LANDASAN TEORI
Usia lanjut sebagai tahap akhir dalam siklus kehidupan merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia
lanjut. Lansia adalah suatu proses alamiah yang selalu terjadi oleh setiap orang dan
pasti mengalami perubahan anatomi, fisiologis dan biokimia pada jaringan atau
organ secara berkelanjutan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keadaan fungsi
dan kemampuan badan keseluruhan. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan
yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti
seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua. Tiga
tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan
kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak
proporsional serta kemunduran dalam segi social. (Nugroho, 2008).
Lansia yang mengalami kemunduran dalam hal peran sosial misalnya pada
kemunduran fisik, lansi atau usia tua sudah tidak kuat lagi dalam mengikuti
kegiatan kemasyarakatan yang membutuhkan tenaga yang kuat oleh sebab itu lansia
jarang atau tidak pernah diikut sertakan dalam kegiatan sosial atau kemasyarakatan
dan itu dapat mempengaruhi konsep diri lansia misalnya harga diri dapat diperoleh
melalui orang lain dan diri sendiri. Aspek utama harga diri adalah dicintai,
disayangi, dikasihi orang lain dan mendapatkan penghargaan dari orang lain.
Individu akan merasa berhasil atau hidupnya bermakna apaila diterima dan diakui
orang lain atau merasa mampu menghadapi kehidupan dan mampu mengontrol
dirinya. Individu yang berhasil dalam mencapai citacita akan menumbuhkan
perasaan harga diri yang tinggi atau sebaliknya. Akan tetapi, pada umumnya
individu memiliki tendensi negatif terhadap orang lain, walaupun isi hatinya
mengakui keunggulan orang lain (Sunaryo, 2004).
Post power syndrome adalah suatu keadaan mal adjustment dari seseorang yang
mempunyai kedudukan “dari ada menjadi tidak ada” dan menunjukkan gejala-
gejala diantaranya frustasi, depresi, dan lainnya pada orang yang bersangkutan.