Anda di halaman 1dari 21

IDENTIFIKASI PENANGANAN LIMBAH B3 RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KABUPATEN SIDOARJO DAN LIMBAH INDUSTRI PT D&D


PACKAGING

KELOMPOK 7 REKAYASA LIMBAH B3

PENANGANAN LIMBAH B3 RSUD KAB. SIDOARJO

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten yang padat penduduk di Jawa Timur yang
berkembang dalam berbagai bidang. Perkembangan tersebut mengakibatkan kebutuhan
masyarakat makin meningkat. Hal ini dapat menimbulkan budaya konsumtif yang dapat
memberikan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat, sehingga diperlukan pengadaan
fasilitas kesehatan untuk menangani masalah kesehatan.

Pada kondisi saat ini, jumlah fasilitas kesehatan khususnya rumah sakit mengalami
peningkatan jumlah. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 menyebutkan bahwa jumlah
rumah sakit umum di Indonesia mencapai 1.855 unit (Kemenkes RI, 2014). Peningkatan
jumlah tersebut seiring pula dengan peningkatan pada jumlah limbah yang dihasilkan
(Hidayah, 2007).

Kepmenkes No.1204 tahun 2004 menyebutkan limbah medis padat yaitu limbah padat
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan
kandungan logam berat yang tinggi.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sidoarjo merupakan salah rumah sakit umum
terbesar di Sidoarjo. Peran utama rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat adalah memberikan kesembuhan kepada pasien. Sebagai hasil samping
kegiatannya, rumah sakit menghasilkan beberapa bahan buangan berupa limbah medis dan
limbah non medis (Djaya, 1993). Apabila limbah medis ini tidak dikelola dengan baik akan
membahayakan lingkungan. Hal ini mendorong RSUD Kabupaten Sidoarjo untuk melakukan
peningkatan pengelolaan limbah medis padatnya agar sesuai dengan peraturan.
Menurut El-Salam (2010), pengelolaan limbah medis sangat penting karena berpotensi
membahayakan lingkungan dan berisiko terhadap kesehatan masyarakat. Tiong (2012), dalam
penelitiannya tentang manajemen pengelolaan limbah medis pada klinik swasta di Taiping
mengatakan bahwa limbah \medis berpotensi menularkan infeksi seperti Hepatitis B virus
(HBV), Hepatitis C virus (HCV), Human Immunodeficiency Virus (HIV) kepada manusia.

Sejauh ini pengelolaan limbah medis rumah sakit di Indonesia masih di bawah standar
peraturan yang berlaku sehingga berpotensi mencemari lingkungan sekitar. Oleh karena itu,
limbah medis padat yang termasuk limbah padat B3 tidak diperbolehkan dibuang langsung ke
tempat pembuangan akhir dan harus melalui proses pengolahan (Direktorat Jendral PPM dan
PLP Departemen Kesehatan RI, 2004).

Berdasarkan hal diatas, maka perlu adanya peningkatan pengelolaan limbah medis
padat di RSUD Kabupaten Sidoarjo agar tidak mencemari lingkungan. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi alternatif rekomendasi pengelolaan limbah medis padat bagi RSUD
Kabupaten Sidoarjo agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.

b) Rumusan Masalah
1. Berapa laju timbulan serta komposisi limbah medis padat berdasarkan jenis dan
sumbernya di RSUD Kabupaten Sidoarjo.
2. Bagaimana kondisi eksisting pengelolaan limbah medis padat yang meliputi
pengemasan, pengumpulan, penyimpanan, pengolahan/pemusnahan, dan
pengangkutan dibandingkan dengan peraturan yang berlaku.

c) Tujuan
1) Menentukan laju timbulan serta komposisi limbah medis padat berdasarkan jenis dan
sumbernya di RSUD Kabupaten Sidoarjo.
2) Mengevaluasi kondisi eksisting pengelolaan limbah medis padat meliputi pengemasan,
pengumpulan, penyimpanan, pengolahan/pemusnahan, dan pengangkutan serta
membandingkannya dengan peraturan yang berlaku.
METODE PENELITIAN

Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan
pihak terkait antara lain pihak sanitarian RSUD Kabupaten Sidoarjo dan petugas cleaning
service yang menangani limbah medis padat. Serta dilakukan jjuga survei yang meliputi
pengamatan kondisi eksisting dan dokumentasi pengelolaan limbah medis padat RSUD
Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan tersebut akan memberikan informasi untuk melihat kesesuaian
antara pelaksanaan pengelolaan limbah padat medis yang terjadi di lapangan dengan peraturan
yang berlaku.

A) Data Sekunder

Data sekunder bertujuan untuk mengetahui data-data rumah sakit yang berkaitan
dengan pengelolaan limbah medis padat, antara lain:

1) Denah RSUD Kabupaten Sidoarjo


2) Struktur organisasi RSUD Kabupaten Sidoarjo
3) Fasilitas yang tersedia di RSUD Kabupaten Sidoarjo
4) Spesifikasi alat insinerator yang digunakan untuk membakar limbah medis padat
5) Kualitas udara emisi cerobong insinerator
6) Jumlah pasien di tiap ruang rawat inap maupun fasilitas penunjang lainnya
7) Dokumen perijinan pengelolaan limbah medis padat RSUD Kabupaten Sidoarjo
8) SOP pengelolaan limbah medis padat RSUD Kabupaten Sidoarjo

B) Data Primer

Data primer bertujuan untuk mengetahui kondisi nyata pengelolaan limbah medis padat
rumah sakit. Jenis limbah yang dijadikan sebagai objek penelitian terdiri dari limbah infeksius
non benda tajam, limbah infeksius benda tajam, limbah patologi, dan limbah farmasi. Data
primer yang dibutuhkan antara lain:

a) Jumlah timbulan, jenis, dan komposisi limbah medis padat


b) Kondisi eksisting pengelolaan limbah medis padat RSUD Kabupaten Sidoarjo meliputi
kegiatan pengemasan, pengumpulan, penyimpanan, pengolahan/pemusnahan, dan
pengangkutan limbah medis padat.
PEMBAHASAN

Pengertian Limbah B3

Berdasarkan PP No. 101 Tahun 2014 pengertian limbah B3 adalah zat, energi, dan/ atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/ atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain.

Jenis dan Jumlah Limbah B3 RSUD Kab. Sidoarjo

Pengukuran ini dilakukan pada masing-masing sumber penghasil limbah medis padat
berikut ini: 1. Ruang rawat inap meliputi 11 ruang 2. Unit rawat jalan meliputi poliklinik
spesialis dan poliklinik eksekutif 3. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 4. Ruang OK Central 5.
Unit farmasi 6. Laboratorium meliputi laboratorium patologi anatomi, laboratorium
mikrobiologi, dan laboratorium klinis 7. Instalasi penunjang meliputi instalasi hemodialisis dan
laundry.

Jenis Limbah Jumlah Limbah (kg/hari)


Limbah infeksius non benda tajam : Kapas,
perban, tissue, sarung tangan, masker,
selang bekas infus, selang bantuan oksigen,
dan sisa kantong darah serta tercampur
390,72 kg/hari
bersama bekas botol infus, botol vial, kain
bekas operasi yang terkontaminasi darah,
sample darah, kain linen terkontaminasi,
baju operasi, penutup kepala
Limbah infeksius benda tajam : Jarum
suntik dan syringes, pecahan kaca dari botol 57,03 kg/hari
vial, jarum fistula
Limbah toksik farmasi : Bekas botol infus,
24,36 kg/hari
bekas botol vial, kemasan bekas obat-obatan
Limbah patologi : jaringan tubuh manusia,
1,31 kg/hari
organ tubuh
ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT B3

1) Pengemasan Limbah Medis B3

Sistem pengemasan yang telah diterapkan oleh RSUD Kabupaten Sidoarjo diatur dalam
standar prosedur operasional pengelolaan sampah medis.

1. Sampah medis dibuang ke tong sampah medis warna kuning hingga 2/3 volume
polybag warna kuning.
2. Limbah jarum suntik/benda tajam terkontaminasi dimasukkan ke dalam
kemasan/kontainer yang tahan tusukan benda tajam.
3. Apabila sampah medis telah penuh hingga 2/3 bagian polybag warna kuning,
selanjutnya diikat dan diangkut ke TPS.

Limbah medis padat yang dihasilkan dipisahkan menjadi 3 jenis yaitu limbah infeksius
non benda tajam, limbah farmasi(botol infus, ampul, dan sisa obat) dan limbah infeksius benda
tajam di setiap ruangan. Di tiap ruangan rawat inap telah dilengkapi kemasan/tong untuk ketiga
jenis limbah ini. Kemasan limbah non benda tajam disediakan di seluruh ruang penghasil
limbah medis padat. Sistem pengemasan limbah medis padat RSUD Kabupaten Sidoarjo untuk
limbah infeksius non benda tajam menggunakan kemasan tempat sampah yang terbuat dari
HDPE, anti bocor, kondisi baik, tidak rusak, dan bebas karat dengan kapasitas 36 liter.
Kemasan limbah medis padat tersebut berwarna kuning, sistem injakkan, terdapat lambang
biohazard dan tertutup.

Kantong plastik limbah medis yang digunakan untuk limbah infeksius non benda tajam
maupun limbah farmasi berwarna kuning dengan simbol biohazard. Kantong plastik yang
digunakan ketebalannya 0,5 cm. Setiap ruangan penghasil limbah medis padat selalu
menyediakan kantong plastik tersebut untuk mengemas limbah medis padatnya.

Kemasan limbah farmasi hanya disediakan di ruang rawat inap, ruang OK Central,
ruang IGD, unit farmasi, dan instalasi hemodialisis. Jenis kemasan yang digunakan untuk
kemasan limbah farmasi sama dengan yang digunakan untuk kemasan limbah infeksius non
benda tajam. Kemasan dilengkapi label khusus untuk botol infus, namun selama pengamatan
selain botol infus juga digunakan sebagai kemasan untuk membuang 60 botol vial dan bekas
kemasan obat.
Limbah infeksius benda tajam biasanya menggunakan jerigen bekas hemodialisis
ukuran 20 liter dan safety box ukuran 5 liter. Sebelum digunakan jerigen dilakukan desinfeksi
terlebih dahulu untuk selanjutnya digunakan sebagai kemasan jarum suntik karena sifatnya
yang anti tusuk dan bocor. Berdasarkan wawancara dengan pihak IPL, penggunaan jerigen
bekas telah mendapatkan ijin dari pihak BLH Kabupaten Sidoarjo.

Limbah medis padat yang dihasilkan di beberapa ruangan diletakkan di bin di luar
ruangan. Bin tersebut menampung secara sementara limbah medis padat dari beberapa ruangan
yang berdekatan untuk selanjutnya diangkut setiap hari oleh petugas. Hal ini juga berguna
keefektifan dalam pengangkutan limbah medis padat agar tidak terlalu lama berada di dalam
ruangan. Biasanya limbah medis dari dalam ruangan akan dikeluarkan oleh petugas cleaning
service dalam ruangan dan ditaruh bin tersebut. Apabila bin telah terisi kantong plastik limbah
medis maka akan segera diangkut.

2) Pengumpulan Limbah Medis B3

Pengumpulan limbah medis padat telah diatur dalam standar prosedur operasional
dimana apabila sampah medis telah penuh 2/3 bagian polybag, polybag diikat dan diangkut
untuk selanjutnya dikumpulkan pada TPS. Selanjutnya diangkut ke insinerator untuk dibakar.

• Jadwal dan Frekuensi Pengumpulan

Jadwal pengumpulan limbah medis padat dilakukan setiap hari dengan 3x shift yaitu
shift 1 (pukul 05.30 WIB), shift 2 (pukul 09.00 WIB), dan shift 3 (pukul 16.00 WIB). Semua
jenis limbah medis padat diangkut pada ketiga shift ini, kecuali limbah benda tajam akan
diambil pada shift pertama dan kedua bersamaan dengan pengumpulan limbah infeksius.

Dari data yang didapatkan diketahui bahwa tidak semua ruangan melakukan aktivitas
pengumpulan limbah medis padat setiap hari. Pengamatan yang dilakukan di 20 ruangan
didapatkan sebanyak 90% ruangan melakukan pengumpulan limbah infeksius non benda tajam
dan farmasi setiap hari dan 10% melakukan pengumpulan tiap seminggu sekali. Sedangkan
untuk pengumpulan limbah infeksius benda tajam, sebanyak 67% ruangan melakukan
pengumpulan setiap hari, 11% ruangan melakukan pengumpulan tiap 2-3 hari sekali, dan
sisanya sebanyak 22% melakukan pengumpulan lebih dari sebulan.

• Alat dan Rute Pengumpulan


Dalam pengangkutan limbah medis padat di tiap ruangan, petugas pengangkut limbah
medis menggunakan kontainer yang difungsikan sebagai trolley dengan kapasitas 500 liter.
Trolley tersebut memiliki penutup, terbuat dari fiberglass, kedap air, berwarna kuning, dan
terdapat simbol biohazard. Trolley yang dimiliki RSUD Kabupaten Sidoarjo berjumlah 3 buah.

Selama proses pengumpulan dilakukan, tutup trolley selalu dalam keadaan tertutup
apabila tidak sedang digunakan. Sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit. Apabila
trolley telah penuh, petugas akan membawanya langsung ke insinerator untuk dibakar hari itu
juga. Limbah medis padat diletakkan dalam kontainer dekat insinerator. Namun, kontainer
yang digunakan tidak ada penutupnya. Sehingga apabila hujan dapat membasahi limbah medis
padat. Untuk menghindari genangan hujan, biasanya petugas memberi penutup dari plastik.

Trolley yang telah selesai digunakan untuk mengangkut limbah medis padat, setiap hari dicuci
bersih di dekat TPS B3. Sehingga air lindi yang ada terbuang dan trolley tidak dihinggapi lalat.
Khusus limbah benda tajam nantinya dipindahkan ke TPS dan selanjutnya dikirim ke PT PRIA.
Secara umum, rute pengumpulan limbah medis padat harus mengikuti prinsip “from
clean to dirty”. Pengumpulan harus dimulai dari area yang paling membutuhkan tingkat
kebersihan yang tinggi seperti ICU dan hemodialisis dan diikuti dengan area medis yang lain
(WHO, 2014). Pada saat pengumpulan, trolley akan masuk di tiap ruang rawat inap terlebih
dahulu. Limbah medis padat yang dihasilkan di tiap ruangan akan diambil satu persatu dari
kemasannya oleh petugas dan kantong plastik akan dipasang dengan yang baru. Setelahnya,
petugas akan mengumpulkan limbah medis dari area luar. Biasanya untuk unit laundry, IPIT,
Poliklinik, IGD, PERISTI, dan OK Central terdapat bin yang diletakkan di luar ruangan. Unit
tersebut merupakan unit yang harus steril.

Dapat diketahui bahwa tidak semua ruangan dikumpulkan limbah medis padatnya di
tiap shift. Pada shift pertama dilakukan pengumpulan limbah medis padat sebanyak 85% dari
20 ruangan. Selanjutnya shift kedua sebanyak 50% dan shift ketiga sebanyak 67% dari 20
ruangan. Beberapa unit yang dilengkapi bin diluar ruangan biasanya limbah medis padatnya
akan dikeluarkan dari dalam ruangan di waktu tertentu. Misalnya, untuk unit PERISTI, OK
Central, IPIT, dan hemodialisis akan mengeluarkan limbah medis padatnya di pagi hari dan
sore hari, sehingga limbah medis padatnya akan diangkut oleh petugas pengumpul limbah
medis saat shift pertama dan ketiga. Rata-rata jumlah timbulan limbah medis padat pada shift
pertama adalah yang terbesar dibandingkan dengan shift kedua dan ketiga yakni sebesar 286,99
kg/hari. Hal ini disebabkan pada shift pertama, semua limbah medis padat dikumpulkan dari
semua ruangan penghasil limbah medis padat. Pada shift kedua rata-rata timbulannya terkecil
yakni 46,98 kg/hari karena pada shift kedua limbah medis padatnya tidak diambil dari semua
sumber penghasil limbah dan limbah medis padat yang dihasilkan juga masih sedikit.
• APD Petugas Pengumpul Limbah Medis Padat B3

Petugas pengangkut limbah medis padat di RSUD Kabupaten Sidoarjo adalah pekerja
dari PT Febri Dharma Mandiri. PT Febri Dharma Mandiri menjadi rekanan RSUD Kabupaten
Sidoarjo untuk menangani masalah kebersihan. Dalam menangani limbah medis padat di
standar operasional prosedur telah diatur penggunaan APD berupa masker, sepatu, dan sarung
tangan. Berdasarkan Kepmenkes No. 1204 Tahun 2004 petugas yang menangani limbah, harus
menggunakan alat pelindung diri yang terdiri:

1) Topi/helm
2) Masker
3) Pelindung mata
4) Pakaian panjang (coverall)
5) Pelindung kaki/sepatu boot
6) Sarung tangan khusus(disposable gloves atau heavy duty gloves)

Selama pengamatan yang dilakukan, petugas limbah medis padat selalu menggunakan
masker, pakaian panjang, sepatu, dan sarung tangan. Petugas juga telah mendapatkan pelatihan
tentang pengelolaan limbah B3 sebelumnya.

3) Penyimpanan Limbah Medis B3

Kegiatan penyimpanan limbah medis padat dilakukan di TPS limbah B3 dan


insinerator. Kegiatan penyimpanan sementara limbah medis padat ini telah mendapatkan izin
penyimpanan sementara limbah B3. Untuk limbah infeksius non benda tajam yang diangkut
biasanya diletakkan di dekat insinerator dalam kemasan kontainer untuk segera dimusnahkan.
Sedangkan untuk limbah infeksius benda tajam disimpan di TPS limbah B3. Limbah patologi
dari laboratorium biasanya langsung diangkut ke insinerator untuk dimusnahkan.

Lokasi TPS limbah B3 terletak di bagian paling belakang rumah sakit sehingga jauh
dari jangkuaun orang luar dan fasilitas kesehatan rumah sakit. Jarak antara TPS limbah B3
dengan insinerator sekitar 200 meter. TPS limbah B3 memiliki ruang penyimpanan yang dibagi
menjadi dua yaitu limbah B3 cair dan limbah B3 padat. Ruang penyimpanan limbah B3 cair
biasanya untuk penyimpanan jerigen bekas hemodialisis, kemasan limbah infeksius benda
tajam, drum abu pasca insinerasi, dan limbah infeksius non benda tajam.

Lama penyimpanan limbah infeksius non benda tajam kurang dari 24 jam. Biasanya
pengangkutan limbah infeksius non benda tajam yang diangkut pada shift ketiga tidak
diletakkan di TPS limbah B3, namun dekat insinerator untuk segera dimusnahkan pagi harinya.
Limbah infeksius non benda tajam tersebut diletakkan dalam kontainer yang terbuka. Limbah
infeksius benda tajam disimpan lebih dari 48 jam. Limbah jenis ini dikirim ke PT PRIA untuk
dimusnahkan. Untuk limbah patologi yang dihasilkan dari laboratorium patologi anatomi
disimpan lebih dari sebulan dengan cara diawetkan dengan cairan formalin. Penyimpanan
limbah patologi di ruangan khusus yang ada di laboratorium patologi anatomi.

Rata-rata timbulan limbah infeksius benda tajam yang masuk ke TPS limbah B3
sebanyak 57,03 kg/hari. Kemasan limbah benda tajam tersebut disusun rapi di dalam TPS
limbah B3 untuk selanjutnya beberapa hari kemudian dikirim ke PT PRIA. Pengangkutan
limbah tersebut menggunakan truk milik PT PRIA. Sebelum diangkut oleh PT PRIA dilakukan
penimbangan di TPS limbah B3. Selama pengamatan, sebanyak 15 drum ukuran 200 liter berisi
abu pasca insinerasi disimpan dalam TPS limbah B3. Sedangkan untuk abu pasca insinerasi
dimasukkan ke dalam drum ukuran 200 liter dan telah dilengkapi simbol dan label sebelum
diangkut ke PPLi.

Sedangkan ruang penyimpanan limbah padat biasanya terdiri dari penyimpanan lampu
bekas, limbah kimia, dan oli bekas. Setiap ruang diberi tembok pemisah dan sudah dilengkapi
dengan simbol pada masing-masing ruang. Lampu bekas dan limbah benda tajam akan
dikirimkan ke PT PRIA untuk diolah. Sedangkan oli bekas dikembalikan ke
bengkel/perusahaan rekanan. Abu pasca insinerasi dikirimkan ke PPLi. Sedangkan jerigen
bekas hemodialisis akan dilakukan desinfeksi untuk digunakan kembali sebagai kemasan
limbah benda tajam. Air bekas cucian jerigen hemodialisis akan terbuang lewat saluran
drainase lalu ditampung di bak penampung dan menuju ke IPAL.

4) Pengolahan Limbah Medis B3

Kegiatan pengolahan limbah medis padat milik RSUD Kabupaten Sidoarjo


menggunakan insinerator untuk pemusnahan limbahnya. RSUD Kabupaten Sidoarjo juga telah
memiliki izin pengolahan limbah B3. Insinerator yang dimiliki oleh RSUD Kabupaten Sidoarjo
berjumlah sebanyak 1 buah.

Limbah B3 dimusnahkan dengan incinerator dengan suhu 900-1000oC . Lokasi insinerator di


dekat kantin sekitar 10 m dan diluar area insinerator adalah parkir mobil dan tempat trolley yang akan
digunakan petugas pengumpul limbah medis. Gerbang bangunan insinerator dilengkapi berbagai
peringatan mulai dari peringatan bahaya hingga area khusus trolley agar mobil tidak parkir
sembarangan dan menghambat pengangkutan limbah medis.
a) Pengoperasian Incinerator

Pembakaran limbah medis padat dilakukan selama 7 hari berturut-turut mulai hari Senin
hingga Minggu. Waktu pengoperasian mulai pukul 07.30-18.00 (untuk hari Senin-Sabtu) dan
pada hari minggu pengoperasian dimulai pukul 07.00-14.00.

Jenis limbah medis padat yang dibakar di insinerator antara lain limbah infeksius non
benda tajam, limbah farmasi, dan limbah patologi. Limbah infeksius benda tajam yang
dihasilkan tidak dimusnahkan di insinerator ini, namun dikirim ke PT.PRIA selaku pihak
ketiga.

b) Penanganan Abu Pasca Incinerasi

Penanganan Abu Pasca Insinerasi Abu pasca insinerasi setiap pagi hari diambil dari kemasan
penampung abu. Sehingga, ketika dilakukan pemusnahan limbah medis padat lagi tidak mengurangi
kapasitas ruang bakar insinerator.

5) Pengangkutan Limbah Medis B3

RSUD Kabupaten Sidoarjo bekerjasama dengan PT PRIA dan PPLi dalam pengangkutan
limbah medis padat. Semua aktivitas pengangkutan dilengkapi dengan surat perjanjian kerjasama dan
manifest limbah B3. Manifest limbah B3 digunakan untuk mengetahui mata rantai perpindahan dan
penyebaran limbah B3. Jenis limbah yang diangkut ke PT PRIA antara lain limbah infeksius non benda
tajam, limbah infeksius benda tajam, dan bekas lampu listrik.

Proses pengangkutan menggunakan kendaraan pengangkut dari PT PRIA yang telah


berlisensi. Aktivitas pengangkutan dilakukan minimal 2 hari sekali. Selain itu, aktivitas
pengangkutan juga dilakukan oleh PPLi untuk mengangkut abu pasca insinerasi. Abu pasca
insinerasi ini ditempatkan dalam drum ukuran 200 liter yang telah dilengkapi simbol dan label.
kendaraan pengangkut telah mendapatkan izin pengangkutan dan jenis truk van. Abu pasca
insinerasi tersebut dikirim ke Cileungsi.

KESIMPULAN

1) Jumlah timbulan serta komposisi limbah medis padat di RSUD Kabupaten Sidoarjo
adalah limbah infeksius non benda tajam 390,72 kg/hari (82,53%), limbah farmasi
24,36 kg/hari (5,15%), limbah infeksius benda tajam 57,03 kg/hari (12,05%), dan
limbah patologi 1,31 kg/hari (0,28%). Sedangkan laju timbulan limbah medis padat
0,61 kg/pasien/hari.
2) Kondisi pengelolaan limbah medis padat pada saat ini adalah segregasi limbah belum
berjalan baik, kemasan limbah jarum suntik tidak terdapat simbol/label di beberapa
tempat, penyimpanan limbah infeksius benda tajam ada yang lebih dari 48 jam,
kontainer kemasan limbah medis terbuka, efisiensi pembakaran masih dibawah
peraturan yaitu sebesar 90,56%.
PENANGANAN LIMBAH B3 PT D&D PACKAGING

PENDAHULUAN

a) Latar Belakang

Cikarang adalah sebuah kota di Kabupaten Bekasi yang terletak 34 km sebelah timur
Jakarta dan terkenal sebagai Kota Industri terbesar di Asia Tenggara. Kawasan Industri di
Cikarang merupakan Kawasan Industri yang potensial, mengingat sekitar 2.125 unit pabrik
dari 25 Negara berlokasi di kawasan tersebut (Restu, 2018).

Hal tersebut dapat berdampak positif bagi masyarakat Kabupaten Bekasi dalam
meningkatkan kesejahteraan, namun dapat berdampak negatif dari aktivitas industri. Dari
berbagai macam produksi dan bahan baku yang diolah akan menghasilkan suatu produk dan
hasil yang berupa limbah. Limbah yang dihasilkan itu diantaranya ada yang mengandung
Bahan Berbahaya dan Beracun atau limbah B3. Oleh sebab itu, limbah tersebut harus dibuang
sesuai pada tempatnya.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun, Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi
dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan/atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lain. Dari pengertian tersebut limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang
dibuang langsung ke lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan
keselamatan manusia serta makhluk hidup lainnya. Limbah B3 memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda dengan limbah pada umumnya, terutama karena sifatnya yang
tidak stabil. Kestabilan limbah B3 dipengaruhi oleh beberapa faktor luar seperti temperatur,
tekanan atau gesekan, tercampur dengan bahan lainnya. Sehingga dapat memicu bahan B3
seperti sifat reaktif, eksplosif, mudah terbakar atau sifat racunnya. Mengingat resiko tersebut,
perlu diupayakan agar setiap kegiatan industri dapat menghasilkan limbah B3 yang seminimal
mungkin dan mencegah masuknya limbah B3 ke lingkungan kerja (Trihadiningrum, 2016).
Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang meliputi: pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/ataupenimbunan (Pasal 1 Angka
11 PP No.101, 2014). Diatur dalam Pasal 10 sampai dengan Pasal 11 PP Nomor 101 Tahun
2015, pengurangan limbah B3 dilakukan melalui: subtitusi bahan, modifikasi proses, dan/atau
penggunaan teknologi ramah lingkungan.
PT. D&D Packaging Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
kemasan (packaging), yang ditujukan untuk para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM).
Bahan baku sisa dari proses produksi kemasan makanan tersebut adalah salah satu penghasil
limbah B3 yang berupa limbah padat dan cair. Dari latar belakang di atas maka dilakukan
penelitian tentang Analisa Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di PT.
D&D Packaging Indonesia.

b) Rumusan Masalah
1) Limbah B3 apa saja yang dihasilkan dari proses produksi di PT. D&D Packaging
Indonesia?
2) Bagaimana Pengelolaan Limbah B3 di PT. D&D Packaging Indonesia?
3) Apakah pelaksanaan pengelolaan limbah B3 di PT. D&D Packaging Indonesia telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia?

c) Tujuan

1) Mengetahui proses produksi PT. D&D Packaging Indonesia yang menghasilkan


limbah B3.

2) Mengetahui pengelolaan limbah B3 di PT. D&D Packaging Indonesia.

3) Mengetahui Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3) yang diterapkan di PT. D&D Packaging Indonesia.

METODE PENELITIAN

1) Metode Pengumpulan Data


• Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil pengamatan
kegiatan pada area yang menghasilkan limbah B3 di PT. D&D Packaging Indonesia.

• Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder meliputi kegiatan pengumpulan sekunder, data literatur,


jurnal, makalah, laporan kerja praktek terdahulu, data keterangan berupa bagan alir proses
produksi dan dampak yang mungkin timbul dan data pendukung lainnya seperti metode
pengumpulan data informasi dengan cara menbaca dan mempelajari literatur yang berkaitan
dengan objek studi.

2) Metode Analisis

Pekerjaan yang dilakukan yaitu melakukan studi literatur terhadap obyek kerja praktek
dan konsep dasar pengelolaan limbah B3. Kemudian dilanjutkan dengan proses administrasi
sampai diperoleh persetujuan pelaksanaan kerja praktek pada obyek tersebut. Kajian pustaka
terus dilakukan untuk melihat hubungan antara observasi lapangan dan teori. Pengumpulan
data primer dilakukan di dalam lokasi dengan melakukan pengamatan langsung dari
pengelolaan limbah B3 di PT. D&D Packaging Indonesia dan wawancara dengan pihak yang
bertanggung jawab mengurus limbah B3, data yang diperoleh lalu diolah berdasarkan referensi
yang ada (Shinta Margareta, 2013).

PEMBAHASAN

Sumber Limbah Perusahaan

PT. D&D Packaging Indonesia merupakan salah satu Perusahaan yang bergerak di
bidang Manufaktur yang setiap harinya dapat menghasilkan limbah yang bersumber dari sisa
hasil produksi, yang dimana hasil produksi ini terdiri dari limbah padat dan limbah cair.

a) Pengelolaan Limbah Padat


b) Pengelolaan Limbah Cair

Pengelolaan limbah cair di PT. D&D Packaging Indonesia langsung disalurkan ke


saluran Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Kawasan Industri Hyundai Inti Development
dengan saluran tertutup. Tanggung jawab pabrik sebatas pada air limbah tidak melebihi Baku
Mutu yang ditetapkan oleh Estate Regulation (Dok. UKL/UPL PT. D&D Packaging Indonesia,
2011). Dan disalurkan juga ke saluran Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) PT Detpak
Indonesia.

Sumber dan Jenis Limbah B3

PT. D&D Packaging Indonesia dalam penggunaan bahan yang mengandung kimia
berbahaya sangat berhati-hati, agar tidak terpapar ke permukaan tanah. Sehingga dampak
negatif yang akan timbul dari terpaparnya bahan berbahaya dan beracun tidak pernah terjadi.
Jenis limbah B3 yang dihasilkan dari proses produksi PT. D&D Packaging Indonesia berupa
limbah padat dan cair.

• Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan oleh PT. D&D Packaging Indonesia merupakan hasil
dari raw material, proses produksi juga packaging.
• Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. D&D Packaging Indonesia berasal dari proses
produksi dan kamar mandi/toilet.

Jenis Limbah B3

Periode Pengukuran
No Jenis Limbah Satuan
Semester I 2017 Semester II 2017
Majun dan sarung
1. Kg/bln 113 100kg/6=17kg
tangan terkontaminasi
Masker dan tutup
2. Kg/bln 4,3 -
kepala terkontaminasi
3. Jerigen bekas Bh/bln 106 497 pcs : 6 = 83 pcs
4. Kaleng bekas Bh/bln 15 256 pcs : 6 = 43 pcs
5. Lampu TI Bh/bln - 20 pcs : 6 = 3 pcs
6. Drum/tong besar Bh/bln 8 69 pcs : 6 = 11 pcs
7. Tong plastik kecil Bh/bln 13 109 pcs : 6 = 18 pcs
8. Ember plastik Bh/bln 141 1.284 pcs : 6 = 214 pcs
9. Oli bekas lt/bln - 1.400 lt : 6 = 233 lt
10. Cairan bekas pencucian lt/bln 3000 -

PENGELOLAAN LIMBAH B3 INDUSTRI

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 mengenai Pengelolaan Limbah B3


adalah kegiatan yang meliputi pengurangan, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan. Setiap perpindahan limbah B3 disertai dengan
Manifest untuk memastikan pengelolaan dilakukan sesuai prinsip carddle to grave.

Adapun limbah yang dihasilkan oleh PT. D&D Packaging Indonesia ada dua jenis,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah tersebut adalah kaleng, jerigen, kemasan lem, oli
bekas, tinta bekas, kertas, kardus, karung plastik, kain majun, sarung tangan terkontaminasi
dan material bekas. Dari limbah B3 yang dihasilkan tersebut telah dilakukan identifikasi
menurut sumber dan jenisnya. Akan tetapi belum dibedakan sesuai karakteristik limbahnya.
Sebagaimana diatur dalam PP Nomor 101/2014 yang berbunyi bahwa: “limbah B3 dapat
diidentifikasi menurut sumber atau uji karakteristik dan/atau uji toksikologi.”
Identifikasi limbah B3 secara umum di PT. D&D Packaging Indonesia telah sesuai
dengan PP 101/2014 tentang Pengelolaan Limbah B3, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 18 Tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3 serta Pemerintah
Kabupaten Bekasi Dinas Lingkungan Hidup Nomor 660.3/1.129/PLB3/P3LH/DLH/IX/2018
tentang Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk Kegiatan Penyimpanan Limbah B3. Identifikasi
limbah B3 pada PT. D&D Packaging Indonesia yang dipilah sudah sesuai dengan jenisnya dan
telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah.

1) Pengurangan Limbah B3

Metode yang digunakan yaitu dengan pemisahan di sumber limbah domestik dan
limbah B3, kemudian pemilihan dilakukan dari tempat terbuka atau di ruang yang terlindung
dari udara panas yang disediakan perusahaan (gudang penyimpanan sementara limbah B3).
Pemilihan dilakukan sedekat mungkin dengan area penyimpanan, semua bahan yang akan
dipilih diberi label dengan jelas dan dipisahkan sesuai dengan kategorinya. Petugas
menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti sarung tangan, sepatu bot, masker, dan kaca
mata safety. Setelah dipilah limbah tersebut di letakkan di TPS B3.

2) Penyimpanan Sementara Limbah B3

Penyimpanan sementara limbah telah diatur dalam Surat Kepala Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Nomor: 6603/144/LB3/XII/PPKL/BPLH/2016 tentang
Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) PT. D&D
Packaging Indonesia.

Tempat penyimpanan sementara limbah B3 PT. D&D Packaging Indonesia tidak


memiliki saluran drainase, namun sudah diberi izin dengan dikeluarkannya Surat Kepala Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Nomor:
6603/144/LB3/XII/PPKL/BPLH/2016 tentang Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.

Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimasukkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3


ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat terhindari.
Penyimpanan limbah B3 di area telah sesuai dengan ketentuan dalam PP No. 101/2014 pasal
13. Isinya sebagai berikut:

• Memiliki perlengkapan untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan.


• Memiliki konstruksi bangunan kedap air dan bahan bangunan yang disesuaikan dengan
karakteristik limbah B3.
• Mempunyai lokasi pengumpulan bebas banjir.

3) Pewadahan dan Pengumpulan Limbah B3

Pewadahan yaitu proses sebelum pengumpulan yang mana disesuaikan dengan limbah
yang ada. Untuk limbah padat B3 ditempatkan pada safety box dan untuk limbah cair
ditempatkan pada kardus-kardus. Sedangkan untuk limbah cair ditempatkan pada drum dan
juga jerigen yang telah diberi label identitas limbah. Untuk pengumpulan limbah B3 di PT.
D&D Packaging Indonesia adalah pengumpulan yang bersifat intern pabrik atau limbah B3
yang dihasilkan dari office, area produksi, gudang dan area lainnya diangkut untuk kemudian
dikumpulakn ke penyimpanan sementara limbah B3.

Untuk meningkatkan pengamanannya sebelum dilakukan penyimpanan limbah B3


terlebih dahulu dikemas, dari hasil pengamatan pengemasan limbah B3 di PT. D&D Packaging
Indonesia diperoleh dengan kondisi kemasan dalam kondisi baik, tidak rusak dan bebas dari
perkaratan dan kebocoran. Bentuk dan ukuran kemasan sesuai dengan jenis limbah B3, namun
belum dibedakan sesuai karakteristiknya. Maka tidak sesuai dengan keputusan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor: P.56/Menlhk-Setjen/2015 yang
berbunyi: “Sebelum disimpan di Liquid Waste Storage, limbah B3 dikemas dalam kemasan
drum dan diberi simbol yang sesuai dengan karakteristik limbahnya”.

4) Pengangkutan Limbah B3
1) Pengangkutan Intern
• Dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan dari unit produksi ke tempat
penampungan sementara adalah dokumen waste transfer yang mencantumkan identitas
jenis, jumlah dan sumber limbah B3 atau dokumen berita acara serah terima limbah.
• Operator pengangkutan limbah di PT. D&D Packaging Indonesia menggunakan hand
lift dan forklift. Untuk pengemudi forklift harus berpengalaman di lapangan,
mempunyai kualifikasi sebagai pengemudi alat angkut yang akan dipakai, mempunyai
surat izin kerja, dan telah mengikuti kepelatihan keselamatan kerja.
2) Pengangkutan dari PT D&D Packaging Menuju Pihak Ketiga

Pada pengangkutan limbah B3 untuk diolah ke pihak ke-3 PT. D&D Packaging
Indonesia dengan menggunakan truk dalam keadaan tertutup dan diberi tanda berbahaya.
Pengiriman limbah B3 ke PT Sinar Agung memenuhi persyaratan yang ada dengan dilengkapi
Manifest.

Dalam kegiatan pengangkutan ini, pihak ke-3 tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) sesuai standar. Pihak ke-3 hanya menggunakan APD seperti sarung tangan kain dan
sepatu safety, tidak menggunakan masker dan APD yang sesuai standar dalam pengangkutan
limbah B3.

Setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan


dokumen limbah B3. Hal ini sesuai dengan PP No. 101/2014. Pengangkutan limbah B3 di PT.
D&D Packaging Indonesia memiliki izin operasi dari Departemen Perhubungan. Hal ini sesuai
dengan PP No. 101/2014 yaitu “Penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan
dan/atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala Instansi yang
bertanggung jawab. Pengangkutan limbah B3 wajib memiliki izin pengangkutan dari Menteri
Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Instansi yang bertanggung jawab”.

5) Pemanfaatan Limbah B3

PT. D&D Packaging Indonesia dalam kegiatan produksinya menghasilkan dua jenis
limbah yaitu limbah padat yang berasal dari sisa kemasan dan limbah cair yang berasal dari
produksi, oli bekas, dan limbah domestik. Limbah yang dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu
berasal dari limbah padat berupa ember bekas penyimpanan tinta maupun cairan. Selain dari
sisa limbah padat yang berupa ember itu dimanfaatkan oleh pihak ke-3 yang sudah disimpan
di penyimpanan sementara limbah B3. Oleh karena itu limbah B3 yang dihasilkan dari produk
rejected seperti ember yang berisi tinta maupun cairan, isinya dikumpulkan dan disimpan di
gudang B3, kemudian ember dicuci sampai bersih yang digunakan untuk tempat penyimpanan
sisa produksi.

6) Pengolahan Limbah B3

Proses pengolahan limbah padat B3 diambil oleh pihak ke-3 dan limbah cair dari
kegiatan produksi di Perusahaan ini ada dua proses, limbah yang dibuang langsung ke saluran
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Lippo Cikarang dan limbah yang dibuang ke saluran
Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) PT Detpak Indonesia.
Untuk pengolahan limbah B3 secara umum di PT. D&D Packaging Indonesia selama
ini masih melakukan secara exsitu atau offsite, yang dimana dilakukan perpindahan limbah
yang mengandung bahan B3 ke dalam penampungan yang lebih terkontrol yang kemudian
diberi perlakuan khusus dengan menggunakan bahan chemical. Hal ini sesuai dengan PP No.
101/2014 yang selama ini mengharuskan penghasilan limbah yang bila tidak memenuhi syarat
sebagai pengolah dan penimbun, maka harus diserahkan pada pihak lain yang telah diakui oleh
pemerintah. Perusahaan Detmold Group yang memiliki berbagai Plant salah satunya PT. D&D
Packaging Indonesia dalam pengolahan limbah B3 selama ini melakukan kesepakatan dengan
PT Sinar Agung sebagai pihak ke-3 untuk diolah sesuai dengan regulasi yang berlaku.

KESIMPULAN

1) Proses produksi PT. D&D Packaging Indonesia dapat menghasilkan limbah B3.
Limbah B3 yang dihasilkan berasal dari 3 proses produksi yaitu proses produksi
carton/box, proses produksi gelas kertas, dan proses produksi tutup gelas plastik.
2) Limbah B3 yang dihasilkan dikelola oleh PT. D&D Packaging Indonesia dengan
mengikuti Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dengan melalui tahapan Penyimpanan limbah
sementara, Pengemasan, pelabelan dan simbol, Pengangkutan limbah, dan tahap
Pengolahan limbah.
3) PT. D&D Packaging Indonesia sudah diberikan izin dengan dikeluarkannya Keputusan
Surat Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi Nomor:
6603/144/LB3/XII/PPKL/BPLH/2016 tentang Izin Penyimpanan Sementara Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
P.63 Tahun 2016 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun di Fasilitas Penimbunan Akhir.

Anda mungkin juga menyukai