Anda di halaman 1dari 7

BAB Is

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO tahun 2017 setiap tahunnya sekitar 2,2 juta jiwa di

Negara-negara berkembang terutama anak-anak meninggal dunia akibat

berbagai penyakit yang disebabkan oleh kurangnya air minum yang aman,

sanitasi hygiene yang buruk. Pelayanan sanitasi yang memadai, persediaan

sanitasi yang memadai, persediaan air yang aman, sistem pembuangan

sampah yang memadai dapat menekan angka kematian akibat diare sampai 65

%, serta penyakit-penyakit lainnya sebanyak 26%. Bersamaan dengan

masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan telah mencanangkan

Gerakan Pembangunan Berwawasan kesehatan yang dilandasi paradigma

sehat. Ada 3 pilar dalam visi Indonesia Sehat yang perlu mendapat perhatian

khusus yaitu lingkungan sehat perilaku sehat serta pelayanan kesehatan yang

bermutu adil dan merata. Untuk perilaku sehat diperlukan berbagai upaya

untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat yaitu salah satunya

melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS (Rikesdes, 2017)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang di

praktekkan oleh setiap individu dengan kesadaran sendiri untuk meningkatkan

kesehatanya dan berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan yang sehat.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2269/Menkes/PER/XI/2011 Tentang

1
2

Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) menyatakan

bahwa Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku

yang di praktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang

menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu

menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif

dalam mewujudkan kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2012)

Penyebab rendahnya pelaksanaan PHBS dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain faktor perilaku dan non perilaku yang berupa faktor

lingkungan fisik, sosial ekonomi, oleh sebab itu peningkatan masalah

kesehatan tersebut harus ditujukan kepada dua faktor tersebut. Banyak hal lain

yang menjadi penyebab menurunnya pelaksanaan PHBS di sekolah seperti

faktor teknis, faktor geografi, sosial ekonomi, serta kurangnya upaya promotif

tentang kesehatan khususnya mengenai PHBS dari puskesmas dan instansi

kesehatan lain seperti puskesmas (Ginting, 2011)

Sejalan dengan perkembangan paradigma pembangunan, telah

dituangkan arah kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019,

bahwa Sasaran yang ingin dicapai dalam Program Indonesia Sehat pada

RPJMN 2015-2019 adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi

masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.

Salah satu upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


3

dilakukan melalui Peningkatan advokasi kebijakan pembangunan berwawasan

kesehatan; Pengembangan regulasi dalam rangka promosi kesehatan;

Penguatan gerakan masyarakat dalam promosi kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat melalui kemitraan antara lembaga pemerintah dengan swasta, dan

masyarakat madani; serta Peningkatan pemberdayaan masyarakat melalui

pendidikan kesehatan masyarakat, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

serta Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) termasuk

pengembangan rumah sehat (Kementerian Kesehatan, 2011).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku

yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang

menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu

menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif

dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Pembinaan PHBS diluncurkan oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan (sekarang

Pusat Promosi Kesehatan) pada tahun 1996 dengan menggunakan pendekatan

tatanan sebagai strategi pengembangannya. Masing-masing tatanan ditetapkan

indikator guna mengukur pencapaian PHBS-nya (Kementrian Kesehatan RI,

2011).

Fokus pembinaan PHBS adalah tatanan rumah tangga. Berdasarkan

Rapat Koordinasi Promosi Kesehatan Tingkat Nasional, pada tahun 2007

indikator PHBS rumah tangga yaitu persalinan ditolong oleh tenaga

kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan,


4

menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban

sehat, memberantas jentik nyamuk, mengonsumsi buah dan sayur setiap hari,

melakukan aktivitas fisik setiap hari, dantidak merokok di dalam rumah

(Kementrian Kesehatan RI, 2011). PHBS di rumah tangga terdiri dari 4

kriteria, yaitu sehat pratama, sehat madya, sehat utama, dan sehat paripurna.

Keempat kriteria tersebut diukur dari pemenuhan indikator PHBS (Tim Field

Lab UNS, 2013).

Di era otonomi daerah saat ini, kebijakan publik di daerah termasuk

kebijakan kesehatan banyak ditentukan oleh para pemangku kepentingan baik

eksekutif maupun legislatif. Namun seberapa jauh komitmen para elit di

daerah terhadap masalah kesehatan masyarakat sangat ditentukan oleh

pemahaman mereka terhadap masalah-masalah kesehatan itu sendiri yang

seharusnya merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota beserta

masyarakatnya. Demikian pula seberapa besar pemerintah daerah

mengalokasikan anggaran pembangunan bagi sektor kesehatan sangat

bergantung pada cara pandang para pemangku kebijakan terhadap kesehatan

dalam konteks pembangunan nasional. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran

individu untuk mencegah permasalahan kesehatan. PHBS dipraktikkan atas

kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau

keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif

dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Kebijakan PHBS menjadi


5

komponen penting suatu daerah sebagai indikator suatu keberhasilan daerah

untuk menurunkan kejadian penyakit yang disebabkan oleh perilaku yang

tidak sehat.

Upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga

belum sepenuhnya menunjukkan hasil optimal. Data yang mendukung

pernyataan bahwa upaya PHBS rumah tangga belum menunjukkan hasil

optimal adalah data dari Dinkes Sumatera selatan 2016 yang menyebutkan

perkembangan strata PHBS tatanan rumah tangga paripurna sebesar 19,71%,

rumah tangga madya 9,50%, rumah tangga utama 69,16%, dan rumah tangga

pratama 1,62%. Kemudian data dari Dinkes Sumatera selatan 2017

menyebutkan perkembangan strata PHBS tatanan rumah tangga paripurna

sebesar 23,25%, rumah tangga madya 7,95%, rumah tangga utama 67,65%,

dan rumah tangga pratama 1,15% (dinkes profinsi sumatera selatan, 2018)

Strata PHBS dalam tatanan rumah tangga dapat ditentukan dengan

melakukan penilaian terhadap rumah tangga yang bersangkutan berdasarkan

16 indikator PHBS rumah tangga. Penelitian yang dilakukan oleh Lesmana

tahun 2012 yang berjudul hubungan karakteristik pengetahuan dan sikap

kepala keluarga tentang penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di

puskesmas Sleman Jogja menyatakan responden yang berpengetahuan tinggi

mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat yang baik dibanding responden

yang berpengetahuan rendah dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat.
6

Dari survey awal yang dilakukan tentang PHBS diwilayah kerja

puskesmas Megang Megang menunjukkan bahwa pelaksanaannya belum optimal,

karena masih banyak belum mengetahui bagaimana menerapkan pola hidup

bersih dan sehat di lingkungan rumah tangga. Sehingga dari hasil wawancara

terhadap 10 Ibu rumah tangga, 6 ibu rumah tangga belum mengetahui tentang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, 4 orang belum mengetahui tentang berperilaku

hidup bersih dan sehat.

Dari gambaran di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan

pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Wilayah Kerja

Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau tahun 2019.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan, rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan pengetahuan dengan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah Kerja

Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau tahun 2019 ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

pada Ibu Rumah Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau tahun 2019


7

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu rumah tangga di

Wilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi hidup bersih dan sehat pada ibu rumah

tangga di Wilayah kerja Puskesmas Megang Kota Lubuklinggau.

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan

sehat pada ibu rumah tangga di Wilayah kerja Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Kegunaan penelitian pada aspek teoritis memperluas pemahaman peneliti

tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat khususnya dalam lingkup Rumah

Tangga.

2. Praktis

Dalam aspek praktis berguna untuk pihak Puskesmas Megang Kota

Lubuklinggau dalam melakukan upaya peningkatan tentang Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat khususnya dalam lingkup Rumah Tangga.

Anda mungkin juga menyukai