N DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS TYPE II
DI RUANG KELAS I MELATI
RSU AL-FATAH AMBON
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
1. Andri Asrizal
2. Ila said
3. Siti Ummi Kaliky
4. Ilham Taufik Rumaday
5. Wulan Masawoy
6. Wa Anita Ode
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman
saprofit adanya kuman saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus
diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan perjalanan penyakit
diabetes mellitus dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).
c. DM Tipe lain
Karena kelainan genetik penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat ,
infeksi, antibodi, syndrom penyakit lainnya, dan penyakit dengan
karakteristik ganguan endokrin.
d. DM Kehamilan/ Gestasional Diabetes Melitus (GDM)
diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak
mengidap diabetes.
2. Anatomi Fisiologi
b. Kelenjar Esokrin
Kelenjar eksokrin pada paankreas disebut acini, yang menghasilkan
enzim yang terlibat pada proses pencernaan ketiga jenis molekul
kompleks makanan.
Enzim pankreatik amilase akan mencerna zat pati menjadi maltosa.
Kita bisa menyebutnya enzim “cadangan” untuk amilase saliva.
Lipase akan mengubah lemak yang teremulsi menjadi asam lemak
dan gliserol. Pengemulsifan atau pemisahan lemak pada garam
empedu akan meningkatkan luas permukaan sehingga enzim lipase
akan dapat bekerja secara efektif.
Tripsinogen adalah suatu enzim yang tidak aktif, yang akan
menjadi tripsin aktif di dalam duodenum. Tripsin akan mencerna
polipeptida menjadi asam-asam amino rantai pendek.
Cairan enzim pankreatik dibawa oleh saluran-saluran kecil yang
kemudian bersatu membentuk saluran yang lebih besar, dan
akhirnya masuk ke dalam duktus pankreatikus mayor. Duktus
tambahan juga bisa muncul. Duktus pankreatikus mayor bisa muncul
dari sisi medial pankreas dan bergabung dengan duktus koledokus
komunis untuk kemudian menuju ke duodenum.
Pankreas juga memproduksi cairan bikarbonat yang bersifat basa.
Karena cairan lambung yang memasuki duodenum bersifat sangat
asam, ia harus dinetralkan untuk mencegah kerusakan mukosa
duodenum. Prose penetralan ini dilaksanakan oleh natrium
bikarbonat di dalam getah pankreas, dan pH kimus yang berada di
dalam duodenum akan naik menjadi sekitar 7,5.
Sekresi cairan pankreas dirangsang oleh hormon sekretin dan
kolesistokinin, yang diproduksi oleh mukosa duodenum ketika
kismus memasuki intestinum tenue.
Sekretin meningkatkan produksi cairan bikarbonat oleh pankreas,
dan kolesistokinin akan merangsang sekresi enzim pankreas.
1.1.2 Etiologi
a. Diabetes mellitus type I (Insulin Dependent Diabetes Mellitus /
IDDM)
1) Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi
suatu predisposisi/kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM
tipe 1. Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen
Human Leucocyte Antigen (HLA) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan
proses imun lainnya.
2) Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap
seolah-olah sebagai jaringan asing.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes mellitus type II (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus /NIDDM).
3. Patofisiologi
Pada diabetes mellitus tipe 2 jumlah insulin normal malah mungkin lebih
banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci
pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang
kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan
sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di
dalam pembuluh darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama
dengan pada DM tipe 1. Perbedaannya adalah DM tipe 2 disamping kadar
glukosa tinggi juga kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut
resistensi insulin (Black & Hawks, 2014). Sebagian besar patologi diabetes
mellitus dapat dihubungkan dengan efek utama kekurangan insulin yaitu :
Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, yang
mengakibatkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sampai setinggi
300 sampai 1200 mg per 100 ml.
Peningkatan mobilisasi lemak dan daerah penyimpanan lemak sehingga
menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid
pada dinding vaskuler.
Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Empat kelainan metabolik utama memiliki peran dalam perkembangan
diabetes tipe 2 (lihat Gambar. 49-2).
Faktor pertama adalah resistensi insulin dalam metabolisme glukosa dan
lipid, yang merupakan kondisi di mana jaringan tubuh tidak menanggapi
aksi insulin. Hal ini disebabkan reseptor insulin yang tidak responsif
terhadap tindakan insulin dan / atau tidak cukup jumlahnya. Kebanyakan
reseptor insulin terletak di otot rangka, lemak, dan sel-sel hati. Ketika
insulin tidak benar digunakan, masuknya glukosa ke dalam sel
terhambat, mengakibatkan hiperglikemia. Pada tahap awal resistensi
insulin, pankreas merespon glukosa darah yang tinggi dengan
menghasilkan jumlah yang lebih besar dari insulin (jika sel-sel beta
fungsi normal). Hal ini menciptakan keadaan sementara
hiperinsulinemia yang berdampingan dengan hiperglikemia tersebut.
Faktor kedua dalam perkembangan diabetes tipe 2 adalah penurunan
tajam dalam kemampuan pankreas untuk memproduksi insulin, seperti
sel-sel beta menjadi lelah dari kompensasi atas produksi insulin atau
ketika massa sel-B hilang. Hal yang mendasari untuk kegagalan sel beta
untuk beradaptasi tidak diketahui. Namun, mungkin dikaitkan dengan
efek samping hiperglikemia kronis atau beredar asam lemak bebas yang
tinggi.
Faktor ketiga adalah produksi glukosa oleh hati tidak sesuai dengan
kebutuhan. Hati tidak melakukan kompensasi yang benar untuk
mengatasi masalah tersebut. Namun, hal ini tidak dianggap sebagai
faktor utama dalam perkembangan diabetes tipe 2.
Faktor keempat adalah produksi hormon dan sitokin oleh jaringan
adiposa (adipokines). Adipokines tampaknya memainkan peran dalam
glukosa dan metabolisme lemak dan cenderung untuk berkontribusi
pada patofisiologi tipe 2 diabetes. Dua adipokines utama diyakini
mempengaruhi sensitivitas insulin adalah adiponektin dan leptin.
Individu dengan sindrom metabolik berada pada peningkatan risiko
untuk mengalami diabetes tipe 2. Sindrom metabolik adalah sekelompok
kelainan yang bertindak secara sinergis untuk lebih meningkatkan risiko
penyakit kardiovaskuler dan diabetes. Sindrom metabolik ditandai
dengan resistensi insulin, kadar insulin tinggi, kadar trigliserida yang
tinggi, penurunan kadar high density lipoprotein (HDL), peningkatan
kadar low-density lipoprotein (LDL), dan hipertensi. Individu yang
mengalami kelebihan berat badan dengan sindrom metabolik dapat
mencegah atau menunda timbulnya diabetes melalui program penurunan
berat badan dan aktivitas fisik reguler.
Kejadian diabetes tipe 2 biasanya bertahap. Orang mungkin mengalami
hiperglikemia selam bertahun-tahun dan tidak terdeteksi. Jika pasien
dengan diabetes tipe 2 ditandai dengan hiperglikemia (misalnya 500
sampai 1000 mg / dL (27,6-55,1 mmol / L), pasokan insulin endogen
yang cukup dapat mencegah terjadinya DKA. Namun, kehilangan cairan
dan elektrolit osmotik berhubungan dengan hiperglikemia dapat menjadi
parah dan menyebabkan hiperosmolar koma
1. Identitas Klien
Di identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, status
perkawinan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.
Riwayat kesehatan
2. Keluhan utama
- Pola eliminasi
- Kognitif persepsi
- Peran hubungan
- Seksualitas
- Koping toleransi
- Nilai keprercayaan
Perubahan status kesehatan, turunnya fungsi tubuh dan luka pada
kaki tidak menghambat penderita dalam melakukan ibadah tetapi
mempengaruhi pola ibadahnya.
3. Pemeriksaan fisik
Ansietas ( D. 0080) Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Reduksi Ansietas ( I.09314)
1x 8 jam, masalah ansietas menurun dengan Observasi
kriteria hasil: 1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( mis,
- Verbalisasi kondisi, waktu, stresor )
- Kebingungan menurun 2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3) Monitor tanda- tanda ansietas
dihadapi menurun ( verbal dan non verbal)
Teraupetik
1) Ciptakan suasana teraupetik untuk meumbuhkan
kepercayaan
2) Pahami situasi yang membuat ansietas
3) Tempatkan barang pribadi yang memberikan
ketenangan
Edukasi
1) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan , prognosis.
2) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
jika perlu
3) Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu
a. Discharge Planing
Discharge planing yang dapat diberikan pada penderita Diabetes Miletus adalah sebagai berikut :
1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan yang diberikan.
2. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai penyuntikan dan lokal
3. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine
4. Perencanaan diit, buat jadwal
5. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik
6. Ajarkan gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi daninfomasikan gejala gejala yang muncul darikeduanya.
7. Jelaskan komplikasi yang muncul
8. Ajarkan mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat gigi yang halus.
a. Laporan mual, muntah, dan diare untuk dokter, karena kehilangan cairan yang ekstrim dapat membahayakan