Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

limbah atau sampah domestic dan medis merupakan bahan buangan yang timbul karena
adanya kehidupan manusia,masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat timbul di berbagai
daerah,baik di perkotaan maupun di pedesaan, karena limbah cair yang tidak di tangani
sebagaimana semestinya. Di berbagai tempat terjadi pencemaran di badan air, sungai atau telaga
yang menimbulkan kematian ikan yang hidup di dalamnya atau yang menyebabkan air tidak dapat
dikonsumsi manusia selayaknya dan bahkan menimbulkan berbagai penyakit. misal saja penyakit
kulit,dan lain lain. Diberbagai kota besar seperti Jakarta, semarang, Surabaya dan berbgai kota lain
sering terjadi banjir bila hujan tiba,karena system saluran pembuangan limbah dan air hujan tidak
berjalan semestinya. Hal ini terjadi akibat sumbatan, endapan lumpur,kurang perawatan atau
perencanaan serta pelaksaanan pengelolaan yang tidak efisien. Limbah atau sampah yang tertahan
atau tergenang di suatu lokasi dalam waktu yang relative lama dapat menjadi sarang
perkembangbiakan nyamuk, vector penyakit malaria, demam berdarah,filarial,dan sebagai nya.

Kotoran manusia disebut dengan tinja. Tinja merupakan bahan sisa dari proses sisa pencernaan
makanan pada system saluran pencernaan manusia.tinja merupakan bahan buangan yang sangat
dihindari oleh manusia untuk berkontak langsung karena sifatnya yang menimbulkan kesan jijik
pada setiap orang dan bau yang sangat menyengat.Sehingga menarik perhatian para
serangga,khususnya lalat,dan hewan lain seperti tikus,ayamdan bebek,karena mengandung bahan-
bahan yang dapat menjadi makanan hewan tersebut.

Pembungan tinja manusia yang sembarangan akan meyebabkan pencemaran permukaan


tanah serta air dalam tanah yang berpotensi menjadi penyebab penularan berbagai penyakit
pencernaan. Berbagai dampak negative pada kehidupan manusia dan lingkungan yang dapat di
timbulkan oleh tinja dan limbah cair telah mendorong berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi untuk melakukan pengelolaan limbah domestic maupun medis.hal ini berarti
penanganan limbah domestic maupun medis dilakukan dengan tekhnik dan prosedur yang sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmu sanitasi dan kesehatan lingkungan.atas dasar itu dalam rangka
pembangunan yang berwawasan lingkungan serta berkesinambungan ilmu pengetahuan dan

1
tekhnologi pembuangan limbah domestic maupun medis perlu dimasyarakatkan ,baik
dilingkungan pendidikan, lingkungan rumah tangga, rumah sakit, sekolah, perhotelan dan lain lain.

2.2 Tujuan

2.2.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami secara
umum mengenai sampah dan limbah domestic dan medis serta kasus apa yang terkait pada kedua
topik tersebut.

2.2.2 Tujuan khusu

Adapun tujuan khusus dari pembuatan dan penyusunan makalah ini adalah

1. Untuk mengetahui definisi sampah domestic


2. Untuk mengetahui definisi sampah medis
3. Untuk mengetahui tentang limbah domestic
4. Untuk mengetahui tentang limbah medis
5. Untuk mengetahui jenis dan penanggulangan sampah domestic dan medis
6. Untuk mengetahui jenis dan penanggulangan limbah domestic dan medis

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi sampah dan limbah

Sampah adalah semua barang/benda atau sisa barang/benda yang sudah tidak berguna dan
terbuang dari kegiatan sehari-hari.jadi sampah merupakan produk buangan yang pada umumnya
berbentuk padat,dengan komposisi organic dan anorganik.sampah yang terkumpul dapat
menumpuk dan membusuk sehingga sangat mengganggu kesehatan,lingkungan serta
mempengaruhui mutu estetika (Said, NI, 2011).

Sedangkan limbah adalah produk akhir yang berupa material buangan dari sebuah proses
pencucian, dekontaminasi atau proses metabolism tubuh , yang dapat berbentuk cairan atau
setengah padat.tidak berbeda dengan sampah, limbah juga dapat mengganggu
kesehatan,lingkungan serts mempengaruhi mutu estetika (Suharto, 2011).

Sampah dan Limbah dapat dibedakan Sebagai berikut :

2.2. Sampah

a. Sampah domestik (Rumah Tangga)

Said, NI (2011) mengatakan bahwa sampah domestic adalah Sampah yang dihasilkan dari
kegiatan kerumah tanggaan (House Keeping),perkantoran atau home industry, rumah sakit seperti
dari kantor/TU,dapur,gudang,rekam medis, dan lain lain dengan berhungan atau dengan contoh
seperti kertas,plastic,kaleng,sayur/buah yang terbuang,daun,ranting,dll.

1). Jenis Sampah Domestik (Rumah Tangga)

1. Garbage

Yaitu sampah yang mudah lapuk atau busuk. Misalnya : sisa dapur, sisa makanan,sisa sayuran,dan
kulit buah.

2. Rubbish

Yaitu sampah yang tidak mudah lapuk atau busuk karena sampah ini biasanya cukup kering dan
sulit terurai oleh mikroorganisme. Misalnya : kaleng,kaca,plastic,mika,kawat,kertas,kayu.

3
3. Ashes

Yaitu sejenis abu hasil dari proses pembakaran seperti pembakaran kayu, batubara maupun abu
dari hasil industry

4. Dead Animal

Yaitu segala jenis bangkai yang membusuk seperti bangkai kuda, sapi, kucing tikus dan lain-lain.

5. Street Sweeping

Yaitu segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di jalan karena perbuatan orang yang tidak
bertanggungjawab.

6. Industrial Waste

Yaitu benda-benda padat sisa dari industry yang tidak tepakai atau dibuang. Missal industry kaleng
dengan potongan kaleng-kaleng yang tidak terolah.

b. Sampah medis

Asmadi (2013) mengatakan bahwa sampah medis adalah sampah yag dihasilkan dari
rumah sakit yang telah terkontaminasi dengan berbagai objek yang ada di rumah sakit. Sampah
sarana medis habis pakai dan terbuang yang telah digunakan sebagai alat bantu dalam upaya
diagnosis dan pengobatan sesuai prosedur dan tindakan medis atau perawatan pada klien. Contoh:
verban,kassa,plester,syringe/jarum suntik,set infuse/infuse botol,kantung darah,sarung
tangan/handscoon,dan sebagainya. Sampah medis merupakan benda/barang infeksius yang harus
dikelola dengan baik dari mulai saat pengumpulan,pengangkutan sampai proses pemusnahan,
sehingga penyebaran mikroba pathogen dapat di cegah.tempat asal sampah medis adalah semua
unit pelayanan medis yang ada.

2) Jenis sampah Medis

1. Sampah Benda Tanjam.

Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau
bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik,
perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda

4
tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi,
bahan beracun atau radio aktif

2.3 Limbah

a. Limbah domestik (Rumah Tangga)

Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah
bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan buangan/bekas yang
berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat bahan kimia sukar untuk dihilangkan dan
berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit
disentri, tipus, kolera dan sebagainya.

b. Limbah medis

Berdasarkan Depkes RI 1992 : limbah rumah sakit adalah semua hasil buangan dari suatu
aktivitas yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya,seperti :

a) Kegiatan mencuci piring,gelas,sendok yang telah digunakan klien.

b) Kegiatan mencuci/laundry seperti linen/kain yang digunakan pasien dari kamar operasi,kamar
bersalin,ruang/bangsal menular,dan sebagainya.

c) Cairan pembilasan/dekontaminasi instrument medis.

3) Jenis Limbah medis

1. Limbah klinis medis

Limbah rumah sakit yang diperoleh dari pasien sebagai hasil adanya proses patofisiologi
penyakit dan berbagai tindakan medis,seperti :

a) Sekreta,feses,urinedan cairan hasil fungsi.

b) Cairan dan makanan yang di muntahkan.

c) Cairan,darah,dan sisa jaringan yang diperoleh dari kamar operasi,kamar bersalin,bedah mayat
dan laboratorium.

2. Limbah patologi medis

5
Limbah rumah sakit yang berwujud jaringan tubuh manusia (pasien) yang harus
dipisahkan/di potong melalui tindakan medis,seperti :

a) Potongan ekstermitas melalui tindakan amputasi.

b) Jaringan reseksi usus dan histerektomi.(jaringan reseksi usus adalah jaringan hasil pembuangan
sebagian usus )

c) Jaringan kanker,jaringan nekrotomi,dsb.

3. Limbah Infeksius.

Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari
poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.

Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis, produk darah manusia, benda
tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah
pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan terkontaminasi ( medical waste ).

4. Limbah Citotoksik.

Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan
obat citotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang
terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc

5. Limbah Farmasi.

Limbah farmasi berasal dari : obat-obatan kadaluwarsa, obat-obatan yang terbuang karena
batch tidak memenuhi spesifikasi atau telah terkontaminasi, obat-obatan yang terbuang atau
dikembalikan oleh pasien, obat-obatan yang sudah tidak dipakai lagi karena tidak diperlukan dan
limbah hasil produksi obat-obatan.

6. Limbah Kimia.

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis, vetenary,
laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah
citotoksik

6
7. Limbah Radio Aktif.

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran
nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa padat, cair dan gas.

2.4 Dampak sampah dan limbah terhadap Manusia dan lingkungan

1. Dampak Sampah Terhadap Manusia dan Lingkungan.

Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian maupun rumah
tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui kegiatan
perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih ditingkatkan. Namun
seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang tidak sedikit (Maria
Roosmawarty, 2010).

a. Dampak terhadap Kesehatan

Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi berbagai
binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menimbulkan penyakit.

Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:

a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.

b) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).

c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam
pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.

d) Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang meninggal akibat
mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang
dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.

7
b. Dampak terhadap Lingkungan.

Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

c. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena
sampah bertebaran dimana-mana.

b) Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.

c) Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan


masyarakat. Hal penting di sini adalah meningkatnya pembiayaan secara langsung (untuk
mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung (tidak masuk kerja, rendahnya
produktivitas).

d) Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan memberikan
dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan, drainase, dan lain-lain.

e) Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan sampah kurang
atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan
jalan perlu lebih sering dibersihkan dan diperbaiki.

2. Dampak limbah

Pembuangan limbah yang sembarangan dapat menimbulkan kontaminasi pada air, tanah
atau menjadi sumber infeksi dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan karena penyakit yang
tergolong water borne diseases akan mudah terjangkit. Ekskreta manusia merupakan sumber
infeksi dan merupakan penyebab utama terjadinya polusi lingkungan.

8
Bahaya terhadap kesehatan yang dapat di timbulkan oleh pembuangan tinja yang tidak baik
adalah timbulnya polusi tanah ,polusi air dan kontaminasi terhadap makanan dan berkembangnya
lalat. Akibat pembuangan limbah yang sembarangan dapat menimbulkan berbagai penyakit
seperti: tifoid, paratifoid,disentri,diare,kolera,hepatitis virus dan beberapa penyakit infeksi
gastrointestinal. Penyakit ini tidak hanya menjadi masalah pada angka kesakitan, mortalitas dan
harapan hidup tetapi juga menjadi penghalang tercapainya kemajuan dalam bidang social dan
ekonomi.

2.5 Pengolahan Sampah Domestik dan Medis.

1. Pengolahan Sampah Domestik (Rumah Tangga)

Tahapan Pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di lingkungan sekitar adalah:

a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya

Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan
anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik.

b. Pemanfaatan Kembali

Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:

a). Pemanfaatan sampah organik,

Seperti composting (pengomposan).Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi


pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk menyuburkan tanaman. Berdasarkan hasil, penelitian
diketahui bahwa dengan melakukan kegiatan composting sampah organik yang komposisinya
mencapai 70%, dapat direduksi hingga mencapai 25%.

b) . Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku
dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangkan pemanfaatan kembali secara tidak langsung,
misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol
air minum dalam kemasan.

2. Pengolahan Sampah Medis

9
Pengelolaan sampah medis akan memiliki penerapan pelaksanaan yang berbeda-beda antar
fasilitas-fasilitas kesehatan, yang umumnya terdiri dari penimbulan, penampungan, pengangkutan,
pengolahan dan pembuangan.

a. Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna
yang menyangkut hal-hal berikut (Sundana, 2000) :

1. Penimbulan ( Pemisahan Dan Pengurangan )

a) Limbah harus dipisahkan dari sumbernya

b) Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas untuk efisiensi biaya, petugas dan
pembuangan.

c) Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan ke
mana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang.

2.Penampungan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau
berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload. Penampungan
dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi kantong dan kontainer seperti
dengan menggunakan kantong yang bermacam warna seperti telah ditetapkan dalam Permenkes
RI no. 986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard untuk
sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk limbah citotoksik,
kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk limbah radioaktif dan kantong berwarna
hitam dengan tulisan “domestic.

3. Penyimpanan.

a) Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah berisi 2/3 bagian. Kemudian diikat
bagian atasnya dan diberi label yang jelas

b) Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga kalau dibawa mengayun
menjauhi badan, dan diletakkan di tempat-tempat tertentu untuk dikumpulkan

c) Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung dengan warna yang samatelah
dijadikan satu dan dikirim ke tempat yang sesuai

10
d) Kantung harus disimpan di kotak-kotak yang kedap terhadap kutu dan hewan perusak sebelum
diangkut ke tempat pembuangannya

4. Penanganan.

a) Kantung-kantung dengan kode warna hanya boleh diangkut bila telah ditutup

b) Kantung dipegang pada lehernya

c) Petugas harus mengenakan pakaian pelindung, misalnya dengan memakai sarung tangan yang
kuat dan pakaian terusan (overal), pada waktu mengangkut kantong tersebut

d) Jika terjadi kontaminasi diluar kantung diperlukan kantung baru yang bersih untuk
membungkus kantung baru yang kotor tersebut seisinya (double bagging)

e) Petugas diharuskan melapor jika menemukan benda-benda tajam yang dapat mencederainya di
dalma kantung yang salah. Tidak ada seorang pun yang boleh memasukkan tangannya kedalam
kantung limbah

4. Pengangkutan.

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.


Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau ke
incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan kereta dorong
sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta petugas pelaksana dilengkapi
dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan di luar


(off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat dan harus
dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi peraturan angkutan lokal.
Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat dan tidak bocor.kendaraan yang
digunakan untuk mengankut limbah tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan tiap hari,
kalau perlu (misalnya bila ada kebocoran kantung limbah) dibersihkan dengan menggunakan
larutan klorin.

5. Pengolahan dan Pembuangan.

11
Setelah dimanfaatkan dengan kompaktor, limbah bukan klinik dapat dibuang ditempat
penimbunan sampah (land-fill site), limbah klinik harus dibakar (insinerasi), jika tidak mungkin
harus ditimbun dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari yang sama
sehingga tidak sampai membusuk. Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat
ditimbun dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (liming) tersebut meliputi yang
berikut (Djoko, 2001) :

a. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.

b. Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi 75 cm.

c. Tambahkan lapisan kapur.

d. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditambahkan sampai ketinggian 0,5
meter dibawah permukaan tanah.

e. Akhirnya lubang tersebut harus dituutup dengan tanah.

2.6 Pengolahan Limbah Domestik dan Medis

1. Pengolahan Limbah Domestik (Rumah Tangga)

Jenis-Jenis pengelolaan air limbah menurut Suparmin, (2001) adalah:

a. Septictank

System septictank sebenarnya adalah sumur rembesan atau sumur kotoran. Septic tank
merupakan sitem sanitasi yang terdiri dari pipa saluran dari kloset, bak penampungan kotoran cair
dan padat, bak resapan, serta pipa pelepasan air bersih dan udara.

Proses Air Limbah dari Wc sampai Kembali lagi kedalam tanah

Limbah dari WC melalui saluran masuk ke septictank untuk di endapkan dan di saring.kemudian
dialirkan ke Drain Field sehingga bisa masuk kedalam air tanah.

b. Sumur resapan

Sumur Resapan Air merupakan rekayasa teknik konversi air yang berupa bangunan yang
di buat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang
digunakan sebagai tempat penampung air hujaan diatas atap rumah dan meresapkanya ke dalam

12
tanah Konstruksi Sumur Resapan (SRA) merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan
menurunya permukaan air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan :

1. Pembuatan konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar.

2.Tidak memerlukan biaya besar

3. Bentuk Konstruksi SRA Sederhana

Manfaat pembangunan Sumur Resapan Air antara lain :

1. Mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan air, sehingga mengurangi
terjadinya banjir dan erosi.

2. Mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air

3. Mencegah menurunnya lahan sebagai akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.

2. Pengolahan Limbah Medis

Menurut Darmadi. (2008) bahwa terdapat point point penting dalam pengolahan limbah
medis agar tidak menimbulkan bahaya yang tidak diinginkan atau diharapkan, yaitu

a. Point penting dalam pengelolaan limbah medis adalah sterilisasi, kemudian pengurangan
(reduce) dalam volume, penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi, daur ulang (recycle), dan
pengolahan (treatment).

b. Sebelum diolah, limbah medis harus dipisahkan berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkan.

c. Adapun tahap pengolahan limbah medis antara lain :

1. Pemisahan

2. Penyimpanan

3. Pengangkutan

4. Penanganan

5. Pembuangan

d. Pemisahan dan Penyimpanan Limbah Medis

13
Limbah medis yang akan dibuang dipisahkan menggunakan kantong plastik berwarna yang
berlabel. Berikut adalah contoh warna kantong menurut DepKes RI(2009):

a) Kantong hitam : limbah umum

b) Kantong kuning : limbah yang harus diinsinerasi

c) Kantong kuning strip hitam : limbah yang sebaiknya diinsinerasi, tetapi dapat dibuang ke landfill

d) Kantong biru muda : limbah yang harus disterilisasi

e) Limbah infectious dan patologis dipisahkan tersendiri. Kedua jenis limbah ini harus disterilisasi
terlebih dahulu.

f) Limbah yang dapat didaur ulang termasuk dalam kategori limbah umum.

e. Pengangkutan Limbah Medis

a) Limbah medis diangkut dengan kontainer tertutup. Untuk keamanan, pengangkutan limbah
radioaktif sebaiknya dipisahkan dengan limbah kimia yang bersifat reaktif, mudah terbakar,
korosif.

b) Alat pengangkutan harus dirawat dan dibersihkan secara rutin untuk mencegah adanya limbah
yang tercecer akibat pengangkutan dan mengurangi resiko kecelakaan saat pengiriman limbah.

f. Penanganan Limbah Medis

a) Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah
daur ulang.

b) Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa aktifnya terlampaui.

c) Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke dalam saluran pembuangan air, contoh :
limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll)

d) Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis

e) Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi)

f) Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang.

14
BAB III

KASUS DAN ANALISA KASUS

3.1 Kasus Pada Limbah Domestik

Rabu, 1 November 2017


Sumber: tribunews jakarta

Home » Berita » Pencemaran di Teluk Jakarta Didominasi Limbah Domestik

Pencemaran laut. Ilustrasi: pixabay.com

Pencemaran di Teluk Jakarta Didominasi Limbah


Domestik
Jakarta (Greeners) – Pencemaran berat di wilayah teluk Jakarta mayoritas bersumber dari limbah
domestik rumah tangga. Bahkan, dari beberapa sebaran wilayah yang menjadi lokasi
pengambilan sampling penelitian oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK),
hanya sedikit wilayah dengan tingkat Biological Oxygen Demand (BOD) di bawah baku mutu.
Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut, Direktorat Jenderal Pengendalian
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Heru Waluyo saat ditemui oleh Greeners di ruang
kerjanya mengatakan, kawasan teluk Jakarta menjadi lokasi akhir dari berbagai macam distribusi
limbah yang datang dari hulu 13 sungai di Jakarta. Oleh sebab itu, tingkat pencemaran yang paling
tinggi pun terakumulasi di bagian hilir yang menyambung langsung ke laut.

Heru menjelaskan bahwa sumber pencemaran dibagi menjadi dua. Pertama, Point Sources(limbah
industri) yang sumbernya tetap dan kedua, Non Point Sources (limbah domestik rumah tangga) yang
sumbernya bisa datang dari mana saja. Untuk non point sources ini, Heru mengakui sangat sulit untuk

15
mendeteksinya karena titik-titik non point sources tersebar di banyak pemukiman maupun rumah
tangga lainnya.
“Jadi point sources itu limbah dari sumber tetap atau satu titik seperti industri. Kalau non point
sources itu tersebar seperti pemukiman, peternakan, dan lainnya, ini yang sulit kita tentukan. Nah ini
juga terakumulasi dari hulu sungai yang terus terbawa ke hilir hingga akhirnya mencemari laut. Itu
yang menyebabkan beban pencemaran laut di Jakarta jadi tinggi,” kata Heru, Jakarta, Selasa (15/03).

Direktur Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Pesisir dan Laut, Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan
Kerusakan Lingkungan KLHK, Heru Waluyo. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Pencemaran yang bersumber dari point sources sendiri terbagi dua, pencemaran dari limbah organik
sebanyak 52.862,75 ton dan limbah anorganik sebanyak 24.446,06 ton. Sedangkan limbah non point
sources, untuk organik sebesar 10.875.651,69 ton dan anorganik 9.766.670,00 ton. Tumpukan limbah
ini dihitung di Jakarta Utara pada November 2015 lalu.
“Jika mau dikomparasi dengan penelitian yang sama di waktu yang sama namun lokasi yang berbeda,
dibandingkan teluk Semarang dan teluk Benoa, teluk Jakarta jauh lebih parah pencemarannya,”
imbuhnya.

Untuk mengatasi permasalahan ini, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI
Jakarta, Puput TD Putra menyarankan kepada Pemerintah Provinsi DKI agar membangun Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di beberapa titik pemukiman di Jakarta.

Pembangunan IPAL komunal ini dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pembuangan limbah
rumah tangga, dari limbah kotoran manusia, air bekas cucian, dan air bekas mandi. Dengan adanya
IPAL komunal, setidaknya bisa mengurangi beban pencemaran yang bersumber dari limbah domestik.

16
“Kita sudah pernah tekankan ke Pemprov dan ternyata mereka sudah melakukan pemetaan untuk
membangunan IPAL komunal ini. Hanya saja, ini pekerjaan jangka panjang dan membutuhkan waktu
yang cukup lama,” jelas Puput.

Terkait pencemaran di teluk Jakarta sendiri, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) DKI Jakarta Junaedi mengakui bahwa wilayah teluk Jakarta memang sudah tercemar cukup
berat. Apalagi, sampah padat dan cair yang bersumber dari 13 sungai di Jakarta bermuara di teluk
Jakarta.

“Kemarin kita memang hanya melakukan penelitian terkait ikan mati saja. Tapi kalau kita bilang teluk
Jakarta tidak tercemari, ya, tidak mungkin, kan? Karena sampah padat maupun cair ketika musim hujan
pasti terbawa ke laut,” katanya.

3.2 Kasus Pada Limbah Medis

Polisi Grebek Penampungan Limbah B3 Ilegal


Sumber: okezone.com

Posted by SatuJurnal.com | Portal Berita Mojokerto, Jombang, Surabaya, Jawa Timur dan Nasional on
Kamis, 03 April 2014

Mojokerto-(satujurnal.com)
Pabrik paving beton, PT Sari Alun, di Desa Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten
Mojokerto digrebek Satuan Reserse Unit Tindak Pidana Ekonomi Polres Mojokerto, Kamis
(03/04/2014). Pasalnya, selain memproduksi paving, pabrik ini diketahui menampung limbah

17
bahan beracun berbahaya (B3) secara ilegal. Diduga kuat, tempat penampungan limbah tersebut
merupakan muara pembuangan B3 dari sejumlah rumah sakit di wilayah Gresik dan Surabaya.

Saat penggebrekan, ditemukan puluhan kubik limbah B3 yang terbungkus kantong plastik,
sebagian besar limbah medis rumah sakit.
Tumpukan limbah medis itu menimbulkan bau busuk yang sangat menyengat. Bau busuk ini
berasal dari sisa segala macam obat dan kantong darah serta peralatan medis lainnya yang
semestinya di buang di tempat penampungan khusus. Warga sekitar pabrik pun gerah lantaran
terimbas limbah bau yang berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit.
Polisi langsung memeriksa dan mengambil sejumlah sample untuk bahan pemeriksaan
selanjutnya. Sementara itu ditumpukan sampah ditemukan sejumlah identitas rumah sakit yang
diduga telah membuang sampah medis tersebut tidak pada tempatnya.

Dugaan awal, limbah B3 berasal dari RS Muhammadiyah Gresik dan RS Surabaya Medical
Service, Surabaya. Karena dari sejumlah kantong limbah, ditemukan lembaran kertas berlabel
kedua rumah sakit tersebut. Polisi memastikan akan memanggil pihak rumah sakit untuk dimintai
keterangan.

Kapolres Mojokerto, AKBP Muji Ediyanto saat meninjau lokasi membenarkan limbah medis itu
masuk dalam kategori limbah B3. Untuk itu, pihaknya akan melakukan penyelidikan terkait
perizinan lokasi pembuangan limbah ini.

“Sesuai UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
seharusnya limbah medis limbah medis harus di kumpulkan di tempat penampungan dan dibuang
pada tempat khusus yang mempunyai ijin resmi/. Untuk itu akan dimintai keterangan kepada
sejumlah saksi untuk masalah ini,” kata Kapolres.

Sunardi, satpam pabrik mengatakan dirinya hanya menjaga keamanan pabrik saja. Soal limbah
medis itu sendiri ia mengaku tak tahu sama sekali. “Saya hanya petugas keamanan pabrik saja.
Setahu saya limbah ini hanya titipan. Soal limbah medis, saya tidak tahu akan dibawa kemana,
termasuk peruntukannya bagaimana,” kilahnya. (wie)

18
3.3 Hubungan Kasus dengan Teori
Untuk kasus yang pertama yang membahas tentang limbah domestik, Kasus yang diangkat
tersebut menjelaskan mengenai pencemaran Teluk Jakarta yang disebabkan karena limbah industri
dan limbah rumah tangga. Menurut WHO limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu
proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Limbah yang dihasilkan baik dari
limbah industrI maupun limbah rumah tangga jenisnya dapat berupa sampah, maupun cairan yang
mengandung zat-zat kimia. Jika kita berbicara mengenai limbah industri dilihat dari karakternya,
maka limbah industri dapat dikategorikan dalam beberapa jenis limbah, yakni padat, cair dan gas.
Ada juga limbah dalam bentuk partikel. Hasil buangan buangan berupa gas dan partikel adalah
bagian yang paling dominan dalam pencemaran udara di sekitar industri. Menurut hasil penelitian,
lebih dari 90% dari pencemaran udara adalah sumbangan limbah industri dalam bentuk gas, baik
itu karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida, sulfur oksida dan beberapa jenis partikel lain.
Parameter penting di dalam ekosistem air adalah jumlah oksigen terlarut di dalamnya. Jika kadar
oksigen terlarut dalam air menurun dalam jumlah dan kualitasnya, maka akan terjadi ancaman
tehadap makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Hal ini dapat terjadi jika ada pencemaran pada
air yang diakibatkan limbah dalam bentuk cair, seperti contohnya pencemaran pada Teluk Jakarta.

Hampir 80% air di teluk Jakarta telah mengalami pencemaran. Hal tersebut tentunya akan
berakibat pada kerusakan pada sumber daya hayati di dalamnya, seperti warna air yang berubah
kecoklatan, ikan-ikan mati, dan banyaknya makhluk hidup yang mati akibat limbah tersebut.
Selain berdampak pada lingkungan, pencemaran juga memberikan dampak pada masyarakat
sekitarnya. Apabila masyarakat setempat mengkonsumsi ikan maupun menggunakan air yang
telah tercemar tersebut maka akan berdampak pada kesehatan. Hal tersebut tentu sudah menjadi
perhatian serta tanggung jAwab kita semua. Oleh karena itu, hendaknya kita sebagai manusia
sudah sepantasnya dan selayaknya menjaga lingkungan kita. Tindakan yang dapat kita lakukan
diantaranya tidak membuang sampah ke sungai yang dapat menyebabkan pencemaran yang
berdampak pada kerusakan sumber daya hayati. Selain masyarakat, peran pemerintah juga sangat
berpengaruh. Salah satunya adalah dengan menindaklanjuti segala kegiatan yang dapat berakibat
terjadinya pencemaran tersebut dengan memberikan efek jera kepada perusahaan maupun
masyarakat yang melakukan tindakan yang berakibat meruguikan serta merusak lingkungan.
Sehingga penanganan limbah industri tidak boleh dianggap sepele jika tidak menghendaki
kerugian yang lebih besar terjadi. Kesadaran tentang bahaya limbah industri ini harus dimiliki oleh

19
siapapun, baik pemilik modal yang mendirikan industri, birokrasi yang memberikan ijin dan juga
masyarakat di manapun mereka berada.

Dan untuk kasus yang kedua yang engangkat tentang permasalahan sampah medis, bahwa
pada kasus tersebut dilakukan analisa tentang Penampungan limbah B3 Rumah Sakit ilegal di
grebek Polisi. Kenapa permasalahan itu bisa muncul mungkin karena dimungkinkan tidak
tersedianya alat untuk memusnahkan (insinerator) limbah B3 RS Muhammadiyah Gresik dan RS
Surabaya Medical Service, Surabaya. Tidak tersedianya alat untuk memusnahkan limbah RS
Muhammadiyah Gresik dan RS Surabaya Medical Service yang tergolong dalam limbah B3,
merupakan faktor penyebab kejadian penampungan limbah B3 pada Pabrik paving beton, PT Sari
Alun dimana tempat penampungan itu ternyata ilegal yang akhirnya mengakibatkan keresahan
warga karena bau busuk serta potensi untuk menimbulkan penyakit.

Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi kasus diatas yaitu kejadian penampungan limbah
medis B3 ilegal antara lain : Meningkatkan pengawasan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH)
terkait pengelolaan limbah medis padat RS Muhammadiyah Gresik dan RS Surabaya Medical
Service.

Seharusnya limbah medis di kumpulkan di tempat penampungan dan dibuang pada tempat khusus
yang mempunyai ijin resmi sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada kasus diatas menyatakan bahwa limbah medis itu terbukti
tergolong dalam limbah B3 dimana limbah itu terdiri dari sisa segala macam obat dan kantong
darah, jarum suntik, infus, serta peralatan medis lainnya yang semestinya di buang di tempat
penampungan khusus. Kita ketahui bahwa B3 itu sangat berbahaya dan berpotensi untuk
menimbulkan penyakit maka limbah B3 itu tidak boleh dibuang atau ditampung ke tempat
sembarangan, melainkan ketempat penampungan khusus yang selanjutnya akan dilakukan
pengelolaan dan dimusnahkan menggunakan alat khusus yaitu Insinerator. Karena pada kasus
diatas RS Muhammadiyah Gresik dan RS Surabaya Medical Service diduga tidak mempunyai
insinerator maka menurut saya RS Muhammadiyah Gresik dan RS Surabaya Medical Service
bekerjasama dengan RS yang mempunyai insinerator untuk pemusnahan.Sebelum dilakukan
pemusnahan dengan insinerator maka terlebih dahulu dilakukan pengelolaan limbah medis padat
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengelolaan limbah medis padat
(KEPMENKES No. 1204/Menkes/SK/X/2004) antara lain:

20
1). Minimasi limbah :Minimasi limbah dilakukan untuk meminimalkan timbulan limbah. Jadi
RSMuhammadiyah Gresik dan RS Surabaya Medical Service harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun sesuai dengan peruntukannya.

2). Memastikan bahwa limbah itu adalah limbah padat medis, sudah sesuai kasus diatas bahwa
ditemukan limbah sisa segala macam obat dan kantong darah, jarum suntik, infus, serta peralatan
medis lainnya.

3). Melakukan pemilahan

a. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan limbah.

b. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan
kembali.

c. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi
atau tidaknya.

d. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang
tidak berkepentingan tidak dapat membukanya.

e. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. Serta Pewadahan
berdasarkan klasifikasi setiap kategori limbah medis padat.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Limbah dana atau sampah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar
mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia. Limbah merupakan
buangan atau sesuatu yang tidak terpakai berbentuk cair, gas dan padat. Dalam air limbah terdapat
bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya. Bahan kimia tersebut dapat memberi
kehidupan bagi kuman-kuman penyebab penyakit disentri, tipus, kolera dan penyakit lainnya. Air
limbah tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan
lingkungan. Air limbah harus dikelola untuk mengurangi pencemaran.

Limbah ataupun sampah Rumah Sakit adalah semua limbah atau sampah baik yang
berbentuk padatan maupun cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit baik kegiatan medis
maupun nonmedis yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun
dan radioaktif.

Sudah kita sadari bahwa pencemaran lingkungan akibat perindustrian, rumah sakit,
maupun rumah tangga sangat merugikan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Melalui kegiatan perindustrian dan teknologi diharapkan kualitas kehidupan dapat lebih
ditingkatkan. Namun seringkali peningkatan teknologi juga menyebabkan dampak negatif yang
tidak sedikit. Jadi peningkatan teknologi tersebut hendaknya dipergunakan dengan sebaik
mungkin dan diimbangi dengan semaksimal mungkin.

4.2 Saran

Pengolahan sampah dan limbah baik untuk jenis domestik atau pun medis
seharusnyadilakukan dengan benar dan tepat, yang mana ketepatan ini bisa sedikit mengurangi
bahkan menghilangkan bahaya atau resiko pencemaran yang disebabkan oleh oleh sampah ataupun
limbah domestic dan medis tersebut. Maka dari itu pengolahan yang tepat terhadap sampah atau
limbah harus menggunakan teknologi yang tepat guna meminimalisir bahkan mentiadakan
kerugian yang dapat timbul.

22
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2013). Pengolahan Limbah Medis Rumah Sakit. Yogyakarta: Goysen Publising.

Darmadi. (2008) .Injeksi Nosokomial Problematika dan Pengendalianya.Jakarta: Salemba


Medika.

Depkes, (2009). Peraturan Rumah sakit dan segala aspeknya. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Maria Roosmawarty. (2010). Dampak buruk limbah rumah sakit bagi lingkunan di sekitarnya.
Jakarta: Media kes.

Said, NI (2011). Pengolahan Limbah Domestik. Jakarta: BPPT.

Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Air dan Udara. Yogyakarta: CV. Andi
offset.

Suparmin, (2001). Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai