Anda di halaman 1dari 49

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

DI UPTD PUSKESMAS DTP SELAJAMBE KECAMATAN SELAJAMBE


KABUPATEN KUNINGAN
TAHUN 2020

LAPORAN MAGANG

Oleh:

AMALIA HULFALAH
CMR0160003

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah limbah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama

semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,

maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Limbah yang dihasilkan dari upaya medis

puskesmas, poliklinik dan rumah sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam kategori

biohazard yaitu jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, dimana banyak virus,

bakteri maupun zat-zat yang membahayakan lainnya. Limbah cair yang berasal dari puskesmas

jika tidak dikelola dengan baik dapat berfungsi sebagai media penyebaran penyakit juga dapat

mencemari lingkungan dan berdampak buruk bagi dan merugikan masyarakat yang berada di

sekitar rumah puskesmas maupun bagi puskesmas itu sendiri.

Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang bertanggung

jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan

menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan

demikian puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan kesehatan, pusat

pemberdayaan keluarga dan masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatangigi, farmasi atau

yang sejenis,penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan

yang beracun, infeksius, berbahayaatau bisamembahayakan, kecuali jika dilakukan pengamanan

tertentu (Adisasmito, 2007).


Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan air limbah Puskesmas merupakan salah

satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini di sebabkan karena air limbah

Puskesmas, mengandung senyawa organik yang sangat cukup tinggi juga memungkinkan

mengandung zat senyawa kimia serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan

penyakit terhadap masyarakat di sekitarnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Puskesmas Selajambe menunjukan bahwa

limbah cair medis berasal dari ruang keperawatan, poli gigi, laboratorium, ruang Pelayanan

Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED), dan lain-lain (Data Primer,2020).

Berdasakan observasi yang telah dilakukan pada saat pelaksanaan magang di Puskesmas

Selajambe diketahui bahwa permasalahan di instalasi Pengelolaan Air Limbah di Puskesmas

Selajambe yaitu tidak ada bak penampungan setelah ada pengelolaan air limbah sehingga air

limbah yang sudah dikelola dibuang ke selokan. Selain itu tidak adanya pelatihan pada petugas

untuk pengelolaan limbah cair dan kurangnya pemantauan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah

(IPAL) sehingga mengalami kerusakan dan tidak ada dana untuk diperbaiki.

Berdasarkan latar belakang diatas UPTD Puskesmas DTP Selajambe merupakan salah satu

Puskesmas yang dalam pengolahan air limbahnya sudah menggunakan Instalasi Pengolahan Air

Limbah (IPAL). Oleh karena itu, dengan kegiatan magang ini penulis bermaksud untuk

mengetahui gambaran Instalasi Pengelolaan Air Limbah yang ada di UPTD Puskesmas DTP

Selajambe Tahun 2020.


1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu melaksanakan latihan kerja ditempat magang untuk meningkatkan, keterampilan,

profesionalitas dan etos kerja di bagian Kesehatan Lingkungan tentang instalasi pengelolaan air

limbah.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran dan proses pengelolaan air limbah di UPTD Puskesmas

DTP Selajambe tahun 2020.

2. Untuk mengumpulkan data, mengidentifikasi permasalahan dan merumusakan sesuai

prioritas dalam instalasi pengelolaan air limbah di UPTD Puskesmas DTP Selajambe

tahun 2020.

3. Untuk mengetahui alternative pemecahan masalah pengelolaan air limbah di instalasi

pengelolaan air limbah di UPTD Puskesmas DTP Selajambe tahun 2020.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi institusi Magang UPTD Puskesamas DTP Selajambe

1. Institusi memperoleh bantuan pemikiran, tenaga, ilmu dalam rangka perencanaan dan

pelaksanaan manajerial dalam bidang pengelolaan air limbah di unit kesehatan

lingkungan UPTD Puskesmas DTP Selajambe Tahun 2020.

2. Institusi dapat memanfaatkan tenaga magang sesuai dengan kebutuhan di unit bagian

kesehatan lingkungan UPTD Puskesmas DTP Selajambe Tahun 2020.

3. Laporan magang dapat dijadikan sebagai salah satu audit internal kualitas tempat di

bagian kesehatan lingkungan khususnya di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)

UPTD Puskesmas DTP Selajambe Tahun 2020.


1.3.2 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Memperoleh informasi tentang kondisi nyata di bagian kesehatan lingkungan pada

bagian pengelolaan air limbah yang berguna bagi pengembangan ilmu dan teknologi.

2. Memperoleh umpan balik dari tempat magang dalam rangka pengembangan

kurikulum agar lebih sesuai dengan kebutuhan dilapangan khususnya dibagian

kesehatan lingkungan di UPTD Puskesmas DTP Selajambe tahun 2020.

1.3.3 Bagi mahasiswa

1. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi ilmu kesehatan

masyarakat dilapangan pada bagian kesehatan lingkungan.

2. Mendapatkan kesempatan mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah

dengan kenyataan di lapangan di bagian kesehatan lingkungan.

3. Menemukan permasalah yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian dalam

rangka penulisan tugas akhir khususnya di bagian kesehatan lingkungan.


BAB II
T INJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas).

Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan

yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kemampuannya.

Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila

disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja

dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan,

RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab

langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Trihono, 2005).

2.2 Pengertian Limbah Puskesmas

Peraturan Menteri KesehatanNomor 1204 Tahun 2004 Tentang PersyaratanKesehatan

Lingkungan Rumah Sakit,limbahPuskesmasadalah semua limbah yangdihasilkan dari

kegiatanPuskesmasdalam bentuk padat, cair, dan gas. Selain itumerupakan bahan buangan

yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun terbuangyang dapat dibedakan menjadi limbah

medis dan non medis dan dikategorikan limbahbenda tajam, limbah infeksius,
limbahsitotoksikdan radioaktif berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan (Permenkes RI,

2004).

2.3 Sumber Limbah Puskesmas

Sumber-sumber limbah Puskesmas antara lain adalah:

a. Limbah infeksius

Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(perawatan intensif) limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan

mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan /isolasi penyakit menular. Contoh

limbahv infeksius adalah ekskreta, specimen, laboratorium, bekas balutan dan

jaringan busuk.

b. Limbah tajam

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung

atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum

hipodemik, perlengkapan intravena, pipet, Pasteur, pecahan gelas, pisau bedah.

Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cukup

melalui sobekan atau tusukan.

c. Limbah plastik

Limbah plastik adalah bahan plastic yang dibuang oleh klinik, puskesmas, ruma

sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti barang-barang disposable yang

terbuat dari plastic dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
d. Limbah jaringan tubuh

Limbah jaringan tubuh yaitu limbah yang berasal dari ruangan operasi conrohnya

organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat

pembedahan.

e. Limbah kimia

Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam

tindakan medis, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.

f. Limbah Farmasi

Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan, vaksin, dan serum kedaluwarsa,

tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, obat yang terbuang karena karena batch

yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, sarung tangan,

masker, selang penghubung, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses

produksi obat yang harus dibuang dengan tepat. Kategori ini mencakup barang yang

akan dibuang setelah digunakan untuk menagani produk farmasi, misalnya botol atau

kotak yang berisi reidu, sarung tangan, selang, masker, selang penghubung dan ampul

obat.

2.3.1 Jenis Limbah Puskesmas

a. Limbah padat Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit

yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri atas limbah

medis padat dan nonmedis (Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004.


b. Limbah cair Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang

berasal dari kegiatan rumah sakit, yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi

kesehatan. Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berassal

dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah cair

dmestik yakni buangan kamar dari rumah sakit yang kemungkinan

mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun, dan radioaktif.

c. Limbah gas Limbah gas adalah semua limbah yang berbantuk gas yang

berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenertor, dapur,

perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksis.

2.4 Pengelolaan Limbah Cair Puskesmas

Pengelolaan limbah cair puskesmas mempunyai arti penting dalam rangka untuk

mengamankan lingkungan hidup dari gangguan zat pencemar yang ditimbulkan oleh buangan

puskesmas tersebut, karena air limbah puskesmas merupakan buangan infeksius yang

berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Dengan pengelolaan yang baik air limbah

puskesmas tersebut dapat diminimalkan dan jika dibuang ke lingkungan tidak menimbulkan

dampak negative bagi lingkungan puskesmas dan lingkungan sekitar puskesmas.

Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman dan berkelanjutan maka harus

dilaksanakan upaya-upaya pengendalian pencemaran lingkungan pada fasilitas pelayanan

kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan diwajibkan menyediakan instalasi pengolahan

air limbah atau limbah cair.

Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan pengelolaan

limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat dibutuhkan dalam
mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihnya baku mutu yang ditetapkan

oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar. Pengelolaan

air limbah dapat dilakukan dengan cara proses design, berikut adalah tahapan dari proses

pengelolaan air limbah.

2.4.1 Proses Design

Dalam proses design meliputi design condition yang mengutarakan kualitas air yang

akan diolah dan kualitas air hasil olahan. Dengan adanya Design condition ini dapat

mengetahui apakah air olahan kita sudah memenuhi kriteria ataukah belum. Kemudian proses

instrument diagram yang menggambarkan system proses yang diterapkan beserta spesifikasi

peralatan yang digunakan beserta alat kontrolnya. Pada bagian deskripsi proses diungkap

secara rinci mengenai system yang dipakai serta maksud dan tujuan dari semua fasilitas-

fasilitas yang ada di Ipal dan spesifikasi peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan.

1. Design Condition

Dalam prose design condition ini untuk mengetahui parameter flow capacity, Ph,

COD, dan BOD pada air limbah.

2. Proses instrument diagram

Pada perencanaan system pengolahan diupayakan dengan menggunakan system

yang sesimpel mungkin dan jumlah peralatan yang dipakai sedikit mungkin serta

mudah didapat di pasaran, dengan demikian memudahkan dalam maintenance

berikutnya.

a. Level kontrol, untuk high level di unit pit equalisasi di setting kurang lebih 75%

cm dari ketinggian bak untuk menghindari bak agar tidak kehabisan air.

Sedangkan level kontrol untuk low level disetting 25%. Pada unit ini dirancang
menggunakan Submersible Pump dengan level control automatic untuk

memudahkan pengoperasian serta mempermudah pengawasan serta proses

maintenance berkala.

b. Pompa transfer

Pompa disetting beroperasi secara Otomatis. Sistem pengoperasian pompa

mengacu kepada WLC Pompa. Untuk pengaturan Pompa Intake diletakkan di

posisi dasar Unit Equalisasi, Periksa jalur perpipaannya, setting Debit air

menggunakan Return Valve untuk Mengatur besarnya debit air yang akan

diolah di unit IPAL.

Sedangkan Untuk Pengaturan Pompa Filtering sistem diletakkan di unit treated

water tank pada posisi paling bawah di bagian luar tangki, setting debit air

dijalankan dengan kapasitas penuh, dan pengoperasian disetting secara otomatis

berdasarkan level control unit treated water tank

c. Aerator / Blower

Aerator disetting beroperasi secara Otomatis. Sistem pengoperasian blower

mengacu kepada timer yang ada di panel control IPAL. Kinerja blower

dirancang secara otomatis berdasarkan Timer dengan waktu operasi 2 Jam

Beroperasi serta 1 Jam berhenti Beroperasi. Sistem pengaturan otomatis ini

berjalan teratur terus menerus selama 24 Jam.

d. Air Lift Pump

Air lift Pump Disetting mengambil posisi dasar unit Clarifier , sedangkan Valve

air distribution disetting terbuka 25% - 80 % , dengan debit air disesuaikan

dengan setting design ( berkisar 0,5 m3/jam – 1 m3/jam ). Periksa Posisi


Lubang Intake Air Lift dan pastikan telah terbebas dari kotoran.

3. Proses Description

Dari masing masing titik sumber air limbah , air buangan dialirkan terlebih dahulu

menuju unit equalisasi , unit equalisasi ini bertujuan untuk menampung sementara air

limbah selain itu unit ini juga berfungsi untuk mempermudah pengontrolan / deteksi

jika ada kotoran berupa partikel besar ataupun sampah yang terbawa dalam aliran

sehingga akan lebih mudah memisahkan kotoran tersebut sebelum masuk ke unit

selanjutnya.

Dari unit equalisasi air limbah mengalir ke unit bioreactor tank unit bioreactor tank

terdiri dari unitan aerobic tank,unit aerobic tank ( Unit Aerasi ) dan unit setling tank,

unit dan aerobic tank yaitu unit yang bekerja dengan menggunakan bakteri yang hidup

tanpa ada udara. Dari unit tangki an aerobic tank air mengalir ke unit Aerasi. Unit

aerasi disebut juga unit biologi aerobic yaitu sistem pengolahan air limbah dengan

menggunakan metode pengolahan secara aerobic.

Untuk kecukupan terhadap oksigen pada unit ini dilengkapi dengan fasilitas 1 unit

aerator dengan diaghpramp Blower. Selain berfungsi sebagai supply oksgien aerator

juga harus mempunyai daya kemampuan untuk mengaduk yang memadai sehingga

pengadukan di unit aerasi ini bisa merata. Untuk kecukupan nutrient apabila dalam

pengoperasian IPAL kandungan nitrogen dan phosphate masih belum mencukupi

kebutuhan, maka perlu ditambahkan unsur N yang bisa diambil dari urea dan unsur P
yang bisa diambil dari TSP. Proses penguraian di bak Aerasi berjalan baik apabila

pengadukan Aerator merata dan nilai dari parameter DO, MLSS, SV30, SVI, SA dan

F/M telah sesuai dengan design.

Dari unit Aerasi air hasil olahan yang masih tercampur dengan mikroba dialirkan ke

unit Sedimentasi. Pada unit Sedimentasi ini Lumpur aktif yang terjadi akibat adanya

ikatan kotoran organic dengan mikroba aerobic akan dipisahkan antara kumpulan

mikroba dengan air hasil olahan. Sedangkan air hasil olahan akan over flow ke unit

treated water tank.

Unit treated water tank berfungsi untuk menampung sementara air hasil olahan.

Pada Unit ini dilengkapi fasilitas pompa filter dengan Type Centrifugal Pump Yang

bekerja secara otomatis berdasarkan level kontrol, jika air di unit treated water tank

berada pada posisi HL ( High Level ) maka pompa secara otomatis akan bekerja dan

memompakan air olahan keluar system menuju badan air penerima dan apabila Posisi

air limbah di unit equalisasi berada pada posisi LL ( Low Level ) maka pompa secara

otomatis akan berhenti beroperasi.

Dari unit Treated Water Tank air dipompakan ke unit carbon filter. Unit ini

berfungsi sebagai post treatment atau bersifat sebagai pengolahan lanjutan untuk

penyempurnaan proses, unit carbon filter berfungsi untuk menyerap air olahan.

Dari unit carbon filter air olahan mengalir ke unit fish pond / kolam akhir. pada init

fish pond air yang telah diolah sempurna akan diaerasikan dengan cara disirkulasi

secara terus menerus menggunakan fish pump. Pada unit ini ditargetkan ikan sebagai
indicator air akan hidup, dari unit fish pond air mengalir ke badan air penerima.

2.5 Jenis Dan Sumber Air Limbah Yang Harus Diolah

Air limbah adalah seluruh air buangan yang berasal dari hasil proses kegiatan sarana

pelayanan kesehatan yang meliputi : air limbah domestik (air buangan kamar mandi, dapur,

air bekas pencucian, air limbah klinis (air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah

sakit, misalnya air bekas cucian luka, cairan darah), air limbah laboratorium dan lainnya.

Presentase terbesar dari air limbah adalah limbah domestik sedangkan sisanya adalah limbah

yang terkontaminasi oleh infectious agents kultur mikroorganisme, darah, buangan pasien

pengidap penyakit infeksi, dan lain-lain. Air limbah yang berasal dari buangan domestik

maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa pencemar organik yang

cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis.

Jenis air limbah yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dikelompokan sebagai

berikut:

a. Air limbah domestik

b. Air limbah klinis

c. Air limbah laboratorium klinik dan klinis

Adapun sumber-sumber yang menghasilkan air limbah antara lain :

a. Unit Pelayana medis

a) Rawat inap

b. Unit penunjang pelayanan medis

a) Laboratorium

b) Farmasi

c) Strerilisasi
BAB III
GAMBARAN UMUM INSTANSI

3.1 Nama Instansi dan Badan Hukum

3.1.1 Nama Instansi


Nama Instansi atau tempat magang yaitu UPTD Puskesmas DTP Selajambe Kecamatan

Selajambe Kabupaten Kuningan.

3.1.2 Badan Hukum

UPTD Puskesmas DTP Selajambe ini memiliki badan hukum, yaitu keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014. Berdasarkan badan hukum tersebut,

puskesmas unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

menyelengaraan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

3.2 Sejarah Berdirinya

Berdirinya UPTD Puskesmas Selajambe di awali dengan dibentuknya Balai PengobatanDesa

(BP Desa) pada tahun 1975 yang berlokasi di Balai Desa Selajambe dan di Pimpin oleh seorang

pembantu perawat ibu Oom Amirah.

Pada tahun 1976 status BP Desa Selajambe berubah menjadi Puskesmas Selajambe yang

berlokasi masih di Desa Selajambe dan masih dipimpin oleh ibu Oom Amirah. Pada tahun 1979

Puskesmas Selajambe menempati gedung Baru yang berlokasi di sebelah Timur Kantor

Kecamatan Selajambe dan pada tahun tersebut yang menjadi Kepala Puskesmas dr. Trisno

Susilo, dengan program kesehatan yang berdiri dari Program KiA, KB, Gizi, Imunisasi

Kesehatan Lingkungan, Pengobatan, Laboratorium dan upaya pengembangan lainnya.

Pada tahun 1992 Puskesmas Selajambe dinaikan statusnya menjadi Puskesmas Perawatan

dengan kapasitas 12 tempat tidur dan ditambahkan dengan bangunan PONED,dan bisa melayani

rawat inap dan persalinan bagi masyarakat Kecamatan Selajambe Subang, Cilebak serta wilayah

Ciamis bagian utara. Pada tahun 2017 UPTD Puskesmas DTP Selajambe yang dipimpi oleh H.

Nana Sutrisna,SKM,S.Kep,MM mendapat bantuan rehabilitasi total gedung Puskesmas da


dibangun dua lantai, sehingga dapat lebih mengoptimalkan kualitas Pelayanan kemasyarakat dan

diresmikan oleh Bupati Kuningan Bapak H. Acep Purnama,SH,MH pada tanggal 27 Desember

2017.

Untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat memasuki tahun 2018 UPTD

Puskesmas DTP Selajambe dikunjungi oleh Tim Surveyor Akreditasi Kementrian Republik

Indonesia sebanyak tiga orang yang membidangi Manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan

Upaya Kesehatan Perorangan, dan hasil Akreditasi dengan status Madya.

Program kegiatan yang selama ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas DTP Selajambe terdiri dari:

A. Program Esensial:

1. Promosi kesehatan

2. KIA dan KB

3. Kesehatan Lingkungan

4. Pelayanan Gizi Masyarakat

5. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

6. Perawatan Kesehatan Masyarakat

7. Upaya pengobatan rawat jalan dan rawat inap

B. Program Pengembangan

1. Upaya kesehatan sekolah

2. Kesehatan usia lanjut

3. Kesehatan gigi dan mulut

4. Upaya laboratorium

5. Upaya kesehatan kerja

6. Upaya kesehatan olahraga


7. Upaya kesehatan

8. Upaya kesehatan mata

9. Upaya kesehatan tradisional

3.3 Visi, Misi

3.3.1 Visi UPTD Puskesmas Selajambe

Visi Indonesia sehat sebagai visi pembangunan kesehatan telah menetapkan paradigm sehat

sebagai salah satu strateginya yaitu profesionalisme, JPKM, dan desentralisasi. Konsep sehat

dengan paradigma harus lebih menitikberatkan pada upaya promotive, preventif, disbanding

upaya kuratif dan rehabilitative akan berpeluang untuk tercapainya kesehatan masyarakat secara

lebih luas dan lebih banyak melibatkan program kesehatan serta non kesehatan.

Visi pembangunan kesehatan kecamatan Selajambe adalah, Maju, Mandiri, Berkualitas

serta mengutamakan kepuasan pelanggan dalam seluruh aspek pelayanan menuju

Kuningan Makmur, Agamis, Pinunjul Berbasis Desa Tahun 2023.

3.3.2 Misi UPTD Puskesmas Selajambe

a. Memberikan pelayanan prima kepada semua pelanggan Puskesmas

b. Mendorong kemandirian hidup bersih dan sehat bagi keluarga dan masyarakat

c. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan pelayanan kesehatan

d. Menjadikan puskesmas sebagai pusat konsultasi pembangunan berwawasan

kesehatan dan lingkungan

e. Menjadikan puskesmas sebagai pusat penunjang pemeriksaan kesehatan tingkat

pertama.
3.4 Struktur dan Organisasi

3.5 Sarana dan prasarana

3.5.1 Tabel Data Ketenagaan di UPTD Puskesmas Selajambe

NO Tempat Jenis Tenaga Yang Standar Kurang/lebi Ket


kerja/Jenis Ada h
kegiatan
1. UPTD SKM 2 2 0
Puskesmas
DTP Selajambe
Dokter 1 2 1
Dokter Gigi 0 1 1
Apoteker 1 1 0
Perawat 12 8 2
Kesehatan
Bidan 15 14 1
Perawat Gigi 1 3 2
SPPH 0 1 1
Laboratorium 1 1 1
SPAG 1 1 1
Pekarya 0 1 1
Kesehatan
P3M 0 1 1
Pengatur Obat 0 1 1
Penyuluh Kes. 1 1 0
Masy
Imunisasi 3 1 0
Pembantu 0 1 1
Perawat
Tata Usaha 2 2 0
Sanitarian 1 1 0
Pesuruh 2 1 0
Akuntan 1 1 0
Asisten 1 1 0
Apoteker
Pengemudi 1 1 0
3.5.2 Tabel Jumlah Jumlah Pustu, Pusling, Posyandu, Polindes, Poskesdes, Poskestren di
Puskesmas Selajambe

NO INDIKATOR 2015 2016 2017 2018 2019

1. Jumlah Puskesmas 2 2 2 2 2
Pembantu
2. Jumlah Puskesmas 1 1 1 1 1
Keliling
3. Jumlah Posyandu 22 22 22 22 22

4. Jumlah Polindes 1 1 1 1 1

5. Jumlah Poskesdes 3 3 3 3 3

6. Jumlah Poskestren 0 0 0 0 0

3.5.3 Tabel Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Berdasarkan Desa/Kel Di


UPTD Puskesmas SelajambeTahun 2019

B Kad Waha POSYANDU


Klp.JPKM
N Nama at er Polind Poskesd na
/ Dana Prata Mad Purna Man
O Desa/Kel r Akti es es Yand
Sehat ma ya ma diri
a f es
1 Selajambe 4 20 0 0 0 1 0 0 3 1

2 Ciberung 1 20 0 0 0 1 0 0 3 1

3 Cantilan 1 15 0 0 0 1 0 0 2 1
4 Kutawarin 1 15 0 1 0 1 0 0 2 1
gin

5 Bagawat 1 15 0 1 0 1 0 0 2 1

6 Jamberama 4 10 0 1 0 1 0 0 1 1

7 Padahurip 1 16 1 0 0 1 0 0 2 1

Jumlah 1 111 1 3 0 7 0 0 15 7
3

3.6 Geografi dan Demografi UPTD Puskesmas Selajambe

3.6.1 Geografi

Kecamatan Selajambe terletak di sebelah selatan Kabupaten Kuningan dimana merupakan

daerah perbukitan dengan ketinggian 300 – 600 m diatas permukaan air laut, suhu maksimum

40C dengan curah hujan tinggi, biasanya berlangsung bulan Oktober sampai dengan Januari

sehingga dengan keadaan tanah yang berbukit, maka sering terjadi bencana alam tanah longsor.

1.PETA WILAYAH KECAMATAN SELAJAMBE KAB KUNINGAN


Kec. Ciniru

Kec. Darma Padahurip

Cantilan

Selajambe Bagawat
Jamber Kutawaringin
ama

Ciberung
Kec. Subang

Kab. Ciamis
Ket: __ ..__ Batas kabupaten Balai desa sungai

- - - - - Batas kecamatan Puskesmas


______ Batas desa Posyandu

Luas Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Selajambe 35,14 Km

Dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Barat : Desa Cimenga Kecamatan Darma

Sebelah Timur : Desa Bangunjaya Kec. Subang Kab. Kuningan

Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Hantara/Ciniru

Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Ciamis

3). Jumlah Desa/Kelurahan dan Wilayah Administrasi sebanyak tujuh Desa

1. Desa Selajambe
2. Desa Cantilan
3. Desa Ciberung
4. Desa Kutawaringin
5. Desa Bagawat
6. Desa Jamberama
7. Desa Padahurip
2.5.1 Demografi
1. Komposisi dan Jumlah penduduk

2. Jumlah penduduk diwilayah UPTD Puskesmas Selajambe Kecamatan selajambe

tahun 2019 sebanyak1 3610 jiwa, terdiri dari laki – laki sebanyak 6616

0rang(48,61 % ) dan penduduk perempuan sebanyak 6994 orang (51,39 %).

Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin, dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas DTP Selajambe
Tahun 2019

KELOMPOK UMUR

1 2
3 3 4 4 5 5 6
1 2 5
0 5 0 0 5 0 5 0 5 0
5 0 - 6
N - - - - - - - - - -
- - 2 5
o DESA / KEL. 4 9 1 3 3 4 4 5 5 6
1 2 9 +
. 4 4 9 4 9 4 9 4
9 4 T
T T h
T T
T T T T T T T
h h T T
h h
h h h h h h h
h h

1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8

2
Cantilan 6 5 6 6 5 5 6 6 6 6 5 5 6 2
1 0 7 5 6 2 9 4 4 4 0 5 8 5 3

0 2
Selajamb
5 6 7 5 5 9 7 7 6 6 5 6 7
2
e 2 6 6 4 4 8 0 8 3 1 3 7 1 4

2
Ciberung 6 6 8 6 5 5 8 8 7 5 6 5 5 3
3 0 7 0 1 3 6 1 1 0 8 2 5 9 1
5 3
Kutawari
6 6 6 6 6 5 6 4 5 5 6 4 6 7
4
ngin 3 6 6 0 2 5 2 9 9 3 4 5 6 8

1
Bagawat 3 5 6 4 3 4 5 4 4 3 3 3 3 5
5 7 9 9 8 9 9 1 7 5 6 7 8 5 2

Jambera 4 4 4 4 6 4 4 6 5 6 4 4 3 4
6 ma 8 8 0 9 1 0 6 2 9 3 0 2 7 8

1
Padahuri
4 4 4 5 3 4 5 4 5 3 3 3 3 8
p 5 5 3 2 6 4 6 2 0 5 8 9 8 9

1
3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
5
JUMLAH 6 0 3 2 2 6 6 2 2 4 6 2 7
8
5 0 2 2 6 7 6 0 4 3 1 9 2
9

Sumber Data : Kantor Kecamatan Selajambe

Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Selajambe 2019
KELOMPOK UMUR

No. DESA / KEL. 25-29


0-4 5-9 10- 15- 20- 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64
65+ Th

1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

1 Cantilan 68 73 75 70 67 65 73 70 71 65 61 58 57 255

5
Selajambe 70 75 73 58 60 265
2 5 69 61 62 63 63 55 58

3 Ciberung 78 74 78 79 62 55 79 83 85 62 65 60 68 255

4 Kutawaringin 78 68 76 49 50 47 59 50 53 60 64 66 64 260

5 Bagawat 66 57 51 71 57 48 69 50 75 45 52 45 52 186

6 Jamberama 56 55 56 56 47 55 52 72 60 40 41 40 38 185

7 Padahurip 49 50 46 49 37 52 54 54 49 35 40 31 35 194

160
JUMLAH 465 452 455 432 380 377 455 440 455 370 386 355 372
0

Sumber Data : Kantor Kecamatan Selajambe


Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP

Selajambe pada tahun 2019, penduduk perempuan (51,39 % ) lebihbesar dibandingkan dengan

penduduk laki-laki (48,61 % )

Tabel.2.3

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

UPTD Puskesma Selajambe

Tahun 2019
No KELOMPOK UMUR JUMLAH PENDUDUK
Sumber :Laporan Kependudukan Tahun 2016
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
(TAHUN)
Tabel 2.3 menggambarkan Jumlah Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,
1. 0–4 365 465 830
Penduduk Perempuan 6994 jiwa lebih besar dibanding jumlah penduduk Laki-laki 6.616 jiwa.
2. 5–9 400 452 852

3. 10 – 14 432 455 887

4. 15 – 19 422 432 854

5. 20 – 24 326 Tabel 2.4 380 706

6. 25 – 29 367 377 744


Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Selajambe
7. 30 – 34 466 455 921

8. 35 – 39 420
Tahun 440
2013 s.d 2019 860

9. 40 – 44 424 455 879

10 TAHUN45 – 49 JUMLAH PENDUDUK


343 370 713
. 2014 15.170

11 2015 50 – 54 15.403
361 386 747
. 2016 15.512

12 2017 55 – 59 15.518
329 355 684
. 2018 13.531
13 2019 60 – 64 13.610
372 372 744
.

14 65 – 69
480 480 960
.

15 70 – 74
509 500 1009
.

16 75 +
600 620 1220
.

JUMLAH
6616 6994 13.610
(PUSKESMAS)
BAB IV
RUANG LINGKUP BIDANG KERJA DAN
PERMASALAHANNYA

4.1 Ruang Lingkup Bidang Kerja


4.2 Identifikasi Permasalahan Di Instalasi Kesehatan Lingkungan
Air limbah yang berasal dari unit layanan kesehatan misalnya air limbah Puskesmas

merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan

karena air limbah puskesmas mengandung senyawa organic yang cukup tinggi juga

kemungkinan mengandung senyawa-senyawa kimia lain serta mikroorganisme pathogen

yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat disekitarnya. Selain itu air limbah

yang dihasilkan dari kegiatan laboratorium media kemungkinan mengandung senyawa

organic, senyawa amoniak, padatan tersuspensi, logam berat serta mikroorganisme pathogen.

Pada umumnya pengelolaan limbah air limbah yang keluar dari instalasi tersebut memenuhi

KEPMEN LH No.58 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair.

Gambaran pengolahan air limbah di UPTD Puskesmas Selajambe yaitu dengan system

ANABiO 2 STAGE yaitu Anaerobic Aerobic Biofilter 2 Langkah, system yang merupakan

gabungan dari beberapa proses kerja pengolahan limbah cair menjadi satu dalam satu tabung

reactor. Limbah cair yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan kecuali dari wc

ditampung di bak kontrol ataupu pada bak pengumpul utama. Proses selanjutnyaa adalah air

limbah dari bak pengumpul utama disalurkan ke reactor utama, didalam reactor terjadi

proses pengolahan utama. Dalam reactor tersebut dibagi menjadi beberapa bagian proses.

Adapun proses tersebut adalah:

1. Proses anaerobic

Proses anaerobic adalah suatu proses pengolahan air limbah yang tidak memerlukan

bantuan oksigen dalam proses pengolahannya. Dimana dalam reactor telah didesign
sedemikian rupa dengan menggunakan pengaturan flow atau alur didalam kompartement

sesuai design untuk mencapai hasil yang diharapkan.

2. Proses aerobic

Proses aerobic pada system ini merupakan kelanjutan dari proses anaerobic, dimana

dalam proses aerobic pengolahan air limbah ini diberikan aerasi dengan cara

membubuhan oksigen (O2) dengan menggunakan pembangkit oksigen berupa

submersible aerator yang bekerja menggunakan tenaga listrik. Dalam kompartement

aerasi ini proses pemberian oksigen dibantu dengan menggunakan satu ataupun dua unit

submersible aerator yang bekerja secara bergantian secara otomatis sesuai dengan setting

yang dikehendaki.

3. Proses filtrasi

Proses selanjutnya yaitu proses filtrasi atau penyaringan, dimana pada tahapan ini selain

menurunkan kandungan solid juga menurunkan NH4. Adapaun media penyaringan

menggunakan komposisi dari batu silica.

4. Proses disinfektan

Setelah melalui proses filtrasi dilanjutkan dengan proses pembubuhan chlorine yang

mempunyai fungsi membunuh atau melemahkan bakteri dan virus sebelum dibuang ke

badan air buangan. Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh

mikroorganisme pathogen yang ada didalam air imbah. Proses pembubuhan chlorine

dengan menggunakan bantuan pompa dosing yang bekerja secara elektris.

Selama melaksanaan magang di Puskesmas Selajambe, pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan

program-program yang ada di instalasi kesehatan lingkungan sudah berjalan dengan baik.

Namun sampai saat ini ada beberapa permasalahan yang belum selesai, anatara lain :
1. Kendala yang terjadi di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yaitu tidak adanya bak

penampungan setelah proses akhir dan air dialirkan ke selokan terbuka.

2. Kendala yang terjadi di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yaitu tidak adanya

pengecekan atau pemeriksaan air limbah secara rutin oleh sanitarian puskesmas

3. Kendala yang terjadi di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yaitu terjadinya mesin

filter tidak berfungsi sehingga debit air limbah melebihi kapasitas dan menyebabkan air

limbah meluap dari bak penampungan sehingga menimbulkan bau tidak sedap.

BAB V
LAPORAN KERJA DAN ANALISIS
PERMASALAHANNYA
5.1 Laporan kerja
Selama melakkan kegiatan magang di UPTD Puskesmas DTP Selajambe Kecamatan

Selajambe Kabupaten Kunngan banyak aktifitas diluar gedung maupun didalam gedung.

Adapun kegiatan yang dilakukan diluar gedung antara lain:

1. Melakukan Posyandu dan melakukan penyuluhan setiap ada kegiatan Posyandu

sewilayah UPTD Puskesmas DTP Selajambe.

2. Melakukan pendataan kepemilikan jamban sewilayah UPTD Puskesmas DTP

Selajambe.

3. Melakukan observasi tempat-tempat umum (masjid) sewilayah UPTD Puskemas

Selajambe

4. Melakukan Rakor Posyandu Desa Selajambe

5. Melakukan tes kesehatan bersama calon jamaah haji, dan petugas Puskesmas

Selajambe

6. Melakukan penyuluhan 5 pilar STBM di Desa Selajambe

7. Melakukan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) di sekolah seluruh

kecamatan Selajambe.

8. Melakukan pengambilan sampel air minum di Desa Selajambe.

Adapun kegiatan yang dilakukan didalam gedung antara lain:

1. Merekap data kepemilikan jamban sewilayah Puskesmas Selajambe.


2. Merekap data observasi tempat-tempat umum (masjid) sewilayah Puskesmas

Selajambe

3. Melakukan penyuluhan kepada pasien yang akan berobat setiap hari Selasa dan

Sabtu

4. Melakukan rapat kegiatan tentang BOK di Puskesmas Selajambe

5. Melakukan pengecekan pembuangan sampah medis di Puskesmas Selajambe

6. Melakukan pemantauan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) di Puskesmas

Selajambe.

5.2 Analisis permasalahan

5.2.1 Analisis prioritas masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah pada bab sebelumnya, maka dilakukan

analisis prioritas masalah. Untuk menentukan analisis prioritas masalah pada

permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode Urgency, Seriousness, Growth

(USG). Dengan menentukan tingkat urgensi, keseriusan dan perkembangan masalah

dengan menentukan skala nilai/skala likert 1-5. Isu yang mempunyai total skor tertinggi

merupakan priritas masalah. Untuk lebih jelasnya, pengertian Urgency, Seriousness, dan

Growth dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Urgency, berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan untuk

menyelesaikan masalah kesehatan tersebut. Semakin mendesak suatu

masalah untuk diselesaikan, maka semakin tinggi pula nilai/skor-nya.

2. Seriousness, berkaitan dengan dampak dari adanya masalah tersebut terhadap


masyarakat. Dampak ini terutama yang menimbulkan kerugian bagi

masyarakat, misalnya apakah masalah tersebut menimbulkan risiko kesakitan

yang parah dan atau kematian, komplikasi, dan sebagainya. Semakin tinggi

dampak masalah tersebut terhadap masyarakat, maka semakin serius masalah

tersebut terhadap masyarakat, sehingga semakin tinggi pula nilai/skor-nya.

3. Growth, berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat berkembang

masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat pertumbuhannya. Suatu

masalah yang cepat berkembang tentunya semakin prioritas untuk diatasi

permasalahan tersebut.

Penggunaan USG dalam penentuan-penentuan prioritas masalah dilaksanakan

apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada dan aspek dari masalah

itu sendiri. Adapun penentuan masalah menggunakan metode USG adalah sebagai

berikut:

Tabel 5.1 Metode Penentuan Prioritas Masalah Menggunakan Metode USG di


UPTD Puskesmas Selajambe

No Masalah U S G Total Uraian


1. Mesin filter tidak berfungsi 4 4 5 13 II
dengan baik sehingga
menimbulkan bau
2. Tidak adanya bak 4 5 5 14 I
penampung akhir setelah
proses akhir sehingga
dialirkan ke selokan
terbuka
3. Tidak adanya pengontrolan 4 4 4 12 III
secara rutin sehingga bak
berlumut dan bocor
Keterangan:

1. 5: sangat tinggi
2. 4: Tinggi
3. 3: Cukup
4. 2: Kurang
5. 1: Sangat Kurang

Berdasarkan matriks USG pada tabel 5.1.1 di atas, terdapat 3 (tiga) masalah

kesehatan di instalasi pengolahan air limbah (ipal) di UPTD Puskesmas Selajambe, yaitu

masalah terjadi mesin filter tidak berfungsi dengan baik sehingga menimbulkan bau,

tidak adanya pelatihan kepada petugas dalam pengelolaan ipal, tidak adanya bak

penampungan akhir setelah proses filtrasi.

Masalah terjadi mesin filter di ipal tidak berfungsi dengan baik sehingga

menimbulkan bau diberi nilai skor 4 pada kriteria Urgency (U) karena apabila masalah

ini tidak segera diatasi maka mesin filter akan semakin rusak dan debit air semakin

meningkat sehingga air keluar dan menimbulkan bau tidak sedap. Sementara masalah

tidak adanya pengontrolan ipal secara rutin sehingga bak berlumut dan bocor diberi nilai

skor 4 pada kriteria Urgency (U) karena apabila dibiarkan dan tidak segera diatasi akan

berdampak buruk terhadap bak dalam hal perawatan bak. Masalah tidak adanya bak

penampungan akhir setelah proses filtrasi diberi nilai skor 4 pada kriteria Urgency (U)

karena apabila tidak segera diatasi maka dapat menimbulkan pencemaran.

Masalah terjadi mesin filter di ipal tidak berfungsi dengan baik sehingga

menimbulkan bau diberi nilai skor 4 pada kriteria Seriousness (S) karena apabila

dibiarkan saja maka mesin filter tidak akan berfungsi dengan baik dan menghambat kerja

ipal puskesmas. Sementara masalah tidak adanya pengontrolan ipal secara rutin sehingga

bak berlumut dan bocor diberi nilai skor 4 pada kriteria Seriousness (S) karena apabila

tidak adanya pengontrolan secara rutin dan biarkan saja maka bak berkarat dan
mengalami kerusakan. Pada masalah tidak adanya bak penampungan akhir setelah proses

filtrasi diberi nilai skor 5 pada kriteria Seriousness (S) karena nilai/skor paling terbesar,

karena jika tidak ada bak penampungan akhir dan tidak ada pengecekan air limbah maka

dapat mencemari lingkungan sekitar puskesmas karena air limbah yang dibuang ke

selokan terbuka.

Masalah terjadi mesin filter di ipal tidak berfungsi dengan baik sehingga

menimbulkan bau diberi nilai skor 5 pada kriteria Growth (G) karena jika mesin filter

dibiarkan akan terjadi penyumbatan maka akan mempengaruhi proses pengolahan air

limbah ipal dan dari penyumbatan tersebut dapat terjadi penumpukan yang lama

kelamaan jika dibirakan akan terjadi peluapan air limbah dan menimbulkan bau tidak

sedap. Sementara masalah tidak adanya pengontrolan ipal secara rutin sehingga bak

berlumut dan bocor diberi nilai skor 4 pada kriteria Growth (G) karena dapat terjadinya

pengaratan pada bak selain berlumut juga lama kelamaan dapat berkarat jika tidak ada

pengontrolan secara rutin. Pada masalah tidak adanya bak penampungan akhir setelah

proses filtrasi diberi nilai skor 5 pada kriteria Growth (G) karena jika tidak ada bak

penampungan dan air limbah yang dihasilkan belum pernah adanya pengecekan pada air

limbah sedangkan air limbah di alirkan ke seloka terbuka dan air limbah tersebut belu

diketahui telah memenuhi standar air baku air limbah atau belum, jika tidak memenuhi

standar air baku maka air limbah yang di alirkan ke selokan terbuka dapat mencemari

limgkungan juga dapat berdampak buruk bagi masyarakat sekitar puskesmas.

5.2.2 Analisis penyebab masalah


Berdasarkan analisis prioritas masalah yang dilakukan maka masalah terjadi

Tidak adanya bak penampung akhir setelah proses akhir sehingga dialirkan ke selokan

terbuka di ipal UPTD Puskesmas Selajambe menjadi prioritas utama. Berikut mengenai

diagram analisis penyebab masalah dengan metode yang digunakan yaitu pohon masalah:

Belum diketahuinya baku mutur air


Dapat mencemari lingkungan sekitar
limbah yang dibuang keselokan
puskesmas
Dd terbuka

Akibat

Tidak adanya bak penampung akhir setelah proses akhir sehingga


dialirkan ke selokan terbuka di ipal UPTD Puskesmas Selajambe

Sebab

Tidak adanya bak Air limbah dibuang Air limbah belum


penampungan akhir keselokan terbuka pernah diperiksa

Berdasarkan gambar analisis pohon masalah tersebut, terjadi tidak adanya bak

penampung akhir setelah proses akhir sehingga dialirkan ke selokan terbuka di ipal

UPTD Puskesmas Selajambe diantaranya pada bagian sebab yaitu tidak adanya bak

penampungan akhir, air limbah dibuang keselokan terbuka, dan air limbah belum pernah

diperiksa.
Sedangkan pada bagian akibat terdapat dua poin yaitu terjadi dapat mencemari

lingkungan sekitar puskesmas dan poin selanjutnya yaitu belum diketahuinya baku mutur

air limbah yang dibuang keselokan terbuka,karena belum adanya bak penampungan akhir

air limbah dan tidak tahu air baku pada air limbah yang dihasilkan maka akan

menimbulkan pencemeran pada lingkungan sekitar puskesmas dan air limbah dialirkan ke

selokan terbuka.

5.2.3 Analisis alternatif pemecahan masalah

Dalam menganalisis alternative pemecahan masalah yang menjadi prioritas

menggunakan metode CARL (Capability, Accesibillity, Readiness, Leverage) dengan

menggunakan teknik skor 0-10 dimana 0 berarti kecil dan 10 berarti besar atau harus

diprioritaskan. Ada 4 komponen penilaian dalam metode CARL, yang merupakan cara

pandang dalam menilai alternative pemecahan masalah yaitu:

1. Capability : ketersediaan sumberdaya seperti dana dan sarana.

2. Accesibillity : kemudahan untuk dilaksankan

3. Readiness : kesiapan dari pegawai kesling untuk melaksanakan program

4. Leverage : seberapa besar pengaruh dengan yang lain.

Dengan C x A x R x L, nilai tertinggi merupakan tindakan paling efektif.

Berikut mengenai tabel analisis alternative pemecahan masalah dengan metode CARL :

Tabel 5.2.3 Alternatif Pemecahan Masalah dengan Menggunakan

No Alternatif Tindakan C A R L Total Urutan


1. Pembuangan air limbah 8 7 8 7 3.136 III
harus terpisah dengan
saluran air hujan
2. Saluran pembuangan air 7 8 7 9 3.528 II
limbah harus
menggunakan system
saluran tertutup
3. Penyediaan bak 8 8 9 9 5.184 I
tampungan akhir
sebelum di alirkan ke
selokan

Berdasarkan tabel 5.2.3 analisis alternative pemecahan masalah pertama adalah

Pembuangan air limbah harus terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Capability

(C) diberi nilai/skor 8, karena untuk pemisahan pembuangan air limbah dengan saluran

air hujan harus mempunyai lahan cukup besar. Sementara alternative pemecahan masalah

kedua adalah saluran pembuangan air limbah harus menggunakan system saluran tertutup

untuk kriteria Capability (C) diberi nilai/skor 7 dan merupakan nilai/skor paling terkecil

diantara ketiga alternative, karena untuk saluran pembuangan air limbah harus

menggunakan system saluran tertutup harus menggunakan biaya yang cukup besar. Pada

alternative pemecahan masalah ketiga adalah penyediaan bak tampungan akhir sebelum

di alirkan ke selokan untuk kriteria Capability (C) diberi nilai/skor 8 karena untuk

pembuatan bak membutuhkan biaya yang cukup besar.

Alternative pemecahan masalah pertama adalah Pembuangan air limbah harus

terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Accesbility (A) diberi nilai/skor 7

nilai/skor paling terkecil dari ketiga alternative masalah merupakan salah satu program

yang mudah untuk dilaksankan karena hanya memisahkan saluran air buangan limbah

dengan saluran hujan. Sementara alternative pemecahan masalah kedua adalah saluran

pembuangan air limbah harus menggunakan system saluran tertutup untuk kriteria

Accesbility (A) diberi nilai/skor 8, karena mudah untuk dilaksanakan hanya dengan
menutup selokan terbuka agar menjadi tertutup. Pada alternative pemecahan masalah

ketiga adalah penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan untuk

kriteria Accesbility (A) diberi nilai/skor 8 karena pembuatan bak penampungan cukup

mudah dilaksanakan dan hanya membutuhkan beberapa orang untuk membuatnya.

Alternative pemecahan masalah pertama adalah pembuangan air limbah harus

terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Readness (R) diberi nilai/skor 8, karena

kesiapan dalam pelaksanaannya cukup siap namun untuk pelaksanaannya harus

membutuhkan lahan yang cukup besar. Sementara alternative pemecahan masalah kedua

adalah saluran pembuangan air limbah harus menggunakan system saluran tertutup untuk

kriteria Readness (R) diberi nilai/skor 7, karena kesiapan dalam pelaksanaan siap untuk

menutup saluran pembuangan air limbah. Pada alternative pemecahan masalah ketiga

adalah penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan untuk kriteria

Readness (R) diberi nilai/skor 9 karena diberi nilai paling tertinggi dari ketiga alternative

masalah, petugas kesling siap untuk membuat bak penampungan akhir karena untuk

memudahkan juga dalam pemeriksaan air limbah.

Alternative pemecahan masalah pertama adalah Pembuangan air limbah harus

terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Laverage (L) diberi nilai/skor 7, karena

alternative pertama diberi nilai paling kecil dari ketiga alternative masalah tersebut maka

alternative ini tidak terlalu berpengaruh dikarenakan jika salurannya tertutup maka air

hujan tidak akan menyatu dengan air limbah buangan. Sementara alternative pemecahan

masalah kedua adalah saluran pembuangan air limbah harus menggunakan system

saluran tertutup untuk kriteria Laverage (L) diberi nilai/skor 9, alternative ini

berpengaruh dikarenakan jika salurannya tertutup maka tidak akan mencemari


lingkungan disekitar puskesmas. Pada alternative pemecahan masalah ketiga adalah

penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan untuk kriteria Laverage

(L) diberi nilai/skor 9 karena diberi nilai paling tertinggi dari ketiga alternative masalah,

alternative ini sangat berpengaruh dikarenakan jika adanya bak penampungan akhir

sebelum dialirkan ke badan air dapat mempermudah dalam pengecekan baku mutu air

dan jika dialirkan dan sudah memenuhi baku mutu maka air limbah tidak akan

mencemari lingkungan.

Maka didapatkan alternatif pemecahan masalah yang terdapat di ipal UPTD

Puskesmas DTP Selajambe yaitu penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke

selokan.

Berikut adalah gambaran analisis alternative pemecahan masalah dengan

menggunakan metode POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controling)

Dengan program yang akan dilakukan adalah penyediaan bak tampungan akhir

sebelum di alirkan ke selokan.

1) Planning

Pada perencanaan dilakukan beberapa hal diantaranya:

a. Melakukan rapat terlebih dahulu dengan kepala puskesmas dan bagian

petugas sanitarian dengan membahas pembuatan bak penampungan.

b. Program dilaksanakan dengan tujuan agar mempermudah pengambilan

sampel air limbah dan sebelum dialirkan dapat mengetahui standar air

bakunya.
c. Program akan dilaksanakan oleh petugas kesling dan beberapa orang

dalam pembuatannya.

d. Tempat dilaksanakannya program yaitu di UPTD Puskesmas Selajambe.

2) Organizing

Yang akan bertanggung jawab atas program ini adalah kepala UPTD

Puskesmas dan petugas kesehatan lingkungan. Dimana dalam pembuatan akan

dipantau oleh kepala puskesmas dan jika akan pengambilan sampel air limbah

dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan.

3) Actuating

Pelaksanaan pemantauan dilakukan oleh petugas kesling sesuai dengan rncana

yang telah dibuat. Sehingga tidak aka nada lagi masalah dalam instalasi

pengelolaan air limbah.

4) Controling

Dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan petugas kesling harus memastikan

bahwa bak dipakai dengan baik dan air limbah setelah proses akhir masuk ke

bak terlebih dahulu dan dicek baku mutu terlebih dahulu baru disalurkan ke

selokan tertutup agar tidak mencemari lingkungan.


BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berikut adalah kesimpulan pada laporan magang ini :

1. Menurut hasil pengamatan selama satu bulan pada instalasi pengolahan air limbah

di UPTD Puskesmas Selajambe Kec. Selajambe Kab. Kuningan ditemukan

masalah pada ipal yaitu tidak ada penyediaan bak tampungan akhir sebelum di

alirkan ke selokan.

2. Setelah dianalisis prioritas masalah menggunakan tabel USG ditemukan masalah

yang menjadi prioritas utama adalah tidak ada penyediaan bak tampungan akhir

sebelum di alirkan ke selokan.

3. Setelah dianalisis bahwa penyebab terjadinya masalah tidak ada penyediaan bak

tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan adalah tidak adanya biaya dalam
pembuatan bak penampungan, air limbah dibuang ke selokan terbuka, air lmbah

belum pernah diperiksa.

Dari masalah-masalah yang timbul akhirnya didapat beberapa alternative pemecahan

masalah yaitu dengan penyediaan penyediaan bak tampungan akhir.

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Warga Negara
Alamat

Riwayat Pendidikan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun-sekarang

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai