Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta
prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat yang menjadi pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggitingginya, baik fisik, mental maupun sosial, dengan usaha-usaha
preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit
umum. Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan,
mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakanpengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah
manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerjaitu sendiri (effendi, ferry. 2009: 233).

Secara umum, tujuan keperawatan komunitas dalam kesehatan kerja adalah


menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif, Agar tenaga kerja dan setiap orang yang
berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat, dan agar sumber-sumber
produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

Dan di dalam kesehatan kerja ada beberapa Landasan Hukum yang mendasari antara
Kesehatan kerja. Contohnya Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai
pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang
dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Dan Undang-
undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan & kesehatn kerja yang ruang lingkupnya meliputi
segala lingkungan kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang
tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan
dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang mengandung dan
dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Dan dalam bentuk pengaplikasian terhadap program kesehatan kerja yang di lakukan
oleh pemerintah adalah dengan di bentuknya upaya kesehatan kerja puskesmas untuk pekerja
home industry. Dimana upaya tersebut sudah dilaksanakan dengan membentuk posyandu
kesehatan kerja yang berdiri sejak akhir tahun 2016 . Sesuai dengan contoh jurnal yang
kelompok angkat dengan judul Intervensi Keperawatan Kesehatan Kerja Dalam
Mengoptimalkan Kesehatan Pekerja Home Industry oleh Prita Adisty Handayani, dan
Muhammad Mu'in. Upaya Kesehatan Kerja sudah dilaksanakan, Namun, untuk pelaksanaan
posyandu kesehatan kerja tersebut belum optimal karena belum terdapatnya kader khusus
kesehatan kerja dan kegiatan posyandu yang masih menginduk dengan kegiatan posyandu
lansia dan posyandu balita. Masalah keperawatan komunitas yang dapat muncul dari hasil
pengkajian di dalam jurnal tersebut adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan, perilaku
kesehatan cenderung berisiko dan kelelahan (Herdman, 2015).

Posyandu kesehatan kerja yang dibentuk bersumber pada pos upaya kesehatan kerja
yang diusung oleh Departemen Kesehatan RI dimana posyandu kesehatan kerja merupakan
wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana, teratur, dan
berkesinambungan yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat pekerja
(Departemen Kesehatan RI, 2006). Kenyataannya kegiatan posyandu kesehatan kerja pada saat
ini belum berjalan dengan optimal. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan posyandu
kesehatan kerja antara lain program promosi dan prevensi kesehatan kerja saat ini belum dapat
dilaksanakan dengan baik karena peran pukesmas sebagai fasilitator yang kurang dan adanya
ketidaksiapan dari sumber daya manusia, dukungan finansial, peran aktif kader Pos UKK dan
dukungan pemerintah (Lubis & Syahri, 2009). Data ini didukung dengan ditemukannya
masalah pengembangan posyandu kesehatan kerja dimana kebijakan kesehatan kerja belum
sepenuhnya didukung oleh para pemangku kepentingan terkait (stakeholder), biaya dalam
pelaksanaan kesehatan kerja yang tinggi, terbatasnya SDM untuk melaksanakan kegiatan
kesehatan kerja dan dukungan pemerintah daerah yang masih belum optimal (Direktorat
Kesehatan Kerja Dan Olahraga RI, 2016). Pemecahan masalah yang muncul pada kegiatan
posyandu kesehatan kerja adalah dengan melakukan advokasi dengan berbagai pihak
(pemerintah dan sektor formal, informal), peningkatan kemampuan SDM (kader), membangun
sistem rujukan kesehatan kerja (pukesmas), kemitraan dengan akademisi, organisasi dan
praktisi, pelaksanaan program K3 di tempat kerja dan membangun nilai K3 pada masyarakat
pekerja (Direktorat Kesehatan Kerja Dan Olahraga RI, 2016).

Anda mungkin juga menyukai