Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Permasalahan kesehatan sering terjadi dikalangan masyarakat, untuk

mencapai tujuannya dalam mengurangi masalah dan memusnahkan resiko yang

memiliki potensi mengganggu kesehatan masyarakat, tidak dapat dipungkiri

jasa pelayanan kesehatan akan menghasilkan limbah dengan sendirinya atau

mungkin berbahaya bagi kesehatan. Limbah yang dihasilkan dari pelayanan

jasa kesehatan memiliki potensi yang sangat tinggi dalam menimbulkan infeksi

dan cidera dibandingkan jenis limbah yang lain.

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. (UU RI, 2010). Rumah

sakit sebagai suatu instansi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat, selain memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya

yaitu sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan

kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan

penelitian, rumah sakit juga memberikan dampak negatif kepada masyarakat

berupa pencemaran, pencemaran ini dapat tejadi karena pengelolaan limbahnya

tidak dilakukan dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan

lingkungan secara menyeluruh. Rumah sakit dapat menimbulkan bahaya bagi

para penderita dan pekerjanya, baik bagi para dokter, perawat, teknisi, dan

1
2

semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit maupun perawatan

penderita (Kusnoputranto dalam Hardianty, 2013)

Dengan menerapkan kebijakan mengenai pengelolaan limbah layanan

kesehatan, fasilitas medis dan lembaga penelitian semakin dekat dalam

memenuhi tujuan mewujudkan lingkungan yang sehat dan aman bagi karyawan

mereka maupun masyarakat sekitar (Pruss, 2005).

Salah satu upaya yang dilakukan rumah sakit dalam rangka penyehatan

lingkungan dengan cara menyelenggarakan pelayanan sanitasi rumah sakit,

yaitu dengan adanya pengelolaan limbah. Pengelolaan limbah merupakan salah

satu aspek strategis dari rumah sakit, karena dengan pengelolaan limbah yang

baik akan menciptakan citra yang baik bagi rumah sakit.

Dalam pengolahan limbah rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah

organik dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan

beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10%

sampai 15% diantaranya merupakan limbah infeksius yang mengandung logam

berat, antara lain merkuri (Hg). Sekitar 40% lainnya adalah limbah organik

yang berasal dari sisa makanan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun

dapur gizi. Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas

infus dan plastik (Hardianty, 2013).

Dalam Profil Kesehatan Indonesia, diungkapkan seluruh rumah sakit di

Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian terhadap

100 rumah sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi

limbah sebesar 3,2 kg pertempat tidur perhari. Analisis lebih jauh menunjukkan
3

produksi limbah (limbah padat) berupa limbah domestik sebesar 76,8 % dan

berupa limbah infeksius sebesar 23,2 %. Diperkirakan secara nasional produksi

limbah (limbah padat) rumah sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi

air limbah sebesar 48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat

dibayangkan betapa besar potensi rumah sakit untuk mencemari lingkungan

dan kemungkinan menimbulkan kecelakaan serta penularan penyakit (Profil

Kesehatan Indonesia, Depkes RI 2002).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyebutkan volume

limbah medis yang berasal dari 2.813 rumah sakit di Indonesia mencapai 242

ton perhari. “Dari jumlah tersebut rata-rata tumpukan limbah 87 kg/hari,

artimya limbah yang belum dikelola masih cukup besar” (Sinta Sapta Rina,

2018). Rumah sakit menghasilkan limbah dalam jumlah besar, beberapa

diantaranya membahayakan kesehatan di lingkungannya. Di negara maju,

jumlah limbah diperkirakan 0,5 - 0,6 kilogram per tempat tidur rumah sakit per

hari.

UPT RSUD Asembagus merupakan Rumah Sakit pemerintah di kabupaten

situbondo, berdasarkan hasil survei pada UPT RSUD Asembagus yang di

laksanakan pada Tanggal 04 Juni 2018, lokasi geografis UPT RSUD

Asembagus terletak di antara pantai maka dikhawatirkan limbah medis yang di

gunakan rumah sakit tersebut dibuang ke laut. Bila hal ini terjadi akan

memberikan dampak negatif yakni pencemaran lingkungan tarhadap biota laut

maupun masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai yang bisa

mempengaruhi derajat kesehatan.


4

Menurut menteri kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang

kesehatan lingkungan rumah sakit dan PP nomor 12 tahun 1995 dan PP Nomor

18 tahun 1999 tanggal 27 Februari 1999 yang dikuatkan lagi melalui PP Nomor

74 tahun 2001 tanggal 26 November 2001 tentang pengelolaan limbah rumah

sakit, B3, juga dapat membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya karena

limbah klinis merupakan limbah infeksius yang mayoritas sudah

terkontaminasi dengan bakteri, virus, dan bahan radioaktif maupun B3

(Marosin dkk, 2008)

Dilihat dari segi pengelolaan limbahnya UPT RSUD Asembagus masih

kurang baik. Hal tersebut didapat dari hasil wawancara kepada pihak rumah

sakit yang memaparkan bahwa “limbah medis di UPT RSUD Asembagus

diangkut jika ada dana, selain faktor dana juga ada faktor yang lain yaitu

menunggu pihak ke-3 (CV), karena tidak setiap hari pihak dari CV datang ke

rumah sakit untuk mengangkut limbah tersebut. Sehingga limbah-limbah yang

ada menumpuk di tempat penampungan limbah sebelum diangkut”. (HP, 24).

Selain hasil wawancara juga ada beberapa bukti pedukung berupa catatan

pengangkutan limbah dari jumlah timbunan limbah medis di rumah sakit

tersebut berkisar 10 sampai 20 kg/ hari, jika limbah yang belum diangkut bisa

selama 3 atau 5 hari jumlah limbah yang tertimbun akan semakin banyak. Hal

ini tidak baik untuk lingkungan rumah sakit dan lingkungan sekitar. Menurut

menteri kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang kesehatan

lingkungan rumah sakit dan PP nomor 12 tahun 1995 dan PP Nomor 18 tahun
5

1999 tanggal 27 Februari 1999 yang dikuatkan lagi melalui PP Nomor 74 tahun

2001 tanggal 26 November 2001 tentang pengelolaan limbah rumah sakit.

Selain faktor diatas UPT RSUD Asembagus juga tidak memiliki

incinerator, sehingga tidak dapat memusnahkan limbahnya sendiri dikarenakan

terkait anggaran yang dimiliki oleh rumah sakit. Limbah medis di rumah sakit

ditumpuk dan kemudian diangkut ke TPA, hal ini juga akan menimbulkan

pencemaran udara berupa bau yang dapat mengganggu aktivitas di rumah sakit

serta limbah medis yang tidak dikelola dengan baik dapat menularkan

penyakit.

Berdasarkan pada pernyataan diatas dan pentingnya pengelolaan limbah

rumah sakit. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil

judul “Gambaran Pengelolaan Limbah Medis Padat di UPT RSUD

Asembagus”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang digunakan oleh

peneliti adalah Bagaimanakah Gambaran Pengelolaan Limbah Medis Padat di

UPT RSUD Asembagus?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui gambaran pengelolaan limbah medis padat di UPT

RSUD Asembagus.
6

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh gambaran tentang pemilahan limbah medis padat di

UPT RSUD Asembagus.

b. Untuk memperoleh gambaran tentang pewadahan limbah medis padat di

UPT RSUD Asembagus.

c. Untuk memperoleh gambaran tentang pengumpulan limbah medis di

UPT RSUD Asembagus.

d. Untuk memperoleh gambaran tentang tempat pengangkutan sementara

(TPS) limbah medis di UPT RSUD Asembagus.

e. Untuk memperoleh gambaran tentang tempat penampungan sementara

limbah medis padat di UPT RSUD Asembagus.

f. Untuk memperoleh gambaran tentang pemusnahan limbah medis padat

di UPT RSUD Asembagus.

D. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat dalam penelitian ini yang dapat diambil antara

lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan (UBI)
Sebagai tambahan informasi dan wawasan mengenai gambaran

pengelolaan limbah medis padat berdasarkan peraturan yang berlaku dan

bahan penelitian bagi mahasiswa di masa mendatang.

2. Bagi Pihak Rumah Sakit


a. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi rumah sakit tempat

penelitian dalam hal pengelolaan sampah medis padat yang baik dan

benar.
7

b. Dapat meningkatkan informasi kepada pihak rumah sakit terkait untuk

peningkatan derajat kesehatan lingkungan khususnya pengelolaan limbah

medis padat dan sanitasi lingkungan.

3. Bagi Peneliti

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

lain terutama dalam menghadapi permasalahan sejenis.

b. Hasil penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi tambahan ilmu

pengetahuan, wawasan dan pengalaman praktis bagi peneliti dalam

menerapkan teori yang telah didapat selama mengikuti perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai