Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi sering disebut-sebut sebagai sillent killer
karena sesorang yang mengidap hipertensi yang bahkan sudah bertahun-tahun
seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan organ
vital yang cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian. Sebanyak 70 %
penderita hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya mengidap hipertensi hingga ia
memeriksakan tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan. Sebagian lagi
mengalami tanda dan gejala seperti pusing, kencang di tengkuk, dan sering
berdebar-debar (Adib, 2009). Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2012 hipertensi adalah salah satu yang memegang andil yang penting untuk
penyakit jantung dan stroke yang dapat menjadi penyebab kematian dan kecacatan
nomor satu. (Senoaji et al., 2017)

Berdasarkan prevalensi hipertensi lansia di Indonesia sebesar 45,9% untuk


umur 55-64 tahun, 57,6% umur 65-74 tahun dan 63,8% umur >75 tahun.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan pengukuran tekanan darah pada
umur ≥18 tahun adalah sebesar 25,8%. Prevalensi tertinggi di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%)
(Penelitian and RI, 2013(Balitbang Kemenkes RI, 2013).

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan angka


kesakitan hipertensi primer pada tahun 2016 sebanyak 34.660 orang dan pada
tahun 2017 angka kesakitan hipertensi mengalami peningkatan menjadi sebanyak
36.772 orang. Berdasarkan catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah 45
Kabupaten Kuningan menunjukkan hipertensi yang paling banyak terjadi adalah
hipertensi primer. Pada tahun 2016 hipertensi primer di rawat inap sebesar 8,74 %
dari sepuluh besar penyakit dan menempati peringkat ke 5 dan pada tahun 2017
mengalami peningkatan menjadi sebesar 9,86 % menempati peringkat ke 4.
Sedangkan pada rawat jalan tahun 2016 penyakit hipertensi primer sebesar
15,38% dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi sebesar 19,86%.
Penderita hipertensi primer di Rumah Sakit Umum 45 Kabupaten Kuningan umur
20-55 tahun yaitu sebanyak 40,24% (Rahmayani, 2019).

Berdasarkan laporan Rumah Sakit Umum 45 Kabupaten Kuningan dari tahun


ke tahun jumlah kunjungan poliklinik penyakit dalam yang menderita hipertensi
primer terus meningkat. Dari data tersebut didapatkan penderita hipertensi di
poliklinik rawat jalan yang berusia 20-55 tahun prevalensinya cukup tinggi dan
dari bulan ke bulan selama tahun 2017 mengalami peningkatan. Menurut
geografis karakteristik Kabupaten Kuningan merupakan daerah pegunungan yang
mayoritas pekerjaannya sebagai buruh, dimana daerah pegunungan mempunyai
risiko lebih kecil dari pada pantai. Meskipun daerah pegunungan jumlah penderita
hipertensi di Kabupaten Kuningan cukup tinggi, hal ini karena percepatan
pembangunan di Kabupaten kuningan sehingga adanya perubahan gaya hidup
yang memacu terjadinya hipertensi primer. (Rahmayani, 2019)

Berdasarkan data hasil Pengalaman Belajar Lapangan 1 (PBL 1) adapun


persentase angka hipertensi di Desa Jamberama yaitu untuk kategori pre
hipertensi sebesar 51,4%, hipertensi tingkat 1 sebesar 21,4%, dan hipertensi
tingkat 2 sebesar 11,1%. Jumlah penderita hipertensi di Desa Jamberama
mengalami kenaikan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Itulah yang menjadikan alasan mengapa hipertensi menjadi prioritas
pertama dalam penentuan masalah di Desa Jamberama Kecamatan Selajambe
Kabupaten Kuningan Tahun 2019.

Mengingat tingginya angka kejadian hipertensi yang ditemukan di sarana


pelayanan kesehatan dan tingginya kasus hipertensi terutama pada masyarakat
yang belum terjangkau pelayanan kesehatan maka perlu lebih memprioritaskan
program pencegahan dan penanggulangan hipertensi di masyarakat terutama pada
masyarakat yang belum memasuki masa usia lanjut/ lansia di Desa Jamberama
Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan kegiatan ini merupakan model
pembinaan bagi ibu kader untuk menambah wawasan dan keterampilan tentang
penyakit dan pencegahan hipertensi. Hasil pertemuan dan diskusi dengan mitra
disepakati upaya pencegahan penyakit hipertensi akan dilakukan dengan strategi
pelatihan masyarakat peduli hipertensi yang bertujuan untuk (1) meningkatkan
pemahaman ibu kader tentang penyakit hipertensi (2) Meningkatkan kemampuan
dan keterampilan ibu kader dalam mencegah penyakit hipertensi (3) Peningkatan
keterlibatan perguruan tinggi dalam menyusun buku saku dengan tujuan untuk
memonitoring hasil pengecekan tekanan darah sebagai upaya pencegahan
hipertensi serta memberikan pelatihan kepada ibu kader agar dapat menggunakan
alat pengukur tekanan darah manual untuk melakukan pengecekan berkala
terhadap masyarakat.

Berdasarkan data (Kesehatan, 2013), dilihat dari cara pengolahan sampah saat
ini hanya 24,9% rumah tangga di Indonesia yang pengelolaan sampahnya
diangkut oleh petugas, sedangkan sebagian rumah tangga mengelola sampah
dengan cara dibakar (50,1%), ditimbun dalam tanah (3,9%), dibuat kompos
(0,9%), dibuang ke kali/parit/laut (10,4%), dan dibuang sembarangan (9,7%).
Provinsi Jawa Barat sendiri dalam seharinya menghasilkan 2.700 ton sampah.
Sedangkan di Kabupaten Kuningan Jawa Barat, volume sampah mengalami
peningkatan sekitar 75% setiap harinya.

Berdasarkan data hasil Pengalaman Belajar Lapangan 1 (PBL 1) masalah di


Desa Jamberama yang berkaitan dengan lingkungan yaitu terkait dengan sampah.
Masalah pembuangan sampah yang terdapat di Desa Jamberama yaitu masih
banyaknya masyarakat yang membakar sampah sebanyak 190 keluarga (52,1%),
masyarakat yang membuang sampah di sungai sebanyak 91 keluarga (24,9%),
dibuang sendiri ke TPS sebanyak 24 keluarga (20,1%), dan sisanya dibuang
sembarangan sebanyak 7 keluarga (1,9%).

Berdasarkan data tersebut masalah penyakit tidak menular hipertensi dan


masalah sampah menjadi prioritas masalah yang harus segera diselesaikan. Hal ini
sesuai dengan hasil Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dimana 100% dari
total 25 masyarakat yang hadir dalam musyawarah tersebut memilih masalah
penyakit tidak menular hipertensi dan masalah sampah sebagai prioritas masalah
yang harus segera diselesaikan.

1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk merumuskan alternatif solusi dari masalah penyakit tidak menular
hipertensi dan sampah yang ada di Desa Jamberama Kecamatan Selajambe
Kabupaten Kuningan Tahun 2019.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi alternatif penyelesaian masalah dengan cara
brainstorming dan penggunaan how-how diagram dalam mengatasi
masalah penyakit tidak menular hipertensi dan masalah sampah yang
ada di Desa Desa Jamberama Kecamatan Selajambe Kabupaten
Kuningan Tahun 2019.
2. Untuk menganalisis kelayakan penyelesaian masalah dengan metode
force field analysis untuk mengetahui alternative pemecahan masalah
yang paling tepat dalam mengatasi masalah sampah yang ada di Desa
Jamberama Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019.
3. Untuk merumuskan Plan of Action (PoA) sebagai upaya
merencanakan intervensi yang terstruktur dalam mengatasi masalah
penyakit tidak menular hipertensi dan masalah sampah yang ada di
Desa Jamberama Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun
2019.
4. Untuk melakukan intervensi sebagai upaya penanggulangan untuk
mengatasi masalah penyakit tidak menular hipertensi dan masalah
sampah yang ada Desa Jamberama Kecamatan Selajambe Kabupaten
Kuningan Tahun 2019.
5. Untuk menganalisis monitoring dan evaluasi kegiatan intervensi
masalah penyakit tidak menular hipertensi dan masalah sampah Desa
Jamberama Kecamatan Selajambe Kabupaten Kuningan Tahun 2019.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis

Dari hasil Pengalaman Belajar Lapangan 2 ini dapat dijadikan sebagai


bahan pertimbangan bagi para stakeholder untuk melakukan intervensi masalah
kesehatan dan masalah sampah di setiap daerah sebagai upaya menciptakan
masyarakat yang peduli terhadap kesehatan dan kesehatan lingkungan.

1.3.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Masyarakat dan Desa Jamberama
a) Masyarakat mempunyai kesadaran untuk melakukan pengecekan
tekanan darah secara berkala dan mempunyai kesadaran untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat khususnya tidak membuang
sampah sembarangan.
b) Pemerintah Desa Jamberama dapat membuat suatu program yang
tepat untuk mengatasi masalah peningkatan jumlah penderita
hipertensi dan masalah sampah di desanya sesuai dengan kondisi
yang ada dilingkungan masyarakat.
2. Bagi UPTD Puskesmas Selajambe
Membantu pihak Puskesmas dalam mengatasi masalah penyakit
hipertensi dan masalah kesehatan lingkungan di Desa Jamberama.
3. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
a) Dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan kegiatan
pendidikan dan penelitian.
b) Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti lainnya
khususnya yang akan meneliti tentang masalah kesehatan dan
masalah sampah di Desa Jamberama Kecamatan Selajambe
Kabupaten Kuningan Tahun 2019.
ADIB, M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung. Stroke.
Yogyakarta.
KESEHATAN, K. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Kemenkes RI.
PENELITIAN, B. & RI, P. K. K. K. 2013. Penyajian pokok-pokok hasil riset kesehatan dasar
2013. Jakarta. Kemenkes RI.
RAHMAYANI, S. T. 2019. FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA
USIA 20-55 TAHUN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD 45 KUNINGAN.
Syntax, 1.
SENOAJI, A. U., MUHLISIN, H. A. & SKM, M. K. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Keluarga Tentang Diit Hipertensi dan Tingkat Stres Dengan Frekuensi
Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai