Anda di halaman 1dari 5

POLICY BRIEF

STRATEGI RUMAH SAKIT DALAM PENANGANAN LIMBAH


MEDIS PADA MASA PANDEMI COVID-19 PADA TAHUN 2021 DI
RSUD ……

Oleh : SUJITO

A.Ringkasan Eksekutif
Limbah medis adalah segala jenis sampah yang mengandung bahan
infeksius (atau bahan yang berpotensi infeksius).Jenis limbah medis yaitu, infeksius,
benda tajam, bahan kimia kadaluarsa, radio aktif, logam berat, dan sitotoksin.Adapun
bentuk limbah medis diantaranya masker dan sarung tangan bekas, plastik/kertas
bekas minuman dan makanan, alat pelindung diri bekas, alat suntik dan set infus
bekas, serta perban da tisu bekas.

Pandemi Covid-19 menyebabkan kuantitas limbah medis di tanah air meningkat.


Dari sekitar 296 ton per hari pada saat sebelum pandemi menjadi sekitar 382 ton per hari
atau naik sekitar 30%. Limbah-limbah tersebut berasal dari 2.852 rumah sakit, 9.909
puskesmas, dan 8.841 klinik. Kenaikan produksi limbah medis berbanding lurus dengan
peningkatan penggunaan peralatan medis. Sebab tiap satu pasien Covid-19 dapat
menghasilkan 20 limbah alat pelindung diri (APD). Berdasarkan studi kasus di Tiongkok,
tiap satu pasien memproduksi 14,3 kilogram limbah medis setiap harinya. Sejak sebelum
pandemi, persoalan limbah medis di Indonesia banyak menuai masalah.
Dengan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia, KLHK telah menyampaikan
surat No S-194/PSLB3/PLB.2/4/2020 tanggal 20 April 2020 perihal Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah B3 Medis dari Kegiatan Penanganan Covid-19 kepada Kepala
DLH provinsi seluruh Indonesia, di mana berdasarkan laporan yang
diterima KLHK sampai dengan 4 Februari 2021, jumlah timbulan limbah Covid-19
sebanyak 6.417,95 ton, Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 (PSLB3).
jumlah limbah medis pasien COVID-19 di Indonesia yang dilaporkan fasilitas
kesehatan mencapai 158,5 ton per hari. Angka ini berdasarkan perhitungan jumlah
pasien terkonfirmasi positif covid 19

B. Pendahuluan
Sudah sekitar satu tahun terakhir Wabah Virus Corona melanda dan telah
banyak memberikan dampak pada berbagai sektor kehidupan, termasuk sektor
lingkungan hidup. Pasalnya, selama pandemi, limbah bekas masker dan peralatan
medis lainnya tiap harinya meningkat. Jumlah limbah medis yang dihasilkan dari
penanganan covid-19 terus bertambah seiring dengan meningkatnya angka
penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini. Limbah medis ini
tidak hanya dihasilkan dari aktivitas fasilitas kesehatan, namun juga dari penggunaan
alat pelindung diri (APD) masyarakat sehari-hari seperti masker sekali pakai dan face
shield.

Kenaikan jumlah kasus Covid-19 hingga 25 sampai 50 persen terjadi juga di


dharmasraya, Rumah sakit telah bersiap menghadapi potensi tersebut, mulai dari
kesiapan tenaga medis hingga pengolahan limbahnya. Limbah medis yang timbul
dari alat-alat yang digunakan dalam penanganan covid-19 juga meningkat 4 kali lipat
dari sebelumnya. Sebelum terjadinya pandemi limbah medis hanya berjumlah 500 kg
perbulannya, setelah terjadi pandemi limbah medis meningkat sampai 1 ton lebih
perbulannya.

C. Permasalahan
Limbah medis tergolong ke dalam limbah B3 yang pengelolaannya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun. Pengelolaan limbah B3 dilakukan dengan prinsip
kewaspadaan dan menggunakan metode pengelolaan limbah yang aman dan ramah
lingkungan. Dibutuhkan perlakuan dan fasilitas khusus sejak limbah itu dihasilkan
(from cradle) hingga dimusnahkan (to grave).
Limbah medis Covid-19 perlu ditangani secara serius. Penelitian
membuktikan bahwa penyebab Covid-19, virus Severe Acute Respiratory Syndrome
Coronavirus 2 (SARS-CoV-2), mampu bertahan dalam kondisi (suhu dan
kelembapan) tertentu. Butuh waktu beberapa hari bagi virus tersebut untuk tidak aktif
menulari manusia, tergantung pada jenis material permukaan media hidupnya.
Namun, dengan proses disinfeksi standar (penggunaan sabun, disinfektan atau
dengan pemanasan) virus tersebut akan mudah untuk tidak aktif atau dengan kata
lain tidak menular (Chin, dkk, 2020).

Limbah medis terdiri dari fase cair dan padat. Namun limbah medis cair
dihasilkan terbatas pada fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) sehingga
penanganannya dapat lebih mudah dilakukan. Penanganan limbah medis fasyankes
diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Tahun
2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Berdasarkan hasil kajian dari rumah sakit , ditemukan sejumlah
permasalahan yang berpotensi menjadi hambatan dalam penanganan limbah medis
di rumah sakit dharmasraya pada mada pandemi. Diantaranya penyebabnya
adalah;Limbah medis Covid-19 dihasilkan oleh beberapa sumber, khusus yang
digunakan untuk pasien terkait Covid-19 . Menghadapi Covid-19 yang
penyebarannya sangat cepat dan mudah, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
menjadi sebuah keharusan. APD, yang umumnya terdiri dari masker, sarung tangan,
baju, penutup kepala, sebagian besar berbahan dasar plastik dengan masa
penggunaan sekali pakai (single use).
Hal ini menyebabkan timbulan limbah medis bekas APD melonjak secara
signifikan. Selain itu, limbah medis Covid-19 juga dapat berupa spesimen, bahan
farmasi bekas, alat kesehatan bekas, dan kemasan bekas makanan/minuman pasien
Covid-19. Peningkatan jumlah pemakaian masker dan sarung tangan pada tingkat
rumah tangga pula perlu mendapatkan perhatian khusus. Terlebih limbah medis
rumah tangga lebih berpotensi tercampur dengan sampah rumah tangga lainnya
sehingga membahayakan petugas angkut sampah yang umumnya bekerja tanpa
APD atau menggunakan APD yang tidak memadai.
Perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan dan pemusnahan limbah
B3 pun masih minim. Kementerian LHK mencatat, pada 2020, baru ada 14
perusahaan pengelolaan limbah B3 medis, yang tersebar di Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Timur. Semua limbah
medis B3 harus dimusnahkan di tempat insinerator atau pembakaran. Dan
membutuhkan peningkatan biaya dalam penanganan kasus limbah medis.
Wabah Covid-19 seharusnya dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk
memperbaiki sistem pengelolaan sampah dan pengelolaan limbah B3. Penerapan
pemilahan sampah dan limbah B3 sedari sumber merupakan salah satu upaya untuk
memutus rantai penyebaran Covid-19 melalui limbah medis.

D. Implementasi dan Rekomendasi

Agar implementasi pelaksanaan penanganan limbah medis pada mada pandemi


dapat berhasil dengan baik , maka diperlukan strategi kebijakan berupa:
1. Perlu regulasi yang baru dalam pengolahan limbah medis, karena Teknologi
pengolahan masih tergantung pada insinerator. Faktanya, teknologi ini sudah
mulai ditinggalkan karena berpotensi mengemisikan merkuri dan dioksin. Selain
itu, khusus untuk penanganan limbah medis, insinerator dinilai overkill boros, dan
rawan penyalahgunaan (korupsi).
2. Sebagai solusi jangka pendek, pelibatan pihak industri yang memiliki fasilitas
insinerasi perlu dipertimbangkan
3. Pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang sehat bagi jasa pengolah dan
pengangkutan limbah medis. Rendahnya investasi usaha bidang ini salah
satunya diakibatkan oleh perizinan yang rumit. Bila perlu, saat minat investor
masih dirasa rendah, pemerintah harus tetap hadir dengan mengembangkan
jasa pengolahan limbah medis berbasis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
4. Pemerintah perlu mengembangkan skema pembiayaan dalam rangka
mendukung pengelolaan limbah medis yang sangat membebani fasyankes di
masa-masa sulit seperti sekarang.
5. DPR diharapkan dapat mengarahkan pemerintah untuk mengembangkan
teknologi pengelolaan limbah medis yang tidak hanya bergantung pada teknologi
insinerasi, menyebarkan fasilitas pengolahan tersebut ke seluruh Indonesia,
serta meningkatkan iklim investasi jasa pengolahan dan pengangkutan limbah
medis
Referensi

Chin, A., dkk. 2020. “Stability of SARSCoV-2 in Different Environmental Conditions”. Lancet
Microbe. https://doi.org/10.1016/S2666- 5247(20)30003-3, diakses 26 Juni 2021

Penanganan Limbah Medis Covid-19 - Medcom.id Penanganan Limbah Medis Covid-19 -


Medcom.id
Limbah Medis Covid-19 Menumpuk, Ini Tanggapan Kemenkes | Republika Online » Politik |
Republika Online
Pasien Covid-19 Meningkat, Ombudsman Sebut Limbah Medis Bisa 200 Ton Per Hari
(kompas.com)

https://katadata.co.id/ariayudhistira/infografik/5f769ce5c4d5c/limbah-medis-melimpah-
selama-pandemi Limbah Medis Melimpah Selama pandemic “

https://mediaindonesi.com/humaniora/384804/urgensi-pengelolaan-limbah-medis-di-masa-
pandemi-covid-19

https://bangka.tribunnews.com/2021/02/19/limbah-medis-selama-pandemi-covid-19-harus-
dimusnakan-pakai-insinerator-begini-cara-penanganannya. BangkaPos.com dengan judul
Limbah Medis Selama Pandemi Covid-19 Harus Dimusnakan Pakai Insinerator, Begini Cara
Penanganannya  

https://www.tribunnews.com/corona/2021/05/21/cegah-penyebaran-wabah-covid-melalui-
limbah-medis-rumah-sakit-gandeng-ppli.
Tribunnews.com dengan judul Cegah Penyebaran Wabah Covid Melalui Limbah Medis,
Rumah

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.

Anda mungkin juga menyukai