“Biologi”
Disusun Oleh :
Neneng Tramilah
2020243079
Dose Pembimbing :
Lisa Fradisa, Mpd
i
Kata Pengantar
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna.Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dan mengarahkan kepada
perbaikan.Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan
pendidikan.
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Umum.....................................................................................................2
C. Tujuan Khusus....................................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................................3
B. Anatomi Fisiologi...............................................................................................3
C. Klasifikasi...........................................................................................................4
D. Etiologi................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinis...............................................................................................7
F. Patofisiologi........................................................................................................8
G. Pemeriksaan Penunjang......................................................................................9
H. Penatalaksanaan..................................................................................................10
I. Komplikasi..........................................................................................................11
BAB III Penutup.............................................................................................................12
A. Kesimpulan.........................................................................................................12
Daftar Pustaka...........................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker merupakan suatu pertumbuhan sel abnormal yang dapat menyerang
organ-organ tubuh. Penyakit kanker rmerupakan kasus terbanyak kedua yang dapat
menyebabkan kematian secara global, yakni 8,8 juta kematian pada tahun 2015
(WHO, 2017). Menurut WHO, kanker merupakan salah satu dari empat jenis Penyakit
Tidak Menular (PTM) utama. Selain kanker terdapat penyakit kardiovaskular
(penyakit jantung koroner dan stroke), penyakit pernapasan kronis (asma dan
penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2013).
Pada tahun 2016 di Amerika ditemukan kasus baru kanker sebanyak 1.685.210
kasus dan 595.690 orang meninggal karena kanker atau sekitar 1.630 orang per hari
(American Cancer Society,2016). Berdasarkan laporan dari Institute català
d’oncologia (ICO) human papilloma virus (HPV) information centre (2017)
menyatakan bahwa kanker serviks merupakan kanker ke empat paling umum terjadi
pada wanita di seluruh dunia. Kanker serviks adalah kanker yang disebabkan oleh
infeksi human papillomavirus (HPV) yang merupakan suatu penyakit infeksi menular
seksual paling umum di seluruh dunia, dan merupakan penyebab hampir semua kasus
kanker serviks (World Health Organization [WHO],2017).
Setiap tahun ditemukan kasus baru wanita dengan kanker serviks sebanyak
527.624 dan setiap tahunnya juga 265.672 wanita didunia meninggal akibat kanker
serviks. Sebanyak 84% dari total kasus baru yang ditemukan didunia terjadi dinegara
berkembang (ICO HPV information centre,2017).
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia dan kanker
serviks menempati urutan kedua sebagai kanker paling umum yang terjadi pada
wanita di Indonesia. Berdasarkan laporan dari ICO HPV information centre (2017)
menyatakan bahwa estimasi kanker serviks di Indonesia setiap tahunnya sebanyak
20.928 wanita dan 9.498 meninggal karena penyakit ini. Berdasarkan laporan yang
diperoleh dari Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan [BPJS] menyatakan bahwa
di Indonesia pada tahun 2016 jumlah kasus kanker serviks sebesar 19.758 kasus.
Prevalensi kanker serviks di Sumatera Barat berada pada posisi ke 8 dari 34
Provinsi di Indonesia yakni sebesar 0,9% atau sekitar 2.285 orang sudah dideteksi
1
kankers serviks (Data dan Informasi Kementerian Kesehatan [Infodatin
Kemenkes],2015). Provinsi Sumatera Barat mempunyai target pada tahun 2016
sebanyak 144.453 wanita diwilayah Provinsi Sumatera Barat harus melakukan
pemeriksaan deteksi dini kanker serviks. Namun setelah dievaluasi,hanya 35.273
orang (24.42%) wanita yang melakukan deteksi dini kanker serviks, dimana 649
orang (1,84%)diantaranya dinyatakan positif (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat [Dinkes Sumbar],2016)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Sumatera Barat (Riskesdas Sumbar)
(2013) Kota Padang berada di urutan ke lima dengan prevalensi kanker tertinggi yakni
sebesar 2,5 per 1.000 penduduk, hal ini menunjukkan masih tingginya angka kanker
di Kota Padang. Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Barat (2014) memaparkan
bahwa hasil pemeriksaan deteksi dini kanker serviks positif tertinggi adalah Kota
Padang dengan 50 kasus.
B. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan mendeteksi kelainan atau masalah klinis yang dapat
terjadi pada tingkat sel dalam tubuh ( Ca Serviks)
C. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian kanker serviks
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Anatomi Fisiologi
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Klasifikasi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi
5. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Pemeriksaan Penunjang
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Penatalaksanaan
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah
sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke
3
bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks,
rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks
terbuat dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya
sekitar 1 inci. Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di
kenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal,
membuka untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau
kanal endoserviks, adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke
dalam uterus. Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks
(Langhorne, Fulton, dan Otto, 2011).
Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut zona
transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau
kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau
mempromosikan kehamilan. Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh
rapuh, sel-sel epitel kolumnar digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini
sangat rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang
tinggi dan tingkat pematangan sel rendah (Rahayu, 2015).
4
4. Stadium Karsinoma Invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar dan
bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior atau
anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan formiks posterior atau
anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.
5. Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan dapat
mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk pertumbuhan
ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat laun lesi
berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).
Makroskopik
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus dengan
jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).
5
1. Stage 0: Ca. Pre invasive
2. Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
3. Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi
4. Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
5. Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian proksimal
6. Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
7. Stage IIIb : sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
7
a. Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam
berkemih, nyeri di daerah di sekitar panggul.
b. Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi
pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya.
8
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena
trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa
disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah.
Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses
metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal
yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy.nKelemahan, hanya dapat memeriksa
daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar
junction dan intraservikal tidak terlihat.
9
4. Kolpomikroskopi
melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).
10
7. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar,
2015).
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat
yang jauh (metastasis).
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks
dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan
luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bilotta, Kimberly A. J. 2011. Kapita Selekta Penyakit: Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC.
Mukhtar, Rubina., et al. 2015. Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country:
Pakistan. US: Global Journal.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Media.
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan bina pustaka.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC.
Rahayu, Dedeh Sri. 2015. Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.
13