Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PEMBUANGAN DAN PENGELOLAAN SAMPAH

DI SUSUN OLEH :

Nama : ANNISA SAFITRI


NIM : P07520119056
Kelas : 2B-D3 KEPERAWATAN
Matkul : IKM
Dosen : SURITA GINTING SKM ,M.Kes

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
TA. 2020/2021
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Sampah ini dihasilkan manusia setiap melakukan aktivitas sehari-hari. Pengelolaan sampah
menerapkan paradigma baru yaitu pengelolaan sampah secara holistik dari hulu sampai hilir.
 

B. Jenis Sampah Berdasarkan Sifatnya


1. Sampah Organik (Degradable); Pengertian sampah organik adalah sampah yang dapat
membusuk dan terurai sehingga bisa diolah menjadi kompos. Misalnya, sisa makanan, daun
kering, sayuran, dan lain-lain.
2. Sampah Anorganik (Undegradable); Pengertian sampah anorganik adalah sampah
yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai. Namun, sampah anorganik dapat didaur ulang
menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. Misalnya botol plastik, kertas bekas, karton,
kaleng bekas, dan lain-lain

Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya;


1. Sampah Padat: Sampah pada merupakan material yang dibuang oleh manusia (kecuali
kotoran manusia). Jenis sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan gelas, kaleng bekas,
sampah dapur, dan lain-lain.
2. Sampah Cair: Sampah cair merupakan bahan cair yang tidak dibutuhkan dan dibuang
ke tempah sampah. Misalnya, sampah cair dari toilet, sampai cair dari dapur dan tempat
cucian.
 
Dari sekian jenis sampah, yang paling krusial hingga menjadi perhatian dunia adalah sampah
plastik. Tidak hanya merusak daratan, sampah plastik juga terbawa sampai laut sehingga
mengancam ekosistem laut. Kecenderungan orang menggunakan plastik, jika dilihat dari
kacamata sosiologi merupakan sebuah fenomena dimana orang ingin cepat dan praktis.
Daripada menggunakan bungkus daun dan sebagainya, plastik ini relatif lebih cepat, praktis,
murah dan mudah didapat dimana-mana. Untuk itu perlu ada edukasi tentang pentingnya
pengetahuan bahaya sampah plastik, kesadaran bagaimana menyikapi plastik.
 
Beberapa cara mengurangi sampah plastik
 
1. Membawa tas belanja sendiri
2. Membawa kotak makan sendiri
3. Mengurangi penggunaan tisu basah
4. Menggunakan produk yang dikemas dengan beling kaca atau karton
5. Membawa botol minum sendiri
6. Tidak lagi menggunakan sedotan plastik untuk minuman
7. Melakukan daur ulang sampah plastik
 

C. Dampak Sampah Pada Masyarakat


Pada umumnya sampah memberikan dampak buruk bagi masyarakat, ada tiga dampak
sampah terhadap manusia dan lingkungannya:
 
1. Dampak Sampah Terhadap Kesehatan
Penanganan sampah yang tidak baik akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan
masyarakat di sekitarnya. Sampah tersebut akan berpotensi menimbulkan bahaya bagi
kesehatan, seperti:
1. Penyakit diare, tifus, kolera
2. Penyakit jamur
3. Penyakit cacingan
 
2. Dampak Sampah Terhadap Lingkungan
Selain berdampak buruk terhadap kesehatan manusia, penanganan sampah yang tidak
baik juga mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan. Seringkali sampah yang
menumpuk di saluran air mengakibatkan aliran air menjadi tidak lancar dan berpotensi
mengakibatkan banjir. Selain itu, sampah cair yang berada di sekitar saluran air akan
menimbulkan bau tak sedap.
 
3. Dampak Sampah Terhadap Sosial dan Ekonomi
Penanganan sampah yang tidak baik juga berdampak pada keadaan sosial dan
ekonomi.
Beberapa diantaranya adalah:
1. Meningkatnya biaya kesehatan karena timbulnya penyakit
2. Kondisi lingkungan tidak bersih akibat penanganan sampah yang tidak baik. Hal ini
pada akhirnya akan berdampak pada kehidupan sosial masyarakat secara keseluruhan.

A. PENGELOLAHAN LIMBAH MEDIS


Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan sampah
non klinis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini bisa berasal dari
kantor / administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang
pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan
makanan, sayur dan lain-lain). Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai
karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung
bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan
yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu
saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit
seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang
tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada umumnya seperti BOD,
COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. (Arifin. M, 2008 ; (online).
1. Pemilahan
Dalam pengelolaan limbah medis diwajibkan melakukan pemilihan menurut limbah dan
menyimpannya di dalam kantong plastik yang berbeda-beda menurut karekteristik atau jenis
limbahnya. Limbah umum dimasukkan ke dalam plastik berwarna hitam, limbah infeksius ke
dalam kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksis kedalam warna kuning, limbah
kimia/farmasi ke dalam kantong plastik berwarna coklat dan limbah radioaktif ke dalam
kantong warna merah.
1) Tempat sampah anti bocor dan anti tusuk
2) Memiliki tutup dan tidak mudah dibuka orang
3) Sampah medis padat yang akan dimanfaatkan harus melalui Sterilisasi.
4) Pewadahan sampah medis menggunakan label (warna kantong plastik/kontainer)
5) Sampah radioaktif menggunakan warna merah
6) Sampah sangat infeksius menggunakan warna kuning
7) Sampah/limbah infeksius, patologi dan anatomi menggunakan warna kuning
8) Sampah sitotoksis menggunakan warna ungu
9) Sampah/limbah kimia dan farmasi menggunakan warna cokelat

2. Pewadahan
Wadah limbah medis adalah suatu jenis tempat limbah yang tersedia dan di gunakan
sebagai tempat membuang limbah baik limbah medis maupun nonmedis. Yang memiliki
kriteria sehingga layak digunakan sebagai wadah tempat limbah medis maupun non
medis.

B. Pengertian Limbah Medis

Limbah medis sendiri adalah segala jenis sampah yang mengandung bahan infeksius
(atau bahan yang berpotensi infeksius). Biasanya berasal dari fasilitas kesehatan seperti
tempat praktik dokter, rumah sakit, praktik gigi, laboratorium, fasilitas penelitian medis, dan
klinik hewan. contoh limbah medis seperti tempat bekas rendaman darah (sarung tangan, kain
kasa, dll.), jaringan manusia atau hewan yang dibuat selama prosedur pengobatan, setiap
sampah yang dihasilkan dari kamar pasien dengan penyakit menular, sertan vaksin yang
dibuang, demikian seperti diwartakan Medpro.

Limbah medis dapat mengandung cairan tubuh seperti darah atau kontaminan lainnya.
Undang-undang Medical Waste Tracking Act tahun 1988 mendefinisikan limbah medis
sebagai limbah yang dihasilkan selama penelitian medis, pengujian, diagnosis, imunisasi,
atau perawatan manusia atau hewan. contohnya piring kultur, gelas, perban, sarung tangan,
benda tajam yang dibuang seperti jarum atau pisau bedah, penyeka, dan tisu.

Menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek, pengelolaan limbah medis di Indonesia hingga


kini dinilai masih belum optimal, padahal limbah medis termasuk sebagai limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya.
"Menteri lingkungan pada waktu itu, sebelum Ibu Siti [Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar], mengatakan limbah medis harus dikelola oleh orang
[perusahaan] ketiga. Saya kira sangat galau, kalau limbah medis tidak diperbaiki cara
mengatasinya," kata Menkes beberapa waktu lalu.

1. Jenis Limbah Medis


Istilah "limbah medis" menurut laman Bio Medical dapat mencakup berbagai
macam produk sampingan yang berbeda dari industri perawatan kesehatan. Berikut
ini kategori limbah medis yang paling umum sebagaimana diidentifikasi oleh WHO:

1) Benda tajam. Limbah jenis ini meliputi segala sesuatu yang dapat menembus kulit,
termasuk jarum, pisau bedah, pecahan kaca, pisau cukur, ampul, staples, dan kabel.
2) Limbah Menular. Apa pun yang menular atau berpotensi menular masuk dalam
kategori ini, termasuk tisu, tinja, peralatan, dan kultur laboratorium.
3) Radioaktif. Limbah jenis ini umumnya cairan radioterapi yang tidak digunakan atau
cairan penelitian laboratorium. Itu juga dapat terdiri dari gelas atau persediaan lain
yang terkontaminasi dengan cairan ini.
4) Patologi. Cairan manusia, jaringan, darah, bagian tubuh, cairan tubuh, dan bangkai
hewan yang terkontaminasi masuk dalam kategori limbah ini.
5) Obat-obatan. Pengelompokan ini mencakup semua vaksin dan obat yang tidak
digunakan, kedaluwarsa, dan / atau terkontaminasi, seperti antibiotik, injeksi, dan pil.
6) Bahan kimia. Termasuk desinfektan, pelarut yang digunakan untuk keperluan
laboratorium, baterai, dan logam berat dari peralatan medis seperti merkuri dari
termometer yang rusak.
7) Limbah Genotoksik. Ini adalah bentuk limbah medis yang sangat berbahaya yang
bersifat karsinogenik, teratogenik, atau mutagenik. Ini dapat termasuk obat sitotoksik
yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengobatan kanker

2. Cara pengelolaan Limbah Medis


Lalu mengapa limbah medis perlu dikelola dengan cara yang benar? Berikut
ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengelola limbah medis dengan cara
yang tepat seperti dirilis dari Medical Waste.

1) Sampah umum seperti tisu, kapas dan bahan yang tidak terkena limbah infeksius
digabung dengan sampah biasa untuk dibuang.
2) Benda tajam harus digabung, terlepas apakah terkontaminasi atau tidak, dan harus
dimasukkan ke wadah anti bocor (biasanya terbuat dari logam atau plastik
berkepadatan tinggi dan tidak tembus)
3) Kantung dan wadah untuk limbah infeksius harus ditandai dengan lambang atau
tulisan zat infeksius.
4) Limbah yang sangat menular jika memungkinkan, segera disterilkan dengan autoklaf.

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi


suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama
kurang lebih 15 menit.

1. Limbah sitotoksik, sebagian besar diproduksi di rumah sakit besar atau fasilitas
penelitian, harus dikumpulkan dalam wadah yang kuat dan anti bocor dengan jelas
diberi label "Limbah sitotoksik".
2. Sejumlah kecil limbah kimia atau farmasi dapat dikumpulkan bersama dengan limbah
infeksius.
3. Sejumlah besar obat-obatan kedaluwarsa atau kedaluwarsa yang disimpan di bangsal
atau departemen rumah sakit harus dikembalikan ke apotek pembuangan.
4. Limbah kimia dalam jumlah besar harus dikemas dalam wadah tahan bahan kimia dan
dikirim ke fasilitas pengolahan khusus (jika tersedia).
5. Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi (misalnya kadmium atau merkuri)
harus dikumpulkan secara terpisah.
6. Wadah aerosol dapat dikumpulkan dengan limbah layanan kesehatan umum.
7. Limbah infeksius radioaktif tingkat rendah Apusan, jarum suntik untuk penggunaan
diagnostik atau terapeutik) dapat dikumpulkan dalam kantong atau wadah kuning
untuk limbah infeksius jika ini ditujukan untuk pembakaran.

Pengolahan limbah RS Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang


diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume, penggunaan
kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle), dan pengolahan
(treatment)
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan
kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal berikut :

1. Pemisahan Limbah

1) Limbah harus dipisahkan dari sumbernya


2) Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas
3) Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda yang
menunjukkan kemana kantong plastik harus diangkut untuk insinerasi aau dibuang
(Koesno Putranto. H, 1995).

2. Penyimpanan Limbah
Dibeberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga sebagai gantinya
dapat digunkanan kantung kertas yang tahan bocor (dibuat secara lokal sehingga
dapat diperloleh dengan mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip
berwarna, kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit
lain.

3. Penanganan Limbah
1) Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi 2/3 bagian. Kemudian
diikiat bagian atasnya dan diberik label yang jelas
2) Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga  jika dibawa
mengayun menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-tempat  tertentu untuk
dikumpulkan
3) Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan  warna yang
sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ketempat yang sesuai
4) Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan
perusak sebelum diangkut ketempat pembuangan.

4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut kode warnanya.
Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa kekompaktor, limbah bagian Klinik
dibawa keinsenerator. Pengangkutan dengan kendaraan khusus (mungkin ada
kerjasama dengan dinas pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika
perlu (misalnya bila ada  kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.

5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang
ditempat penimbunan sampah (Land-fill site), limbah klinik harus
dibakar (insenerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun dengan kapur dan ditanam
limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama sehingga tidak sampai
membusuk.

Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun dengan kapur dan
ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut meliputi sebagai berikut :

1. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter


2. Tebarkan limbah klinik didasar lubang samapi setinggi  75 cm
3. Tambahkan lapisan kapur
4. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan samapai
ketinggian 0,5 meter dibawah permukaan tanah
5. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah

Anda mungkin juga menyukai