Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

KEGIATAN PEMICUAN
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
DI DESA KALIJAMBE KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN
SEMARANG
TAHUN 2018

OLEH :
FENDI WIDYANTORO P1337433215037
ALBI PANGESTU P1337433215038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI DIV KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Kegiatan Pemicuan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat di Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
Tahun 2018. Tujuan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas PKN–PKN-IPC
dari Prodi DIV Poltekkes Kemenkes Semarang Jurusan Kesehatan Lingkungan
Purwokerto Tahun 2018.
Dalam penyelesaian proposal ini, kami banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Bapak Warijan, S.Pd, A.Kep, M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Semarang.
2. Bapak Asep Tata Gunawan, SKM,M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Purwokerto.
3. Bapak Hari Rudijanto. IW, ST, M.Kes., selaku Ketua Prodi DIV Kesehatan
Lingkungan.
4. Bapak Lagiono, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing Lapangan Jurusan
Kesehatan Lingkungan yang telah memberi materi, arahan, bimbingan dan saran
masukan.
5. Teman – teman Prodi DIV Kesehatan Lingkungan yang saling bekerja sama dalam
penyelesaian proposal ini.
6. Teman – taman PKN-PKN-IPC Desa Pakis Kecamatan Bringin yang telah
membantu terselasaikannya proposal ini.
7. Semua pihak yang telah membantu.
Kami menyadari masih ada kekurangan dan kesalahan dari segi kalimat maupun
penyusunan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak.

Semarang, Juli 2018

Penyusun

i
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya pemenuhan ketersediaan dan akses terhadap air bersih dan sanitasi selalu
menjadi fokus utama dalam kerangka pembangunan pada setiap tingkat
pemerintahan. Di tingkat global, upaya pemenuhan ketersediaan dan akses terhadap
air bersih dan sanitsi direfleksikan secara jelas sebagai salah satu target dalam
tujuan pembangunan Milenium Development Goals(MDGs) pada tahun 2000 –
2015 dan berlanjut menjadi salah satu target utama dalam Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan / Sustainable Development Goals (SDGs) yang harus diwujudkan
pada tahun 2030. Di tingkat nasional, upaya pencapaian air bersih dan sanitasi telah
menjadi prioritas utama pembangunan nasional dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJM 2015 – 2019).
Berdasarkan hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program
(ISSDP) tahun 2006, 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai,
sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Hasil studi Basic Human Services (BHS)
di Indonesia tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah, setelah
buang air besar 12%, setelah membersihkan tinja bayi dan balita 9%, sebelum
makan 14%, sebelum memberi makan bayi 7% dan sebelum menyiapkan makanan
6%. Studi BHS lain terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga
menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50% dari
air tersebut masih mengandunng Eschericiacoli. Kondisi tersebut berkontribusi
terhadap tingginya angka kejadian diare dan stanting di Indonesia.
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan angka insidens diare pada balita sebesar
6,7%. Selain itu, masalah stanting di Indonesia memiliki prevalensi sebesar 37,2%.
Jika sanitasi di Indonesia berada pada kondisi baik maka ada sekitar 9 juta anak –
anak Indonesia terselamatkan dari permasalahan stanting. Hal ini dikarenakan
adanya hubungan positif antara penyediaan air minum perbaikan sanitasi, dan
higiene berbanding lurus dengan pertumbuhan fisik. Hasil penelitian menunjukkan
2

antara 17% - 27% risiko stanting berkurang dengan adanya perbaikan air minum
dan sanitsi.
Berdasarkan data WHO 2007, upaya perbaikan lingkungan dapat menurunkan
risiko kasus diare sampai dengan 94%. Upaya perbaikan melalui penyediaan air
bersih dapat menurunkan resiko sebesar 25%, pemanfaatan jamban sehat
menurunkan resiko sebesar 32%, pengolahan air minum tingkat rumah tangga
menurunkan risiko sebesar 39% dan cuci tangan pakai sabun menurunkan resiko
sebesar 45%. Untuk itu perlu dilakukan intervensi terpadu melalui suatu
pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat. Dalam rangka memperkuat upaya
perilaku hidup bersih dan sehat , mencegah penyebaran penyakit berbasis
lingkungan, meningkatkan kemampuan masyarakat serta meningkatkan akses air
minum dan sanitasi dasar, perlu dilaksanakan program STBM. Program STBM ini
lebih menekankan pada perubahan perilaku kelompok masyarakat dengan
pemicuan.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana kegiatan pemicuan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang di
lakukan fasilitator di suatu masyarakat / Desa / Kelurahan ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui kegiatan pemicuan STBM yang di lakukan fasilitator di suatu
masyarakat / Desa / Kelurahan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data dengan survei Keluarga Sehat.
b. Menganalisis data dan menentukan prioritas permasalahan.
c. Melakukan pemicuan STBM sesuai permasalahan yang ada di suatu
masyarakat / Desa / Kelurahan.
3

D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang sanitasi sehat.
b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang sanitasi.
c. Masyarakat dapat melakukan upaya preventif kesehatan secara mandiri.
2. Bagi Pemerintah
a. Hasil pemicuan dapat memberi informasi terkait dengan masalah sanitasi.
b. Sebagai masukan dalam pemecahan masalah sehingga membantu dalam
upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
3. Bagi Institusi
a. Dapat meningkatkan kerjasama antara Institusi dengan Instansi pemerintah.
b. Diperoleh umpan balik yang berkaitan dengan pengintegrasian mahasiswa
dengan pembangunan masyarakat, sehingga kurikulum lebih dapat
disesuaikan.
4. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dan mencari alternative pemecahan
masalahnya.
b. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan
secara langsung kepada masyarakat.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Inter Professional Colaboration /PKN-IPC


Proses kolaborasi yang terdiri dari dua atau lebih tenaga kesehatan
berfokus pada belajar dengan, dari, dan tentang masing-masing profesi sehingga
dapat menggembangkan kerjasama demi terwujudunya pelayanan yang lebih
optimal. PKN Inter Professional Colaboration Keluarga Sehat adalah suatu
kegiatan intrastruktur yang mamdukan pelaksanaan Tri Darma Perguruan Tinggi
(Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada masyarakat) yang dilakukan
melalui pendekatan kolaborasi antar rumpun ilmu kesehatan dalam menciptakan
keluarga cinta sehat.
Selain itu, kegiatan PKN-PKN-IPC ini merupakan salah satu wujud
penerapan ilmu kesehatan lingkungan yang telah didapat oleh mahasiswa dari
proses perkuliahan, salah satunya adalah upaya pemecahan masalah kesehatan
atau dikenal dengan Problem Solving Cycle. PKN-PKN-IPC dilaksanakan di
Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

B. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Adalah pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Prinsip-prinsip dari
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang dimaksud adalah tidak adanya subsidi
yang diberikan kepada masyarakat, tidak terkecuali untuk kelompok miskin
untuk penyediaan fasilitas sanitasi dasar, meningkatkan ketersediaan sarana
sanitasi yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat sasaran,
menciptakan prilaku masyarakat yang higienis dan saniter untuk mendukung
terciptanya sanitasi total, masyarakat sebagai pemimpin dan seluruh masyarakat
terlibat dalam analisa permasalahan, perencanaan, pelaksanaan serta
pemanfaatan dan pemeliharaan, melibatkan masyarakat dalam kegiatan
pemantauan dan evaluasi.
Dari 5 pilar STBM di Indonesia diantaranya adalah
5

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)


Istilah yang lebih sering diungkapkan untuk menyatakan hal tersebut
adalah ODF Open defecation Free (Bebas dari buang air besar sembarangan)
yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Bahkan sekarang sudah
banyak desa yang mendapat sertifikat desa ODF yang berarti warga desa
tersebut sudah tidak ada lagi yang BAB sembarangan. Buang air besar
sembarangan akan mengakibatkan pencemaran air, darat maupun udara dari
tinja. Pencemaran tersebut diantaranya bau tidak sedap, dapat menjadi
tempat bersarangnya vektor (pembawa penyakit) dan menimbulkan penyakit
berbasis air seperti diare dan hepatitis A. Jika masyarakat tidak mampu
untuk membuat jamban mandiri maka bisa dibuat jamban communal
(jamban umum). Jamban yang baik harus disertai dengan septik tank sebagai
tempat penampungan tinja, agar tinja tidak mencemari lingkungan.
2. Cuci Tangan Pakai Sabun
Menurut peneliti Dr. Carol A. Kauffman, untuk menyingkirkan
kuman yang tidak terlihat oleh mata, seseorang harus mecuci tangan mereka
selama 15 detik. Cuci tangan harus disertai dengan sabun, hal ini
dikarenakan sabun berfungsi sebagai antiseptik yang dapat membunuh
kuman yang menempel di tangan. Cuci tangan pakai sabun sangat dianjurkan
pada 5 waktu berikut yaitu sebelum makan, setelah buang air besar dan
buang air kecil, sebelum menyiapkan makan, sebelum mengurusi bayi dan
setelah menceboki anak. Diare dan ISPA dilaporkan telah membunuh 4 juta
anak setiap tahun di Negara-Negara berkembang. Paraktik CTPS juga dapat
mencegah infeksi kulit, mata, dan orang dengan HIV/AIDS. Untuk memutus
mata rantai penyebaran penyakit kedalam tubuh manusia, salah satu metode
yang murah dan bisa dilaksanakan oleh masyarakat adalah membiasakan
cuci tangan pakai sabun.
3. Pengelolaan Makanan dan Air Minum Rumah Tangga
Perilaku Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
merupakan pilar ke-3 dari STBM hal ini diwujudkan melalui kegiatan paling
sedikit terdiri atas:
6

a. Membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makanan yang


aman dan bersih secara berkelanjutan.
b. Menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan
makanan rumah tangga yang sehat.
Persediaan air untuk rumah tangga harus cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Pencemaran air oleh mikroorganisme dapat terjadi pada
sumber air bakunya, ataupun terjadi pada saat pengaliran air olahan dari
pusat pengolahan ke konsumen. Bakteri atau mikroba indikator sanitasi
adalah bakteri keberadaannya dalam air menunjukan bahwa air tersebut
pernah tercemar oleh kotoran manusia (Suriawiria, 2003).
Syarat-syarat air yang dipandang baik secara umum dibedakan menjadi:
a. Syarat Fisik
Untuk air minum sebaiknya air tidak berwarna, tidak berasa, tidak
bebau, jernih, dengan suhu dibawah suhu udara.
b. Syarat Bakteriologis
Semua air minum hendaknya dapat terhindar kontaminasi dari bakteri
terutama yang bersifat pathogen. Untuk mengukur air minum bebas dari
bakteri atau tidak, pegangan yang digunakan adalah bakteri e-coli dan
coliform.
c. Syarat Kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara
berlebihan oleh zat zat kimia atau mineral terutama oleh zat-zat ataupun
mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Dalam hal persyaratan kualitas
air minum harus sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no
492/menkes/per/IV/2010 dimana ada dua parameter yaitu parameter
wajib dan parameter tambahan. Dimana parameter wajib meliputi
parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan dan parameter
yang tidak langsung dengan kesehatan dan pada parameter tambahan
yang meliputi sodium, timbal, petisida, air raksa, nikel dll.
7

Pengolahan makanan yang aman dan sehat diantaranya:


a. Menjaga kebersihan peralatan dan bahan makanan
b. Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan menyajikan makanan
c. Memisahkan bahan makanan mentah dan matang
d. Menggunakan bahan makanan segar dan belum kadaluarsa
e. Jangan menyimpan makanan dalam suhu kamar (15-25 derajat celcius
terlalu lama )
f. Masak dengan benar
Pengeolaan air minum rumah tangga :
a. Mengolahan air yang akan diminum
b. Menjaga kebersihan wadah penyimpanan air minum
c. mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah dan menyajikan air
minum.
Berbagai cara pengolahan air minum yang dapat diterapkan dalam Rumah
Tangga :
a. Fitrasi / penyaring
1. Saringan pasir lamban (Biosand)
Biosand adalah proses penyaringan secara fisik , yaitu menyaring
air melalui media pasir dan lapisan biologis.
2. Saringan Keramik
Merupakan penyaringan air secara fisik dan kimiawi dengan
melewatkan air melalui pori-pori keramik yang telah dilapisi bahan
desinfeksi.
4. Pengolahan Sampah Rumah Tangga
a. Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang. Menurut UU No.18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah mendefinisikan sampah rumah tangga sebagai
sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,
8

tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung


bahan beracun).
b. Sampah Rumah Tangga
Widyadmoko (2002), mengelompokkan sampah rumah tangga yaitu
sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari
bermacam-macam jenis sampah sebagai berikut:
1.) Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organic yang
mudah membusuk yang sebagian besar adalah sisa makanan,
potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.
2.) Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi
tua, kaleng bekas dan sampah kering non logam, misalnya kertas,
kaca, keramik, batu-batuan, dan sisa kain.
3.) Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai
rumah, gedung dan penggergajian kayu.
4.) Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah
tangga yang besar, seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan
dapur.
Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi tiga jenis yaitu:
1.) Sampah anorganik/ kering, contoh: logam, besi, kaleng plastic,
karet, botol dll yang tidak dapat mengalami pembusukan secara
alami.
2.) Sampah organic/ basah, contoh: sampah dapur, sampah restoran,
sisa sayuran, rempah-rempah atau sisa buah dll yang dapat
mengalami pembusukan secara alami.
3.) Sampah berbahaya, contoh: baterai, botol racun nyamuk, jarum
suntik bekas dll.
c. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap
baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya
bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara
menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus terpenuhi
9

dalam pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air, dan tanah,
tidak menimbulkan bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran
dan lain sebagainya.
Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat dari beberapa pendapat
ahli dan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 yang dapat dibedakan atas
2 bagian yaitu meliputi:
a. Pengurangan Sampah
- Pembatasan timbulan sampah
- Pendauran ulang sampah
- Pemanfaatan kembali sampah
b. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan
pengurangan sampah.
Prayogo (1985), mengatakan bahwa penaganan sampah yang baik
meliputi tiga hal penting yaitu :
a. Pengumpulan Sampah
Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dari
sumber sampah (kawasan permukiman, kawasan perdagangan,
kawasan industri dan lain-lain), ke Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) sampah. Pada sistem ini, umumnya
dilakukan dengan menggunakan jasa Bestari (istilah untuk
petugas sampah), yang dikelola oleh lingkungan sekitar
sumber sampah tersebut. Retribusi yang ditarik biasanya
dibayarkan kepada RT/ RW lingkungan tersebut. Adapun
syarat tempat pengumpulan sampah yang baik adalah:
- Dibangun diatas permukaan tanah setinggi kendaraan
pengangkutsampah.
- Mempunyai dua buah pintu, satu tempat masuk sampah dan
yang lainnya untuk mengeluarkan sampah.
- Perlu ada lubang ventilasi, bertutup kawat untuk mencegah
masuknya lalat.
10

- Tempat tersebut mudah dicapai, baik oleh masyarakat yang


akan mempergunakan ataupun oleh kendaraan pengangkut
sampah.
b. Pengangkutan Sampah dari TPS ke TPA
Didefinisikan sebagai upaya pemindahan massa sampah dan
Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Lokasi TPS bila mungkin
berada didalam lingkungan lokasi sumber sampah. Namun,
bila tidak memungkinkan maka harus diupayakan lokasi
berada di kecamatan. Setiap kecamatan sebaiknya memiliki 1
buah TPS ukuran 1.000-2.000 m2 yang dilengkapi oleh unit
pengolahan sampah menjadi kompos (Sudrajat, 2007,56).
c. Pembuangan Sampah ke TPA
Pembuangan sampah biasanya dilakukan di daerah-daerah
tertentu, sehingga tidak mengganggu kesehatan masyarakat.
Dalam pembuangan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
antara lain:
- Tempat tersebut tidak dibangun dekat dengan sumber air
minum atau sumber lainnya yang dipergunakan oleh
manusia.
- Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
- Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.
Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman adalah
sekitar 2km dari rumah penduduk, sekitar 15 km dari laut,
sekitar 200 m dari sumber air (Azwar, 1990).
Dalam pembuangan sampah tersebut, dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai macam cara yang lazim diipergunakan
pada saat ini yaitu:
- Open Damping, yaitu membuang sampah secara terbuka
di atas permukaan tanah.
11

- Dumping in water, yaitu pembuangan sampah dimana


sampah itu dibuang begitu saja di air yaitu ke sungai dan
laut.
- Burning in premis, yaitu pembakaran sampah dirumah-
rumah.
- Garbage reduction, yaitu pembuangan sampah dimana
sampah basah diadakan pemecahann melalui proses
pemasakan sehingga diperoleh bahan makanan ternak
maupun untuk penyuburan tanah.
- Hog feeding, yaitu pembuangan sampah yang sering
dijadikan sebagai makanan hewan.
- Grinding system, yaitu pembuangan sampah basah yang
berasal dari sisa makanan dengan menghancurkannya
terlebih dahulu kemudian dibuang ke selokan pembuangan
air kotoran untuk mengalami pembusukan.
- Inceneration, yaitu pembuangan sampah dengan cara
pembakaran.
- Sanitary landfill, yaitu suatu cara pembuangan sampah ke
tempat-tempat rendah dan ditutupi dengan tanah untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan (Depkes, 1987).
Proses pengelolaan sampah juga dapat dilihat melalui
beberapa aspek atau segi yaitu: (Arianto, 2002)
1) Segi Teknis
a. Pewadahan
- Pewadahan individual disetiap rumah (single
house) terdiri dari 2 unit dengan volume 100-200
liter (2 warna yang berbeda, untuk menampung
sampah dapur dan smpah halaman)
- Pewadahan komunal (container atau TPS) khusus
untuk menampung berbagai jenis sampah seperti
untuk sampah plastik, gelas, kertas, pakaian
12

tekstil, logam, sampah besar (bulky waste),


sampah B3 (batu baterai, lampu neon dll).
b. Pengumpulan
- Pengumpulan sampah dengan compactor truk
berbeda untuk setiap jenis sampah.
- Waktu pengumpulan door to door 1x seminggu.
- Pengumpulan sampah juga dilakukan secara
perpipaan (single house, apartemen maupun
fasilitas publik).
c. Daur Ulang
Contoh kegiatan daur ulang adalah antara lain:
- Pemisahan setiap jenis kertas, kertas hasil daur
ulang seluruhnya diekspor ke luar negeri.
- Ban bekas dihancurkan dan digunakan sebagai
bahan bakar incinerator.
- Plastic bekas digunakan sebagai bahan baku
pakaian hangat
- Kulkas bekas dipisahkan setiap komponen
pembangunnya dan Freon di daur ulang.
- Computer bekas dipisahkan setiap komponen
pembangunnya.
- Gelas botol kaca dipisahkan berdasarkan warna
gelas dan dihancurkan.

d. Composting
- Composting dilakukan secara manual atau semi
mekanis baik untuk skala individual, komunal
maupun skala besar (di lokasi landfill).
13

- Sampah yang digunakan hanya sampah potongan


tanaman dengan massa proses 3-6 bulan.
- Sampah dari rumah tangga tidak digunakan
(kualitas kompos yang dihasilkannya tidak sebaik
kompos dari potongan tanaman).
2) Segi Institusi
Pada beberapa kota umumnya pengolahan persampaha
dilakukan oleh Dinas Kesehatan kota. Masyarakat banyak
yang terlibat pada sector pengumpulan sampah di sumber
timbulan sampah, sedangkan pihak swasta umumnya
mengelola persampahan pada kawasan elit dimana
kemampuan membayar dari konsumen sudah cukup
tinggi.
3) Segi Keuangan
Pada kawasan perkotaan dimana Dinas Kesehatan menjadi
pengelola persampahan, dana untuk pengelola tersebut
berasal dari pemerintah daerah dan retribusi jasa
pelayanan persampahan yang berasal dari masyarakat.
Secara umum alokasi dana untuk pengelolaan sampah baik
berupa dana investasi maupun operasi sepenuhnya berasal
dari dana masyarakat. Dana retribusi 100% digunakan
untuk pengelolaan sampah.
4) Segi Peraturan
Jenis Peraturan Pengolahan Sampah:
- Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaam Sampah
- Peraturan Daerah Kota Medan No. 8 Tahun 2002
tentang Retribusi Sampah

5. Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga


a. Air Limbah
14

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun


2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan
berwujud cair yang dapat berasal dari rumah tangga maupun industri.
Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai sumber, sebagai
berikut:
1.) Limbah cair atau air buangan (waste water) adalah cairan buangan
yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya yang biasanya mengandung
bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan
atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan
hidup.
2.) Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari
perumahan, institusi komersil, dan institusi bersama dengan air
tanah, air permukaan, dan air hujan.
3.) Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/
permukaan serta buangan lainnya.
4.) Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan
perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan
biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan kesehatan/ kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup.
5.) Semua air/ zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun
kualitasnya baik.
b. Sumber Air Limbah
Limbah cair bersumber dari aktivitas manusia (human Sources) dan
aktivitas alam (natural sources).
1.) Aktivitas manusia
Beberapa jenis aktivitas manusia yang menghasilkan limbah cair di
antaranya adalah aktivitas dalam bidang rumah tangga,
perkantoran, perdagangan, perindustrian, pertanian, dan pelayanan
jasa.
15

2.) Aktivitas dalam bidang rumah tangga


Aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah cair di
antaranya adalah mencuci pakaian, mencuci alat makan/ minum,
memasak makanan dan minuman, mandi, mengepel lantai, mencuci
kendaraan, penggunaan toilet.
3.) Aktivitas dalam bidang perkantoran
Beberapa contoh adalah Kantor Pemerintah Daerah, Kantor
Sekretariat DPR, Kantor Pos, Kantor PDAM, Kantor PLN, Bank,
Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), Kantor Inspeksi Pajak.
Limbah cair dari sumber tersebut biasanya dihasilkan dari aktivitas
kantin yang menyediakan makanan dan minuman bagi pegawai,
aktivitas penggunaan toilet, aktivitas pencucian peralatan, dsb.
c. Limbah Domestik
Limbah cair domestic adalah hasil buangan dari perumahan, dari
bangunan perdagangan, perkantoran dan sarana sejenisnya. Menurut
Hammer (1977, h 295-298), volume limbah cair dari daerah perumahan
bervariasi dari 200 sampai 400 liter per orang, per hari, bergantung
pada tipe rumah. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal
yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan
peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair
sebesar 400 liter/ orang/ hari.
d. Pengamanan Limbah Cair Domestik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 3 Tahun
2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, pengamanan limbah
cair rumah tangga adalah melakukan pengolahan limbah cair domestic
yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi dan dapur yang
memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan kesehatan yang
mampu memutuskan mata rantai penularan penyakit.
Perilaku pengamanan limbah cair domestic diwujudkan melalui
kegiatan yang terdiri atas:
16

- Melakukan pemisahan saluran limbah cair rumah tangga melalui


sumur resapan dan dari saluran pembuangan air limbah.
- Menyediakan dan menggunakan penampungan limbah cair rumah
tangga.
- Memelihara saluran pembuangan dari pembuangan saluran limbah
cair rumah tangga.
Prinsip pengamanan limbah cair rumah tangga adalah:
- Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan
air dari jamban.
- Tidak boleh menjadi tempat perindukan vector.
- Tidak boleh menimbulkan bau.
- Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan
rawan kecelakaan.
- Terhubung dengan saluran limbah umum/ got dan sumur.
17

BAB III
METODE PELAKSANAAN

1. Kerangka Konsep
Variabel independen

1. Predisposing:
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Karakteristik responden:
1) Umur
2) Jenis Kelamin
Variabel dependen
3) Pendidikan
4) Pekerjaan STBM
5) Pendapatan
Desa Kalijambe
6) Jumlah anggota
Kecamatan Bringin
keluarga
Kabupaten Semarang
tahun 2018
2. Enabling :
Sarana dan prasarana
Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)

3. Reinforcing :
a. Peran petugas kesehatan
b. Peran Tokoh Masyarakat
(TOMA)
18

2. Hipotesis
Sesuai dengan judul penelitian yang diambil, yaitu Identifikasi
Penyebab dan Alternatif Pemecahan Masalah Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun
2018,maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
a. Ada hubungan pengetahuan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
di Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun
2018.
b. Ada hubungan sikap dan perilaku dengan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang tahun 2018.
c. Ada hubungan sarana dan prasarana dengan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang tahun 2018.
d. Ada hubungan peran petugas kesehatan atau kader dengan Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat di Desa Kalijambe Kecamatan Bringin
Kabupaten Semarang tahun 2018.
e. Ada hubungan peran tokoh masyarakat dan perangkat desa dengan
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Desa kalijambe Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang tahun 2018.

3. Tempat dan Waktu


Tempat pelaksanaan PKN-PKN-IPC di Desa Kalijambe Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang. Kegiatan PKN-PKN-IPC dilaksanakan pada
tanggal 2 sampai 21 Juli 2018.

4. Jenis Kegiatan dan Metode Pelaksanaan


Jenis PKN-PKN-IPC yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif
deskriptif dengan desain cross sectional. Cross sectional adalah suatu
penelitian untuk mempelajari suatu dinamika korelasi antara faktor-faktor
risiko dengan efek dan dengan suatu pendekatan, observasi ataupun dengan
19

pengumpulan data tentang Identifikasi Penyebab Dan Alternatif Pemecahan


Masalah Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Desa Kalijambe Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang tahun 2018.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menemukan masalah
kesehatan yang kemudian ditetapkan prioritas masalah kesehatan dengan
menggunakan metode MCUA (Multiple Criteria Utility Assessment).
MCUA adalah suatu teknik atau metode yang digunakan untuk membantu
tim dalam mengambil keputusan atas beberapa alternatif. Alternatif dapat
berupa masalah pada langkah penentuan prioritas masalah atau pemecahan
masalah pada langkah penetapan prioritas pemecahan masalah. Kriteria
adalah batasan yang digunakan untuk menyaring alternatif masalah sesuai
kebutuhan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuisioner, observasi, dokumentasi dan diskusi kelompok
terarah (FGD).
5. Definisi Operasional
Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara ukur Sumber Data Kategori Skala Data

1.Karakteristik
Responden
a. Umur Informasi mengenai lama Wawancara Data Primer 1. Dewasa awal : 26 – 35 tahun Interval
hidup responden yang dihitung dengan 2. Dewasa akhir: 36 – 45 tahun
dari sejak lahir sampai kuesioner 3. Lansia awal : 46 – 55 tahun
4. Lansia akhir : 56 – 65 tahun
pengambilan data.
5. Manula : > 65 tahun
(Kemenkes RI, 2009)

b. Jenis Kelamin Ciri biologis seseorang Wawancara Data Primer 1.Laki-laki Nominal
berdasarkan alat kelamin yang dengan 2.Perempuan
dibuktikan melalui Kartu Kuesioner
Identitas yang dimiliki.

c. Pendidikan Informasi mengenai jenjang Wawancara Data Sekunder 1. Pendidikan rendah (Tidak Ordinal
studi formal yang ditamatkan dengan tamat SD, SD, SMP)
responden berdasarkan ijazah Kuesioner 2. Pendidikan menengah
(SMA)
terakhir yang diperoleh.
3. Pendidikan tinggi(Diploma,
S1, Pascasarjana
(UU No. 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan
20

Nasional).

Variabel Definisi Operasional Cara ukur Sumber Data Kategori Skala Data
d. Pekerjaan Mata pencaharian sehari-hari Wawancara Data Primer 1. Pedagang Nominal
yang dilakukan oleh responden dengan 2. Buruh/Tani
untuk mendapatkan gaji atau Kuesioner 3. PNS
upah 4. TNI/POLRI
5. Pensiunan
6. Wiraswasta
7. IRT (Ibu Rumah Tangga)
(Notoatmodjo, 2012)

e. Pendapatan Upah atau penghasilan rata- Wawancara Data Sekunder 1. Tinggi (1): ≥ UMK Ordinal
rata yang diterima oleh dengan 2. Rendah (0): < UMK
responden setelah melakukan Kuesioner UMK Semarang:
Rp 2.200.000,00
pekerjaan selama sebulan
(UMKBanyumas 2014 dalam
SK Gubernur Jateng
No .560/60/2013).

f. Jumlah Anggota Banyaknya orang yang tinggal Wawancara Data Primer 1. Keluarga kecil (≤ 4 orang) Ordinal
Keluarga dalam satu rumah. dengan 2.Keluarga Sedang (5-7 orang)
Kuesioner 3. Keluarga besar (> 7 orang)
(BKKBN,1998)
2. Sanitasi Program pemerintah dalam Wawancara Data Primer 1.Baik: memenuhi semua pilar Ordinal
Total Berbasis rangka memperkuat upaya dengan STBM
Masyarakat pembudayaan hidup bersih Kuesioner 2.Kurang baik: hanya
(STBM) dan sehat, mencegah memenuhi satu / bebe-
penyebaran penyakit berbasis rapa pilar STBM
lingkungan, meningkatkan
kemampuan masyarakat serta
mengimplementasikan
komitmen pemerintah yang
terdiri dari 5 pilar, meliputi:
1. Stop buang air besar (BAB)
sembarangan
2. Cuci tangan pakai sabun
3. Pengelolaan air minum dan
makanan
4. Pengeloalaan Sampah
Rumah Tangga
5.Pengeloalaan limbah cair
rumah tangga
3. Pengetahuan Pemahaman responden Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
tentang Sanitasi terhadap hal yang berkaitan dengan 1. Baik: >mean
Total Berbasis dengan perilaku higiene dan Kuesioner
Masyarakat sanitasi meliputi 5 pilar yaitu 2. Kurang baik: ≤mean
21

(STBM) tidak buang air besar (BAB)


sembarangan, mencuci tangan Data tidak distribusi normal
pakai sabun, mengelola air
minum dan makanan yang 1. Baik : ≥ median
aman, mengelola sampah 2. Kurang baik : < median
dengan benar, mengelola
limbah cair rumah tangga
dengan aman melalui
pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan

3. Sikaptentang Keyakinan, keinginan, dan Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
Sanitasi Total kecenderungan responden dengan 1. Positif: >mean
Berbasis untuk bertindak berkaitan Kuesioner
Masyarakat dengan aktivitas perilaku 2. Negatif: ≤mean
(STBM) higiene dan sanitasi meliputi 5
pilar yaitu tidak buang air
Data tidak distribusi normal
besar (BAB) sembarangan,
mencuci tangan pakai sabun, 1. Positif: ≥ median
mengelola air minum dan 2. Negatif: < median
makanan yang aman,
mengelola sampah dengan
benar, mengelola limbah cair.
4. Sekumpulan aktivitas yang Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
Perilakutentang dipraktikkan oleh responden, dengan 1. Baik: >mean
Sanitasi Total atas dasar kesadaran sebagai Kuesioner
Berbasis hasil pembelajaran, sehingga 2. Kurang baik: ≤mean
Masyarakat secara mandiri berperan aktif
(STBM) dalam mewujudkan
Data tidak distribusi normal
lingkungan sehat meliputi
tidak buang air besar (BAB) 1. Baik: ≥ median
sembarangan, mencuci tangan 2. Kurang baik: < median
pakai sabun, mengelola air
minum dan makanan yang
aman, mengelola sampah
dengan benar, mengelola
limbah cair rumah tangga
dengan aman.
4. Sarana dan Alat penunjang keberhasilan Lembar Observasi Data berdistribusi normal Ordinal
Prasarana suatu proses upaya yang dengan metode list 1. Baik: >mean
dilakukan di dalam pelayanan check
Sanitasi Total Berbasis 2. Kurang baik: ≤mean
Masyarakat (STBM) di
lingkungan masyarakat.
Data tidak distribusi normal
1. Baik: ≥ median
2. Kurang baik: < median
22

5. Persepsi peran Tingkah laku petugas Wawancar Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
Petugas kesehatan yang diharapkan a dengan 1. Baik: >mean
Kesehatan atau yang berpengaruh dalam Kuesioner
mewujudkan STBM di 2. Kurang baik: ≤mean
lingkungan masyarakat. Data tidak distribusi normal
1. Baik: ≥ median
2. Kurang baik: < median
Variabel Definisi Operasional Cara ukur Sumber Data Kategori Skala Data

6. Persepsi peran Tingkah laku petugas Wawancara Data Primer Data berdistribusi normal Ordinal
Tokoh kesehatan yang diharapkan dengan 1. Baik: >mean
Masyarakat atau yang berpengaruh dalam Kuesioner
mewujudkan STBM di 2. Kurang baik: ≤mean
(TOMA)
lingkungan masyarakat.
Data tidak distribusi normal
1. Baik: ≥ median
2. Kurang baik: < median

6. Populasi dan Sample


a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2009).
b. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).
Sampel pada kegiatan PKN-PKN-IPC adalah kepala keluarga (KK) atau
Ibu yang mewakili dari keluarga yang dipilih berdasarkan teknik
pengambilan sampel tertentu.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik proporsional cluster random sampling dengan mengacak RT yang
ada di desa Kalijambe. Cara proporsional lebih baik daripada cara yang
tidak proporsional.Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan
menggunakan rumus:
23

2
Z 1-α .N .P.q
n= 2 2
d ( N-1 ) +Z 1-α P.q

Keterangan:
n = besar sampel
N = Jumlah populasi
Z 1-α = Z score ditentukan berdasarkan derajat kepercayaan = 1,96
(CI=95%)
D = Derajat ketepatan yang digunakan oleh 10% atau 0,1
P = Proporsi target populasi (jika tidak diketahui gunakan 0,5)
q = Proporsi sisa di dalam populasi

7. Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan PKN-PKN-IPC di Desa
Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang adalah kuesioner
terstuktur berisi pernyataan yang harus diisi oleh responden yang terpilih.
Format yang dipakai dalam kuesioner adalah skala Likert dan skala
Guttman. Skala Likert pada variabel independen dengan jawaban atas
pertanyaan yaituskala 1-4. Nilai yang dimaksud adalah skor atas jawaban
responden. Skor yang peneliti gunakan sebagai berikut:
STS (Sangat Tidak Setuju) : nilainya 1
TS (Tidak Setuju) : nilainya 2
S (Setuju) : nilainya 3
SS (Sangat Setuju) : nilainya 4
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan PKN-PKN-IPC di Desa
Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang meliputi:
a. Kuesioner tertutup
Dalam kegiatan PKN-PKN-IPC tujuan kuesioner tertutup yaitu
untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik responden,
pengetahuan, sikap, praktik, persepsi peran tenaga kesehatan dan
persepsi peran tokoh masyarakat mengenai Sanitasi Total Berbasis
24

Masyarakat (STBM) di Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten


Semarang.
b. Kuesioner terbuka
Dalam kegiatan PKN-PKN-IPC tujuan kuesioner terbuka yaitu
untuk mengetahui informasi tentang alamat pengisi, karena tidak
mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang
disediakan.
c. Skala Guttman
Skala Guttman, yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban
tegas, seperti jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-
negatif, tinggi-rendah, baik-buruk dan seterusnya. Pada skala Guttman,
hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala Guttman
dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar checklist. Untuk
jawaban positif seperti benar, ya, tinggi, baik dan semacamnya diberi
skor 1; sedangkan untuk jawaban negatif seperti salah, tidak, rendah,
buruk dan semacamnya diberi skor 0. Skala Guttman digunakan untuk
mengukur pengetahuan, pendukung, penguat dan perilaku yang ada
dalam kuesioner(Sugiyono, 2012). Dalam kegiatan PKN-IPC, Skala
Guttman digunakan untuk mengetahui informasi mengenai pengetahuan
mengenai Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Desa
Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
d. Checklist
Dalam kegiatan PKN-IPC, instrumen checklist digunakan untuk
mengamati kondisi lingkungan yang sebenarnya di Desa
KalijambeKecamatan Bringin Kabupaten Semarang, dengan melakukan
pengamatan pada objek yang bisa diamati dengan panca indera, misalnya
kondisi rumah, jamban dan lain-lain.
e. Form Data Sekunder
Form data sekunder menjadi salah satu instrumen yang
digunakan dalam pelaksanaan PKN-IPC untuk mengetahui status derajat
kesehatan masyarakat Desa Desa KalijambeKecamatan Bringin
25

Kabupaten Semarang. Form ini berupa pernyataan-pernyataanyang berisi


keterangan status derajat kesehatan masyarakat yang dapat diketahui
melalui data sekunder.
f. Alat Perekam Gambar
Alat perekam gambar adalah alat yang digunakan untuk
mengabadikan kondisi lingkungan yang ada di dalam masyarakat
(Notoatmodjo, 2005). Pelaksanaan PKN-PKN-IPC akan menggunakan
alat perekam gambar untuk mendokumentasikan kegiatan PKN-IPC di
Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

8. Uji Validitas dan Reliabilitas


Menurut Sulisetyo (2010), Validitas adalah ketepatan atau kecermatan
sesuatu instrumen dalam pengukuran. Instrumen yang reliabel adalah
instrumen yang digunakan berapa kali untuk mengukur objek yang sama
akan menghasilkan data yang sama. Instrumen yang valid dan reliabel
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan
reliabel.

9. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan
berbagai sumber dan berbagai cara. Bila di lihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder
(Sugiyono, 2012). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
kegiatan PKN-IPC ini terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud
khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditangani. Data
dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau
tempat penelitian dilakukan (Sugiyono, 2009). Data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari:
1) Wawancara
26

Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang


berisi pertanyaan-pertanyaan untuk menggali dan mengumpulkan
data mengenai masalah kesehatan di Desa Kalijambe Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang.
2) Observasi
Observasi dilakukan dengan menggunakan checklist yang berisi
pernyataan-pernyataan untuk menggali dan mengumpulkan data
dengan cara mengamati sarana dan prasarana di setiap rumahyang
berkenaan masalah kesehatan mengenai Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) di Desa KalijambeKecamatan Bringin
Kabupaten Semarang tahun 2018.
3) Dokumentasi
Dokumentasi yang digunakan dalam pengambilan data seperti
telepon genggam, kamera dan alat tulis untuk mencatat hal-hal
penting dalam proses pengumpulan data penelitian.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud
selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi dan dapat
ditemukan dengan cepat. Sumber data sekunder dapat berupa literatur,
artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan dengan penelitian
yang dilakukan (Sugiyono, 2009). Data sekunder dalam penelitian ini
berasal dari:
1) Puskesmas Bringin
Pengambilan data sekunder dilakukan di Puskesmas Bringin
berupa Profil Kesehatan Kecamatan Bringintahun 2018 yang berisi
mengenai situasi derajat kesehatan, jumlah tenaga kesehatan dan
jenisnya.
2) Balai Desa Kalijambe Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang
Pengambilan data sekunder tentang Profil Kependudukan Desa
Rempoah berupa jumlah KK desa Rempoah, jumlah RW, jumlah RT
per RW, jumlah KK per RT, karakteristik penduduk DesaKalijambe
27

jumlah pelayanan kesehatan yang ada dan jenis pelayanan kesehatan


yang ada.

10. Analisis Data


Analisis data penelitian menggunakan analisis statistik univariat
dengan program aplikasi SPSS (Statistic Program For Social Sciences) for
Windows. Data yang telah diperoleh dari Puskesmas Bringin dan Balai Desa
Kalijambe dianalisis secara deskriptif. Data tersebut menggambarkan
keadaan umum dan keadaan kesehatan masyarakat Desa Kalijambe.
Kemudian, penyajian data dari hasil analisis berupa tulisan, tabel dan
diagram atau grafik agar lebih mudah dipahami. Pengolahan data melalui
beberapa tahapan sebagai berikut :
a. Editing
Kegiatan untuk mengecek isian formulir atau kuesioner apakah
jawaban yang ada dalam kuesioner lengkap (semua pertanyaan sudah
terisi jawabannya), jelas (tulisan jawaban pertanyaan cukup jelas
terbaca), relevan (jawaban sesuai dengan pertanyaan) dan konsisten
(antara beberapa pertanyaan yang berkaitan, isi jawabannya relevan)
(Hastono, 2001).
b. Coding
Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasikan data jawaban
menurut kategori masing-masing. Setiap kategori jawaban yang bebeda
diberi kode berbeda. Hal yang perlu diperhatikan adalah setiap jawaban
yang masuk diberi kode tertentu sesuai dengan kategorinya, setiap
kategori yang sama diberi kategori yang sama dan antara kategori yang
satu dengan yang lain dipisahkan dengan tegas agar tidak tumpang
tindih.
c. Entry Data
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yaitu memproses data
dengan cara melakukan entry data dari masing-masing respoden ke
dalam program komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden
28

pada kuesioner dan jawaban responden dalam bentuk angka sesuai


nomor responden pada kuesioner dan jawaban responden dalam bentuk
angka sesuai dengan skor jawaban yang telah ditentukan.
d. Tabulating
Kegiatan mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu
menurut sifat-sifat yang dimilikinya sesuai dengan tujuan penelitian
(Azwar dan Prihantono, 2003).
Analisis data yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu:
1) Analisis Univariat
Analisis univariat menggunakan analisis presentase dari seluruh
responden yang diambil dalam penelitian, dimana akan
menggambarkan bagaimana komposisinya ditinjau dari beberapa segi
sehingga dapat dianalisis karakteristik responden. Analisis univariat
menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti.
Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel
karakteristik responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan dan jumlah anggota keluarga) yang ada secara deskriptif
dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proporsinya.
Analisis univariat pada kegiatan PKN-IPC digunakan untuk
mengetahui pengetahuan, sikap, sarana prasarana, peran petugas
kesehatan dan peran petugas tokoh masyarakat terhadap Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat.
2) Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi
dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif. Uji
statistik dalam kegiatan PKN-IPC ini untuk menguji hipotesis yaitu
untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen. Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan variabel pengetahuan, sikap,sarana prasarana,
peran petugas kesehatan dan peran petugas tokoh masyarakat
terhadap Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
29

Uji yang digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal


atau tidak berdistribusi normal adalah menggunakan Uji Kolmogrov
Smirnov. Data dapat dinyatakan berdistribusi normal apabila
mempunyai nilai P-Kolmogorov Smirnov > 0,05. Uji normalitas
dalam kegiatan PKN-IPC digunakan untuk mengkategorikan hasil
ukur variabel independen. Apabila data berdistribusi normal, maka
hasil ukur variabel dikategorikan sebagai berikut:
a) Baik, total skor ≥ nilai mean
b) Tidak baik, total skor < nilai mean
Apabila data tidak berdistribusi normal maka dalam mengkatagorikan
hasil ukurnya sebagai berikut:
a) Baik, total skor ≥ nilai mean
b) Tidak baik, total skor < nilai mean
Analisis bivariat dalam kegiatan ini menggunakan uji statistik Chi-
square. Signifikansi uji Chi-square menggunakan derajat kepercayaan
95% ( = 5%). Jika P value  0,05 maka hipotesis diterima yang
menunjukan adanya hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen. Sebaliknya jika P value > 0,05 maka hipotesis
ditolak yang menunjukan tidak ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Atmarita, Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Dalam
Soekirman et al., editor. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII “Ketahanan
30

Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi”; Jakarta 17-19 Mei
2004. Jakarta : LIPI.
Azwar, A. dan J. Prihantono. 2003. Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Hasan, I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara
Hastono, S.P. 2001. Analisis Data. Jakarta: FKM UI
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Online. Diakses tanggal 11 Oktober 2015
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/.
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI:
Jakarta.
Kusnoputranto. 2000. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Masyuni. 2010. Implementasi Program Promosi Pencegahan Diare Pada Anak Berusia
Di Bawah Tiga Tahun (Studi Kasus Di Puskesmas Mangkurawang Kabupaten
Kutai Kartanegara). Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Mubarak dan Chayatin. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Medika.
Mukono. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan Edisi Kedua. Surabaya:Airlangga
University Press.
Peraturan Kementerian Kesehatan No 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/Menkes/PER/XI/1990 tentang Syarat-syarat
dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.
Soeparman dan Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair:Jakarta:Suatu
Pengantar Cetakan II. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 852/MENKES/SK/IX/2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai