Abstrak
Limbah medis dari penanganan covid-19 harus segera dimusnahkan.Berdasarkan SPO
pengelolaan limbah vaksinasi, penyimpanannya tidak diperkenankan melebihi 48 jam, sehingga
mengharuskan fasyankes melakukan pengangkutan tidak lebih dari 3 hari jika tidak memiliki cold
storage. Bagaimanakah upaya yang dilakukan di Puskesmas dalam pengangkutan limbah
vaksinasi agar sesuai dengan SPOpengelolaan limbah vaksinasi covid–19.Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui bagaimana pengelolaan limbah medis vaksinasi di Puskesmas dan upaya yang
dilakukan agar tidak menyalahi SPO. Metode yang digunakan observasional dengan analisis
deskriptif. Hasil analisa dan pembahasan menunjukkan proses pengelolaan limbah medis vaksinasi
di Puskesmas Perawatan Ngletih adalahpetugas pelaksana vaksinasi sudah melakukan pemilahan
limbah medis berdasarkan kriteria jenis limbah dalam wadah yang sudah ditentukan, untuk
alkohol swab, masker, sarung tangan dan APD lainnya masuk ke dalam kantong plastik warna
kuning, sedangkan botolvial, spuit dan jarum masuk ke dalam safety box. Sedangkan upaya yang
dilakukan dalam pemenuhan kriteria pengangkutan adalah dengan membedakan kegiatan
penyimpanan dan pencatatan limbah medis vaksinasi covid-19 dengan limbah medis
lainnya.Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pengelolaan limbah medis vaksinasi di Puskesmas
Perawatan Ngletih sudah sesuai kriteria SPO yang ditetapkan.Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan melakukan penyimpanan dan pencatatan secara khusus pada limbah medis
vaksinasi covid-19.
Pendahuluan
Puskesmas adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang dalam penyelenggaraannya
menghasilkan limbahmedis padat,Mirawati et al., (2019). Sebagai fasyankes, puskesmas memiliki
kewajiban untuk memelihara lingkungan dan kesehatan masyarakat serta terhadap limbah yang
dihasilkan tersebut,Nursamsi et al., (2017).Salah satu implikasi dari pelayanan kesehatan akibat
pandemik Covid-19, baik di lingkungan rumah sakit, puskesmas maupun laboratorium pengujian,
adalah limbah medis yang bertambah, khususnya kategori limbah infeksius, dibandingkan kondisi
sebelumnya. Tantangan dalam pengelolaan limbah medis bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Fasyankes) dalam pengelolaan limbah medis tidak hanya dalam kondisi pandemik ini tetapi juga
di masa yang akan datang bila kondisi mulai membaik yang kita sebut dengan normal baru.
Limbah medis vaksinasi covid-19 adalah seluruh limbah yang berkategori infeksius dari aktivitas
pelayanan vaksinasi covid-19 di Fasyankes atau tempat vaksinasi yang ditunjuk salah satunya
adalah di UPTD Puskesmas Perawatan Ngletih Kota Kediri.Perkiraan jumlah dan mekanisme
pengelolaan limbah medis dari vaksinasi Covid-19 dilakukan dengan langkah identifikasi
kebutuhan untuk pengelolaan limbah medis vaksinasi Covid-19. Identifikasi jenis limbah misalnya
jumlah alcohol swab bekas, alat suntik bekas, kapas bekas, sarung tangan bekas, masker bekas dan
alat pelindung diri (APD) bekas lainnya.
Setelah diketahui jenis limbahnya maka diperlukan identifikasi volume dan identifikasi berat
limbah tersebut disesuaikan dengan kapasitas safety box dan kapasitas kantong kuning serta biaya
pengolahan limbah B3 medis.
Limbah medis pandemi ini harus segera dimusnahkan dan tidak diperbolehkan untuk daur ulang
karena untuk memutus mata rantai penularan.Pemerintah telah mengantisipasi penanganan limbah
pandemic dengan Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MLHK) Nomor
SE.02/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3 dan Sampah
Rumah Tangga dari Penanganan Covid – 19.Surat edaran tersebut dapat dijadikan rujukan bagi
penanganan limbah medis khusus pandemi covid – 19.Selain itu yang menjadi rujukan adalah
Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit No.HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid – 19 Setiap
Fasyankes dan Pos Pelayanan vaksinasi Covid – 19 harus melakukan pengelolaan limbahnya.
Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Limbah Vaksinasi Covid – 19 oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa dalam menempatkan limbah medis/infeksius
yang ada di Fasyankes dan seluruh pos pelayanan vaksinasi adalah di Tempat Penyimpanan
Sementara (TPS) Limbah B3 yang dilengkapi dengan lemari pendingin (suhu <0oC) bila
menyimpan lebih dari 48 jam sehingga mengharuskan pihak fasyankes melakukan pengangkutan
tidak lebih dari 3 hari jika tidak memiliki cold storage. Bagaimana upaya yang dilakukan di UPTD
Puskesmas Perawatan Ngletih Kota Kediri dalam hal pengangkutan limbah vaksinasi covid–19
agar sesuai dengan Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Limbah Vaksinasi Covid – 19 dari
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tujuan Penelitian :Untuk mengetahui bagaimana sistem pengelolaan limbah medis vaksinasi
di UPTD Puskesmas Perawatan Ngletih Kota Kediri dan upaya yang dilakukan agar tidak
menyalahi aturan dari Standar Prosedur Operasional Pengelolaan Limbah Vaksinasi Covid – 19
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Metode Penelitian :Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan analisis
deskriptif. Pengambilan data – data yang mendukung variable dilakukan dalam satu waktu dengan
memotret sesaat secara bersamaan (Notoatmojo, 2005). Penelitian ini menggunakan data sekunder
yang ada di Unit Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan observasi terhadap sarana dan prasarana
yang ada.
Pembahasan
Salah satu upaya untuk mengukur keberhasilan program Puskesmas adalah dengan
melakukan penilaian kinerja dan pelaksanaan umpan balik (Sugiharto dan Oktarina,
2013).Termasuk dalam hal ini adalah keberhasilan Puskesmas dalam melakukan pengelolaan
limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan pelayanan.Sesuai dengan teori WHO (2005), bahwa
dalam pelaksanaan pengelolaan limbah medis perlu dilakukan tindakan penyimpanan limbah
dengan ketentuan : kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian.
Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label.Menurut WHO (2007) dalam pengangkutan
limbah, tindakan yang harus dilakukan adalah kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh
diangkut bila teah ditutup, kantung dipegang pada lehernya, petugas harus mengenakan pakaian
pelindung, jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih, petugas
harus melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di dalam kantung
yang salah.
Berikut adalah bagan alir Pengelolaan Limbah Vaksinasi berdasarkan Standar Prosedur
Operasional Pengelolaan Limbah Vaksinasi Covid – 19 dari Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Gambar 1.Pengelolaan Limbah Vaksinasi Covid – 19 Sebelum Revisi
Kesimpulan
1. Pada UPTD Puskesmas Perawatan Ngletih, setiap melakukan tindakan vaksinasi, petugas
pelaksana vaksinasi sudah melakukan pemilahan sesuai arahan dari sanitarian yakni dengan
memisahkan kategori limbah yang dihasilkan. Untuk alcohol swab, masker, sarung tangan dan
APD lainnya masuk ke dalam kantong plastik warna kuning, sedangkan botol/ampul/vial
vaksin, spuit dan jarum masuk ke dalam safety box terpisah yakni jarum berikut spuit masuk
dalam safety box 1 dan vial masuk dalam safety box 2.
2. Perihal pengangkutan limbah medis vaksinasi covid-19, UPTD Puskesmas Perawatan Ngletih
menetapkan untuk kegiatan pengangkutan tetap dilakukan seperti biasanya hanya
membedakan pada kegiatan penyimpanan dan pencatatan limbah medis vaksinasi covid-19
dengan limbah medis lainnya (dengan container terpisah).
Referensi
Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit No.HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk
Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19 setiap
Fasyankes dan Pos Pelayanan Vaksinasi Covid-19 Harus Melakukan Pengelolaan
Limbahnya
Mirawati, Budiman, & Tasya, Z. (2019). Analisis sistim pengelolaan limbah medis padat di
puskesmas pangi kabupaten parigi moutong. Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1).
Mugeni,Sugiharto.,Oktarina.(2011). Pelaksanaan Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas di
Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan- Vol.17 No.1
Januari 2014.
Notoatmojo,S. 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.Rineka Cipta.
Nursamsi, N., Thamrin, T., & Efizon, D. (2017). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat
Puskesmas Di Kabupaten Siak. Dinamika Lingkungan Indonesia, 4(2).
https://doi.org/10.31258/dli.4.2.p.86-98
Perpres RI No.99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka
Penanggulangan Pandemi Covi-19
Permenkes No.101 tahun 2014 tentang Pengelolaan bahan Berbahaya dan Beracun
Permen LHK No.P.56/Menlhk-Sekjen/2015 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Limbah B3
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Surat Edaran Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (MLHK) Nomor
SE.02/PSLB3/PLB.3/3/2020 tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3 dan
Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Covid – 19
UU Nomor 36, tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta.
WHO.2005. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Biodata penulis
Nama lengkap penulis adalah Tina sri wahyuningsih, S.ST, unit kerja di UPTD Puskesmas
Perawatan Ngletih Kota Kediri Provinsi Jawa Timur sejak tahun 2016 sampai dengan sekarang
sebagai Sanitarian. Sebelumnya penulis juga pernah bekerja di UPTD Puskesmas Kota Wilayah
Utara sebagai Penyuluh Kesehatan Masyarakat sejak tahun 2010 sampai dengan 2016.