Disusun oleh:
Meivi Pransisca Anggarini (P07120521026)
Anisa (P07120521048)
Fajar Nur Azizah (P07120521059)
Mengetahui,
…………… ……………..
BAB I
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
dan penyimpanannya.
Suddarth, 2014).
pun atau cukup, atau tidak dapat efektif menggunakan insulin yang
a. Tipe Diabetes
sindrom lainnya.
a. Diabetes tipe I
1) Faktor genetik.
2) Faktor immunologi.
proses terjadi nya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula factor –
tahun)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
3. Anatomi fisiologi
sangat mirip dengan kelenjar ludah. Panjangnya kira – kira lima belas
atas tiga bagian. Kepala pancreas yang paling lebar, terletak disebelah
kiri ke kanan. Saluran – saluran kecil itu menerima saluran dari lobula
duktus
yang membentuk getah pancreas dan yang berisi enzim dan elektrolit.
duodenum.
Saluran utama bergabung dalam saluran empedu di dalam Ampula
kelompok kecil sel epitelium, yang jelas terpisah dan nyata. Kelompok
didapati dari saraf vagus dan persediaan darah dari saluran kapiler
yang dapat turut dicernakan oleh enzim pencerna protein dan oleh
yaitu kadar gula darah yang tinggi, turunnya berat badan, lelah dan
poliuria, disertai haus, lapar, kulit kering, mulut dan lidah kering.
dapat terjadi akibat kelebihan dosis insulin, atau karena klien tidak
a. Diabetes tipe 1.
itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam
(polidipsia).
dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar
khas diabetes tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe
(HHNK).
ditegakkan.
syok.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pencegahan Primer
Penyuluhan cara terjadinya kaki diabetes sangat penting, harus
b. Pencegahan Sekunder
Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik
1) Wound control
a) Wound Control
Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik
dan adekuat
akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik, dengan
b) Microbiological Control
Data pola kuman perlu diperbaiki secara berkala, umumnya
metronidazole).
c) Pressure Control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (menahan berat
9. Komplikasi
melitus yaitu :
Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang akan
(albuminuria).
d. Stroke
tinggi aterosklerosis.
e. Luka yang tidak dapat sembuh
lendir dan Ulkus adalah ke-matian jaringan yang luas dan disertai
neuropati perifer.
baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering
diabetik :
mikroangiopati
distal
f. Kematian
ii. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas
dan kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama. Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural;
hipertensi. Nadi yang menurun atau tak ada. Distritmia. Krekels;
DVJ (GJK). Kulit panas, kering dan kemerahan; bola mata
cekung.
iii. Integritas Ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi. Tanda : Ansietas, peka rangsang.
iv. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang.
Nyeri tekan abdomen. Tanda : Urine encer, pucat, kuning;
poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika
terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asitesis. Bising usus lemah dan menurun;
hiperaktif (diare).
v. Makanan/cairan
Gejala : Hilang nafsu makan. Mual atau muntah. Tidak mengikuti
diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat. Penurunan
berat badan lebih dari periode beberapa hari atau minggu. Haus.
Penggunaan diaretik (tiazid). Tanda : Kulit kering atau bersisik,
turgor jelek. Kekakuan atau distensi abdomen, muntah.
Pembesaran iroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah). Bau halitosis atau manis, bau buah
(napas aseton).
vi. Neurosenseri
Gejala : Pusing atau pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas.
Kelemahan pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan. Tanda :
Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor atau koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks
tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap
lanjut dari DKA).
vii. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat).
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-
hati.
viii. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi / ulserasi
ix. Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanda
sputum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak). Tanda :
Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak.
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan.
x. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi). Tanda : Masalah
impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
xi. Penyuluhan atau Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga; DM, penyakit Jantung, Stroke,
Hipertensi, fenobarbital penyembuhan yang lambat. Penggunaan
obat seperti steroid, diuretik (tiazid); Dilantin dan dapat
meningatkan kadar glukosa darah). Pertimbangan : DRG
menunjukkan rerata lama dirawat : 5,9 hari.
Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap
glukosa darah.
xii. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
1) Glukosa Urin
Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam
urin orang normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus
diabetes, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat
sedikit sampai banyak sekali sesuai dengan berat
penyakitnya dan asupan karbohidratnya.
2) Kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah sewaktu pada pagi hari, normalnya
ialah 80 mg/dl dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai
batas normal atas kadar normal. Kadar glukosa diatas
nilai ini seringkali menunjukkan adanya penyakit
diabetes mellitus.
3) Uji toleransi glukosa
Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1
gram glukosa per kilogram berat badan maka kadar
glukosa darahnya akan meningkat dari kadar kira–kira 90
mg/dl menjadi 120-140 mg/dl dan dalam waktu 2 jam
kadar ini kan menurun ke nilai normalnya.
4) Pernapasan aseton
Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat
pada penderita diabetes berat dapat diubah menjadi
aseton. Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan
melalui udara ekspirasi, akibatnya seringkali seseorang
dapat membuat diagnosis diabetes mellitus hanya dengan
mencium bau aseton pada napas pasien.
Edukasi
1. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana
setiap saat
2. Anjurkan monitor kadar gula darah
3. Ajarkan pengelolaan hipoglikemia
4. Ajarkan perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
2. Kolaborasikan pemberian glukogen, jika
perlu
2. Kategori : Psikologis Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
Sub Kategori : Nyeri dan
Kenyamanan Definisi: Definisi:
Kode : D.0077 Pengalaman sensorik atau emosional yang Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual sensorik atau emosional dengan onset
Nyeri Akut atau fungsional dengan onset mendadak atau mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
lambat dan berintensitas ringan hingga berat hingga berat dan konstan.
Definisi: dan konsisten. Tindakan
Pengalaman sensorik atau emosional Observasi
yang berkaitan dengan kerusakan Ekspektasi: Menurun 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
jaringan aktual atau fungsional, Kriteria Hasil: frekwensi, kualitas, intensitas nyeri
dengan onset mendadak atau lambat 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 2. Identifikasi skala nyeri
dan berintegritas ringan hingga berat Keterangan: 3. Identivikasi respon nyeri non verbal
yang berlangsung kurang dari 3 1 = Menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
bulan. 2 = Cukup Menurun memperingan nyeri
3 = Sedang 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Penyebab 4 = Cukup Meningkat tentang nyeri
1. Agen pencedra fisiologis (mis, 5 = Meningkat 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
inflamasi, iskemia, neoplasma) 2. Keluhan nyeri respon nyeri
2. Agen pencedra kimiawi (mis, 3. Meringis 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
terbakar, bahan kimia iritan) 4. Sikap protektif kualitas hidup
3. Agen pencedra fisik (mis, abses 5. Gelisah 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer
amputasi terbakar, terpotong, 6. Kesulitan tidur 23.Menarik diri yang sudah diberikan
mengangkat beban berat, 7. Berfokus pada diri sendiri 9. Monitor efek samping penggunaan
prosedur operasi, trauma latihan 8. Diaforesis analgetik
fisik yang berlebihan) 9. Perasaan depresi (tertekan)
Gejala dan Tanda Mayor 10. Perasaan takut mengalami cedera Terapeutik
a. Subjektif berulang 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
1. Mengeluh nyeri 11. Anoreksia mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
b. Objektif 12. Perineum terasa tertekan hypnosis, akupresur, terapi musik,
1. Tampak meringis 13. Uterus teraba membulat biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
2. Bersikap protektif (mis. 14. Ketegangan otot teknik imajinasi terbimbing, kompres
Waspada, posisi menghindari 15. Pupil dilatasi hangat atau dingin, terapi bermain)
nyeri) 16. Muntah 2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
3. Gelisah 17. Mual nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
4. Frekwensi nadi meningkat Keterangan: dan kebisingan)
5. Sulit Tidur 1 = Meningkat 3. Fasilitasi istirahat tidur
2 = Cukup Meningkat 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Gejala dan Tanda Minor 3 = Sedang dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
a. Subjektif 4 = Cukup Menurun
(tidak tersedia) 5 = Menurun Edukasi
b. Objektif 18. Frekwensi nadi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
1. Tekanan darah meningkat 19. Pola napas nyeri
2. Pola napas berubah 20. Tekanan darah 2. Jelaskan strategi meredahkan nyeri
3. Nafsu makan berubah 21. Proses berpikir 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Proses berfikir terganggu 22. Fokus 4. Anjurkan menggunakan analgesik secara
5. Menarik diri 23. Fungsi berkemih tepat
6. Berfokus pada diri sendiri 24. Perilaku 5. Anjurkan teknik non farmakologis untuk
7. Diaforesis 25. Nafsu makan mengurangi rasa nyeri
26. Pola tidur Kolaborasi
Kondisi Klinis Terkait Keterangan: 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
1. Kondisi pembedahan 1 = Memburuk
2. Cedera traumatis 2 = Cukup Memburuk
3. Infeksi 3 = Sedang
4. Sindroma coroner akut 4 = Cukup Membaik
5. Glaukoma 5 = Membaik
3. Kategori : Fisiologis Status Nutrisi (L.03030) Manajemen nutrisi (I.03119)
Sub Kategori : Nutrisi dan cairan
Kode : D.0019 Definisi: Definisi:
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi
Defisit nutrisi kebutuhan metabolisme yang seimbang
Ekspektasi: Membaik Tindakan
Definisi: Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk Kriteria Hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan metabolisme 1. Porsi makanan yang di habiskan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
2. Kekuatan otot pengunyah 3. Identifikasi makanan yang disukai
Penyebab 3. Kekuatan otot menelan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
1. Ketidakmampuan menelan 4. Serum albumin nutrient
5. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
Makanan Nutrisi Nasogastrik
2. Ketidakmampuan 6. Pengetahuan tentang pilihan makanan yang 6. Monitor asupan makanan
mencerna makanan sehat 7. Monitor berat badan
3. Ketidakmampuan 7. Pengetahuan tentang pilihan minuman 8. Monitor hasil lab pemeriksaan laboratorium
mengabsorbsi nutrient yang sehat
4. Peningkatan kebutuhan 8. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi Terapeutik
metabolisme yang tepat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika
5. Faktor ekonomi (mis. 9. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang perlu
Finansial tidak mencukupi) aman 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Faktor psikologis (mis. 10. Penyiapan dan penyimpanan minuman (mis.piramida makanan)
Stress,keengganan untuk makan) yang aman 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
11. Sikap terhadap makanan / minuman yang sesuai
Gejala dan Tanda Mayor sesuai dengan tujuan kesehatan 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
a. Subjektif ( tidak tersedia) Keterangan: mencegah konstipasi
b. Objektif 1 = Menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
1. Berat badan menurun 2 = Cukup Menurun protein
minimal 10% dibawah 3 = Sedang 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
rentang ideal 4 = Cukup Meningkat 7. Hentikan pemberian makan melalui selang
Gejala dan Tanda Minor 5 = Meningkat nasogastrik jika asupan oral dapat
a. Subjektif 12. Perasaan cepat kenyang ditoleransi
1. Cepat kenyang setelah makan 13. Nyeri abdomen
2. Kram/nyeri abdomen 14. Sariawan Edukasi
3. Nafsu makan menurun 15. Rambut rontok 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Objektif 16. Diare 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
1. Bising usus hiperaktif Keterangan:
2. Otot pengunyah lemah 1 = Menurun Kolaborasi
3. Otot menelan lemah 2 = Cukup Menurun 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
4. Membran mukosa pucat 3 = Sedang makan (mis.pereda nyeri,antiemetic), jika
5. Sariawan 4 = Cukup Meningkat perlu
6. Serum albumin turun 5 = Meningkat 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
7. Rambut rontok berlebihan 17. Berat badan menentukan jumlah kalori dan jenis
8. Diare 18. Indeks massa tubuh (IMT) nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
19. Frekuensi makan
Kondisi Klinis Terkait 20. Bising usus Pemberian makanan (I.03125)
1. Stroke 21. Tebal lipatan kulit trisep Definisi :
2. Parkinson 22. Membran mukosa Memberikan asupan nutrisi melalui oral pada
3. Mobius syndrome Keterangan: pasien yang tidak mampu makan secara
4. Cerebral palsy 1 = Menurun mandiri
5. Cleft lip 2 = Cukup Menurun
6. Cleft palate 3 = Sedang Tindakan:
7. Amyotropic lateral sclerosis 4 = Cukup Meningkat Observasi
8. Kerusakan neuromuskuler 5 = Meningkat 1. Identifikasi makanan yang di programkan
9. Luka bakar 2. Identifikasi kemampuan menelan
10.Kanker Nafsu makan (L.03024) 3. Periksa mulut untuk residu pada akhir
11.Infeksi Kriteria Hasil makan
12.AIDS 1. Keinginan makan
13.Penyakit Crohn’s 2. Asupan makanan Terapeutik
14.Enterokolitis 3. Asupan cairan 1. lakukan kebersihan tangan dan mulut
15.Fibrosis kistik 4. Energi untuk makan sebelum makan
5. Kemampuan untuk merasakan makanan 2. sediakan lingkungan yang menyenangkan
6. Kemampuan untuk menikmati makanan selama waktu makan (mis : simpan urinal,
7. Asupan nutrisi pispot agar tidak terlihat
8. Stimulus untuk makan 3. berikan posisi duduk atau semifowler saat
9. Kelaparan makan
Keterangan: 4. berikan makanan hangat, jika
1 = Memburuk memungkinkan
2 = Cukup Memburuk 5. sediakan sedotan sesuai kebutuhan
3 = Sedang 6. berikan makanan sesuai keinginan
4 = Cukup Membaik 7. tawarkan mencium aroma makanan untuk
5 = Membaik merangsang nafsu makan
8. cuci muka dan tangan setelah makan
Edukasi
anjurkan orang tua atau keluarga membantu
memberi makan kepada pasien
kolaborasi
1. kolaborasi pemberian analgesik yang
adekuat sebelum makan, jika perlu
2. kolaborasi pemberian antiemetil sebelum
makan, jika perlu
9. Tekanan darah
10.Denyut nadi radial
11.Tekanan arteri rata-rata
12.Membran mukosa
13.Mata cekung
14.Turgor kulit
15.Berat badan
Keterangan:
1 = Memburuk
2 = Cukup Memburuk
3 = Sedang
4 = Cukup Membaik
5 = Membaik
5. Gangguan Integritas Integritas Kulit / Jaringan (L.14125) Perawatan Integritas Kulit (I.11353)
Kulit/Jaringan (D.0129)
Definisi
Kategori : Lingkungan
Definisi
Subkategori : Keamanan dan Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk
Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis)
proteksi
atau jaringan (membran mukosa, kornea, menjaga keutuhan, kelembaban dan
Penyebab
fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
1. Perubahan sirkulasi mencegah perkembangan mikroorganisme
sendi dan/atau ligamen).
2. Perubahan status nutrisi 1. Elastisitas Tindakan
(kelebihan atau kekurangan 2. Hidrasi Observasi
3. Kekurangan/kelebihan 3. Perfusi jaringan
volume cairan - Identifikasi penyebab gangguan
4. Penurunan mobilitas Keterangan: integritas kulit (mis. perubahan
5. Bahan kimia iritatif 1 = Menurun
2 = Cukup Menurun sirkulasi, perubahan status nutrisi,
6. Suhu lingkungan yang
3 = Sedang penurunan kelembaban, suhu
ekstrem
7. Faktor mekanis (mis. 4 = Cukup Meningkat lingkungan ekstrem, penurunan
penekanan pada tonjolan 5 = Meningkat
mobilitas)
tulang, gesekan) atau faktor
elektris (elektrodiatermi, 1. Kerusakan jaringan
2. Kerusakan lapisan kulit Terapeutik
energi listrik bertegangan
3. Nyeri 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
tinggi)
8. Efek samping terapi radiasi 4. Perdarahan baring
9. Kelembaban 5. Kemerahan
2. Lakukan pemijatan pada area
10. Proses penuaan 6. Hematoma
7. Pigmentasi abnormal penonjolan tulang, jika perlu
11. Neuropati perifer
12. Perubahan pigmentasi 8. Jaringan parut 3. Bersihkan perineal dengan air hangat,
13. Perubahan hormonal 9. Nekrosis
terutama selama periode diare
14. Kurang terpapar informasi 10. Abrasi kornea
4. Gunakan produk berbahan petroleum
tentang upaya Keterangan:
mempertahankan/melindungi dan minyak pada kulit kering
1 = Meningkat
integritas jaringan 2 = Cukup Meningkat 5. Gunakan produk berbahan
3 = Sedang
Gejala dan Tanda Mayor ringan/alami dan hipoalergik pada
4 = Cukup Menurun
Subjektif 5 = Menurun kulit sensitif
(tidak tersedia)
Objektif 6. Hindari produk berbahan dasar
1. Kerusakan jaringan dan/atau 1. Suhu kulit
alkohol pada kulit kering
2. Sensasi
lapisan kulit
3. Tekstur
4. Pertumbuhan rambut Edukasi
Gejala dan Tanda Minor
Keterangan: 1. Anjurkan menggunakan pelembab
Subjektif
1 = Memburuk
(tidak tersedia) (mis. lotion, serum)
2 = Cukup Memburuk
Objektif
3 = Sedang 2. Anjurkan minum air yang cukup
1. Nyeri
4 = Cukup Membaik
2. Perdarahan 5 = Membaik 3. Anjurkan meningkatkan asupan
3. Kemerahan
nutrisi
4. Hematoma
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah
Kondisi Klinis Terkait
dan sayur
1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif 5. Anjurkan menghindari terpapar suhu
3. Gagal Ginjal
4. Diabetes Melitus ekstrem
5. Imunodefisiensi (mis. AIDS) 6. Anjurkan menggunakan tabir surya
SPF minimal 30 saat berada di luar
rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya
4. Implementasi
4. Evaluasi
A. PENGKAJIAN
Hari, tanggal : Senin, 25 Oktober 2021.
Pukul : 12.30 WIB.
Tempat : Dahlia 1, RSUP Dr. Sardjito.
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumen.
Sumber Data : Pasien, keluarga, rekam medis, dan tim kesehatan.
1. IDENTITAS
a. Pasien
Nama : Tn.C
Tempat, tanggal lahir : 01 Maret 1968
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Dusun Karangsambung, Mangunsari
Status perkawinan : Kawin
Diagnosa medis : Diabetes Melitus Tipe 2
No. RM : 01989XXX
Tanggal masuk : 18 Oktober 2021
Ket :
: wanita : laki-laki : pasien X : Sakit + : meninggal
3. KESEHATAN FUNGSIONAL (11 POLA GORDON)
1) Nutrisi-Metabolik
a) Sebelum sakit
- Pasien mengatakan makan 3x sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
- Pasien mengatakan tidak ada makanan kesukaan.
- Pasien mengatakan biasanya mium air putih 6-7 gelas dalam sehari (1
gelas: 250 cc)
- Pasien mengatakan tidak ada minuman kesukaan.
- Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan.
- Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap minuman.
- Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam mengunyah maupun
menelan.
b) Selama sakit
- Pasien mengatakan makan 3x sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
- Pasien mengatakan tidak ada makanan kesukaan.
- Pasien mengatakan sering merasa lapar walaupun sudah makan
sehingga sering ngemil.
- Pasien mengatakan biasanya mium air putih 7-8 gelas dalam sehari (1
gelas: 250 cc), sesekali ngeteh.
- Pasien mengatakan tidak ada minuman kesukaan.
- Pasien mengatakan sering merasa haus.
- Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan.
- Pasien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap minuman.
- Pasien mengatakan tidak memiliki masalah dalam mengunyah maupun
menelan.
- Pasien mengatakan sudah menjaga pola makan dengan mengurangi
makanan manis, makanan berlemak, dan makanan cepat saji.
2) Eliminasi
a) Sebelum sakit
- Pasien mengatakan BAK kurang lebih 5-6x dalam sehari.
- Pasien mengatakan BAB 1x sehari waktunya tidak pasti.
- Pasien mengatakan konsistensi urine kuning bening dan berbau khas.
- Pasien mengatakan konsistensi feses lunak, berwarna kuning, dan
berbau khas.
b) Selama sakit
- Pasien mengatakan BAK kurang lebih 6-7x dalam sehari, dan lebih
sering BAK pada malam hari bisa 3-4x.
- Pasien mengatakan BAB 1x sehari, seringnya di pagi hari.
- Pasien mengatakan konsistensi urine kuning bening dan berbau khas.
- Pasien mengatakan konsistensi feses lunak, berwarna kuning, dan
berbau khas.
3) Aktivitas/Latihan
a) Keadaan Aktivitas Sehari-Hari
a. Sebelum Sakit
Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mandi, makan, BAB, BAK, berpakaian secara mandiri. Pasien
mengatakan mampu memenuhi aktivitas sehari-hari tanpa
menggunakan alat bantu.
b. Selama Sakit
Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mandi, makan, BAB, BAK, berpakaian secara mandiri namun sedikit
terbatas karena terkadang merasa lemas sehingga terkadang harus
dibantu, dan saat ini terdapat luka di kaki sehingga untuk berjalan harus
memakai kursi roda.
b) Keadaan Pernafasan
a. Sebelum Sakit
Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit tidak ada keluhan sesak
nafas sehingga masih bisa beraktivitas normal.
b. Selama Sakit
Pasien mengatakan selama sakit tidak ada keluhan sesak nafas, namun
untuk aktivitas pasien terkadang dibantu.
c) Keadaan Kardiovaskuler
a. Sebelum Sakit
Pasien tidak merasakan nyeri dada saat beraktivitas dan tidak keringat
dingin. Aktivitas masih mandiri.
b. Selama Sakit
Pasien tidak merasakan nyeri dada dan tidak keringat dingin. Namun
aktivitas terkadang dibantu.
Skala Ketergantungan
KETERANGAN
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Bathing √
Toileting √
Eating √
Moving √
Ambulasi √
Walking √
Keterangan:
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = Dibantu dengan alat
2 = Dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total
4) Istirahat-Tidur
a) Sebelum Sakit
Pasien mengatakan mampu mengatur waktu kapan untuk beristirahat dan
kapan untuk beraktivitas. Pasien mengatakan pola tidurnya teratur dari jam
22.00 – 05.00 WIB. Pasien mengatakan jarang tidur siang, apabila tidur
siang hanya saat merasa kelalahan saja.
b) Selama Sakit
Pasien mengatakan lebih banyak tidur saat badan terasa lemas.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
1) Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis, GCS: 15 (E4, V5, M6)
2) Status Gizi
BB : 67 kg
TB : 169 cm
IMT : 23,46 kg/m2 (gizi normal)
3) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 105/67 mmHg
Suhu : 36,50C
Nadi : 97x/menit
RR : 20x/menit
SP02 : 100%
4) Skala Nyeri : 0 (Tidak nyeri)
No Penilaian Ya Tidak
a. Cara berjalan pasien (salah satu atau lebih)
1. Tidak seimbang/ sempoyongan/limbung. √
2. Jalan dengan menggunakan alat bantu (kruk, √
tripot, kursi roda, bantuan orang lain)
b. Menopang saat akan duduk: tampak memegang √
pinggiran kursi atau meja/benda lain sebagai
penopang saat akan duduk.
Hasil Resiko
Tinggi
Keterangan:
Tingkatan
Penilaian
Resiko
Tidak Beresiko Tidak ditemukan a & b
Resiko Rendah Ditemukan salah satu dari a/b
Resiko Tinggi Ditemukan a & b
Keterangan Luka:
1. Terdapat luka di betis kaki kanan.
2. Luka memiliki panjang 10 lebar 4 cm dengan kedalaman 0,5 cm
berwarna merah, berbau khas.
B. ANALISA DATA
DO:
- Terdapat luka di betis kaki kanan.
- Luka memiliki panjang 10 lebar 4 cm dengan
kedalaman 0,5 cm berwarna merah, berbau
khas.
DO:
- Gula darah puasa pasien 127mg/dL.
- Pasien tampak sedikit lesu.
DO:
- Pasien dibantu keluarga untuk kekamar mandi.
- Pasien tampak sempoyongan saat mau berdiri.
- Penilaian Get Up and Go Test: Resiko Tinggi
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan neuropati
2. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
3. Resiko jatuh dengan faktor resiko neuropati dan penggunaan alat bantu berjalan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
12. Jelaskan tanda dan gejala 12. Edukasi tanda dan gejala
infeksi. infeksi dapat
meningkatkan
pengetahuan pasien dan
keluarga.
13. Obat antibiotic untuk
13. Kolaborasi pemberian mengambat pertumbuhan
antibiotic. bakteri atau membunuh
bakteri.
2. Tanggal 25 Oktober 2021 Tanggal 25 Oktober 2021 Tanggal 25 Oktober 2021 Tanggal 25 Oktober 2021
Pukul 17.00 WIB Pukul 17.00 WIB Pukul 17.00 WIB Pukul 17.00 WIB
Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperglikemia
glukosa darah berhubungan keperawatan selama 3 kali (I.03115)
dengan resistensi insulin kunjungan, diharapkan 1. Identifikasi kemungkinan 1. Agar dapat mengantisipasi
ditandai dengan: ketidakstabilan kadar glukosa penyebab hiperglikemi. agar tidak terjadi
- Pasien mengatakan sering darah dapat teratasi dengan hiperglikemi.
merasa lapar dan haus. kriteria hasil: 2. Monitor tanda dan gejala 2. Untuk mengetahui tingkat
- Pasien mengatakan sering Kestabilan Kadar Glukosa Darah hiperglikemia. hiperglimekia sehingga
buang air kecil terlebih (L.03022) dapat ditentukan
jika malam hari. Ekspetasi: Menurun intervensi yang tepat.
- Pasien dan keluarga Kriteria Hasil A T
3. Anjurkan menghindari
mengatakan kadar gula Lemas 3 4 3. Jika gula darahnya tidak
olahraga saat kadar glukosa
darah selalu dibawah Kadar glukosa darah 3 4 diturunkan terlebih dahulu
darah lebih dari 250 mg/dL.
200mg/dL. Keterangan: kemudian langsung aktif
- Pasien mengatakan berolahraga akan
sedikit lemas. 1: Meningkat membuat tubuh lemas.
- Gula darah puasa pasien 2: Cukup meningkat 4. Anjurkan monitor kadar 4. Untuk memantau kadar
127mg/dL. 3: Sedang glukosa darah secara glukosa darah sehingga
- Pasien tampak sedikit 4: Cukup menurun mandiri. dapat diketahui apa yang
lesu. 5: Menurun harus dilakukan dan tidak
dilakukan.
5. Anjurkan kepatuhan 5. Dengan diet yang patuh
terhadap diet. dapat membuat kadar gula
darah terkontrol.
6. Ajarkan pengelolaan 6. Untuk menambah
diabetes (penggunaan pengetahuan pasien dan
insulin). keluarga waktu dan
tempat pemberian insulin
yang tepat.
7. Kolaborasi pemberian 7. Insulin berfungsi untuk
insulin. membantu mengontrol
kadar gula darah (glukosa)
dalam tubuh.
4. Tanggal 25 Oktober 2021 Tanggal 25 Oktober 2021 Tanggal 25 Oktober 2021 Tanggal 25 Oktober 2021
Pukul 17.00 WIB Pukul 17.00 WIB Pukul 17.00 WIB Pukul 17.00 WIB
Resiko jatuh dengan faktor Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh (I.14540)
resiko usia > 65 tahun dan keperawatan selama 1 kali 1. Monitor kemampuan 1. Untuk mengetahui
penggunaan alat bantu kunjungan, diharapkan resiko berpindah dari tempat tidur kemampuan pasien dan
berjalan ditandai dengan: jatuh dapat teratasi dengan ke kursi roda atau merencanakan
- Pasien mengatakan kriteria hasil: sebaliknya. pencegahan resiko jatuh.
sedikit lemas. Tingkat Jatuh (L.14138) 2. Pastikan roda tempat tidur 2. Untuk mengurangi
- Pasien dibantu keluarga Ekspektasi: Menurun dan kursi roda selalu dalam resiko jatuh pada pasien.
untuk kekamar mandi. Kriteria Hasil A T kondisi terkunci.
- Pasien tampak Jatuh dari tempat tidur 3 5 3. Atur posisi pasien ditempat 3. Untuk mencegah pasien
sempoyongan saat mau Jatuh saat berdiri 3 5 tidur. jatuh dari tempat tidur.
berdiri. Keterangan: 4. Anjurkan tetap 4. Untuk mencegah cidera
- Penilaian Get Up and Go 1: Meningkat menggunakan alat bantu saat berjalan.
Test: Resiko Tinggi 2: Cukup meningkat berjalan.
3: Sedang 5. Anjurkan memanggil 5. Untuk mempermudah
4: Cukup menurun perawat jika membutuhkan dan membantu pasien
5: Menurun bantuan untuk berpindah. dalam berpindah.
6. Anjurkan menggunakan alas 6. Alas kaki yang licin
kaki yang tidak licin. meningkatkan resiko
jatuh pada pasien.
7. Anjurkan berkonsentrasi 7. Konsentrasi diperlukan
untuk menjaga untuk menjaga
keseimbangan tubuh. keseimbangan tubuh
agar tidak jatuh.
8. Anjurkan melebarkan jarak 8. Melebarkan kedua kaki
kedua kaki untuk membantu pasien agar
meningkatkan tidak sempoyongan saat
keseimbangan saat berdiri. berdiri.
A. Kesimpulan
1. Pada diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit dan jaringan
berhubungan dengan neuropati perifer, selama implementasi
keperawatan pasien dan keluarga kooperatif, pasien mampu mengikuti
sesuai tuntutan perawat, dan mengikuti dengan benar. Berdasarkan
kriteria hasil maka gangguan integritas kulit dan jaringan teratasi
sebagian, dikarenakan kerusakan jaringan dari 2 tetap 2 belum
mencapai terget, kerusakan kulit dari 2 tetap 2 belum mencapai terget,
perdarahan dari 2 menjadi 3 sesuai target, kemerahan dari 2 tetap 2
belum mencapai terget, dan pigmentasi abnormal dari 2 menjadi 3
sesuai target.
2. Pada diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan resistensi insulin, selama implementasi
keperawatan pasien dan keluarga kooperatif, pasien mampu mengikuti
sesuai tuntutan perawat, dan mengikuti dengan benar. Berdasarkan
kriteria hasil maka ketidakstabilan kadar glukosa darah teratasi
sebagian, dikarenakan keluhan lemas dari 3 menjadi 4 sesuai terget
dan kadar glukosa darah dari 3 tetap 3 belum mencapai target.
3. Pada diagnosa keperawatan resiko jatuh dengan faktor resiko usia >
65 tahun dan penggunaan alat bantu berjalan, selama implementasi
keperawatan pasien dan keluarga kooperatif, pasien mampu mengikuti
sesuai tuntutan perawat, dan mengikuti dengan benar. Berdasarkan
kriteria hasil maka resiko jatuh teratasi penuh, dikarenakan jatuh dari
tempat tidur dari 3 menjadi 5 sesuai terget dan jatuh saat berdiri dari 3
menjadi 5 sesuai target.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. (2014). Keperawatan medikal Bedah Brunner & Suddarth
EGC.
dr. Decroli, E. (2019). Buku Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam.
IDF. (2019). IDF Diabetes Atlas 2015. In International Diabetes Federation.
Retrieved from http://www.idf.org/about-diabetes/facts-figures
Kartika, R. W. (2017). Pengelolaan gangren kaki Diabetik. Continuing Medical
Education, 44(1), 18–22.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Russel, D. (2011). Buku bebas dari 6 penyakit mematikan. Jakarta: Pt. Buku seru