Prodi : S1 Kesehatan Masyarakat (Reguler A, Semester VII)
Mata Kuliah : Toksikologi Lingkungan
Tugas : Kunjungan Industri
- Nama Industri : Industri Mebel Kayu
- Alamat : Desa Lengkong Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan - Waktu : Senin, 09 Desember 2019 - Anggota Kelompok : Sarah Putri Utami dan Robby Ridwan R.
1. Industri Mebel Kayu
Sebuah industri sudah pasti akan menghasilkan limbah, begitupula dengan industri kayu. Seperti yang dikatakan oleh bapak Didin dalam sesi wawancara bahwa industri kayu yang merupakan tempat kerjanya itu merupakan industri yang memproduksi barang yang berbahan dasar kayu dan merubahnya menjadi beberapa kebutuhan rumah seperti kursi, meja, pintu, tempat tidur dan lain sebagainya. Proses pengerjaannya mulai dari penyiapan bahan baku, lalu dikeringkan, pembahanan dasar, konstruksi (penyerutan kayu), pengamplasan, perakitan, sampai dengan finishing (pengecatan atau viltur/vernis). Dalam aktivitas ini tentu saja dalam proses produksinya menghasilkan atau menyisakan beberapa limbah seperti : 1. Potongan kayu dan serbuk gergaji, ini dapat dimanfaatkan sebagai tambahan untuk pembuatan poliwood, MDF (Medium Density Fiber board) dan lembaran lain. Selain itu juga dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pembakaran boiler. Juga sebagian masyarakat memanfaatkannya sebagai bahan bakar untuk industri yang lebih kecil seperti batu bata, keramik atau dapur rumah tangga. 2. Limbah bahan finishing beserta peralatan bantu lainnya serpti thinner. 3. Limbah kimia sekunder sebagai hasil dari alat bantu dari sebuah industri kayu seperti oli/pelumas bekas, lampu bekas, tinta dan lain-lain. 4. Bahan pembantu lain seperti kardus, plastik pembungkus, kertas amplas beks, kain bekas untuk proses finishing, pisau bekas dari mesin serut dan lain sebagainya.
2. Potensi Bahaya pada Perajin Mebel Kayu
Adapun bahaya potensial bagi pengrajin kayu beserta dampaknya pada pengrajin mulai dari proses penyiapan bahan baku sampai dengan perakitan yaitu : a. Debu Kayu Dapat masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan dan dapat menyebabkan allergi terhadap kulit. Dampaknya terhadap kesehatan adalah iritasi dan allergi teradap saluran pernapasan dan allergi terhadap kulit. Namun saat dalam wawancara, Pak Didin yang berusia 44 tahun dan sudah bekerja di industri mebel kayu tidak memiliki keluhan penyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan. Padahal, pada saat proses pengerjaannya, menurut hasil observasi seluruh pekerja tidak ada yang menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan maupun masker hidung. Hal ini terjadi kemungkinan pemajanan yang teradi pada bapak didin tidak di dukung dengan lama kerja bapak didin, sehingga tidak adanya keluhan yang berhubungan dengan saluran pernafasan. b. Bising pada kegiatan pengrajin Pelubangan dan penyambungan dapat menimbulkan kebisingan yang dapat mengganggu aktivitas pekerja, konsentrasi dan pendengaran. Hal ini akan menyebabkan gangguan pendengaran yang bersifat sementara untuk pekerja yang belum lama bekerja seperti bapak Didin yang baru bekerja selama ±1 tahun. akan tetapi akan berdampak pada kerusakan pendengaran yang menetap dan menyebabkan tuli ketika dalam pemajanan tingkat kebisingan tertentu, misalnya >85 dB (A). c. Sikap dan posisi pekerja yang tidak ergonomis akan menimbulkan nyeri otot dan punggung serta gangguan fungsi dan bentuk otot. d. Cara kerja yang kurang berhati-hati akan menimbukan luka terpukul, tersayat, atau tertusuk. Sedangkan pada proses pemutihan/pengecatan, hal yang berpotensi bahaya bagi pengrajin industri mebel kayu adalah : a. Uap cat/zat kimia seperti H2O2, thinner, sanding sealer, melamic clear, wood stain serta jenis cat lainnya dapat mengakibatkan : 1) Peradangan pada saluran pernapasan dengan gejala batuk, pilek, sesak nafas, dan demam. 2) Iritasi pada mata dengan gejala mata pedihm kemerahan dan berair. b. Posisi pekerja yang tidak ergonomis (seperti jongkok, membungkuk) akan menimbukan nyeri otot dan punggung. Adapun bahan yang digunakan dalam proses ini oleh pekerja di industri mebeul yang menjadi tempat kerja pak Didin yaitu luxor, sirlac, dan yang lainnya.
3. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resiko gangguan kesehatan pekerja mebel antara lain : 1. Kebisingan a. Mengurangi kebisingan pada sumbernya, dengan cara : 1) Memberi sekat (dari bahan kain, gabus atau karet pada landasan mesin penempaan atau lainnya. 2) Penampaan pohon di sekitar tempat kerja. 3) Penampaan dilakukan pada ruangan tersendiri atau ruang kedap suara. b. Mengatur lama waktu kerja agar tidak melebihi dari ambang batas kebisingan yang diperkenankan, misalnya : 1) 85 dB (A) untuk 8 jam pemajnan. 2) 90 dB (A) untuk 4 jam pemajanan. 3) 95 dB (A) untuk 2 jam pemajanan dan seterusnya. c. Menggunakan sumbat telinga seperti earplugs ataupun tutup telinga (ear muffs) pada waktu bekerja di tempat bising, karena alat tersebut mampu mengurangi intensitas bising sampai sekitar 25-40 dB (A). 2. Uap Logam/Zat-zat Kimia a. Posisi kerja menghadap searah dengn arah angin. b. Menggunakan masker penutup mulut dan hidung. c. Tidak merokok sewaktu kerja. d. Tata udara yang baik ditempat kerja dan menggunakan cerobong asap diatas tungku. e. Pengaturan waktu kerja agar pekerja tidak terlalu terpapar oleh uap logam atau zat-zat kimia. f. Bila timbul gejala gangguan saluran pernafasan segera periksakan ke sarana kesehatan. 3. Sikap Kerja yang tidak Benar (tidak ergonomis) a. Menyesuaikan alat kerja dengan postur tubuh pekerja sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan masing-masing, sehingga pekerjaan dapa dilakukan dengan posisi duduk ataupun berdiri, misalnya : 1) Duduk dikursi dan mengunakan meja yang susai : tingginya untuk tempat peralatan kerja. 2) Berdiri tegak, dengan peralatan kerja diatas meja yang sesuai fungsinya. 3) Pekerja tidak membungkuk, jongkok atau duduk dilantai dan memaksakan posisi tubuh pada keadaan alami. 4) Usahakan istirahat atau mengganti posisi kerja secara berkala. b. Melakukan latihan otot yang menglami gangguan. c. Rujuk ke Puskesmas atau sarana kesehatan terdekat. 4. Penanggulangan Limbah