Anda di halaman 1dari 4

Nama : Wulan Irtiyana Zahra

NIM : P05150220077
Kelas : 1B D3 Farmasi
Dosen : Bunda Dira Irnameria
Tugas K3 Tentang Artikel Mengenai Limbah Infeksius dan Cara Penanganannya

Meninjau Aturan dan Pengelolaan Limbah Infeksius dan


Sampah Rumah Tangga Era COVID-19

Salah satu masalah di tengah pandemi adalah limbah infeksius (A337-1) dan sampah rumah
tangga dari penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Limbah infeksius merupakan
limbah medis yang tergolong sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah infeksius
tersebut berupa masker bekas, sarung tangan bekas, perban bekas, tisu bekas, plastik bekas
minuman dan makanan, kertas bekas makanan dan minuman. Alat suntik bekas, set infus bekas,
alat pelindung diri (APD), hingga sisa makanan pasien. Berbagai limbah tersebut juga terdapat dari
orang dalam badan (ODP) yang menjalani karantina mandiri di rumah.
Dilansir dari Tempo.co , 24 Juni 2020, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan  Siti
Nurbaya  Bakar menyebutkan, volume limbah medis infeksius di seluruh Indonesia hingga 8 Juni
2020 mencapai lebih dari 1.100 ton. Begitu yang dinyatakan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Rabu, 24
Juni 2020.

Angka itu belum bisa disebut total karena [saat itu] masih ada empat provinsi yang belum
menyerahkan data limbah medis yang terutama muncul selama pandemi COVID-19.
“Tapi terus kita kejar, sampai kemarin Lampung belum masuk malam masuk. Kita akan kontrol lagi
dan tindak lanjuti itu, ”ujar Siti Nurbaya.
Dari angka sementara yang dilaporkan pemerintah daerah itu, tercatat limbah berbahaya dan
beracun atau B3 dari penanganan COVID-19 terbanyak berasal dari Wilayah II yang berada di Pulau
Jawa dengan sebanyak 478,18 ton.
Adapun pemerintah provinsi yang termasuk dalam Region II adalah Banten, DKI Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah melapor.
Sementara limbah B3 COVID-19 terbanyak kedua berasal dari Region III Bali Nusa Tenggara
sebesar 200,36 ton dan disusul oleh Region IV yakni Kalimantan sebesar 168,76 ton.
Berikutnya adalah Region I Sumatera (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi,
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung yang sudah melapor), jumlah
limbahnya mencapai 147,62 ton.
Untuk Region V Sulawesi (semua sudah melapor) menghasilkan limbah B3 COVID-19
sebanyak 94,89 ton dan limbah B3 dari Region VI Maluku Papua (Maluku, Papua, Papua Barat yang
sudah melapor) mencapai 18,73 ton.
Dari kajian yang sudah dilakukan, pemerintah menilai pengelolaan limbah B3 secara termal dalam
fasilitas kelihatannya sudah bisa dipetakan. Yang masih tidak memiliki pengolahan limbah B3
berizin yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Kalimantan Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua
Barat dan Papua.
Sedangkan yang sudah ada pengolahan limbah medis yang berada di Kepulauan Riau, Kalimantan
Tim, Banten, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Limbah infeksius organisme terkontaminasi patogen dalam jumlah dan virulensi yang
cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
Jika tidak dikelola dengan baik, limbah medis dari penanganan pasien dengan penyakit yang
dikhawatirkan menjadi sumber penularan penyakit bagi orang-orang sekitar.
Dikarenakan limbah infeksius sangat berbahaya bagi setiap orang, pemusnahan limbah infeksius
secara tepat dan benar sangat penting untuk memutus mata rantai penularan virus.
Untuk mengatasinya, Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
telah merilis Surat Edaran No. SE.02 / PSLB3 / PLB.3 / 3/2020 tentang Pengelolaan Limbah
Infeksius (Limbah B3 dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan COVID-19.
Surat Edaran ini merupakan pemula bagi pemerintah daerah dalam melakukan penanganan tiga
hal. Pertama, limbah infeksius yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan. Kedua, limbah
infeksius yang berasal dari rumah tangga yang terdapat ODP. Ketiga, sampah rumah tangga dan
sampah rumah tangga.
Penanganan limbah infeksius dan pengelolaan sampah rumah tangga dari penanganan
COVID-19, dilakukan langkah-langkah penanganan sebagai berikut:
Pertama, untuk limbah infeksius yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan. Yang
dihasilkan perlu diketahui bahwa menyimpan limbah infeksius dalam kemasan yang tertutup
paling lama 2 hari sejak. Setelah itu dilakukan pemusnahan limbah dengan metode penanganan
limbah B3. Untuk hal ini dibutuhkan fasilitas insinerator dengan suhu pembakaran minimal 800 °
C. Atau bisa juga autoclave yang dilengkapi dengan pencacah ( shredder) ).
Residu hasil pembakaran atau cacahan hasil autoclave lalu dikemas dan dilekati simbol
“Beracun” dan label Limbah B3 yang selanjutnya disimpan di Tempat Penyimpanan Sementara
Limbah B3 dan kemudian diserahkan kepada pengelola Limbah B3.
Kedua, limbah infeksius dari ODP yang berasal dari rumah tangga. Tahap penangannya
dimulai dari pengumpulan infeksius berupa limbah APD antara lain berupa masker, sarung tangan
dan baju pelindung diri. Lalu mengemas tertutup dengan menggunakan wadah.
Setelah itu macet dan memusnahkan pada pengolahan Limbah B3; memberikan informasi kepada
masyarakat tentang pengelolaan limbah yang bersumber dari masyarakat, seperti limbah APD
antara lain berupa masker, sarung tangan, pelindung diri, dikemas dengan menggunakan wadah
tertutup yang bertuliskan “Limbah Infeksius”.
Kemudian petugas dari dinas yang bertanggung jawab di bidang lingkungan hidup, kebersihan dan
kesehatan melakukan pengambilan setiap sumber untuk diangkut ke lokasi yang telah ditentukan
sebelum diserahkan ke pengolah Limbah B3.
Ketiga , pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah rumah tangga. Untuk hal ini yang
paling mendasar adalah seluruh petugas kebersihan atau pengangkut sampah wajib dilengkapi
dengan APD khususnya masker, sarung tangan dan sepatu keselamatan yang setiap hari harus
disucihamakan.
Dalam upaya mengurangi timbulan sampah masker, maka kepada masyarakat yang sehat
dihimbau untuk menggunakan masker guna ulang yang dapat diterima setiap hari.
Kepada 'masyarakat Yang Sehat Dan using masker Sekali pakai ( masker sekali pakai ) diharuskan
untuk review merobek, memotong ATAU menggunting masker tersebut Dan dikemas rapi
SEBELUM dibuang Ke tempat sampah untuk review menghindari penyalahgunaan. Dan pemerintah
daerah siapkan tempat sampah / dropbox khusus masker di ruang publik.
Melalui Surat Edaran Direktur Jenderal PSLB3 Nomor S-194 / PSLB3 / PLB.2 / 4/2020
tanggal 20 April 2020 perihal Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Medis dari Kegiatan
Penanganan Covid-19 ditegaskan kembali kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi seluruh
Indonesia, KLHK terus memproses pelaporan dan pemutakhiran data timbulan dan pengelolaan
limbah Covid-19 untuk tiap propinsi.
Dengan sedikit tambahan dalam petunjuk teknis, limbah medis rumah tangga dapat dikelola di
fasilitas pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).

Selain itu Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengelola limbah medis dengan
cara yang tepat seperti dirilis dari Medical Waste.
 Sampah umum seperti tisu, kapas dan bahan yang tidak terkena limbah infeksius digabung
dengan sampah biasa untuk dibuang.
 Benda tajam harus digabung, terlepas apakah terkontaminasi atau tidak, dan harus
dimasukkan ke wadah anti bocor (biasanya terbuat dari logam atau plastik berkepadatan
tinggi dan tidak tembus) Kantung dan wadah untuk limbah infeksius harus ditandai dengan
lambang atau tulisan zat infeksius.
 Limbah yang sangat menular jika memungkinkan, segera disterilkan dengan autoklaf.
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda
menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15
menit. Limbah sitotoksik, sebagian besar diproduksi di rumah sakit besar atau fasilitas
penelitian, harus dikumpulkan dalam wadah yang kuat dan anti bocor dengan jelas diberi
label "Limbah sitotoksik".
 Sejumlah kecil limbah kimia atau farmasi dapat dikumpulkan bersama dengan limbah
infeksius. Sejumlah besar obat-obatan kedaluwarsa atau kedaluwarsa yang disimpan di
bangsal atau departemen rumah sakit harus dikembalikan ke apotek pembuangan.
 Limbah kimia dalam jumlah besar harus dikemas dalam wadah tahan bahan kimia dan
dikirim ke fasilitas pengolahan khusus (jika tersedia).
 Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (misalnya kadmium atau merkuri)
harus dikumpulkan secara terpisah. Wadah aerosol dapat dikumpulkan dengan limbah
layanan kesehatan umum. Limbah infeksius radioaktif tingkat rendah.
 Apusan jarum suntik untuk penggunaan diagnostik atau terapeutik) dapat dikumpulkan
dalam kantong atau wadah kuning untuk limbah infeksius jika ini ditujukan untuk
pembakaran.

Sumber :
 https://www.mongabay.co.id/2020/09/23/meninjau-aturan-dan-pengelolaan-limbah-
infeksius-dan-sampah-rumah-tangga-era-covid-19/
 https://tirto.id/apa-itu-limbah-medis-dan-bagaimana-cara-menanganinya-ei2F

Anda mungkin juga menyukai