Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan sekumpulan perilaku yang

dipraktekkan atas dasar kesadaran individu untuk mencegah permasalahan kesehatan.

PHBS di praktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan

seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan

aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat kebijakan PHBS menjadi komponen

penting suatu daerah sebagai indikator suatu keberhasilan daerah untuk menurunkan

kejadian penyakit yang di sebabkan oleh perilaku yang tidak sehat (Profil Kesehatan

RI, 2017).

Upaya untuk mewujudkan PHBS di tatanan institusi sekolah itu tertuang di

dalam UU Nomor 36 tahun 2009 pasal 47 tentang upaya kesehatan yang

menyebutkan bahwa, upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan

dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan

secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Dilanjutkan dalam pasal 48 yang

menyatakan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 47 dilaksanakan salah satunya melalui kegiatan kesehatan sekolah. (UU No. 36,

2009).

Dari pelaksanaan indikator PHBS di institusi pendidikan atau sekolah di

harapkan hasilnya, anak memiliki kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air

mengalir, jajanan di kantin sekolah yang sehat, membuang sampah pada tempatnya,

Ikes Prima Nusantara Bukittinggi


mengikuti kegiatan olahraga dengan baik di sekolah, menimbang badan dan

mengukur tinggi badan setiap bulan, tidak merokok di sekolah, buang air kecil dan

besar di jamban sehat dan melakukan pemeberantasan jentik nyamuk di sekolah

secara rutin (Pedoman pembinaan prilaku hidup bersih dan sehat, 2014).

Berdasarkan data profil kesehatan RI (2017), persentase kabupaten/ kota

yang memiliki kebijakan PHBS secara nasional pada tahun 2017 yaitu 60,89% sudah

mencapai target renstra 2017 60%. Jumlah rumah tangga yang ada di Sumatra Barat

tahun 2017 sebanyak 1.231.519 rumah tangga, dengan cakupan rumah tangga yang

ber PHBS adalah 344.861 rumah tangga dari 633.947 rumah tangga yang dipantau

atau sebesar 54,4%.

Kota Padang menempati urutan empat terendah dimana jumlah rumah

tangga pada tahun 2017 adalah 203.702 rumah tangga, dengan cakupan rumah tangga

ber PHBS adalah sebanyak 42.346 rumah tangga dari 100.652 rumah tangga yang

dipantau atau sebesar 42,07%. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan salah satu

indikator dari perilaku hidup bersih dan sehat, menurut Riskesdas tahun 2013 rerata

nasional proporsi penduduk yang berperilaku cuci tangan secara benar di Indonesia

sebesar 47,0% dan Sumatera Barat hanya 29,0%. (Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2012)

Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Barat (2017) cakupan yang rumah

sehat yang memenuhi syarat 70% masih jauh dari target 87% pada umumnya semua

kab/kota masih dibawah target, rumah sehat ini banyak faktor yang mempengaruhi

tingkat ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi dari perilaku

Ikes Prima Nusantara Bukittinggi


masyarakat lebih mementingkan untuk kehidupannya untuk makan dari pada

kebersihan diri dan lingkungannya (rumah sehat, limbah, sampah, dan jamban

keluarga serta air bersih). Sebagaimana kita ketahui bahwa rumah yang dikatakan

memenuhi syarat kesehatan seperti pengelolaan sampah, pengelolaan limbah, jamban

dan kandang ternak yang ada disekitar rumah. Untuk meningkatkan cakupan rumah

sehat ini perlu dilakukan peningkatan penyuluhan dan pemantauan ke lapangan ,

sehingga dapat merubah perilaku masyarakat hidup sehat. Di tahun 2016 dari 69.445

rumah tangga yang di pantau terdapat 25.947 atau 37,4 % yang melakukan PHBS.

Pada tahun 2017 sendiri rumah tangga yang di pantau sebanyak 62.202 atau 73,10%

yang melakukan PHBS sebanyak 28.654 atau 46.07%.

Anak usia sekolah merupakan periode perkembangan dan waktu yang paling

tepat untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Anak usia sekolah

juga merupakan kelompok terbesar dari golongan anak-anak terutama di negara yang

mengenal wajib belajar. Hal ini menjadikan promosi kesehatan pada anak sekolah

merupakan langkah strategi untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat pada

masyarakat luas. Peningkatan kesadaran anak sekolah dalam cuci tangan

menggunakan sabun, sehingga membudayakan CTPS perlu dilakukan dengan cara

demonstrasi dan redemonstrasi secara teratur dan terus menerus sehingga pemahaman

sejalan dengan praktik. Seorang peneliti yang bernama Lau juga menyarankan

penyampaian pesan promosi kesehatan setiap 2 bulan sekali, walaupun singkat tetapi

akan menjadi suatu kebiasaan baik (Profil Dinas Kesehatan RI, 2017).

Ikes Prima Nusantara Bukittinggi


Pentingnya membudidayakan CTPS secara baik dan benar juga didukung

oleh WHO (World Health Organization), hal ini dapat terlihat dengan diperingatinya

hari cuci tangan pakai sabun sedunia yang pertama diselenggarakan pada tanggal 15

Oktober 2008. Yang merupakan perwujudan dari upaya untuk meningkatkan praktek

personal hygiene dan sanitasi di seluruh dunia. Hari CTPS yang diperingati oleh

banyak negara di dunia ditujukan untuk meningkatkan budaya CTPS secara global,

sehingga penyebaran penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dan perilaku

manusia seperti penyakit diare yang dapat berakibat fatal bisa dikurangi (Badan

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Salah satu upaya untuk mencegah penyakit yang ditimbulkan akibat cuci

tangan yang buruk adalah dengan usaha promotif yaitu penyuluhan atau pendidikan

kesehatan. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku

individu, kelompok, masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan. Dalam rangka pembinaan dan perilaku kesehatan

masyarakat, metode pendidikan kesehatan lebih cepat dibandingkan dengan metode

paksaaan (Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah Berbagai Penyakit, 2016).

Akibat pengetahuan siswa tentang perilaku hidup sehat rendah, bukan tidak

mungkin siswa tidak bisa menerapkan perilaku hidup sehat dengan benar atau bahkan

tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari hari, sehingga akan berpengaruh pada

derajat kesehatan tubuh yang rendah. Perlunya penanganan itu dengan meningkatkan

pengetahuannya, memahami, dan mempraktekkannya di lingkungan sekolah dan

untuk diri sendiri.

Ikes Prima Nusantara Bukittinggi


PHBS di sekolah sebagai upaya memperdayakan siswa, guru, dan

masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktekkan PHBS

dan berperan aktif dalam mewujudkkan sekolah sehat. PHBS harus ditanamkan sejak

dini agar terbawa sampai dewasa. Usia anak sekolah dasar masih tergolong muda,

sehingga membutuhkan bantuan dari orang sekitar lingkungan terdekat yaitu, orang

tua, guru, dan teman (Sari et al, 2016).

Berdasarkan hal diatas karena masih rendahnya pengetahuan tentang

mencuci tangan pakai sabun peneliti tertarik mengetahui “Perbedaan Pengetahuan

Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Video Dan Leaflet Terhadap Cuci

Tangan Pakai Sabun Di SDN 16 Padang Magek Wilayah Kerja Rambatan II “.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah peneliti ini adalah

“apakah ada perbedaan tingkat pengetahuan pendidikan kesehatan menggunakan

video dan leaflet terhadap Prilaku cuci tangan pakai sabun Di SDN 16 Padang Magek

Wilayah Kerja Rambatan II ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pendidikan kesehatan menggunakan media video

dan leaflet terhadap pengetahuan dan prilaku cuci tangan pakai sabun Di SDN 16

Padang Magek Wilayah Kerja Puskesmas Rambatan II.

Ikes Prima Nusantara Bukittinggi


2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rerata pengetahuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media video di

SD 16 Padang Magek di Wilayah Kerja Puskesmas Rambatan II tahun

2019.

b. Mengetahui rerata pengetahuan cuci tangan pakai sabun sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan leaflet di SD 16

Padang Magek di Wilayah Kerja Puskesmas Rambatan II tahun 2019.

c. Mengetahui perbedaan pengetahuan pendidikan kesehatan

menggunakan media video dan leaflet terhadap perilaku cuci tangan

pakai sabun di SD 16 Padang Magek di Wilayah Kerja Puskesmas

Rambatan II tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan meningkatkan ilmu

pengetahuan peneliti dan sebagai sarana dalam menerapkan teori yang telah

di peroleh selama mengikuti kuliah serta hasil penelitian ini juga sebagai

pengalaman meneliti.

b. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bacaan bagi instansi dalam

penelitian berikutnya, khususnya dalam pencegahan diare.

c. Manfaat untuk responden


6

Ikes Prima Nusantara Bukittinggi


Hasil penelitian dapat menjadi salah satu gerakan pencegahan penyakit

menular seperti diare, dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

dengan cuci tangan pakai sabun.

Ikes Prima Nusantara Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai