Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi
Diabetes Melitus atau penyakit kencing manis adalah penyakit yang
disebabkan karena kurangnya produksi insulin oleh pankreas tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas secara efektif (Sari, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya (Smeltzer, 2015).
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Pada Diabetes Melitus
kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pankreas
dapat menghentikan sama sekali produksi insulin (Wijaya & Putri, 2013).
Penulis menyimpulkan diabetes melitus adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan peningkatan kadar gula glukosa dalam darah, disebabkan oleh karena
penurunan sekresi insulin.
2.1.2 Etiologi

1. Diabetes Melitus tipe I : IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)


a. Faktor infeksi virus
Virus penyebab diabetes mellitusadalah rubella, mumps, dan
human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik
dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan
sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi auto imunitas
yang menyebabkan hilangnya auto imun dalam sel beta. Diabetes
melitus akibat bakteri masih belum bisa di deteksi. Namun, para
ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan
diabetes melitus.

6
7

b. Faktor imunologi
Respon autoimin abnormal, antibodi menyerang jaringan normal
yang dianggap jaringan asing (Wijaya & Putri, 2013).
2. Diabetes Melitus tipe II NIDDM (NonInsulin Dependent Diabetes
Mellitus)
a. Usia
Resiko terkena diabetes dapat meningkat seiring bertambahnya
usia, terutama pada orang yang menginjak usia 45 tahun ke atas.
Hal tersebut disebabkan karena orang berumur 45 ke atas
cenderung tidak atau kurang rutinitas berolahraga atau melakukan
aktivitas fisik, kehilangan massa otot, dan adanya peningkatan
pada berat badan seiring bertambahnya usia.
b. Riwayat Keluarga
Resiko diabetes menjadi meningkat jika orang tua atau saudara
sedarah mempunyai riwayat penyakit diabetes.
c. Obesitas
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama adanya
diabetes. Dengan semakin banyaknya jaringan lemak yang
dimiliki seseorang, maka semakin banyak juga sel yang berubah
menjadi insulin.
d. Diabetes Gestasional
Diabetes jenis ini merupakan penyakit kencing manis yang hanya
menyerang wanita saat menjalani masa kehamilan. Wanita yang
sedang hamil akan mengalami perubahan pada hormonya dan hal
ini yang menyebabkan gula darah dalam tubuhnya mengalami
kelonjakkan. Jika seseorang wanita yang sedang hamil tidak
menjaga pola makan dengan baik, maka kemungkinan besar untuk
terserang Diabetes Gestasional (Haryono & Susanti, 2019).
8

2.1.3 Anatomi Fisiologi


1. Anatomi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Endokrin

Gambar 2.2 Anatomi Pankreas

2. Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar mejemuk bertandan, strukturnya sangat mirip
dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira-kira lima belas sentimeter,
mulai dari duodenum sampai limpa, dan dilukiskan sebagai terdiri atas
tiga bagian.
9

a. Kepala pankreas yang paling lebar, terletak di sebelah kanan


rongga abdomen, didalam lekukan duodenum, dan yang praktis
melingkari.
b. Badan pankreas terdiri atas bagian utama pada organ itu, letaknya
di belakang lambung dan di depan vertebrata lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas adalah bagian yang runcing di sebelah kiri, yang
sebenarnya menyentu limpa.
Jaringan pankreas terdiri atas lobula dari pada sel sekretomi yang
tersusun sekitar saluran-saluran kecil dari lobula yang terletak di dalam
ekor pankreas dan berjalan melalui badannya dari kiri ke kanan.
Saluran-saluran kecil itu menerima saluran utama, yaitu duktus
wirsungi.
1) Fungsi endokrin pankreas
Fungsi endokrin pankreas adalah memproduksi dan
melepaskan hormon insulin, glikogen, dan somatostatin.
Hormon ini masing-masing diproduksi oleh sel-sel khusus
yang berbeda di pankreas, yang disebut pulau langerhans.
Fungsi endokrin pankreas berkaitan dengan sintesis dan
pengeluaran enzim-enzim pencernaan dan larutan natrium
bikarbonat dari sel-sel khusus pankreas yang disebut sel
asinus. Sel-sel asinus mengeluarkan isinya ke dalam duktus
pankreatik. Dari duktus pankreatik, enzim dan larutan
bikarbonat mengalir melewati sfringter oddi masuk ke
bagian pertama dari usus halus, yaitu duodenum. Enzim
pankreatik dan larutan bikarbonat berperan dalam proses
pencernaan dan penyerapan makanan di usus halus.
2) Sekresi enzim pankreas
Sekresi enzim pankreas terutama berlangsung akibat
stimulasi pankreas oleh kolesistokinin (CCK), suatu hormon
10

yang dikeluarkan oleh usus halus. Rangsangan yang


menyebabkan pengeluaran CCK adalah adanya campuran
partikel makanan yang masuk ke duodenum dalam
campuran makanan dari lambung. Enzim pankreas disekresi
sebagai proenzim inaktif yang diaktivasi jika sudah
mencapai duodenum. Enzim mengaktivasi termasuk tripsin,
amilase, dan lipase, yang bertanggung jawab untuk
mencerna protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi
bentuk gula sederhana, dan lemak menjadi asam lemak dan
monogliserida, atau sebaliknya. Campuran makanan dari
lambung disebut kimus.
3) Sekresi natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat dikeluarkan dan sel asinus ke dalam
duktus pankreatikus lalu disalurkan ke usus halus sebagai
respon terhadap hormon usus halus kedua, sekretin. Sekretin
dikeluarkan dari usus halus sebagai respons terhadap kimus
disalurkan ke usus halus, natrium bikarbonat, yang bersifat
basa, menetralisir asam kimus. Fungsi penetralisir asam ini
sangat penting untuk pencernaan karena enzim-enzim
pencernaan tidak dapat berfungsi dalam lingkungan yang
asam. Netralisasi asam di duodenum juga melindungi daerah
ini dari cedera terhadap dinding mukosa akibat asam dan
pembentukan tukak.
4) Sintesis dan sekresi insulin.
Sintesis insulin di pankreas berasal dari pembelahan
enzimatik molekul proinsulin, yang merupakan produk
pembelahan molekul preproinsulin yang lebih besar.
Proinsulin tersusun dari fragmen peptida A yang
berhubungan dengan fragmen peptida B oleh fragmen
11

peptida C dan dua ikatan disulfida. Pemecahan enzimatik


hubungan peptida C mengakibatkan peptida A dan B saling
berikatan hanya melalui dua ikatan disulfida. Dalam bentuk
ini, insulin bersirkulasi tampa ikatan di dalam plasma.
Insulin dilepaskan pada tingkat atau kadar basal oleh sel-sel
beta pulau langerhans. Stimulasi utama untuk pelapasan
insulin diatas kadar basal adalah peningkatan glukosa darah.
Kadar glukosa gula darah puasa dalam keadaan normal
adalah 80-90 mg/100 ml darah. Apabila glukosa darah
meningkat lebih dari 100 mg/100 ml darah. Maka sekresi
insulin dari pankreas dengan cepat meningkat cepat dan
kembali ke tingkat basal dalam 2-3 jam. Insulin adalah
hormon utama pada stadium absorptif pencernaan yang
terjadi setelah makan. Diantara waktu makan, kadar insulin
rendah.
Insulin bersirkulasi dalam plasma dan bekerja dengan cara
berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat disebagian
besar sel tubuh. Setelah berikatan, insulin bekerja melalui
sistem perantara protein kinase perantara kedua untuk
menyebabkan peningkatan transportasi molekul glukosa
transporter-glukosa, yang disebut transporter glukosa glut-4,
berperan penting untuk memfasilitasi pelarutan glukosa ke
sebagian besar sel, glukosa dapat digunakan segera untuk
menghasilkan energi melalui siklus krebs atau dapat
disimpan di dalam sel sebagai glikogen, polimer glukosa,
yang merupakan bentuk penyimpanan glukosa. Ketika
glukosa masuk ke dalam sel, kadar glukosa dalam darah
menurun, sehingga menurunkan stimulasi pelepasan insulin
12

lebih lanjut. Siklus ini adalah contoh dari umpan balik


negatif.
Pelepasan insulin juga dirangsang oleh beberapa asam
amino dan hormon pencernaan. Sistem saraf otonom juga
menstimulasi pelepasan insulin melalui saraf parasimpatis
ke pankreas. Pelepasan GIP dan pengaktifan sistem saraf
otonom, keduanya terjadi saat mulai makan, bahkan sebelum
glukosa diserap. Stimulasi simpatis ke pankreas menurunkan
pelepasan insulin.
Insulin adalah hormon anabolik (pembentuk) utama tubuh
dan memiliki berbagai efek lain selain menstimulasi transpor
glukosa insulin juga meningkatkan transpor asam amino
kedalam sel, menstimulasi sintesis protein, dan menghambat
pemecahan cadangan lemak, protein dan glukosa. Insulin
juga menghambat glukoneogenesis, sintesis glukosa baru
oleh hati. Secara ringkas, insulin menyediakan glukosa
ketubuh kita, membangun protein, dan mempertahankan
kadar glukosa plasma rendah.
5) Glukosa dan insulin
Tidak seperti kebanyakan sel lain, sel-sel otak tidak
memerlukan insulin untuk menyerap glukosa. Dan juga,
tidak seperti sel-sel lainnya yang dapat menggunakan asam
lemak bebas atau asam amino untuk energi, sel otak hanya
dapat menggunakan glukosa atau glikogen untuk memenuhi
kebutuhan energi dan menjalankan fungsinya. Dengan kata
lain, sel-sel otak adalah pemakai obligat glukosa dan
glikogen. Hal ini bermakna bahwa glukoneogenesis di hati
sangat penting untuk otak; jika glukosa tidak dihasilkan di
13

antara waktu makan oleh hati, otak tidak memiliki sumber


energi yang dapat digunakan pada waktu tersebut.

6) Sekresi glukagon
Glukogen adalah suatu hormon protein yang dikeluarkan
oleh sel alfa pulau langerhans sebagai respons terhadap
kadar glukosa darah yang rendah dan peningkatan asam
amino plasma. Glukogen adalah hormon utama stadium
pasca absorpsi pencernaan, yang terjadi selama periode
puasa di antara waktu makan. Fungsi hormon ini terutama
adalah katabolik (penguraian). Secara umum, kerja glukagon
berlawanan dengan fungsi insulin. Sebagai contoh, glukogon
bekerja sebagai antagonis insulin dengan menghambat
perpindahan glukosa ke dalam sel. Glukogen juga
menstimulasi glukoneogenesis hati dan menyebabkan
penguraian simpanan glikogen untuk digunakan sebagai
sumber energi selain glukosa. Glukogen menstimulasi
penguraian lemak dan pelepasan asam lemak bebas kedalam
aliran darah, untuk digunakan sebagai sumber energi selain
glukosa. Fungsi-fungsi tersebut bekerja untuk meningkatkan
kadar glukosa darah. Pelepasan glukagon oleh pankreas
distimulasi oleh saraf simpatis.
7) Sekresi somatostatin
Somatostatin disekresikan oleh sel delta pulau lengerhans.
Somatostatin juga disebut hormon penghambat hormon
pertumbuhan dan dilepaskan oleh hipotalamus. Somatostatin
dan hipotalamus merupakan salah satu penghambat
pelepasan hormon pertumbuhan hormon hipotalamus yang
mengontrol pelepasan hormon pertumbuhan dari hipofisis
14

anterior. Sommatostatin dan pankreas tampaknya memiliki


efek minimal pada pelepasan hormon pertumbuhan dari
hipofisis. Hormon ini mengendalikan metabolisme dengan
menghambat sekresi insulin dan glukogon. Fungsi lain dari
hormon ini masih belum diketahui (Wijaya & Putri, 2013).
2.1.4 Faktor Risiko
1. Obesitas
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko utama untuk Diabetes.
Hal ini karena semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki, semakin
banyak pula sel-sel tubuh yang menjadi insulin.
2. Distribusi Lemak
Kelebihan lemak dalam perut maningkatkan risiko Diabetes daripada
jika tubuh menyimpan lemak di tempat lain, seperti pinggul dan paha.
3. Gaya Hidup tidak aktif.
Semakin kurang aktif, samakin besar risiko Diabetes. Aktivitas fisik
membantu mengendalikan berat badan, menggunakan glukosa sebagai
energy dan membuat sel-sel tubuh lebih sensitive terhadap insulin.
4. Riwayat Keluarga
Risiko Diabetes meningkat jika orang tua atau saudara kandung
menderita Diabetes.
5. Usia
Risiko Diabetes meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah
usia 45. Hal ini karena orang cenderung kurang berolahraga, kehilangan
massa otot, dan mengalami peningkatan berat badan saat mereka
bertambah usia.
6. Diebetes Gestational
Diabetes gestational bisa dialami pada masa kahamilan dan
meningkatkan risiko bayi dengan berat lebih dari 9 pon (4 kilogram),
juga berisiko terkena Diabetes.
15

(Kardiyudiani & Susanti, 2019).

2.1.5 Patofisiologi
1. Diabetes Mellitus Tipe I
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan pankreas menghasilkan
insulin karena hancurnya sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini
menimbulkan hiperglikemia puasa dan hiperglikemia post prandial.
Dengan tingginya konsentrasi glukosa dalam darah, maka akan muncul
glukosuria (glukosa dalam darah) dan ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik)
sehingga pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria)
dan rasa haus (polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu
metabolisme protein dan lemak sehingga terjadi penurunan berat badan
akan muncul gejala peningkatan selera makan (polifagia). Akibat yang
lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa
pemecahan lemak dan terjadi peningkatan keton yang dapat
mengganggu keseimbangan asam basa dan mengarah terjadinya
ketoasidosis (Wijaya and Putri 2013).
2. Diabetes Melitus Tipe II
Diabetes Melitus Tipe II termasuk ke dalam jenis sindrom heterogen
yang ditandai dengan adanya kelainan metabolisme karbohidrat dan
lemak. Penyebab dari adanya Diabetes Melitus Tipe II adalah faktor
multi-faktorial yang melingkupi unsure genetik dan lingkungan yang
dapat mempengaruhi fungsi sel beta dan jaringan seperti jaringan otot,
hati, jaringan adiposa, dan pankreas agar dapat sensitif terhadap insulin.
Namun demikian, mekanisme atau penyebab yang mengendalikan
16

interaksi pada kedua gangguan tersebut hingga sampai ini belum dapat
diketahui dengan pasti.
Akan tetapi ada beberapa faktor yang disebut-sebut sebagai
kemungkinan dalam menghubungkan resistensi insulin dan disfungsi sel
beta dalam pathogenesis Diabetes Melitus Tipe II. Faktor-faktor tersebut
ditentukan dari sebagian besar individu yang menderita Diabetes
Melitus Tipe II, yaitu mengalami obesitas, dengan pusat adipositas
visceral. Oleh karena itu, jaringan adipose memainkan peran penting
dalam pathogenesis Diabetes Melitus Tipe II. Diabetes Melitus Tipe II
dirumuskan ke dalam lima hal, yaitu:
a. Diabetes Melitus Tipe II adalah keadaan dimana pelepasan insulin
berkurang dan terganggunya repesptor insulin dalam jaringan
perifer.
b. Deplesi insulin di sel-sel yang dependen insulin mengakibatkan
laju ambilana glukosa pada sel berkurang secara nyata.
c. Glukoneogenesis mengalami peningkatan kaarena berkurangnya
stimulasi metabolisme glukosa, dimana keadaan tersebut
menyebabkan hiperglikemia dan glukosuria.
d. Insulin yang berkurang dapat memicu pelepasan asam-asam lemak
bebas yang tidak dapat dimetabolisir dan dilepas dalam bentuk
keton bodies ke dalam darah dan urin.
e. Selain itu, insulin yang berkurang juga bisa menekan sintesis
protein sehingga terjadi pelepasan asam-asam amino yang akan
diubah menjadi glukosa dan keton dalam hati (Haryono and
Susanti 2019).
17
18
19
20
21

2.1.6 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus yaitu:
1. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) gejala awal diabetes melitus
bergubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah sampai diatas
160-180 mg/dl, maka glukosa akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya
lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal
menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita
akan sering berkemih dalam jumlah yang besar.
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi
keluar sel mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang
hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran
ADH (antideuretik hormon) dan menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar) untuk mengkompensasikan kalori
yang hilang maka penderita diabetes melitus seringkali merasakan lapar
yang luar biasa sehingga banyak makan.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
5. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah lipatan kulit
seperti diketiak dan dibawah payudara. Biasanya akibat tumbuhnya
jamur.
6. Kelainan ginekologis
22

Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.


7. Kesemutan akibat terjadinya neuropati.
Pada penderita diabetes melitus regenerasi sel persarafan mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur
protein. Akibat banyak sel persarafan terutama perifer mengalami
kerusakan.
8. Kelemahan tubuh
Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik
yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat
berlangsung secara optimal.
9. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh.
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein
dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahkan
protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak
mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat
diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada
penderita diabetes melitus.
10. Pada laki-laki terkadang mengeluh impoten
Ejakulasi dan dorongan seksualitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh
peningkatan hormone testoteron. Pada kondisi optimal (periodik ,hari
ke-3) maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan seksual.
Penderita diabetes melitus mengalami penurunan produksi hormon
seksual akibat kerusakan testoteron dan sistem yang berperanan.
11. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan
kelainan pada corpus vitreum (Wijaya & Putri, 2013).
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Glycated Hemoglobin
23

Pada tes darah ini, bertujuan untuk memperlihatkan berapa kadar gula
darah rata-rata di dalam tubuh selama dua hingga tiga bulan terkhir. Tes
ini nantinya akan mengukur persentase gula darah yang melekat pada
hemoglobin, dan protein pembawa oksigen dalam sel darah merah. Jika
ditemukan semakin tinggi kadar gula darahnya, maka akan semakin
banyak hemoglobin dengan gula yang menempel. Saat hasil tes
menunjukkan 6,5% atau lebih dan terjadi jumlah seperti itu berturut-
turut pada dua tes terpisah, maka hal tersebut telah positif menunjukkan
seseorang menderita Diabetes.
2. Tes Gula Darah Acak
Sampel darah akan diambil pada waktu acak. Pada pemeriksaan ini,
biasanya nilai gula darah dinyatakan dalam miligram per desiliter
(mg/dL) atau milimoles per liter (mmol/L). Tentunya pemeriksaan ini
terlepas dari kapan seseorang terakhir makan, jika kadar gula darah acak
ditemukan sebesar 200 mg/dL atau 11,1 mmol/L berarti hasil positif
menunjukkan Diabetes, terutama bila data tersebut dikaitkan dengan
salah satu tanda dan gejala Diabetes, seperti sering buang air kecil dan
haus ekstrim.
3. Tes Gula Darah Puasa
Pada pemeriksaan ini, sampel darah hanya akan diambil setelah puasa
semalaman. Tingkat gula darah puasa yang menunjukkan angka kurang
dari 100 mg/dL atau 5,6 mmol/L adalah normal. Sementara itu, jika
kadar gula darah puasa menunjukkan angka 100 hingga 125 mg/dL atau
5,6 hingga 6,9 mmol/L, maka seseorang telah dianggap mengalami
prediabetes. Untuk seseorang yang positif Diabetes maka saat
pemeriksaan sampel, hasil akan menunjukkan kadar gula darah puasa
berada diangka 126 mg/dL atau 7 mmol/L atau bisa juga lebih tinggi
pada dua tes terpisah.
4. Tes Toleransi Glukosa Oral
24

Pada tes ini, proses yang dijalani pasien tidak berbeda jauh dengan tes
gula darah puasa karena pasien harus berpuasa dalam semalam dan
setelah itu kadar gula darah puasa akan diukur. Akan tetapi pemeriksaan
ini akan berbeda dari yang sebelumnya adalah, pasca diukur pasien akan
diminta untuk meminum cairan bergula setelah itu kadar gula darah
kembali diuji dengan cara berkala yaitu selama dua jam. Jika hasilnya
kadar gula darah masih berada di angka yang kurang dari 140 mg/dL
atau 7,8 mmol/L maka seseorang tersebut dinyatakan negatif dalam
artian masih dalam kadar gula yang normal. Sementara jika ditemukan
angka diantara 140 dan 199 mg/dL atau 7,8 dan 11,0 mmol/L, maka data
tersebut menunjukkan seseorang terkena prediabetes. Untuk seseorang
yang hasilnya positif Diabetes, maka hasilnya akan menunjukkan kadar
diangka 200 mg/dL atau 11,1 mmol/L atau bisa juga lebih tinggi setelah
dua jam (Haryono & Susanti, 2019).
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Obat
Obat-obatan hipoglikemik oral (OHO)
a. Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
1) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
2) Menurunkan ambang sekresi insulin.
3) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa.
b. Biguanid
Menurunkan kadar glukosa dalam darah tapi tidak sampai di
bawah normal.
c. Insulin
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
25

1) Semua penderita diabetes melitus dari setiap umur dalam


keadaan ketoasidosis atau pernah masuk kedalam
ketoasidosis.
2) Diabetes melitus dengan kehamilan atau diabetes melitus
gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan
makanan).
3) Diabetes melitus yang tidak berhasil dikelola dengan obat
hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau
suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan
perlahan lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien.
Bilasulfonylurea atau metformin telah diterima sampai
dosismaksimal tetapi tidak tercapai sasaran glukosa darah
maka dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dan
insulin.
2. Diet
a. Perhimpunan Diabetes America dan Persatuan Dietetik Amerika
merekomendasikan 50 sampai 60 % kalori yang berasal dari :
1) Karbohidrat 60 sampai 70 %
2) Protein 12 sampai 20 %
3) Lemak 20 sampai 30 %
b. Makanan-makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
penderita Diabetes Melitus adalah :
1) Sumber Karbohidrat kompleks :
Seperti beras atau nasi, kentang, singkong, terigu, tapioka,
gula, makaroni, mie, bihun, roti, dan biskuit.
2)   Protein Hewani :
Ayam tanpa kulit, daging tanpa lemak, ikan, dan telur.
3)   Sayuran
26

Semua sayuran dianjurkan terutama yang berserat tinggi


atau berwarna hijau seperti bayam, kangkung, daun
singkong.

4)   Buah
Semua buah dianjurkan terutama yang berserat tinggi
menurut jumlah yang sudah ditentukan.
c. Makanan-makanan yang tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
penderita Diabetes Melitus adalah:
1) Makanan dan minuman yang mengandung gula murni
seperti gula pasir atau gula merah, susu kental manis, dodol,
cake, selai, sirup, kue tart, jelly.
2) Makanan yang digoreng dan menggunakan santan kental
(mengandung lemak jenuh).
3) Makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin,
telur asin, makanan yang diawetkan seperti saus, kecap,
abon, sarden kaleng, buah kalengan.
4) Latihan
Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah
metabolisme istirhat dapat menurunkan berat badan , stress
dan menyegarkan tubuh.
5) Pemantauan
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri.
6) Pendidikan
Penyuluhan untuk merencanakan pengelolaan sangat penting
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi
pasien diabetes yaitu pendidikan danpelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang
perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien
27

akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan


sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualitas
hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan bagian integral
dari asuhan keperawatan diabetes (Wijaya & Putri, 2013)
d. Kebutuhan kalori, cara untuk menentukan kebutuhan kalori pada
penderita diabetes mellitus yaitu dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal.
Kebutuhan kalori ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil dari pada pria.
Kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kgBB dan untuk
pria 30 kal/kgBB.
2) Usia
Penderita diabetes mellitus usia di atas 45 tahun, kebutuhan
kalori dikurangi 5% untuk dekade antara 45 sampai 59
tahun, dan 10% untuk dekade 60 sampai 69 tahun dan 20%
untuk usia diatas 70 tahun.
3) Berat Badan
Kebutuhan kalori pada penderita yang mengalami
kegemukan dikurangi sekitar 20-30% (tergantung tingkat
kegemukan), sedangkan pada penderita yang kurus ditambah
sekitar 20-30% sesuai dengan kebutuhan meningkatkan
berat badan. Makanan sejumlah kalori dengan komposisi
tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi 20%,
siang 30%, dan sore 25% serta 2-3 porsi makanan ringan 10-
15% (Perkeni, 2011)
2.1.9 Komplikasi
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah
28

Diabetes meningkatkan risiko berbagai masalah kardiovaskuler,


termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri dada (angina), serangan
jantung, stroke, penyempitan arteri (aterosklerosis), dan terkena darah
tinggi.

2. Kerusakan saraf (neuropati)


Kelebihan gula dapat melukai dinding pembulih darah kecil (kapiler)
terutama di kaki. Ini dapat menyebabkan kesemutan, mati rasa, rasa
terbakar atau rasa sakit yang biasanya dimulai di ujung jari kaki dan
secara bertahap menyebar ke tubuh bagian atas. Gula darah yang tidak
terkontrol pada akhirnya dapat menyebabkan mati rasa di bagian tubuh
yang terkena. Kerusakan pada saraf yang mengontrol pencernaan dapat
menyebabkan masalah mual, muntah, diare, atau sembelit.
3. Kerusakan ginjal (nefropati)
Ginjal mengandung jutaan kluster pembuluh darah kecil yang
menyaring limbah dari darah. Diabetes dapat merusak sistem
penyaringan tersebut. Kerusakan parah dapat menyebabkan gagal ginjal
atau penyakit ginjal tahap akhir yang ireversibel, yang akhirnya
memerlukan dialisis atau transplantasi ginjal.
4. Kerusakan Mata
Diabetes dapat merusak pembuluh darah retina (diabetic retinopathy),
berpotensi menyebabkan kebutaan. Diabetes juga meningkatkan risiko
kondisi penglihatan sarius lainnya, seperti katarak dan glaukoma.
5. Kerusakan Kaki
Karusakan kaki di saraf atau aliran darah yang buruk ke kaki
meningkatkan risiko berbagai komplikasi kaki. Jika tidak di obati, luka
dan lecet bisa menjadi infeksi serius. Kerusakan parah mungkin
menyebabkan dilakukannya amputasi kaki.
6. Gangguan Pendengaran
29

Masalah pendengaran lebih sering terjadi pada penderita Diabetes.


7. Gangguan Kulit
Diabetes dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap masalah kulit,
termasuk infeksi bakteri dan jamur (Kardiyudiani & Susanti, 2019).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Identifikasi klien
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Aktivitas atau Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergarak atau berjalan. Kram otot, tonus
otot menurun. Gangguan tidur dan istirahat.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan
aktivitas. Letargi atau disorientasi, koma. Penurunan kekuatan
otot.
b. Sirkulasi
Gejala: Adanya riwayat hipertensi, miokard infark akut.
Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstremitas.
Tanda: takikardia. Perubahan tekanan postural, hipertensi.
c. Integritas ego
Gejala: sterss, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda: ansietas, peka rengsang.
d. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri
atau terbakar, kesulitan berkemih.
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuria. Urine berkabut, bau
busuk (infeksi).
e. Makanan atau Cairan
30

Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet.


Tanda: kulit kering atau bersisik, kekakuan atau distensi abdomen,
muntah, pembesaran tiroid.

f. Neurosensori
Gejala: pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada
otot.
Tanda: disorientasi, mengantuk, gangguan memori.
g. Nyeri atau kenyamanan
Gejala: abdomen yang tegang.
Tanda: wajah meringis dengan palpasi, tampak sangat berhati-hati.
h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum.
Tanda: lapar udara, batuk dengan atau tanpa sputum.
i. Keamanan
Gejala: kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Tanda: demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi.
j. Seksualitas
Gejala: rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada
pria, kesulitan orgasme pada wanita.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit pankreas, hipertensi, miocard infark, infeksi saluran
kencing.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dengan Diabetes Melitus.
5. Pemeriksaan fisik
Head to toe
31

6. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa
1) Gula darah sewaktu atau random >200 mg/dl
2) Gula darah puasa atau nuchter >140 mg/dl
3) Gula darah 2 jam PP (post prandial) >200 mg/dl
b. Aseton plasma
1) Hasil (+) mencolok
2) As lemak bebas
Peningkatan lipid dan kolestrol
3) Osmolaritas serum (>330 osm/l)
4) Urinalisasi
Proteinuria, ketonuria, glukosa (Haryono & Susanti, 2019).
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik yang berlebihan (mual, muntah).
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakadekuatan insulin, penurunan masukan oral.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi,
penurunan fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.
4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan tidak mengenal sumber informasi.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa atau insulin.
6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik.
2.2.3 Intervensi dan Rasional
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik,
kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.
Ditandai dengan:
32

Peningkatan haluaran urin, urin encer, haus, lemah, berat badan


menurun, kulit kering, turgor buruk.
Hasil yang diharapkan :
Tanda vital stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar
elektrolit dalam batas normal.

a. Pantau tanda vital


Rasional: hipovolemia dapat ditandai dengan hipotensi dan
takikardi.
b. Kaji suhu, warna kulit dan kelembaban
Rasional: demam, kulit kemerahan, kering sebagai cerminan dari
dehidrasi
c. Pantau masukan dan pengeluaran, catat bj urin
Rasional: memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti,
fungsi ginjal dan keefektifan terapi
d. Ukur berat badan setiap hari
Rasional: memberikan hasil pengkajian yang terbaik dan status
cairan yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam
memberikan cairan pengganti
e. Pertahankan cairan ±2500 cc/hari jika pemasukan secara oral
sudah dapat diberikan
Rasional: mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi
f. Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis
Rasional: menghindari pemanasan yang berlebihan pada pasien
yang akan menimbulkan kehilangan cairan
g. Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen,
muntah, distensi lambung
33

Rasional: kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas


lambung, yang sering menimbulkan muntah sehingga terjadi
kekurangan cairan atau elektrolit
h. Berikan terapi cairan sesuai indikasi
Rasional: tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respons pasien secara individual
i. Pasanga selang NGT (Nasogastrik Tube) dan lakukan penghisapan
sesuai dengan indikasi
Rasional: mendekompresi lambung dan dapat menghilangkan
muntah
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral,
hipermetabolisme
Ditandai dengan:
Masukan makanan tidak adekuat, anorecia, berat badan menurun,
kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk, diare.
Kriteria hasil: mencerna jumlah nutrien yang tepat, menunjukan tingkat
energi biasanya, berat badan stabil atau meningkat.
a. Timbang berat badan setiap hari
Rasional: mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorpsi)
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan
dengan makanan yang dihabiskan pasien.
Rasional: mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan.
c. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual,
muntah.
34

Rasional: hiperglikemi dapat menurunkan motilitas atau fungsi


lambung (distensi atau ileus paralitik) yang akan mempengaruhi
pilihan intervensi.
d. Identifikasi makanan yang disukai
Rasional: jika makanan yang disukai dapat dumasukan dalam
pencernaan makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.
e. Libatkan keluarga pada pencernaan makan sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien.
f. Kolaborasi dengan ahli diet
Rasional: sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian
diet untuk memenuhi kebutuhan pasien.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penurunan fungsi lekosit atau perubahan sirkulasi.
Kriteria hasil: infeksi tidak terjadi
a. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan
Rasional: pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya
telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi nasokomoal.
b. Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua
orang yang berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu
sendiri.
Rasional: mencegah timbulnya infeksi nasokomial.
c. Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif.
Rasional: kadar glukosa tinggi akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
d. Berikan perawatan kulit dengan taratur dan sungguh-sungguh,
masage daerah yang tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap
kering, dan kencing.
35

Rasional: sirkulasi perfier bisa terganggu yang menepatkan pasien


pada peningkatan terjadinya iritasi kulit dan infeksi.
e. Bantu pasien melakukan oral hygiene.
Rasional: menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut.
f. Anjurkan untuk makan dan minun adekuat.
Rasional: menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
g. Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai.
Rasional: penanganan awal dapat mencegah membantu timbulnya
sepsis.
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis,
dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemanjanan
atau mengingat, kesalahan interprestasi informasi, tidak mengenal
sumber informasi.
Kriteria hasil: mengungkapkan pemahaman tentang penyakit,
mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses penyakit dan
menghubungakan gejala dan faktor penyebab, dengan benar melakukan
prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan, melakukan
perubahan gaya hidup dan berpatisipasi dalam program pengobatan.
a. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh
perhatian dan selalu ada untuk pasien.
Rasional: menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan
sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam proses.
b. Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan belajar yang
diharapkan.
Rasional: partisipasi dalam perencanaa meningkatkan antusias dan
kerja sama pasien dengan prinsip-prinsip yang dipelajari.
c. Pilih berbagai strategi belajar, seperti teknik demonstrasi yang
memerlukan keterampilan dan biarkan pasien mendemontrasikan
36

ulang, gabungkan keterampilan baru ini kedalam rutinitas rumah


sakit sehari-hari.
Rasional: penggunaan cara yang berbeda tentang mengakses
informasi menigkatkan penerapan pada individu yang belajar.
d. Diskusikan topik-topik, seperti:
1) Apakah kadar glukosa darah normal dan bagaimana hal
tersebut dibandingkan dengan kadar glukosa kadar gula
darah pasien, tipe Diabetes Melitus yang dialami pasien,
hubungan antara kekurangan insulin dengan kadar gula
darah yang tinggi.
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien
dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya hidup
2) Komplikasi penyakit akut dan kronis meliputi gangguan
penglihatan (retinopati), perubahan dalam neurosensori dan
kardiovaskuler, perubahan fungsi ginjal atau hipertensi.
Rasional: kesadaran tentang apa yang terjadi membantu
pasien untuk lebih konsisten terhadap perawatannya dan
mencegah atau mengurangi komplikasi tersebut.
e. Demonstrasikan cara pemeriksaan gula darah dengan
menggunakan ”finger stick” dan beri kesempatan pasien untuk
mendemontrasikan kembali. Instruksikan pasien untuk
pemeriksaan keton urinnya jika glukosa darah lebih tinggi dari
250 mg/dl.
Rasional: melakukan pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri 4
kali atau lebih dalam setiap harinya memungkinkan flesibilitas
dalam perawatan diri, meningkatkan kontrol kadar gula darah
dengan lebih ketat (misalnya 60-150 mg/dl) dan dapat
mencegah/mengurangi perkembangan komplikasi jangka panjang.
37

f. Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat


dan cara untuk melakukan makan diluar rumah.
Rasional: kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan
membentuk pasien dalam merencanakan makan atau mentaati
program.
g. Tinjauan ulang program pengobatan meliputi awitan, puncak dan
lamanya dosis insulin yang diresepkan, bila disesuaikan dengan
pasien atau keluarga.
Rasional: pemahaman tentang semua aspek yang digunakan, obat
meningkatkan penggunaan yang tepat.
h. Tinjauan kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan
perawatan terhadap peralatan yang digunakan.
Rasional: mengidentifikasi pemahaman dan kebenaran dari
prosedur atau masalah yang potensial dapat terjadi sehingga solusi
alternatif dapat ditentukan untuk pemberian insulin tersebut.
i. Tekanan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah
setiap hari, waktu dan dosis obat diet, aktivitas, perasaan atau
sensasi dan peristiwa hidup.
Rasional: membantu dalam menciptakan gambaran nyata dan
kesadaran pasien untuk melakukan kontrol penyakitnya dengan
lebih baik dan meningkatkan perawatan diri atau kemandiriannya.
j. Tinjau ulang pengaruh rokok pada penggunaan insulin.
Anjurkan pasien untuk menghentikan rokok.
Rasional: nikotin mengkontriksi pembuluh darah kecil dan
absorpsi insulin diperlambat selama pembuluh darah ini yang
mengalami kontriksi.
5. Risiko tinggi terhadap perubahan sensori perseptual berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa atau insulin.
a. Pantau tanda-tanda vital dan status mental
38

Rasional: sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal,


seperti suhu yang meningkat dapat mempengaruhi fungsi mental.
b. Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya, misalnya terhadap tempat, orang dan waktu.
Rasional: menurunkan kebingungan dan membantu untuk
mempertahankan kontak dengan realistis.
c. Berikan intervensi keperawatan agar tidak menggangu waktu
istirahat pasien.
Rasional: meningkatkan tidur pasien, menurunkan rasa letih, dan
dapat memperbaiki daya pikir.
d. Dorong pasien untuk melakukan kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuannya.
Rasional: membantu memelihara pasien tetap berhubungan
dengan realistis dan memperhatikan orientasi pada lingkungannya.
e. Berikan tempat tidur yang lembut.
Rasional: meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan
kemungkinan kerusakan kulit karena panas.
f. Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi.
Rasional: meningkatkan keamanan pasien terutama ketika rasa
keseimbangan dipengaruhi.
6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan energi metabolik.
a. Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktifitas. Buat jadwal
perencanaan dengan klien dan identifikasi aktifitas yang
meninbulkan kelelahan.
Rasional: pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat
lelah.
b. Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup
atau tanpa diganggu.
39

Rasional: mencegah kelelahan yang berlebihan.


c. Pantau nadi, frekuensi pernapasan dan tekanan darah sebelum
atau sesudah melakukan aktifitas.
Rasional: mengidentifikasi tingkat aktivitas, yang dapat ditoleransi
secara fisiologis.
d. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah
tempat dan sebagainya.
Rasional: pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan
dengan penurunan kebutuhan akan energi pada setiap kegiatan.
e. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-
hari sesuai dengan yang dapat ditoleransi pasien.
2.2.4 Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit
a. Memperlihatkan keseimbangan asupan dan haluaran
b. Menunjukan nilai-nilai elektrolit dalam batas normal
c. Tanda-tanda vital tetap stabil dengan teratasinya hipotensi
ortostatik dan takikardia
2. Mencapai keseimbangan metabolik
a. Menghindari kadar glukosa yang terlalu ekstrim (hipoglikemia
atau hiperglikemia)
b. Memperlihatkan perbaikan episode hipoglikemia yang cepat
c. Menghindari penurunan berat badan selanjutnya (jika diperlukan)
dan mulai mendekati berat badan yang di kehendaki
3. Memperlihatkan atau menyebutkan keterampilan bertahan pada
Diabetes yang mencakup:
a. Patofisiologi sederhana
1) Mendefinisikan Diabetes sebagai keadaan dengan kadar
glukosa darah yang tinggi.
40

2) Menyebutkan kisaran kadar glukosa darah yang normal.


3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
penurunan kadar glukosa darah.
b. Bentuk-bentuk terapi (insulin, diet, pemantauan, pendidikan)
1) Mempergerakkan teknik yang benar untuk mengaspirasi dan
menyuntikan insulin.
2) Menguraikan kata-kata rencana rotasi penyuntikan insulin.
3) Menguraikan dengan kata-kata jadwal yang tepat untuk
mengkonsumsi makanan dan cemilan.
b. Komplikasi akut
1) Menguraikan dengan kata-kata gejala hipoglikemia
(gemetar, perspirasi, sakit kepala, rasa lapar, lemah, sulit
berkonsentrasi, perubahan emosi)
2) Mengidentifikasi terapi hipoglikemia tepat yang mencakup
pemberian 10 hingga 15 gram karbohidrat sederhana
(misalnya, 2 hingga 4 tablet glukosa, 400 hingga 600 ml jus
atau soft drink, 2 hingga 3 sendok makan gula pasir) yang
kemudian diukit cemilan yang mengandung protein dan
karbohidrat seperti crecker dengan keju atau susu atau
makanan menurut diet yang telah dijadwalkan.
3) Menguraikan kata-kata gejala hiperglikemia yang
berlangsung lama. Peningkatan rasa haus dan buang air
kecil.

Anda mungkin juga menyukai