Anda di halaman 1dari 6

LIMBAH B3

Dosen Pengampu: Dr. Khoe Susanto Kusumahadi, M.S

Penyusun:
Nama : Anis Wijayanti
NPM : 216201446029

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Manusia dengan lingkungan mempunyai hubungan yang sangat dinamis.
Dalam upaya pembangunan pelayanan kesehatan, banyak didirikan rumah sakit untuk
menangani permasalahan tingkat kesehatan maasyarakat. Peningkatan jumlah rumah
sakit berbanding lurus dengan jumlah limbah B3 medis yang dihasilkan setiap hari.
Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat berbahaya atau tidak
berbahaya bagi kehidupan manusia, hewan, beserta lingkungan dan biasanya hal
tersebut umumnya disebabkan oleh perbuatan manusia. Hal tersebut sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyebutkan bahwa limbah adalah sisa suatu usaha
dan atau kegiatan. Limbah B3 (Bahan Berbahaya & Beracun) bedasarkan PP 101
tahun 2014 pada pasal 1 adalah usaha dan / kegiatan yang mengandung zat, energi,
dan / atau resiko, baik secara langsung, dapat mencemarkan dan / atau merusak
lingkungan hidup, dan / atau lingkungan hidup, kesehatan, dan hidup manusia.
Sampah yang dihasilkan dari aktifitas rumah sakit menjadi permasalahan yang
serius. Berbagai macam efek yang merugikan terhadap lingkungan atau manusia
apabila kontak langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan Kepmenkes No.1204
tahun 2004, pengertian limbah medis padat yaitu limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Makalah kali ini akan membahas mengenai pengelolaan limbah medis
berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Alvionita Ajeng Purwanti pada tahun 2018
dengan judul “Pengelolaan limbah padat bahan berbahaya dan beracun (B3) rumah
sakit di RSUD dr. Soetomo surabaya.”

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam menjalankan fungsinya, rumah sakit menggunakan berbagai bahan dan
fasilitas atau peralatan yang dapat mengandung bahan berbahaya dan beracun .
Perlunya regulasi untuk mengelola sampah kegitan rumah sakit agar tidak mencemari
lingkungan.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui apa saja limbah yang dihasilkan rumah sakit dan pegelompokan
jenisnya.
2. Menjabarkan proses pengelolaan limbah hasil kegiatan rumah sakit.
3. Mendukung terwujudnya manajemen pengelolaan kualitas kesehatan lingkungan
yang baik di rumah sakit.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN
Penelitian kali ini merupakan penelitiaan observasional deskriptif yang
dilakukan secara cross sectional dengan melakukan pengamatan terhadap pengelolaan
limbah padat B3 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya.
Variabel dalam penelitian ini adalah pengurangan dan pemilahan limbah B3,
penyimpanan limbah B3, pengangkutan limbah B3, dan pengolahan limbah B3.

B. ALAT DAN BAHAN


Data dikumpulkan menggunakan metode pengumpulan data sekunder dari
instalasi sanitasi lingkungan di RSUD dr. Soetomo surabaya semester 1 tahun 2017.

C. WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tahun 2018 dengan mengunakan anlisis data dari
instalasi sanitasi lingkungan di RSUD dr. Soetomo surabaya semester 1 tahun 2017.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis dan pembahasan
RSUD Dr. Soetomo memiliki instalasi sanitasi lingkungan yang memiliki
tugas pokok menyediakan semua kebutuhan dan fasilitas yang berhubungan dengan
sanitasi. Instalasi sanitasi lingkungan terdiri dari beberapa unit, salah satu unitnya
adalah unit sampah medis yang merupakan unit pelaksana upaya untuk mewujudkan
pengelolaan sampah medis di lingkungan rumah sakit. Jumlah sampah medis yang
dihasilkan dari lokasi pelayanan kesehatan dari yang terdapat di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya pada semester ke-1 tahun 2017 adalah sebagai berikut :

Bulan Jumlah sampah / kg


Januari 44.873
Februari 41.997
Maret 46.107
April 45.387
Mei 48.089
Juni 44.808
Jumlah 45.210
Tabel.1 Jumlah sampah medis di semester 1 tahun 2017

Dari tabel di atas dianalisis jumlah sampah medis yang dihasilkan di RSUD
Dr. Soetomo rata-rata adalah 1200 - 1500 kg/hari. Jenis limbah padat medis
dibedakan menjadi 5 berdasarkan kategori dan pewadahannya, yaitu:
1. Sampah medis lunak dengan bak sampah dan kantong plastik warna kuning.
Menampung limabh medis berupa kapas, perban, selang darah, plester, kateter,
kantung transfusi darah/cairan, pembalut wanita, lidi dan kapas dan jaringan
tubuh.
2. Sampah medis tajam dengan bak sampah dan kantong plastik warna kuning.
Menampung limbah berupa syringe, jarum suntik,spuit, pecahan
gelas/botol/ampul, lancet, catridge/silet.
3. Sampah medis sitotoksik dengan bak sampah dan kantong plastik warna ungu.
Menampung limbah medis berupa botol-botol bekas kemoterapi.
4. Sampah medis radiologi dengan bak sampah dan kantong plastik warna merah.
Menampung limbah medis berupa Fixer dan Developer
5. Sampah medis farmasi dengan bak sampah dan kantong plastik warna cokelat.
Menampung limbah medis berupa obat kadaluarsa.
B. Penyimpanan limbah B3
.Wadah / kemasan penyimpanan limbah diberi simbol seperti yang diatur
dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No.
P.56 Tahun 2015 yaitu :
1. Warna kuning untuk limbah padat medis (limbah infeksius).
2. Warna merah untuk limbah radioaktif.
3. Warna ungu untuk limbah sitotoksik.
4. Warna cokelat untuk limbah farmasi.
Wadah yang di gunakan unutk menampung limbah B3 adalah pewadahan
yang betul-betul memperhatikan kelayakan atau memenuhi syarat kesehatan
dengan pertimbangan bahwa wadah tersebut sesuai dengan standar kesehatan
nasional yang ditetapkan dalam Permenkes RI No 7 Tahun 2019 tentang
persyaratan dan petunjuk teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit, dimana
syarat pewadahan adalah sebagai berikut:
1. Terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor, kedapair, tahan karat, tidak mudah
di tusuk, cukup ringan dan permukaannya halus dibagian dalam wadah limbah.
2. Mempunyai penutup yang mudah dibuka dan di tutup kembali tanpa mengotori
tangan.
3. Setiap ruangan yang ada di rumah sakit harus memiliki tempat
limbahminimal 1 buah untuk setiap kamar.
4. Setiap tempat pengumpulan limbah harus dilengkapi atau di lapisi dengan
plastik agar mudah diangkat, diisi, dikosongkan, dan dibersihkan adapun
kriteria jenis plastik yang di gunakan sesuai dengan limbahnya dalam sebagai
berikut :
a. Limbah radioaktif ( kantong plastik warna merah
b. Limbah infeksius, patologi dan anatomi (kantong plastik warna kuning)
c. Limbah sitotoksis (kantong plastik warna ungu)
d. Limbah kimia dan farmasi (kantong plastik warna coklat)
Kementerian Lingkungan Hidup (2014) menyebutkan penyimpanan limbah
infeksius dan / atau yang terkontaminasi limbah infeksius menurut peraturan dibatasi
maksimum 48 jam.

C. Pengangkutan limbah B3
Pengangkutan sampah medis dibagi menjadi dua yaitu:
1. Sebelum dibakar menggunakan insinerator.
Sampah medis sebelum dibakar diangkut menggunakan troli sampah medis
sementara sampah medis lunak dan sampah B3 diangkut secara terpisah.
2. Setelah dibakar menggunakan insinerator.
D. Pengelolaan limbah B3
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, A. A. (2018). Pengelolaan limbah padat bahan berbahaya dan beracun (B3) rumah
sakit di RSUD dr. Soetomo surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(3), 291-298.
Utami, L. S., & Musyarofah, S. (2021). Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
di RS “X”. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 11(1), 171-178.

Anda mungkin juga menyukai