Anda di halaman 1dari 32

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Anatomi Pankreas

Gambar II.1 Sistem Pankreas


Sumber: (Saras, di unduh tanggal 15 April 2015)5.

Pankreas merupakan organ yang panjang dan ramping. Panjangnya sekitar 6

inci dan lebarnya 1,5 inci. Pankreas terletak retroperitoneal dan dibagi dalam 3

segmen utama : kaput, korpus dan kauda. Kaput terletak pada bagian cekung

duodenum dan kauda menyentuh limpa.

Pankreas dibentuk dari 2 sel dasar yang mempunyai fungsi sangat berbeda.

Sel-sel eksokrin yang berkelompok-kelompok disebut asini menghasilkan unsur-

unsur getah pankreas. Sel-sel endokrin atau pulau Langerhans menghasilkan

sekret endokrin, insulin dan glukagon yang penting untuk metabolisme

karbohidrat.

9
10

Pankreas merupakan kelenjar kompleks alveolar. Secara keseluruhan

pankreas menyerupai setangkai anggur, cabang-cabangnya merupakan saluran

yang bermuara pada duktus pankreatikus utama (duktus Wirsungi). Saluran-

saluran kecil dari tiap asinus mengosongkan isinya ke saluran utama. Saluran

utama berjalan di sepanjang kelenjar, sering bersatu dengan duktus koledokus

pada ampula Vater sebelum masuk ke duodenum. Saluran tambahan, duktus

Santorini, sering ditemukan berjalan dari kaput Pankreas masuk ke duodenum,

sekitar 1 inci di atas papila duodeni.

2. Fisiologi Pankreas

a. Konsep Fisiologis Pankreas

Konsep fisiologis pankreas dibagi 2 yaitu :

1) Fungsi Eksokrin Pankreas

a) Sekresi Enzim Pankreas Sekresi enzim-enzim pankreas

terutama berlangsung akibat perangsangan pankreas oleh

kolesistokinin (CCK), suatu hormon yang dikeluarkan

oleh usus halus.

b) Sekresi Natrium bikarbonat Natrium bikarbonat

dikeluarkan dari sel-sel asinus ke usus halus, sebagai

respon terhadap hormon usus halus untuk menetralkan

kimus yang asam karena enzim-enzim pencernaan tidak

dapat berfungsi dalam lingkungan asam.


11

2) Fungsi Endokrin Pankreas

Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan melepaskan

hormon insulin, glukagon dan somatostatin yaitu oleh pulau

Langerhans.

a) Sekresi insulin Insulin merupakan suatu hormon yang

menurunkan glukosa darah dilepaskan pada suatu

tingkat/kadar basal oleh sel-sel beta pulau Langerhans.

Rangsangan utama untuk pelepasan insulin di atas  kadar

basal adalah peningkatan kadar glukosa darah , hal ini

merangsang sekresi insulin dari pankreas dengan cepat

meningkat dan kembali ke tingkat basal dalam 2-3 jam.

Insulin adalah hormon utama pada stadium absorptif

pencernaan yang muncul segera setelah makan. Di antara

waktu makan, kadar insulin rendah. Insulin bekerja

dengan cara berikatan dengan reseptor insulin yang

terdapat di sebagian besar sel tubuh untuk menyebabkan

peningkatan transportasi glukosa (yang diperantarai oleh

pembawa) ke dalam sel. Setelah berada di dalam sel,

glukosa dapat segera dipergunakan untuk menghasilkan

energi melalui siklus Krebs, atau dapat disimpan di dalam

sel sebagai glikogen, sewaktu glukosa dibawa masuk ke

dalam sel, kadar glukosa darah menurun. Insulin adalah

hormon anabolik (pembangun) utama pada tubuh dan


12

memiliki berbagai efek. Insulin meningkatkan transportasi

asam amino ke dalam sel, merangsang pembentukan

protein serta menghambat penguraian simpanan lemak,

protein dan glikogen. Insulin juga menghambat

glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) oleh hati.

Insulin adalah hormon pencernaan (yang dibuat oleh

kelenjar pankreas, pada bagian yang disebut pulau

langerhans) untuk membantu metabolisme dalam tubuh

kita, yang memungkingkan karbohidrat khususnya glukosa

(gula darah) agar dapat dipakai untuk berenergi. apabila

tubuh kekurangna hormon insulin ini, akibatnya gula

darah tidak bisa dipakai untuk berenergi dan kadar gula

darah akan meningkat tinggi dan pada akhirnya

menyebabkan penyakit kencing manis atau diabetes

mellitus5.

b) Sekresi glukagon Glukagon  adalah suatu hormon protein

yang dikeluarkan oleh sel-sel alpha pulau Langerhans

sebagai respon terhadap kadar glukosa darah yang rendah

dan peningkatan asam amino plasma. Glukagon adalah

hormon stadium pasca absorptif pencernaan, yang muncul

dalam masa puasa di antara waktu makan. Fungsi hormon

ini terutama adalah katabolik (penguraian). Glukagon

merangsang penguraian lemak dan pelepasan asam-asam


13

lemak bebas ke dalam darah, untuk digunakan sebagai

sumber energi selain glukosa.

c) Sekresi Somatostatin Somatostatin pulau Langerhans.

Hormon ini disekresikan oleh sel-sel delta mengotrol

metabolisme dengan menghambat sekresi insulin dan

glukagon5.

3. Konsep Diabetes Mellitus

a. Definisi diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik yang tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikkan dengan

hiperglikemia karena defisiensi insulin atau atau ketidak adekuatan

penggunaan insulin ( Barbara Enggram,2001: 532)6.

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada

seseorang, ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal

(hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif

yang bersifat menahun dan bisa diderita oleh semua lapisan umur

(B. Mahendra et al, 2008 : 11)7..

b. Etiologi

1) Diabetes tipe 1 :
14

a) Faktor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu

sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau

kecendrungan genetik kearah terjadinya DM tipe 1.

Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang

memiliki tipe antigen HLA.

b) Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons

abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal

tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut

yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau langerhans dan

insulin endogen.

c) Faktor-faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun

yang menimbulkan destruksi sel beta8.

c. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus


15

Gambar : II.2 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Sumber: (Ilham, di unduh tanggal 25 April 2015)9.

Tanda dan gejala diabetes mellitus dapat digolongkan menjadi gejala

akut dan gejala kronik9.

1) Gejala Akut

Gejala penyakit diabetes mellitus ini dari satu penderita dengan

penderita lain tidaklah sama dan berikut yang diuraikan adalah

gejala umum yang timbul dengan tidak mengurangi

kemungkinan lain adanya variasi gejala lain, gejala-gejala

tersebut yaitu:

a) Gejala awa yaitu banyak makan (polifagia), banyak minum

(polydipsia) dan banyak kencing (poliuria).

b) Rasa mual yang disertai banyak minum

c) Berat badan turun dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu

4 minggu), mudah lelah dan akan timbul rasa mual8.

2) Gejala Kronik
16

Gejala-gejala yang ditimbulkan yaitu :

a) Timbulnya bisul

b) Kulit terasa panas

c) Rasa tebal pada kulit

d) Kram

e) Capek

f) Mudah mengantuk

g) Mata kabur

h) Gatal

i) Gigi mudah goyah dan mudah lepas

j) Kemampuan seksual menurun9.

d. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2 yaitu :

1) Kelas Klinis

Seseorang termasuk kelas klinis jika hasil pemeriksaan kadar

glukosa lebih tinggi dari normal. Kelas klinis di bagi menjadi

tiga yaitu :

a) Diabetes mellitus.

b) Gangguan Toleransi Glukosa (GTG).

c) Diabetes mellitus pada kehamilan.

2) Kelas Risiko Statik


17

Kelas ini mencakup mereka yang mempunyai kadar glukosa

dalam batas toleransi normal, tetapi mempunyai resiko lebih

besar untuk mengidap diabetes mellitus. Orang-orang yang

masuk dalam kelas ini antara lain :

a) Toleransi glukosa pernah abnormal

b) Kedua orang tua mengidap diabetes mellitus

c) Pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg7.

e. Komplikasi

Kompikasi pada pasien diabetes mellitus diantaranya adalah sebagai

berikut :

1) Vasculopathy ( Kerusakan pada pembuluh darah )

Kerusakan pada dinding pembuluh darah akan mengakibatkan

masalah pada jantung dan otak serta pembuluh darah di kaki

hingga mengakibatkan makro dan mikrovaskuler sirkulasi akan

terganggu dan tekanan darah meningkat.

2) Kardiopathy ( Gangguan fungsi jantung )

Kardiopati diebetik adalah gangguan jantung akibat diabetes.

Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan

menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-

kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan

pembuluh darah.

3) Gangguan Fungsi Pembuluh Otak


18

Pasien sering merasakan berat di belakang kepala, leher dan

pundak, pusing (vertigo) serta penglihatan dan pendengaran

terganggu. Jika hal ini dibiarkan, gangguan neurologis akan

muncul misalnya dalam bentuk stroke yang disebabkan oleh

penyumbatan pembuluh darah.

4) Gangren ( Luka yang sulit untuk sembuh ) dan Impotensi

Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol

respons imunnya akan menurun. Akibatnya, penderita rentan

terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru

serta infeksi kaki. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita

diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ukus.

Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada

bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Sebab,

pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau

menyempit.

5) Nefropathy ( Gangguan Ginjal )

Nefropathy adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran

selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri

dari jutaan unit penyaring. Setiap unit penyaring memiliki

membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi secara

perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula yang tinggi

dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah

struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus.


19

Akibatnya, penghalang protein rusak membran dan terjadi

kebocoran protein ke urin ( albuminuria ).

6) Retinopathy ( Gangguan Mata )

Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata,

terutama retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya

pembuluh darah yang memberi makan retina. Bentuk kerusakan

bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina

bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat.

7) Ketoasidosis diabetikum

Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian

besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-

sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak

dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa

kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam

(ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah

rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri

perut ( terutama pada anak-anak ). Pernapasan menjadi dalam

dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman

darah. Bau napas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa

pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi

koma7.

4. Epidemiologi
20

Pada tahun 2000 menurut Word Health Organization (WHO) 171 juta orang

penduduk di dunia mengidap penyakit diabetes mellitus, sekitar 60% jumlah

pasien tersebut redapat di Asia. Di indonesia pada tahun 2000 penderita diabetes

mellitus mencapai 8,4 juta orang. Jumlah tersebut menempatkan Indonesia pada

peringkat keempat Negara dengan jumlah penderita diabetes mellitus

terbesardidunia setelah India, Cina, Amerika Serikat. Dan jika melihat pola

pertambahan penduduk maka diperkirakan pada tahun 2030 jumlah penderita

diabetes mellitus akan mencapai 21,3 juta orang7.

5. Patofisiologi
21

a. Diabetes Tipe I

Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari

makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam

darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa

tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan disertai

oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini

dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam

berkemih (poliuria), dan rasa haus (polidipsia)8.

b. Diabetes Tipe II

Terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu:

resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat

terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi

dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes

tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin

menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan 8.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya

glukosa dalam darah harus terdapat peningkatan insulin yang disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat


22

sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada

tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel-sel tidak

mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II 8.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yangmerupakan ciri khas

diabetes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk

mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu,

ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian,

diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut

lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik.

Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif 8.

6. Pencegahan Diabetes Melitus

Berikut hal-hal/cara yang bisa di lakukan dalam mencegah dan mengelola

diabetes mellitus:

a. Mengatur pola makan sehat

Mengatur pola makan bertujuan menjaga kadar gula darah dan lipid

darah tetap dalam keadaan normal. Selain itu untuk menjaga berat badan

tetap dalam berat yang ideal. Pemilihan menu makanan secara bijak

bertujuan untuk membatasi kalori, terutama lemak total dan lemak jenuh.

Menu makanan di sesuaikan dengan kondisi pasien, biasanya terdiri dari 60-

65% karbohidrat, 25-35% lemak dan 10-20% protein 7.

b. Olahraga secara teratur


23

Banyak keuntungan yang di dapat apabila melakukan olah raga secara

rutin 5-6 kali dalam seminggu. Tubuh akan lebih segar, menurunkan kalori

dalam tubuh sehingga dapat mencegah kegemukan, menurunkan

ketergantungan akan obat hipoglikemik, glukosa darah lebih terkontrol,

mencegah terjadinya diabetes dini bagi yang berisiko, menurunkan tekanan

darah tinggi, dan memperbaiki profil lemak yang terganggum7.

c. Berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol

Upayakan untuk berhenti merokok dan konsumsi alkohol selama-

lamanya. Nikotin akan menyebabkan jantung berdetak lebih cepat. Gas CO 2

yang di kandung dalam rokok akan mengikat butir darah merah lebih kuat

dibanding oksigen sehingga oksigenisasi jantung relatif berkurang. Dan

akan berdampak pada pengeriputan kulit akibat kurangnya pasokan oksigen.

Sedangkan rokok dapat membuat kolestrol menjadi meningkat7.

d. Menurunkan berat badan (obesitas)

Obesitas atau kegemukan sangat berisiko menimbulkan resistensi

insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas dan sel otot yang

berdekatan dengan hipertrofi sel lemak tersebut. Sebagai kompensasi akan

dibentuk insulin yang lebih banyak oleh sel beta pankreas sehingga

mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas berhubungan pula dengan adanya

kekurangan reseptor insulin pada otot7.

e. Menghindari stress (depresi).


24

Stress merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi kesehatan

jasmani. Biasakan untuk selalu berpikiran positif terhadap hal-hal yang

terjadi. Berdo’a kepada Allah SWT agar di berikan ketenangan dalam

menjalani permasalahan hidup7.

7. Tangibles Perawatan terhadap pasien Diabetes Mellitus

a. Kelengkapan alat terhadap pemeriksaan pasien diabetes mellitus.

b. Kebersihan alat terhadap pemeriksaan pasien diabetes mellitus.

c. Kerapihan perawat dalam memberi pelayanan terhadap pasien

diabetes mellitus.

d. Kenyamanan ruangan terhadap pasien diabetes mellitus.

8. Penatalaksanaan Medis Diabetes Melitus

a. Anamnesis

1) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dikaji adakah keluarga yang

menderita penyakit diabetes mellitus seperti pasien yang

diderita?

2) Pengkajian riwayat kesehatan pasien dan pengobatan

sebelumnya. Berapa lama pasien menderita diabetes mellitus,

bagaimana penangannya, mendapat terapi insulin jenis apa,

bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa

saja yyang dilakukan pasien untuk menanggulangi penyakit

diabetes mellitus tersebut.


25

3) Pengkajian aktivitas/istirahat. Gejala seperti lemah, letih,

mengalami kesulitan bergerak atau berjalan, kram otot, tonus

otot menurun.

4) Sirkulasi. Adakah riwayat hipertensi, kebas, kesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,

takikardi, perubahan tekanan darah.

5) Berikutnya pengkajian integritas ego. Diantaranya stress,

ansietas.

6) Pengkajian eliminasi. Perubahan dalam pola berkemih (poliuria)

diare.

7) Pengkajian makanan / cairan diantaranya anoreksia, mual

muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,

penggunaan diuretik.

8) Pengkajian neurosensori. Melputi pusing, sakit kepala,

kesemutan, kebas kelemahan pada otot, gangguan penglihatan.

9) Nyeri/kenyaman : abdomen tegang, nyeri (sedang/berat).

10) Pengkajian diabetes mellitus lainnya adalah pernapasan, batuk

dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak).

11) Pengkajian terakhir adalah keamanan. Kulit kering, gatal, ulkus

kulit.
26

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Pada pemeriksaan ini di temukan kulit kering, mata cekung dan

edema pada pergelangan kaki atau tungkai.

2) Palpasi

Pada palpasi suhu tubuh meningkat (39-400C), denyut nadi

cepat.

3) Perkusi

Pada perkusi suara ronchi, wheezing dan sesak nafas.

c. Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan kadar gula darah atau skriningglukosa darah.

2) Pemeriksaan ultrasonografi intuk mendeteksi adanya kelainan

bawaan dan makrosonomia, hemoglobin glikosida (HbA1c)

yang menunjukkan kontrol diabetik.

3) Pemeriksaan kadar keton urin untuk menentukan ststus gizi,

untuk memastikan tingkat fungsi ginjal10.


27

9. Pengobatan Diabetes Mellitus

Pengobatan yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus adalah :

a. Penggantian insulin pada penderita tipe I.

b. Pemberian obat antidiabetik oral seperti orlistat yang dikombinasikan

dengan makanan rendah kalori.

c. Transplantasi sel kepulauan atau pankreas untuk tipe I.

d. Diet terencana untuk memenuhi kebutuhan nutrisional untuk

mengontrol kadar glukosa darah.

e. Penurunan berat badan.

f. Penanganan komplikasi diabetik jangka panjang meliputi transplantasi

atau dialisis untuk gagal ginjal10.


28

10. Asuhan keperawatan (Keperawatan Medikal Bedah, 2012:06)

a. Pengkajian

1) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama

Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau

tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poliuri, nyeri tekan

abdomen.

b) Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien?

c) Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana

penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,

bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,

apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi

penyakitnya.

d) Aktivitas/ Istirahat;

Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot

menurun.

e) Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi, kebas, ksesemutan pada

ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama,

takikardi, perubahan tekanan darah


29

f) Integritas Ego

Stress, ansietas

g) Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, anuria ), diare

h) Makanan/ Cairan

Anoreksia, mual, muntah, tidak mengikuti diet, penurunan

berat badan, haus, penggunaan diuretik.

i) Neurosensori

Pusing, saki kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,

gangguan penglihatan.

j) Nyeri/ Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri ( sedang/ berat )

k) Pernapasan

Batuk dengan/ tanpa sputum purulen ( tergantung adanya

infeksi/ tidak )

l) Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.


30

b. Diagnosa Keperawatan

1) Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual,

peningkatan metabolisme protein, lemak

Intervensi:

a) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi

b) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan

dibandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan

pasien

c) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan

( nutrien ) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah

dapat mentoleransinya melalui oral

d) Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah

e) Kolaborasi pemberian pengobatan imsulin.

2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status

metabolik ( neuropati perifer ).

Intervensi:

a) Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, adanya

push, edema, dan discharge

b) Kaji tanda vital

c) Kaji adanya nyeri dan infeksi

d) Kaji frekuensi ganti balut.


31

3) Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi

mengalami injury.

Intervensi:

a) Hindarkan lantai yang licin

b) Gunakan bed yang rendah

c) Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

d) Motivasi klien untuk menggunakan alat bantu atau

penyangga tubuh ketika berjalan.

c. Evaluasi

1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat dan

ansietas menurun.

2) Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak

terinfeksi.

3) Pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury.


32

11. Kepuasan Klien

Faktor terpenting yang saat ini perlu diperhatikan adalah kepuasan pasien.

Jika pasien tidak puas maka dia akan menghentikan hubungannya dengan kita.

Semua usaha perlu dilakukan untuk mencapai kualitas pelayanan yang terbaik dan

Memberikan pelayanan yang unggul tidak ada artinya sama sekali jika tidak

berusaha untuk memuaskan pasien.

Menurut Oliver (dalam Supranto,2001) mendefinisikan kepuasan sebagai

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang

dirasakannya dengan harapannya12.

Sedangkan kepuasan menurut Philip Kotler, Kepuasan adalah senang atau

kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau

kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya ( 2004:42)4.

Berdasarkan penjelasan dari beberapa ahli di atas, maka dapat diartikan

bahwa kepuasan pasien merupakan fungsi dari persepsi/kesan atas kinerja dan

harapan. Jika kinerja pelayanan di Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau

berada di bawah harapan para pasien diabetes melitus, maka pasien merasa tidak

puas. Jika kinerja melebihi harapan, kebutuhan pasien terpenuhi dari pelayanan di

Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau, maka pasien mersa puas dan

senang.
33

12. Dimensi Kualitas Jasa

Pelayanan kesehatan dapat memuasakan setiap pemakai jasa pelayanan

kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pasien, serta yang

penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah

ditetapkan. Definisi kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada

kemampuan rumah sakit/puskesmas memberi pelayanan yang sesuai dengan

standar profesi kesehatan dan dapat diterima pasiennya.

Sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas pelayanan jasa menurut

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (, 1998 : 69)13, yaitu :

a. Realibility

Mencakup konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya Hal ini

berarti perusahaan memberikan pelayanannya secara tepat sejak awal dan

telah memenuhi janji nya.

b. Responsiveness

Yaitu kemauan atau kesiapan para pegawai untuk memberikan

pelayanan yang dibutuhkan pelanggan.

c. Competence

Artinya setiap pegawai perusahaan memiliki pengetahuan dan

ketrampilan yang dibutuhkan untuk dapat memberikan pelayanan tertentu.

d. Access

Yaitu kemudahan untuk dihubungi atau ditemui, yang berarti

lokasi fasilitas pelayanan mudah dijangkau, waktu menunggu tidak terlalu

lama, saluran komunikasi mudah dihubungi.


34

e. Courtesy

Yaitu sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan dari para

kontak personal perusahaan.

f. Communication

Yaitu memberikan informasi yang dapat dipahami pelanggan serta

selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan.

g. Credibility

Yaitu jujur dan dapat dipercaya.Disini menyangkut, karakteristik

pribadi, kontak personal, dan interaksi dengan pelanggan.

h. Security

Yaitu aman (secara fisik, finansial dan kerahasiaan) dari bahaya,

resiko atau keragu-raguan.

i. Understanding/knowing the customer

Yaitu upaya untuk memahami kebutuhan pelanggan.

j. Tangibles

Yaitu segala bukti fisik seperti pegawai, fasilitas, peralatan, tampilan

fisik dari pelayanan misalnya kartu kredit plastic.


35

Namun dalam perkembangan selanjutnya Parasuraman et al., (dalam

Zeithaml dan Bitner (1996: 118) sampai pada kesimpulan bahwa kesepuluh

dimensi kualitas pelayanan di atas dirangkumkan menjadi lima dimensi pokok

yang terdiri :

a. Relliability (kepercayaan)

Merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan

dengan segera dan memuaskan.keandalan adalah kemampuan perusahaan

untuk menampilkan pelayanan yang dijanjikan secara tepat dan konsisten.

Keandalan dapat diartikan mengerjakan dengan benar sampai kurun waktu

tertentu.Pemenuhan janji pelayanan yang tepat dan memuaskan meliputi

ketepatan waktu dan kecakapan dalam menanggapi keluhan pelanggan serta

pemberian pelayanan secara wajar dan akurat.

b. Responsiveness (daya tanggap)

Yaitu sikap tanggap pegawai dalam memberikan pelayanan yang

dibutuhkan dan dapat menyelesaikan dengan cepat. Kecepatan pelayanan

yang diberikan merupakan sikap tanggap dari petugas dalam pemberian

pelayanan yang dibutuhkan.Sikap tanggap ini merupakan suatu akibat akal

dan pikiran yang ditunjukkan pada pelanggan.

c. Assurence (jaminan)

Jaminan adalah upaya perlindungan yang disajikan untuk masyarakat

bagi warganya terhadap resiko yang apabila resiko itu terjadi akan dapat

mengakibatkan gangguan dalam struktur kehidupan yang normal.


36

Mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya

yang dimiliki pegawai, bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan.

d. Emphaty (Empati)

Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang

baik dan memahami kebutuhan pelanggan.Empati adalah perhatian yang

dilaksanakan secara pribadi atau individu terhadap pelanggan dengan

menempatkan dirinya pada situasi pelanggan.

e. Tangibles (Bukti Fisik)

Meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi

serta kendaraan operasional. Dengan demikian bukti langsung/wujud

merupakan satu indikator yang paling konkrit.Wujudnya berupa segala

fasilitas yang secara nyata dapat terlihat 13.

Dari kelima dimensi pokok kualitas pelayanan oleh Pasuraman-Zeithaml-

Berry yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hanya tangibles karena dari hasil

wawancara masih banyak pasien yang merasa tidak puas. Menurut Pasuraman-

Zeithaml-Berry tangibles adalah bukti fisik atau bukti langsung, dapat berupa

ketersediaan sarana dan prasaran termasuk alat yang siap pakai serta penampilan

karyawan/staf yang menyenangkan menyenangkan.


37

Sedangkan menurut Tjiptono (2006:70), Bukti fisik (Tangibles) merupakan

meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pengawasan, dan sarana komunikasi15.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Puskesmas perlu

memahami masalah para pasiennya terutama pasien diabetes mellitus dan

bertindak demi kepentingan pasien, serta memberikan perhatian personal kepada

para pasien.
38

B. Kerangka Pemikiran

Memelihara kepuasan pasien merupakan tuntutan yang harus segera

dilaksanakan karena pada dasarnya dengan terpeliharanya kepuasan pasien maka

pihak Puskesmas akan senantiasa profiltable. Pasien yang merasa puas dengan

pelayanan yang diberikan ini cenderung akan memanfaatkan ulang jasa Rumah

Sakit ataupun Puskesmas, dengan melakukan kegiatan komunikasi dari mulut ke

mulut melalui rekomendasi kepada orang–orang terdekat mereka untuk menjadi

pasien. (Puskesmas Citra Medika kota Lubuklinggau)2.

Masalah yang akan diteliti adalah tangibles perawatan terhadap pasien

diabetes melitus di Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2015.

Variabel yang akan diteliti adalah tangibles perawatan dengan Indikator

Kelengkapan Alat, Kebersihan Alat, Kerapihan dan Kenyamanan Ruangan.

Kerangka pemikiran dapat dirangkum sebagai berikut :


39

Mulai

Mencari gambaran Tangibles perawatan terhadap pasien diabetes melitus berdasarkan teori
dimensi kualitas jasa menurut Pasuraman-Zeithaml-Berry untuk mengetahui :

Definisi Kepuasan Dimensi Kualitas jasa dibagi Tangibles perawatan


(PhilipKotler, menjadi 5 yaitu : terhadap pasien diabetes
2004:42)4 1. Reliabilitas (Relliability) mellitus:
2. Daya tanggap (Responsiveness) 1. Kelengkapan alat
3. Jaminan (Assurance) terhadap pemeriksaan pasien
4. Empati (Empathy) diabetes mellitus.
5. Bukti Fisik (Tangibles) 2. Kebersihan alat terhadap
pemeriksaan pasien diabetes
Yang akan diteliti dalam penelitian mellitus.
ini yaitu dimensi Tangibles dengan 3. Kerapihan perawat
indikator: dalam memberi pelayanan
1. Kelengkapan alat terhadap pasien diabetes
2. Kebersihan alat mellitus.
3. Kerapihan 4. Kenyamanan ruangan
4. Kenyamanan ruangan terhadap pasien diabetes
mellitus.

Sehingga diperolehnya Tangibles Perawatan terhadap pasien diabetes mellitus di RT.03


Kelurahan Batu Urip Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau
Tahun 2015.

Bagan II.1 Bagan Kerangka Pemikiran Tangibles Perawatan Terhadap Pasien


Diabetes Mellitus di RT.03 Kelurahan Batu Urip Wilayah Kerja Puskesmas Citra
Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2015
40

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dibangun hipotesa penelitian

ini sebagai berikut : “Tangibles Perawatan Terhadap Pasien Diabetes Melitus

paling tinggi 60% dari nilai yang diharapkan di RT.03 Kelurahan Batu Urip

Wilayah Kerja Puskesmas Citra Medika Kota Lubuklinggau Tahun 2015 paling

tinggi dari yang diharapkan”.

Anda mungkin juga menyukai