LAPORAN MAGANG
Oleh:
AMALIA HULFALAH
CMR0160003
PENDAHULUAN
semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Limbah yang dihasilkan dari upaya medis
puskesmas, poliklinik dan rumah sakit yaitu jenis limbah yang termasuk dalam kategori
biohazard yaitu jenis limbah yang sangat membahayakan lingkungan, dimana banyak virus,
bakteri maupun zat-zat yang membahayakan lainnya. Limbah cair yang berasal dari puskesmas
jika tidak dikelola dengan baik dapat berfungsi sebagai media penyebaran penyakit juga dapat
mencemari lingkungan dan berdampak buruk bagi dan merugikan masyarakat yang berada di
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang bertanggung
hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Dengan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat, serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatangigi, farmasi atau
satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini di sebabkan karena air limbah
Puskesmas, mengandung senyawa organik yang sangat cukup tinggi juga memungkinkan
mengandung zat senyawa kimia serta mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan
limbah cair medis berasal dari ruang keperawatan, poli gigi, laboratorium, ruang Pelayanan
Berdasakan observasi yang telah dilakukan pada saat pelaksanaan magang di Puskesmas
Selajambe yaitu tidak ada bak penampungan setelah ada pengelolaan air limbah sehingga air
limbah yang sudah dikelola dibuang ke selokan. Selain itu tidak adanya pelatihan pada petugas
untuk pengelolaan limbah cair dan kurangnya pemantauan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) sehingga mengalami kerusakan dan tidak ada dana untuk diperbaiki.
Berdasarkan latar belakang diatas UPTD Puskesmas DTP Selajambe merupakan salah satu
Puskesmas yang dalam pengolahan air limbahnya sudah menggunakan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL). Oleh karena itu, dengan kegiatan magang ini penulis bermaksud untuk
mengetahui gambaran Instalasi Pengelolaan Air Limbah yang ada di UPTD Puskesmas DTP
profesionalitas dan etos kerja di bagian Kesehatan Lingkungan tentang instalasi pengelolaan air
limbah.
1. Untuk mengetahui gambaran dan proses pengelolaan air limbah di UPTD Puskesmas
prioritas dalam instalasi pengelolaan air limbah di UPTD Puskesmas DTP Selajambe
tahun 2020.
1.3 Manfaat
1. Institusi memperoleh bantuan pemikiran, tenaga, ilmu dalam rangka perencanaan dan
2. Institusi dapat memanfaatkan tenaga magang sesuai dengan kebutuhan di unit bagian
3. Laporan magang dapat dijadikan sebagai salah satu audit internal kualitas tempat di
bagian pengelolaan air limbah yang berguna bagi pengembangan ilmu dan teknologi.
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kemampuannya.
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila
disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja
dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan,
kegiatanPuskesmasdalam bentuk padat, cair, dan gas. Selain itumerupakan bahan buangan
yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun terbuangyang dapat dibedakan menjadi limbah
medis dan non medis dan dikategorikan limbahbenda tajam, limbah infeksius,
limbahsitotoksikdan radioaktif berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan (Permenkes RI,
2004).
a. Limbah infeksius
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan /isolasi penyakit menular. Contoh
jaringan busuk.
b. Limbah tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum
Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cukup
c. Limbah plastik
Limbah plastik adalah bahan plastic yang dibuang oleh klinik, puskesmas, ruma
sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya seperti barang-barang disposable yang
terbuat dari plastic dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
d. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh yaitu limbah yang berasal dari ruangan operasi conrohnya
organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat
pembedahan.
e. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam
f. Limbah Farmasi
Limbah farmasi, yaitu terdiri dari obat-obatan, vaksin, dan serum kedaluwarsa,
tidak digunakan, tumpah, dan terkontaminasi, obat yang terbuang karena karena batch
yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, sarung tangan,
masker, selang penghubung, obat yang tidak diperlukan lagi atau limbah dari proses
produksi obat yang harus dibuang dengan tepat. Kategori ini mencakup barang yang
akan dibuang setelah digunakan untuk menagani produk farmasi, misalnya botol atau
kotak yang berisi reidu, sarung tangan, selang, masker, selang penghubung dan ampul
obat.
a. Limbah padat Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit
yang berbentuk padat akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri atas limbah
kesehatan. Air limbah rumah sakit adalah seluruh buangan cair yang berassal
dari hasil proses seluruh kegiatan rumah sakit yang meliputi limbah cair
c. Limbah gas Limbah gas adalah semua limbah yang berbantuk gas yang
Pengelolaan limbah cair puskesmas mempunyai arti penting dalam rangka untuk
mengamankan lingkungan hidup dari gangguan zat pencemar yang ditimbulkan oleh buangan
puskesmas tersebut, karena air limbah puskesmas merupakan buangan infeksius yang
berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Dengan pengelolaan yang baik air limbah
puskesmas tersebut dapat diminimalkan dan jika dibuang ke lingkungan tidak menimbulkan
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, nyaman dan berkelanjutan maka harus
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan pengelolaan
limbah cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat dibutuhkan dalam
mendukung hasil kualitas effluent sehingga tidak melebihnya baku mutu yang ditetapkan
oleh pemerintah dan tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar. Pengelolaan
air limbah dapat dilakukan dengan cara proses design, berikut adalah tahapan dari proses
Dalam proses design meliputi design condition yang mengutarakan kualitas air yang
akan diolah dan kualitas air hasil olahan. Dengan adanya Design condition ini dapat
mengetahui apakah air olahan kita sudah memenuhi kriteria ataukah belum. Kemudian proses
instrument diagram yang menggambarkan system proses yang diterapkan beserta spesifikasi
peralatan yang digunakan beserta alat kontrolnya. Pada bagian deskripsi proses diungkap
secara rinci mengenai system yang dipakai serta maksud dan tujuan dari semua fasilitas-
fasilitas yang ada di Ipal dan spesifikasi peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan.
1. Design Condition
Dalam prose design condition ini untuk mengetahui parameter flow capacity, Ph,
yang sesimpel mungkin dan jumlah peralatan yang dipakai sedikit mungkin serta
berikutnya.
a. Level kontrol, untuk high level di unit pit equalisasi di setting kurang lebih 75%
cm dari ketinggian bak untuk menghindari bak agar tidak kehabisan air.
Sedangkan level kontrol untuk low level disetting 25%. Pada unit ini dirancang
menggunakan Submersible Pump dengan level control automatic untuk
maintenance berkala.
b. Pompa transfer
posisi dasar Unit Equalisasi, Periksa jalur perpipaannya, setting Debit air
menggunakan Return Valve untuk Mengatur besarnya debit air yang akan
water tank pada posisi paling bawah di bagian luar tangki, setting debit air
c. Aerator / Blower
mengacu kepada timer yang ada di panel control IPAL. Kinerja blower
Air lift Pump Disetting mengambil posisi dasar unit Clarifier , sedangkan Valve
3. Proses Description
Dari masing masing titik sumber air limbah , air buangan dialirkan terlebih dahulu
menuju unit equalisasi , unit equalisasi ini bertujuan untuk menampung sementara air
limbah selain itu unit ini juga berfungsi untuk mempermudah pengontrolan / deteksi
jika ada kotoran berupa partikel besar ataupun sampah yang terbawa dalam aliran
sehingga akan lebih mudah memisahkan kotoran tersebut sebelum masuk ke unit
selanjutnya.
Dari unit equalisasi air limbah mengalir ke unit bioreactor tank unit bioreactor tank
terdiri dari unitan aerobic tank,unit aerobic tank ( Unit Aerasi ) dan unit setling tank,
unit dan aerobic tank yaitu unit yang bekerja dengan menggunakan bakteri yang hidup
tanpa ada udara. Dari unit tangki an aerobic tank air mengalir ke unit Aerasi. Unit
aerasi disebut juga unit biologi aerobic yaitu sistem pengolahan air limbah dengan
Untuk kecukupan terhadap oksigen pada unit ini dilengkapi dengan fasilitas 1 unit
aerator dengan diaghpramp Blower. Selain berfungsi sebagai supply oksgien aerator
juga harus mempunyai daya kemampuan untuk mengaduk yang memadai sehingga
pengadukan di unit aerasi ini bisa merata. Untuk kecukupan nutrient apabila dalam
kebutuhan, maka perlu ditambahkan unsur N yang bisa diambil dari urea dan unsur P
yang bisa diambil dari TSP. Proses penguraian di bak Aerasi berjalan baik apabila
pengadukan Aerator merata dan nilai dari parameter DO, MLSS, SV30, SVI, SA dan
Dari unit Aerasi air hasil olahan yang masih tercampur dengan mikroba dialirkan ke
unit Sedimentasi. Pada unit Sedimentasi ini Lumpur aktif yang terjadi akibat adanya
ikatan kotoran organic dengan mikroba aerobic akan dipisahkan antara kumpulan
mikroba dengan air hasil olahan. Sedangkan air hasil olahan akan over flow ke unit
Unit treated water tank berfungsi untuk menampung sementara air hasil olahan.
Pada Unit ini dilengkapi fasilitas pompa filter dengan Type Centrifugal Pump Yang
bekerja secara otomatis berdasarkan level kontrol, jika air di unit treated water tank
berada pada posisi HL ( High Level ) maka pompa secara otomatis akan bekerja dan
memompakan air olahan keluar system menuju badan air penerima dan apabila Posisi
air limbah di unit equalisasi berada pada posisi LL ( Low Level ) maka pompa secara
Dari unit Treated Water Tank air dipompakan ke unit carbon filter. Unit ini
berfungsi sebagai post treatment atau bersifat sebagai pengolahan lanjutan untuk
penyempurnaan proses, unit carbon filter berfungsi untuk menyerap air olahan.
Dari unit carbon filter air olahan mengalir ke unit fish pond / kolam akhir. pada init
fish pond air yang telah diolah sempurna akan diaerasikan dengan cara disirkulasi
secara terus menerus menggunakan fish pump. Pada unit ini ditargetkan ikan sebagai
indicator air akan hidup, dari unit fish pond air mengalir ke badan air penerima.
Air limbah adalah seluruh air buangan yang berasal dari hasil proses kegiatan sarana
pelayanan kesehatan yang meliputi : air limbah domestik (air buangan kamar mandi, dapur,
air bekas pencucian, air limbah klinis (air limbah yang berasal dari kegiatan klinis rumah
sakit, misalnya air bekas cucian luka, cairan darah), air limbah laboratorium dan lainnya.
Presentase terbesar dari air limbah adalah limbah domestik sedangkan sisanya adalah limbah
yang terkontaminasi oleh infectious agents kultur mikroorganisme, darah, buangan pasien
pengidap penyakit infeksi, dan lain-lain. Air limbah yang berasal dari buangan domestik
maupun buangan limbah cair klinis umumnya mengandung senyawa pencemar organik yang
cukup tinggi dan dapat diolah dengan proses pengolahan secara biologis.
Jenis air limbah yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dikelompokan sebagai
berikut:
a) Rawat inap
a) Laboratorium
b) Farmasi
c) Strerilisasi
BAB III
GAMBARAN UMUM INSTANSI
UPTD Puskesmas DTP Selajambe ini memiliki badan hukum, yaitu keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014. Berdasarkan badan hukum tersebut,
puskesmas unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
(BP Desa) pada tahun 1975 yang berlokasi di Balai Desa Selajambe dan di Pimpin oleh seorang
Pada tahun 1976 status BP Desa Selajambe berubah menjadi Puskesmas Selajambe yang
berlokasi masih di Desa Selajambe dan masih dipimpin oleh ibu Oom Amirah. Pada tahun 1979
Puskesmas Selajambe menempati gedung Baru yang berlokasi di sebelah Timur Kantor
Kecamatan Selajambe dan pada tahun tersebut yang menjadi Kepala Puskesmas dr. Trisno
Susilo, dengan program kesehatan yang berdiri dari Program KiA, KB, Gizi, Imunisasi
Pada tahun 1992 Puskesmas Selajambe dinaikan statusnya menjadi Puskesmas Perawatan
dengan kapasitas 12 tempat tidur dan ditambahkan dengan bangunan PONED,dan bisa melayani
rawat inap dan persalinan bagi masyarakat Kecamatan Selajambe Subang, Cilebak serta wilayah
Ciamis bagian utara. Pada tahun 2017 UPTD Puskesmas DTP Selajambe yang dipimpi oleh H.
diresmikan oleh Bupati Kuningan Bapak H. Acep Purnama,SH,MH pada tanggal 27 Desember
2017.
Untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat memasuki tahun 2018 UPTD
Puskesmas DTP Selajambe dikunjungi oleh Tim Surveyor Akreditasi Kementrian Republik
Indonesia sebanyak tiga orang yang membidangi Manajemen, Upaya Kesehatan Masyarakat dan
Program kegiatan yang selama ini dilaksanakan di UPTD Puskesmas DTP Selajambe terdiri dari:
A. Program Esensial:
1. Promosi kesehatan
2. KIA dan KB
3. Kesehatan Lingkungan
B. Program Pengembangan
4. Upaya laboratorium
Visi Indonesia sehat sebagai visi pembangunan kesehatan telah menetapkan paradigm sehat
sebagai salah satu strateginya yaitu profesionalisme, JPKM, dan desentralisasi. Konsep sehat
dengan paradigma harus lebih menitikberatkan pada upaya promotive, preventif, disbanding
upaya kuratif dan rehabilitative akan berpeluang untuk tercapainya kesehatan masyarakat secara
lebih luas dan lebih banyak melibatkan program kesehatan serta non kesehatan.
b. Mendorong kemandirian hidup bersih dan sehat bagi keluarga dan masyarakat
pertama.
3.4 Struktur dan Organisasi
1. Jumlah Puskesmas 2 2 2 2 2
Pembantu
2. Jumlah Puskesmas 1 1 1 1 1
Keliling
3. Jumlah Posyandu 22 22 22 22 22
4. Jumlah Polindes 1 1 1 1 1
5. Jumlah Poskesdes 3 3 3 3 3
6. Jumlah Poskestren 0 0 0 0 0
2 Ciberung 1 20 0 0 0 1 0 0 3 1
3 Cantilan 1 15 0 0 0 1 0 0 2 1
4 Kutawarin 1 15 0 1 0 1 0 0 2 1
gin
5 Bagawat 1 15 0 1 0 1 0 0 2 1
6 Jamberama 4 10 0 1 0 1 0 0 1 1
7 Padahurip 1 16 1 0 0 1 0 0 2 1
Jumlah 1 111 1 3 0 7 0 0 15 7
3
3.6.1 Geografi
daerah perbukitan dengan ketinggian 300 – 600 m diatas permukaan air laut, suhu maksimum
40C dengan curah hujan tinggi, biasanya berlangsung bulan Oktober sampai dengan Januari
sehingga dengan keadaan tanah yang berbukit, maka sering terjadi bencana alam tanah longsor.
Cantilan
Selajambe Bagawat
Jamber Kutawaringin
ama
Ciberung
Kec. Subang
Kab. Ciamis
Ket: __ ..__ Batas kabupaten Balai desa sungai
1. Desa Selajambe
2. Desa Cantilan
3. Desa Ciberung
4. Desa Kutawaringin
5. Desa Bagawat
6. Desa Jamberama
7. Desa Padahurip
2.5.1 Demografi
1. Komposisi dan Jumlah penduduk
tahun 2019 sebanyak1 3610 jiwa, terdiri dari laki – laki sebanyak 6616
Jumlah penduduk menurut golongan umur dan jenis kelamin, dapat dilihat pada
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas DTP Selajambe
Tahun 2019
KELOMPOK UMUR
1 2
3 3 4 4 5 5 6
1 2 5
0 5 0 0 5 0 5 0 5 0
5 0 - 6
N - - - - - - - - - -
- - 2 5
o DESA / KEL. 4 9 1 3 3 4 4 5 5 6
1 2 9 +
. 4 4 9 4 9 4 9 4
9 4 T
T T h
T T
T T T T T T T
h h T T
h h
h h h h h h h
h h
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 8 9
0 1 2 3 4 5 6 7 8
2
Cantilan 6 5 6 6 5 5 6 6 6 6 5 5 6 2
1 0 7 5 6 2 9 4 4 4 0 5 8 5 3
0 2
Selajamb
5 6 7 5 5 9 7 7 6 6 5 6 7
2
e 2 6 6 4 4 8 0 8 3 1 3 7 1 4
2
Ciberung 6 6 8 6 5 5 8 8 7 5 6 5 5 3
3 0 7 0 1 3 6 1 1 0 8 2 5 9 1
5 3
Kutawari
6 6 6 6 6 5 6 4 5 5 6 4 6 7
4
ngin 3 6 6 0 2 5 2 9 9 3 4 5 6 8
1
Bagawat 3 5 6 4 3 4 5 4 4 3 3 3 3 5
5 7 9 9 8 9 9 1 7 5 6 7 8 5 2
Jambera 4 4 4 4 6 4 4 6 5 6 4 4 3 4
6 ma 8 8 0 9 1 0 6 2 9 3 0 2 7 8
1
Padahuri
4 4 4 5 3 4 5 4 5 3 3 3 3 8
p 5 5 3 2 6 4 6 2 0 5 8 9 8 9
1
3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
5
JUMLAH 6 0 3 2 2 6 6 2 2 4 6 2 7
8
5 0 2 2 6 7 6 0 4 3 1 9 2
9
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Kelompok Umur
UPTD Puskesmas Selajambe 2019
KELOMPOK UMUR
1 2 3 4 5 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Cantilan 68 73 75 70 67 65 73 70 71 65 61 58 57 255
5
Selajambe 70 75 73 58 60 265
2 5 69 61 62 63 63 55 58
3 Ciberung 78 74 78 79 62 55 79 83 85 62 65 60 68 255
4 Kutawaringin 78 68 76 49 50 47 59 50 53 60 64 66 64 260
5 Bagawat 66 57 51 71 57 48 69 50 75 45 52 45 52 186
6 Jamberama 56 55 56 56 47 55 52 72 60 40 41 40 38 185
7 Padahurip 49 50 46 49 37 52 54 54 49 35 40 31 35 194
160
JUMLAH 465 452 455 432 380 377 455 440 455 370 386 355 372
0
Selajambe pada tahun 2019, penduduk perempuan (51,39 % ) lebihbesar dibandingkan dengan
Tabel.2.3
Tahun 2019
No KELOMPOK UMUR JUMLAH PENDUDUK
Sumber :Laporan Kependudukan Tahun 2016
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
(TAHUN)
Tabel 2.3 menggambarkan Jumlah Penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin,
1. 0–4 365 465 830
Penduduk Perempuan 6994 jiwa lebih besar dibanding jumlah penduduk Laki-laki 6.616 jiwa.
2. 5–9 400 452 852
8. 35 – 39 420
Tahun 440
2013 s.d 2019 860
11 2015 50 – 54 15.403
361 386 747
. 2016 15.512
12 2017 55 – 59 15.518
329 355 684
. 2018 13.531
13 2019 60 – 64 13.610
372 372 744
.
14 65 – 69
480 480 960
.
15 70 – 74
509 500 1009
.
16 75 +
600 620 1220
.
JUMLAH
6616 6994 13.610
(PUSKESMAS)
BAB IV
RUANG LINGKUP BIDANG KERJA DAN
PERMASALAHANNYA
merupakan salah satu sumber pencemaran air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan
karena air limbah puskesmas mengandung senyawa organic yang cukup tinggi juga
yang dapat menyebabkan penyakit terhadap masyarakat disekitarnya. Selain itu air limbah
organic, senyawa amoniak, padatan tersuspensi, logam berat serta mikroorganisme pathogen.
Pada umumnya pengelolaan limbah air limbah yang keluar dari instalasi tersebut memenuhi
Gambaran pengolahan air limbah di UPTD Puskesmas Selajambe yaitu dengan system
ANABiO 2 STAGE yaitu Anaerobic Aerobic Biofilter 2 Langkah, system yang merupakan
gabungan dari beberapa proses kerja pengolahan limbah cair menjadi satu dalam satu tabung
reactor. Limbah cair yang berasal dari kegiatan pelayanan kesehatan kecuali dari wc
ditampung di bak kontrol ataupu pada bak pengumpul utama. Proses selanjutnyaa adalah air
limbah dari bak pengumpul utama disalurkan ke reactor utama, didalam reactor terjadi
proses pengolahan utama. Dalam reactor tersebut dibagi menjadi beberapa bagian proses.
1. Proses anaerobic
Proses anaerobic adalah suatu proses pengolahan air limbah yang tidak memerlukan
bantuan oksigen dalam proses pengolahannya. Dimana dalam reactor telah didesign
sedemikian rupa dengan menggunakan pengaturan flow atau alur didalam kompartement
2. Proses aerobic
Proses aerobic pada system ini merupakan kelanjutan dari proses anaerobic, dimana
dalam proses aerobic pengolahan air limbah ini diberikan aerasi dengan cara
aerasi ini proses pemberian oksigen dibantu dengan menggunakan satu ataupun dua unit
submersible aerator yang bekerja secara bergantian secara otomatis sesuai dengan setting
yang dikehendaki.
3. Proses filtrasi
Proses selanjutnya yaitu proses filtrasi atau penyaringan, dimana pada tahapan ini selain
4. Proses disinfektan
Setelah melalui proses filtrasi dilanjutkan dengan proses pembubuhan chlorine yang
mempunyai fungsi membunuh atau melemahkan bakteri dan virus sebelum dibuang ke
badan air buangan. Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme pathogen yang ada didalam air imbah. Proses pembubuhan chlorine
program-program yang ada di instalasi kesehatan lingkungan sudah berjalan dengan baik.
Namun sampai saat ini ada beberapa permasalahan yang belum selesai, anatara lain :
1. Kendala yang terjadi di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yaitu tidak adanya bak
2. Kendala yang terjadi di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yaitu tidak adanya
pengecekan atau pemeriksaan air limbah secara rutin oleh sanitarian puskesmas
3. Kendala yang terjadi di Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yaitu terjadinya mesin
filter tidak berfungsi sehingga debit air limbah melebihi kapasitas dan menyebabkan air
limbah meluap dari bak penampungan sehingga menimbulkan bau tidak sedap.
BAB V
LAPORAN KERJA DAN ANALISIS
PERMASALAHANNYA
5.1 Laporan kerja
Selama melakkan kegiatan magang di UPTD Puskesmas DTP Selajambe Kecamatan
Selajambe Kabupaten Kunngan banyak aktifitas diluar gedung maupun didalam gedung.
Selajambe.
Selajambe
5. Melakukan tes kesehatan bersama calon jamaah haji, dan petugas Puskesmas
Selajambe
kecamatan Selajambe.
Selajambe
3. Melakukan penyuluhan kepada pasien yang akan berobat setiap hari Selasa dan
Sabtu
Selajambe.
dengan menentukan skala nilai/skala likert 1-5. Isu yang mempunyai total skor tertinggi
merupakan priritas masalah. Untuk lebih jelasnya, pengertian Urgency, Seriousness, dan
yang parah dan atau kematian, komplikasi, dan sebagainya. Semakin tinggi
permasalahan tersebut.
apabila pihak perencana telah siap mengatasi masalah yang ada dan aspek dari masalah
itu sendiri. Adapun penentuan masalah menggunakan metode USG adalah sebagai
berikut:
1. 5: sangat tinggi
2. 4: Tinggi
3. 3: Cukup
4. 2: Kurang
5. 1: Sangat Kurang
Berdasarkan matriks USG pada tabel 5.1.1 di atas, terdapat 3 (tiga) masalah
kesehatan di instalasi pengolahan air limbah (ipal) di UPTD Puskesmas Selajambe, yaitu
masalah terjadi mesin filter tidak berfungsi dengan baik sehingga menimbulkan bau,
tidak adanya pelatihan kepada petugas dalam pengelolaan ipal, tidak adanya bak
Masalah terjadi mesin filter di ipal tidak berfungsi dengan baik sehingga
menimbulkan bau diberi nilai skor 4 pada kriteria Urgency (U) karena apabila masalah
ini tidak segera diatasi maka mesin filter akan semakin rusak dan debit air semakin
meningkat sehingga air keluar dan menimbulkan bau tidak sedap. Sementara masalah
tidak adanya pengontrolan ipal secara rutin sehingga bak berlumut dan bocor diberi nilai
skor 4 pada kriteria Urgency (U) karena apabila dibiarkan dan tidak segera diatasi akan
berdampak buruk terhadap bak dalam hal perawatan bak. Masalah tidak adanya bak
penampungan akhir setelah proses filtrasi diberi nilai skor 4 pada kriteria Urgency (U)
Masalah terjadi mesin filter di ipal tidak berfungsi dengan baik sehingga
menimbulkan bau diberi nilai skor 4 pada kriteria Seriousness (S) karena apabila
dibiarkan saja maka mesin filter tidak akan berfungsi dengan baik dan menghambat kerja
ipal puskesmas. Sementara masalah tidak adanya pengontrolan ipal secara rutin sehingga
bak berlumut dan bocor diberi nilai skor 4 pada kriteria Seriousness (S) karena apabila
tidak adanya pengontrolan secara rutin dan biarkan saja maka bak berkarat dan
mengalami kerusakan. Pada masalah tidak adanya bak penampungan akhir setelah proses
filtrasi diberi nilai skor 5 pada kriteria Seriousness (S) karena nilai/skor paling terbesar,
karena jika tidak ada bak penampungan akhir dan tidak ada pengecekan air limbah maka
dapat mencemari lingkungan sekitar puskesmas karena air limbah yang dibuang ke
selokan terbuka.
Masalah terjadi mesin filter di ipal tidak berfungsi dengan baik sehingga
menimbulkan bau diberi nilai skor 5 pada kriteria Growth (G) karena jika mesin filter
dibiarkan akan terjadi penyumbatan maka akan mempengaruhi proses pengolahan air
limbah ipal dan dari penyumbatan tersebut dapat terjadi penumpukan yang lama
kelamaan jika dibirakan akan terjadi peluapan air limbah dan menimbulkan bau tidak
sedap. Sementara masalah tidak adanya pengontrolan ipal secara rutin sehingga bak
berlumut dan bocor diberi nilai skor 4 pada kriteria Growth (G) karena dapat terjadinya
pengaratan pada bak selain berlumut juga lama kelamaan dapat berkarat jika tidak ada
pengontrolan secara rutin. Pada masalah tidak adanya bak penampungan akhir setelah
proses filtrasi diberi nilai skor 5 pada kriteria Growth (G) karena jika tidak ada bak
penampungan dan air limbah yang dihasilkan belum pernah adanya pengecekan pada air
limbah sedangkan air limbah di alirkan ke seloka terbuka dan air limbah tersebut belu
diketahui telah memenuhi standar air baku air limbah atau belum, jika tidak memenuhi
standar air baku maka air limbah yang di alirkan ke selokan terbuka dapat mencemari
Tidak adanya bak penampung akhir setelah proses akhir sehingga dialirkan ke selokan
terbuka di ipal UPTD Puskesmas Selajambe menjadi prioritas utama. Berikut mengenai
diagram analisis penyebab masalah dengan metode yang digunakan yaitu pohon masalah:
Akibat
Sebab
Berdasarkan gambar analisis pohon masalah tersebut, terjadi tidak adanya bak
penampung akhir setelah proses akhir sehingga dialirkan ke selokan terbuka di ipal
UPTD Puskesmas Selajambe diantaranya pada bagian sebab yaitu tidak adanya bak
penampungan akhir, air limbah dibuang keselokan terbuka, dan air limbah belum pernah
diperiksa.
Sedangkan pada bagian akibat terdapat dua poin yaitu terjadi dapat mencemari
lingkungan sekitar puskesmas dan poin selanjutnya yaitu belum diketahuinya baku mutur
air limbah yang dibuang keselokan terbuka,karena belum adanya bak penampungan akhir
air limbah dan tidak tahu air baku pada air limbah yang dihasilkan maka akan
menimbulkan pencemeran pada lingkungan sekitar puskesmas dan air limbah dialirkan ke
selokan terbuka.
menggunakan teknik skor 0-10 dimana 0 berarti kecil dan 10 berarti besar atau harus
diprioritaskan. Ada 4 komponen penilaian dalam metode CARL, yang merupakan cara
Berikut mengenai tabel analisis alternative pemecahan masalah dengan metode CARL :
Pembuangan air limbah harus terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Capability
(C) diberi nilai/skor 8, karena untuk pemisahan pembuangan air limbah dengan saluran
air hujan harus mempunyai lahan cukup besar. Sementara alternative pemecahan masalah
kedua adalah saluran pembuangan air limbah harus menggunakan system saluran tertutup
untuk kriteria Capability (C) diberi nilai/skor 7 dan merupakan nilai/skor paling terkecil
diantara ketiga alternative, karena untuk saluran pembuangan air limbah harus
menggunakan system saluran tertutup harus menggunakan biaya yang cukup besar. Pada
alternative pemecahan masalah ketiga adalah penyediaan bak tampungan akhir sebelum
di alirkan ke selokan untuk kriteria Capability (C) diberi nilai/skor 8 karena untuk
terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Accesbility (A) diberi nilai/skor 7
nilai/skor paling terkecil dari ketiga alternative masalah merupakan salah satu program
yang mudah untuk dilaksankan karena hanya memisahkan saluran air buangan limbah
dengan saluran hujan. Sementara alternative pemecahan masalah kedua adalah saluran
pembuangan air limbah harus menggunakan system saluran tertutup untuk kriteria
Accesbility (A) diberi nilai/skor 8, karena mudah untuk dilaksanakan hanya dengan
menutup selokan terbuka agar menjadi tertutup. Pada alternative pemecahan masalah
ketiga adalah penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan untuk
kriteria Accesbility (A) diberi nilai/skor 8 karena pembuatan bak penampungan cukup
terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Readness (R) diberi nilai/skor 8, karena
membutuhkan lahan yang cukup besar. Sementara alternative pemecahan masalah kedua
adalah saluran pembuangan air limbah harus menggunakan system saluran tertutup untuk
kriteria Readness (R) diberi nilai/skor 7, karena kesiapan dalam pelaksanaan siap untuk
menutup saluran pembuangan air limbah. Pada alternative pemecahan masalah ketiga
adalah penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan untuk kriteria
Readness (R) diberi nilai/skor 9 karena diberi nilai paling tertinggi dari ketiga alternative
masalah, petugas kesling siap untuk membuat bak penampungan akhir karena untuk
terpisah dengan saluran air hujan untuk kriteria Laverage (L) diberi nilai/skor 7, karena
alternative pertama diberi nilai paling kecil dari ketiga alternative masalah tersebut maka
alternative ini tidak terlalu berpengaruh dikarenakan jika salurannya tertutup maka air
hujan tidak akan menyatu dengan air limbah buangan. Sementara alternative pemecahan
masalah kedua adalah saluran pembuangan air limbah harus menggunakan system
saluran tertutup untuk kriteria Laverage (L) diberi nilai/skor 9, alternative ini
penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan untuk kriteria Laverage
(L) diberi nilai/skor 9 karena diberi nilai paling tertinggi dari ketiga alternative masalah,
alternative ini sangat berpengaruh dikarenakan jika adanya bak penampungan akhir
sebelum dialirkan ke badan air dapat mempermudah dalam pengecekan baku mutu air
dan jika dialirkan dan sudah memenuhi baku mutu maka air limbah tidak akan
mencemari lingkungan.
Puskesmas DTP Selajambe yaitu penyediaan bak tampungan akhir sebelum di alirkan ke
selokan.
Dengan program yang akan dilakukan adalah penyediaan bak tampungan akhir
1) Planning
sampel air limbah dan sebelum dialirkan dapat mengetahui standar air
bakunya.
c. Program akan dilaksanakan oleh petugas kesling dan beberapa orang
dalam pembuatannya.
2) Organizing
Yang akan bertanggung jawab atas program ini adalah kepala UPTD
dipantau oleh kepala puskesmas dan jika akan pengambilan sampel air limbah
3) Actuating
yang telah dibuat. Sehingga tidak aka nada lagi masalah dalam instalasi
4) Controling
bahwa bak dipakai dengan baik dan air limbah setelah proses akhir masuk ke
bak terlebih dahulu dan dicek baku mutu terlebih dahulu baru disalurkan ke
1. Menurut hasil pengamatan selama satu bulan pada instalasi pengolahan air limbah
masalah pada ipal yaitu tidak ada penyediaan bak tampungan akhir sebelum di
alirkan ke selokan.
yang menjadi prioritas utama adalah tidak ada penyediaan bak tampungan akhir
3. Setelah dianalisis bahwa penyebab terjadinya masalah tidak ada penyediaan bak
tampungan akhir sebelum di alirkan ke selokan adalah tidak adanya biaya dalam
pembuatan bak penampungan, air limbah dibuang ke selokan terbuka, air lmbah
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Warga Negara
Alamat
Riwayat Pendidikan
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun-sekarang
Dokumentasi