviks menempati urutan kedua sebagai kanker paling umum yang terjadi pada
wanita di Indonesia. Berdasarkan laporan dari ICO HPV information centre (2017)
menyatakan bahwa estimasi kanker serviks di Indonesia setiap tahunnya sebanyak
20.928 wanita dan 9.498 meninggal karena penyakit ini. Berdasarkan laporan yang
diperoleh dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan [BPJS] menyatakan bahwa
di Indonesia pada tahun 2016 jumlah kasus kanker serviks sebesar 19.758 kasus.
Prevalensi kanker serviks di Sumatera Barat berada pada posisi ke 8 dari 34
Provinsi di Indonesia yakni sebesar 0,9% atau sekitar 2.285 orang sudah dideteksi

1
kankers serviks (Data dan Informasi Kementerian Kesehatan [Infodatin
Kemenkes],2015). Provinsi Sumatera Barat mempunyai target pada tahun 2016
sebanyak 144.453 wanita diwilayah Provinsi Sumatera Barat harus melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Namun setelah dievaluasi,hanya 35.273
orang (24.42%) wanita yang melakukan deteksi dini kanker serviks, dimana 649
orang (1,84%)diantaranya dinyatakan positif (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat [Dinkes Sumbar],2016)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Sumatera Barat (Riskesdas Sumbar)
(2013) Kota Padang berada di urutan ke lima dengan prevalensi kanker tertinggi yakni
sebesar 2,5 per 1.000 penduduk, hal ini menunjukkan masih tingginya angka kanker
di Kota Padang. Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Barat (2014) memaparkan
bahwa hasil pemeriksaan deteksi dini kanker serviks positif tertinggi adalah Kota
Padang dengan 50 kasus.

B. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan mendeteksi kelainan atau masalah klinis yang dapat
terjadi pada tingkat sel dalam tubuh ( Ca Serviks)

C. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kanker serviks
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi Fisiologi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Penunjang
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Kanker Serviks

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan


pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat
yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan salah
satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam
Padila, 2012). Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan
merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila,
2012).

B. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah
sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke

3
bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks,
rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks
terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya
sekitar 1 inci. Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di
kenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal,
membuka untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau
kanal endoserviks, adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke
dalam uterus. Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks
(Langhorne, Fulton, dan Otto, 2011).
Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut zona
transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau
kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau
mempromosikan kehamilan. Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh
rapuh, sel-sel epitel kolumnar digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini
sangat rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang
tinggi dan tingkat pematangan sel rendah (Rahayu, 2015).

C. Klasifikasi Kanker Serviks


Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia berat terjadi
pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan dengan karsinoma insitu.
2. Stadium Karsinoma Insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan epidermis
menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh di daerah
ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan endoserviks.
3. Stadium Karsinoma Mikroinvasif
Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel
meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik dan
hanya ditemukan pada skrining kanker.

4
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).

Makroskopik

1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa

2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum

3. Stadium setengah lanjut


Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio

4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).

Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

5
1. Stage 0: Ca. Pre invasive
2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).

D. Etiologi Kanker Serviks


Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan
predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan
seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun
dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah Kehamilan dan Partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin
sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah Perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi Virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma (HPV) atau virus
kondiloma akuminata diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Soal Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah
mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
6
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi serviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Padila, 2012).
8. Radioterapi dan Pap Smear
Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya radioterapi
sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma. Meningkatnya
penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi masih merupakan salah
satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di negara-negara berkembang
karena kurangnya program skrining (Rubina Mukhtar, 2015).

E. Manifestasi Klinis Kanker Serviks


1. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan
baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi
lambat.
2. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.
Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi
sehingga cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).

Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:

1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh.


Terkadang bercampur darah.
2. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
3. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh
darah dan semakin lam semakin sering terjadi.
4. Perdarahan pada wanita menopause
5. Anemia
6. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total
7. Nyeri

7
a. Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
b. Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.

F. Patofisiologi Kanker Serviks


Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol
pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar junction
(SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan endoserviks
kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks
yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau
kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas
seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum,
sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks,
Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini
rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut.

8
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena
trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa
disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah.
Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses
metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal
yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy.nKelemahan, hanya dapat memeriksa
daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar
junction dan intraservikal tidak terlihat.
9
4. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).

H. Penatalaksanaan Kanker Serviks


1. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
2. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi
a. Kerentanan kandungan kencing
b. Diarrhea
c. Perdarahan rectal
d. Fistula vesico atau rectovaginasis
4. Operasi
a. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
b. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
5. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat
mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga
menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.
6. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-
10 minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).

10
7. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar,
2015).

I. Komplikasi Kanker Serviks


Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi
perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price, 2005).
Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering dipersulit oleh
pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir selalu dikaitkan
dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien dengan tumor yang
sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari fistula
vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung kemih.
Kompresi eksternal dari rektum oleh tumor primer besar dapat menyebabkan sembelit
(Rubina Mukhtar, 2015).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat
yang jauh (metastasis).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan
luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country:
Pakistan. US: Global Journal.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.

13

Anda mungkin juga menyukai