Anda di halaman 1dari 13

TATA KELOLA DAN PENGENDALIAN

BAHAN KIMIA DI RS HERMINA PASTEUR


Dikumpulkan untuk Memenuhi Tugas Kesehatan Lingkungan

Dosen: Dr. Evi Widowati, S.K.M., M.Kes

Disusun oleh:
1. Nabila Nida Chusna 0613521019
2. Novia Ika Pratiwi 0613521021
3. Riyana Rahayuni 0613521030

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
ABSTRAK
Rumah Sakit Hermina Pasteur merupakan rumah sakit swasta yang terletak di
kawasan strategis di Kota Bandung. Rumah sakit ini berubah menjadi rumah sakit
umum dengan pertimbangan untuk lebih memperluas cakupan (captive market)
seiring dengan masuknya era Jaminan Kesehatan Nasional. Rumah Sakit Hermina
keberadaannya dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Rumah Sakit Hermina dalam melaksanakan kegiatannya, tentunya
menghasilkan limbah B3 cukup banyak yang dapat mengganggu kesehatan. Jika
tidak di tangani dengan baik akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan
lingkungan. Untuk itu, penulis perlu menganalisis pengelolaan dan pengendalian
bahan kimia di Rumah Sakit Hermina khususnya yakni limbah B3. Pengelolaan
limbah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 7
Tahun 2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dimana proses
pengelolaan limbah meliputi pemilahan, penampungan, pengangkutan, dan daur
ulang. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan
Berbahaya dan Beracun Limbah B3 yang dikelola dengan benar tidak akan
mencemari lingkungan.

1
I. PENDAHULUAN
Rumah Sakit Hermina Pasteur merupakan rumah sakit umum yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menggunakan
teknologi yang dapat mempengaruhi lingkungan sekitarnya, sehingga wajib untuk
memelihara dan meningkatkan upaya penyehatan lingkungan.
Kegiatan rumah sakit menghasilkan berbagai macam limbah yang berupa
cair, padat, dan gas yang bersifat infeksius, radioaktif, serta bahan kimia beracun.
Dengan melihat deskripsi tersebut, limbah yang berasal dari rumah sakit ini dapat
dikategorikan sebagai limbah B3 (limbah bahan berbahaya dan beracun). Limbah
rumah sakit dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan
dapat menimbulkan masalah kesehatan (Sitepu, 2011). Hal ini dikarenakan dalam
limbah rumah sakit dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit
pada manusia termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga
limbah harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL, 1999).
Ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai risiko untuk
mendapat gangguan karena buangan rumah sakit. Pertama, pasien yang datang ke
rumah sakit untuk memperoleh pertolongan pengobatan dan perawatan rumah
sakit. Kelompok ini merupakan kelompok yang paling rentan. Kedua, karyawan
rumah sakit dalam melaksanakan tugas sehari-harinya selalu kontak dengan orang
sakit yang merupakan sumber agen penyakit. Ketiga, pengunjung / pengantar
orang sakit yang berkunjung ke rumah sakit, risiko terkena gangguan kesehatan
akan semakin besar. Keempat, masyarakat yang bermukim disekitar rumah sakit,
lebih-lebih lagi bila rumah sakit membuang hasil buangan rumah sakit tidak
sebagaimana mestinya ke lingkungan sekitarnya. Akibatnya adalah mutu
lingkungan menjadi turun kualitasnya, dengan akibat lanjutannya adalah
menurunnya derajat kesehatan masyarakat di lingkungan tersebut (Tsamara &
Raharjo, 2021)

2
II. ISI
Penyelenggaraan pengamanan limbah di rumah sakit meliputi pengamanan
terhadap limbah padat domestik, limbah cair, limbah gas, dan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3). Limbah B3 yang dihasilkan rumah sakit dapat
menyebabkan gangguan perlindungan kesehatan dan atau risiko pencemaran
terhadap lingkungan hidup. Jenis limbah B3 yang dihasilkan di rumah sakit
meliputi limbah medis, baterai bekas, obat dan bahan farmasi kadaluwarsa, oli
bekas, saringan oli bekas, lampu bekas, baterai, cairan fixer dan developer, wadah
cat bekas (untuk cat yang mengandung zat toksik), wadah bekas bahan kimia,
catridge printer bekas, film rontgen bekas, motherboard komputer bekas, dan
lainnya. Limbah terdiri dari benda (padat, cair, gas, B3) yang tidak diperlukan dan
dibuang, pada umumnya mengandung bahan pencemar dengan konsentrasi
bervariasi.
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dapat didefinisikan sebagai
limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun, sehingga secara
langsung atau tidak langsung dapat merusak lingkungan, mengganggu kesehatan,
dan mengancam kelangsungan hidup manusia dan organisme lain (Hawali et al.,
2021). Tata kelola dan penanganan limbah B3 yang dilihat dari hasil temuan
observasi video adalah kasus kejadian tetesan darah (Tumpahan B3) di area
tempat tidur pasien dikarenakan selang infus terlepas. Penanganan yang harus
dilakukan diantaranya:
1. Tutup tumpahan dengan tissue, kemudian lakukan koordinasi dengan
petugas kebersihan untuk dilakukan penanganan tumpahan B3.
2. Pasang peringatan di area tumpahan B3. Lakukan cuci tangan 6 langkah
dengan Hand Rub.
3. Siapkan spill kit gunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap (apron,
masker, sepatu boot, dan sarung tangan).
4. Tutup tumpahan dengan menggunakan under Pad dari spill kit, keluarkan
dua kantong plastik kuning dari dalam spill kit kemudian buka dengan
lebar.

3
5. Bersihkan tumpahan yang telah ditutup dengan under pad dengan gerakan
melingkar hingga tumpahan bersih.
6. Masukan underpad yang sudah digunakan untuk membersihkan tumpahan
ke plastik kuning.
7. Lepas sarung tangan disposible.
8. Gunakan sarung tangan rumah tangga lalu semprotkan cairan anti septik
ke area tumpahan dan bersihkan dengan kain lap.
9. Masukan lap ke dalam plastik kuning, ikat dengan satu ikatan.
10. Tempelkan label B3 pada plastik kuning yang akan dibuang ke tempat
sampah infeksius.
11. Lepaskan sarung tangan rumah tangga, dan masukan ke dalam kantong
plastik kuning untuk dilakukan dekontaminasi.
12. Kemudian lakukan cuci tangan 6 langkah.
13. Lepaskan APD (Alat Pelindung Diri) masukan ke dalam kantong plastik
kuning untuk dilakukan dekontaminasi lalu ikat dengan satu ikatan.
14. Masukan kantong plastik kuning ke dalam spill kit untuk dilakukan
dekontaminasi.
15. Lepaskan apron dan masker lalu masukan ke dalam tempat sampah
infeksius.
16. Lakukan cuci tangan 6 langkah dengan air dan sabun.
17. Laporkan kepada perawat ruangan bahwa penanganan tumpahan B3 sudah
selesai dilakukan.
Setelah dilakukan penanganan dan pengelolaan tumpahan B3, selanjutnya
adalah alur pembuangan limbah B3, yaitu:
1. Buang jarum suntik bekas pakai ke dalam safety box.
2. Buang sampah medis lainnya ke tempat sampah infeksius.
3. Lakukan cuci tangan 6 langkah.
4. Lakukan pengangkutan sampah infeksius jika sudah tersisi ¾ atau sesuai
jam pengangkutan oleh petugas kebersihan ruangan meskipun tempat
sampah belum terisi penuh gunakan APD (Alat Pelindung Diri) lengkap.
5. Ikat plastik kuning dalam satu ikatan.

4
6. Dorong troli menuju lift barang dan pindahkan plastik sampah kuning ke
dalam troli B3 lakukan serah terima dengan petugas kebersihan yang akan
mengangkut ke TPS B3 kemudian bawa menuju tempat pembuangan
sampah B3.
7. Bawa troli menuju basement untuk kemudian menuju TPS B3.
8. Angkat plastik sampah kuning dan masukan ke dalam tong TPS B3.
9. Tutup dan kunci kembali TPS B3.
10. Lepaskan APD (Alat Pelindung Diri) dan lakukan cuci tangan 6 langkah.
11. Kemudian masukan APD (Alat Pelindung Diri) bekas pakai ke dalam
ember untuk kemudian dilakukan sterilisasi.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 warna kemasan dan /atau wadah Limbah B3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa warna:
a. merah, untuk Limbah radioaktif;
b. kuning, untuk Limbah infeksius dan Limbah patologis;
c. ungu, untuk Limbah sitotoksik; dan
d. cokelat, untuk Limbah bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, atau sisa
kemasan, dan limbah farmasi.
Simbol pada kemasan dan/atau wadah Limbah B3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d berupa simbol:
a. radioaktif, untuk Limbah radioaktif;
b. infeksius, untuk Limbah infeksius; dan
c. csitotoksik, untuk Limbah sitotoksik.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Penyimpanan Limbah Bahan erbahaya
dan Beracun sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3, Pengolahan Limbah
B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3 paling lama:
a. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar dari O° C (nol derajat celsius);
atau
b. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 0 ° C (nol derajat celsius), sejak limbah B3 dihasilkan.

5
III. ANALISIS
Berdasarkan hasil temuan yang telah dilakukan dari observasi tayangan
video pada Rumah Sakit Hermina Pasteur, didapatkan informasi yaitu pengelolaan
Limbah B3 di Rumah Sakit Hermina Pasteur sudah hampir sesuai mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 7 Tahun 2019 Tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit meliputi pemilahan, penampungan,
pengangkutan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang.
Pengelolaan limbah yang tidak baik dan tidak sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar dan dapat
berisiko bagi kesehatan. Bahan kimia berbahaya dengan mudah dapat kita temui
di rumah sakit Hermina. Kecelakaan yang terjadi karena bahan kimia berbahaya
pun sering terjadi. Diperlukan tindakan pengendalian yang tepat agar bahan kimia
berbahaya tersebut tidak membahayakan pekerja, peralatan, dan terutama
lingkungan sekitar.
Penilaian dari hasil keluaran pengelolaan limbah medis B3 di Rumah Sakit
Hermina Pasteur mulai dari input, yang meliputi SDM (Sumber Daya Manusia),
Pedoman, dan SPO (Standar Prosedur Operasional) yang digunakan serta proses
pengelolaan yang terdiri dari pengolahan, pemilahan, dan pengangkutan atau
proses pembuangan akhir sudah hampir sesuai dengan pengolahan limbah B3
berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 7 Tahun
2019 Tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Kekurangan dalam pengelolaan Limbah B3 di Rumah Sakit Hermina
adalah pemindahan dan pengangkutan sampah dilakukan secara berurutan oleh
seorang petugas medis kepada petugas kebersihan sesuai dengan shift kerjanya
masih abai dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), dimana masih belum
menggunakan alat pelindung mata dan wajah (kacamata goggles dan masker), dan
pelindung kaki (sepatu boot). Rekomendasi dari kekurangan yang ada adalah
dengan memberikan fasilitas dan prasarana bagi pekerja dalam tindakan
kesehatan dan keselamatan pekerja meliputi pelatihan kerja, penyediaan alat
dan pakaian, serta program kesehatan seperti imunisasi dan cek kesehatan.

6
IV. KESIMPULAN
Kegiatan rumah sakit yang sangat kompleks tidak saja memberikan
dampak positif bagi masyarakat sekitarnya tetapi juga mungkin dampak negatif
itu berupa cemaran akibat proses kegiatan maupun limbah yang dibuang tanpa
pengelolaan yang benar. Pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak baik akan
memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke
pasien yang lain maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah sakit.
Oleh kerna itu untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun
orang lain yang berada dilingkungan rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan
sesuai manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dengan melaksanakan
kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit sebagai salah satu
indikator penting yang perlu diperhatikan.
Berdasarkan hasil temuan yang telah dilakukan dari observasi tayangan
video pada Rumah Sakit Hermina Pasteur, didapatkan informasi yaitu:
a. Proses pemilahan limbah B3 di Rumah Sakit Hermina Pasteur dimulai dari
sumber penghasil limbahnya dan dipilah sesuai dengan jenis dan
karakteristik limbahnya.
b. Proses pengumpulan limbah B3 di Rumah Sakit Hermina Pasteur
dilakukan dengan menggunakan plastik kuning untuk limbah infeksius dan
safety box untuk limbah benda tajam.
c. Proses pengangkutan limbah B3 di Rumah Sakit Hermina Pasteur sudah
menggunakan troli.
d. Proses pengolahan/pembuangan akhir limbah B3 di Rumah Sakit Hermina
Pasteur sudah bekerja sama dengan pihak ketiga menuju tempat
pembuangan sampah B3.
Beberapa hal penting yang wajib dimuat dalam SPO (Standar Prosedur
Operasional) antara lain:
a. Identifikasi Limbah B3 wajib dilakukan serta pencantuman label dan
simbol sesuai klasifikasi Limbah.
b. Penyimpanan Limbah B3 di TPS B3 dalam keadaan menumpuk harus
dihindari serta kebersihan TPS menjadi kunci utama.

7
DISKUSI
Pertanyaan:
1. Bagaimana standarisasi APD (Alat Pelindung Diri) ?
Jawaban :
Menurut UU No.1 Tahun 1970 dinyatakan bahwa dengan peraturan
perundangan di tetapkan syarat-syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
untuk memberikan APD (Alat Pelindung Diri), pengurus di wajibkan menunjukan
dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD (Alat Pelindung Diri),
dengan peraturan perundangan diatur kewajiban atau hak tenaga kerja untuk
memakai APD (Alat Pelindung Diri) harus diselenggarakan di semua tempat kerja
,wajib menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang di wajibkan pengurus dan
menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) yang diwajibkan secara cuma-cuma.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
Pesonal Protective Equipment atau APD (Alat Pelindung Diri) didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit
yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja,
baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang harus ada dalam pengelolaan
Limbah B3 d RS Hermina yaitu:
1. Sarung Tangan
Melindungi tangan dari bahan infeksius dan mellindungi pasien dari
mikroorganisme pada tangan petugas. Sarung tangan yang digunakan
adalah jenis sarung tangan rumah tangga yakni dipakai sewaktu
memproses peralatan, menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan
sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi.
2. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah,
rahang dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan bicara, batuk, atau bersin dan juga
untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi
masik kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan.

8
3. Kacamata (Googles)
Melindungi petugas kesehatan kalau terjadi cipratan darah atau cairan
tubuh lainya yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung
mata termasuk pelindung plastik yan jernih. Kacamata pengaman,
pelindung muka.
4. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di
bagian depan dari petugas kesehatan. Petama kali digunakan untuk
melindungi dari mikroorganisme.
5. Boots
Dipakai untuk melindungi kaki dariperlukaan oleh benda tajam atau berat
atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.

2. Berapa lama penyimpanan limbah medis sebelum diambil pihak ketiga?


Jawaban:
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Penyimpanan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun sebelum dilakukan Pengangkutan Limbah B3,
Pengolahan Limbah B3, dan/atau Penimbunan Limbah B3 paling lama:
a. 2 (dua) hari, pada temperatur lebih besar dari O° C (nol derajat celsius);
atau
b. 90 (sembilan puluh) hari, pada temperatur sama dengan atau lebih kecil
dari 0 ° C (nol derajat celsius), sejak limbah B3 dihasilkan.

9
REFERENSI

Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 19


Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Hawali, H., Matin, A., Febrian, A. R., Mar, A., Kinanthi, A., Rizky, A., Amalia,
B. W., Sholichah, D. M., Titis, Y., & Dhinanti, W. (2021). Hazardous and
Toxic Waste Management Analysis at UNS Hospital Indonesia. 9(October),
29–36.

Sitepu, N. A. (2011). Upaya Memutus Rantai Infeksi Pada Limbah Padat Medis
B3 ( Bahan Berbahaya dan Beracun ) di Rumah Sakit. Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan, 3, 1–10.

Tsamara, G., & Raharjo, W. (2021). Studi Karakteristik dan Kualitas BOD dan
COD Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Dg. Pasewang
Kabupaten Jenepon TO. Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan. 4(1), 10–19.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor


101 Tahun 2014 Tentang Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun

Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya


Dan Beracun

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan


Kerja

10
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS INFEKSIUS DAN LIMBAH B3
(BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
Kode Nomor : 006 / RUMGA-TGR & KESLING No. Revisi : 03 Halaman : 1/2
Ditetapkan :

SPO
Administrasi Tanggal Terbit : 29 / 11 / 2016
Pelayanan dr. Ita Roswita, MARS
Direktur

PENGERTIAN 1. Limbah padat medis infeksius B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) adalah sisa dari kegiatan
rumah sakit yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak atau membahayakan kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya
2. Pengelolaan limbah padat medis infeksius dan B3 adalah kegiatan tata kelola limbah yang
diawali dari kegiatan identifikasi, pengumpulan, pelabelan, penyimpanan, pemusnahan dan
pelaporan

TUJUAN 1. Sebagai pedoman bagi petugas dalam penanganan limbah padat medis infeksius dan B3 di
lingkungan rumah sakit
2. Mengatur seluruh limbah padat medis infeksius dan B3 disimpan serta ditempatkan sesuai jenis
dan karakteristiknya
3. Mencegah terjadinya pencemaran limbah padat infeksius dan limbah bahan berbahaya dan
beracun terhadap lingkungan baik di dalam rumah sakit maupun di luar rumah sakit

KEBIJAKAN 1. Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun)
2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56/MENLHK-SEKJEN/2015
tentang tata cara dan persyaratanTeknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
3. Keputusan Direktur Rumah Sakit Hermina Pasteur Nomor 0588/KEP-DIR/RSHPST/V/2016
Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Rumah Sakit Hermina Pasteur

PROSEDUR Tata cara pengelolaan limbah padat medis infeksius dan B3, sebagai berikut :
1. Identifikasi limbah padat medis infeksius dan B3
a. Tentukan sifat dan karakteristik limbah yang termasuk dalam limbah padat medis infeksius
dan B3 yang dihasilkan dari setiap ruangan rumah sakit
b. Lakukan pemisahan limbah padat medis infeksius dan B3 dengan limbah padat non medis
dan non B3 untuk dimasukkan kedalam wadah sesuai dengan sifat, jenis dan
karakteristiknya
2. Pengumpulan dan pengangkutan serta penyimpanan limbah padat medis infeksius dan B3
a. Lakukan pengumpulan sementara limbah padat medis infeksius dan B3 yang sudah
dimasukkan kedalam kantong plastik kuning dari setiap ruangan ke ruang janitor
(sementara)
b. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang terdiri dari masker, sarung tangan, apron dan
sepatu boot
c. Beri label pada setiap kantong plastik kuning sesuai gambar terlampir dan diikat pada
bagian atas kantong plastik

* DILARANG MENGGANDAKAN DOKUMEN INI TANPA SEIZIN DIREKSI RS HERMINA SECARA TERTULIS *
Halaman 1
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS INFEKSIUS DAN LIMBAH B3
(BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
Kode Nomor : 006 / RUMGA-TGR & KESLING No. Revisi : 03 Halaman : 2/2
Ditetapkan :

SPO
Administrasi Tanggal Terbit : 29 / 11 / 2016
Pelayanan dr. Ita Roswita, MARS
Direktur

d. Pengangkutan limbah pada medis infeksius dan B3 dengan menggunakan trolley sampah
tertutup dari ruang janitor ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) medis dan B3 yang
berada di area luar gedung rumah sakit
e. Sebelum limbah padat medis infeksius dan B3 dimasukkan kedalam TPS limbah medis dan
B3, lakukan penimbangan dan pencatatan di dalam log book dan atau log board untuk
mengetahui jumlah limbah padat medis infeksius dan B3 yang masuk setiap harinya
f. Petugas yang melakukan penimbangan harus menandatangani catatan jumlah limbah padat
medis infeksius dan B3 di dalam log book atau log board, diketahui oleh petugas kesling
g. Lakukan penyimpanan limbah padat medis infeksius dan B3, sebagai berikut :
1) Pisahkan limbah padat medis infeksius dan B3 sesuai dengan jenis dan karakteristiknya
2) Lama penyimpanan sementara limbah B3 maksimal 2 (dua) hari
h. Pada saat pengangkutan oleh pihak ketiga disaksikan oleh petugas kesling mulai dari
penimbangan sampai dengan pengangkutan
i. Secara periodik melakukan pengamatan langsung sampai ke tempat pemusnahan pihak ke-3
3. Pengangkutan limbah padat medis infeksius dan bahan berbahaya dan beracun (B3) untuk
dilakukan pemusnahan oleh pihak ke-3
a. Pemusnahan limbah padat medis infeksius dan B3 dilakukan oleh pihak ke-3 sesuai
ketentuan yang disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama
b. Petugas kesling melakukan pencatatan jumlah limbah padat medis infeksius dan B3
c. Pihak ke-3 wajib memberikan daftar tentang jumlah dan jenis limbah padat medis infeksius
dan B3 yang akan diangkut dan dimusnahkan kepada pihak rumah sakit yang telah
ditandatangani bersama
d. Petugas rumah sakit melakukan cross check untuk kemudian menandatangani daftar hasil
penimbangan yang sudah disaksikan, sebagai dasar / bukti penagihan pembayaran jasa
pemusnahan limbah padat medis infeksius dan B3
4. Pelaporan limbah padat medis infeksius dan B3
a. Buat catatan dan laporan limbah padat medis infeksius dan B3 secara lengkap setiap 3 (tiga)
bulan kemudian laporan dikirim ke BPLH (Badan Pengelola Lingkungan Hidup) Provinsi
dan BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) Kota/Kabupaten serta
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Departemen Penunjang Umum yang
ditandatangani oleh Manajer Rumah Tangga dan disetujui oleh Wakil Direktur Umum atau
Direktur rumah sakit
b. Pencatatan laporan limbah padat medis infeksius dan B3, meliputi jumlah dan jenis serta
penanganan limbah B3 rumah sakit

UNIT TERKAIT Bagian Rumah Tangga : Urusan Tata Graha dan Kesling / Panitia Infeksi Nosokomial

* DILARANG MENGGANDAKAN DOKUMEN INI TANPA SEIZIN DIREKSI RS HERMINA SECARA TERTULIS *
Halaman 2

Anda mungkin juga menyukai