Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MELLITUS (DM)

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Dewiyanti, S.Kep.,M.Kes

OLEH :

SHAFIRA IDHAM (01.2018.021)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS

KURNIA JAYA PERSADA

PALOPO

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
tentang “Askep Keperawatan Keluarga” tepat padawaktunya. Makalah ini saya buat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga.

Saya menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sebagai penyusun sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan
penyusunan makalah saya ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Amin.

Palopo, 30 Maret 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Menurut WHO, Indonesia menepati urutan ke – 4 terbesar dalam jumlah penderita


diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang
mengidap diabetes. Seiring berjalannya waktu pada tahun 2006 diperkirakan jumlah
penderita diabetes meningkatkan tajam menjadi 14 juta orang dengan 50 % yang sadar
mengidapnya dan 30% yang dating berobat teratur. Sangat disayangkan bahwa banyak
penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit ini.Hal ini disebabkan
karena kurangnya informasi tentang diabetes terutama gejala – gejalanya, keluhan dan
penyebabnya serta kurangnya perhatian keluarga dalam memerhatikan keluargannya karena
mengingat kesibukan yang dilakukan oleh anggota keluarga. Sebagian besar kasus diabetes
yang diderita diabetes tipe 2 dari pada tipe 1 hal ini dipengaruhi oleg gaya hidup seseorang
dan pola yang dikembangkan keluarganya.

Maka dari itu, dalam mengatasi masalah ini peran keluarga sangat diperlukan karena
keluarga juga memiliki tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggota sehingga
memahami masalah kesehatan anggotanya antara satu dengan lainya sehingga mampu
memberi dampak positif salah satunya dengan merawat dan mencari pelayanan kesehatan
untuk kesehatan yang sempurna.Sehingga agar keluarga mampu menjalankan tugas dan
perannya perlu dilakukan suatu tindakan yaitu asuhan kepewatan keluarga pada penderita
diabetes mellitus agar dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepata setiap anggota
keluarga dalam memelihara kesehatan keluarganya.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana konsep keluarga dalam keperawatan ?

2.      Bagaimana konsep penyakit diabetes mellitus ?

3.      Bagaimana konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetes mellitus?

C.    Tujuan

1.      Untuk memahami konsep keluarga dalam keperawatan.

2.      Untuk memahami konsep penyakit diabetes mellitus.

3.      Untuk memahami konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetes mellitus.
D.    Manfaat

1.      Dapat memahami konsep keluarga dalam keperawatan.

2.      Dapat memahami konsep penyakit diabetes mellitus.

3.      Dapat memahami konsep asuhan keperawatan keluarga pada diabetes mellitus.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Diabetes Millitus


1. Pengertian diabetes melitus

Diabetes militus merupakan suatu penyakit multisistem dengan ciri hiperglikemia akibat
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.Kelaianan pada sekresi/ kerja insulin
tersebut menyebabkan abnormalitas dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein.Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan
pembuluh darah.

World health organization (WHO) sebelum telah merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu
yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum
dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi
insulin.

2. Klasifikasi diabetes melitus

Klasifikasi yang di tentukan oleh National Diabetes Data Group of The National Institutes of
Health, sebagai berikut :

a.  Diabetes Melitus tipe I atau IDDM ( Insulin Dependen Diabetes Militus)


atau tipe Juvenil ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan
pada terapi insulin untuk mempertahankan hidup.Diabetes militus tipe 1
juga disebut juveline onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20
tahun.Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta pankreas dan menjurus ke
defisiensi insulin absolute.Mereka cenderung mengalami komplikasi
metabolic akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
b.     Diabetes Militus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependen Diabetes
Militus) : Dikenal dengan maturity konsep, dimana tidak terjadi defisiensi
insulin secara absolute melainkan relative oleh karena gangguan sekresi
insulin bersama resistensi insulin.Terjadi pada semua umur, lebih sering
pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM dapat
berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah
namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak
efektif.
c. Gestational Diabetes disebut juga DMG atau Diabetes Militus
Gestational. Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan,
dimana meningktanya hormon-hormone pertumbuhan dan meningkatkan
suplai asam amino dan glukosa pada janin yang mengurangi
keefektifitasan insulin.
d. Intoleransi Glukosa berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu.
Yaitu hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas,
obat-obatan, dan bahan kimia.Kelainan reseptor insulin dan sindrom
genetic tertentu. Umumnya obat-obatan tertentu mencetuskan terjadinya
hiperglikemia antara lain : diuretic vurosemid ( lasik), dan ehiazide
gukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat ( Long, 1996 ).

3. Anatomi fisiologis

Prankreas adalah sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar ludah
panjang kira-kira 15cm mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 69-90gr.
Terbentang pada veterbra lumbalis I dan II dibelakang lambung,

a.   Bagian dari pankreas :

1)      Kepala pankreas, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan


didalam lekukan deudenum.

2)      Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini letaknya
dibelakang lambung dan didepan vertebra lumbalis pertama.

3)      Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri yang sebenarnya


menyentuh limpa.

b.      Fungsi pankreas ada 2 yaitu:

1)      Fungsi eksokrin yaitu membentuk getah pankreas yang


memberikan enzim dan elektrolit

2)      Fungsi endokrin yaitu sekelompok kecil atau pulau langerhans,


yang bersama-sama membentuk organ endokrin yang
mensekresikan insulin.

Pulau langerhans terdiri atas: sel- sel yang menghasilkan glukagon ,sel- sel
beta yang menghasilkan insulin ,glukagon dan insulin mengatur kadar gula
darah. Insulin adalah hormon hipoglikemik (menurunkan gula darah)
sedangkan glukagon bersifat hiperglikemik (meningkatkan gula darah).Selain
ini ada sel-sel delta yang menghasilkan somastostatin yang menghambat
pelepasan insulin dan glukagon. Selain itu sel F menghasilkan polipeptida
dan pankreatik yang berperan mengatur fungsi eksokrin pankreas.
(Tambayong, 2001)

Fisiologis dari diabetes mellitus adalah jumlah glukosa yang diambil dan
dilepaskan oleh hati dan dipergunakan oleh jaringan perifer tergantung dari
keseimbangan fisiologis beberapa hormon antara lain:

a.      Hormon yang dapat merendahkan kadar gula darah yaitu insulin. Kerja
insulin yaitu merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dengan
cara membantu glukosa darah masuk kedalam sel

b.      Hormon yang meniingkatkan kadar gula darah antara lain:

1)      Glukagon yang disekresikan oleh sel alfa pulau langerhans

2)      Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan


kromafin.

3)      Glukokortikoid yang disekresikan oleh korteks adrenal.

4)      Growth hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.

Glukagon, epinefrin , glukokortikoid, dan growth hormone membentuk


suatu mekanisme counfer-regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia
akibat pengaruh insulin.

4. Etiologi diabetes melitus

DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4 penyebab
terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang
berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan
resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil penaran paling
penting dalam terjadinya DM karena pola familiar yang kuat ( keturunan ) mengakibatkan
terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi
kelainan dalam sekresi insulin maupunkerja insulin (long, 1996).Fungsi sel pankreas dan
sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk, transport
glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi membrane sel untuk metabolisme
intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan
menyebabkan gangguan pada metabolisme karbohidrat asam amino, kalium dan fosfat (long,
1996).

Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden DM


menurun pada populisasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka yang
mengalami perubahan makanan secara berlebihan.Obesitas merupan faktor resiko tinggi DM
karena jumlah jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi
glukosa dan hiperglikemia (rice dan Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat
mendukung terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsur-angsur menurun
bersamaan dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang
lebih tinggi dan lebih lamanya keadaan hiperglikemia pada usia lanjut. Hal ini berkaitan
dengan berkurangnya pelepasan insulin dari sel-sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan
penurunan sensitifitas perifer terhadap insulin (long,1996).

Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu berkaitan dengan
fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996: 588).
Menyatakan bahwa insulin dipenden diabetes militus ( IDDM), atau DM yang
tergantung pada insulin ( tipe 1 ) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans
akibat proses autoimmune. Sedangkan non insulin diabetes militus ( NIDDM ) atau tipe
II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengamnilan glukosa oleh jaringan
veriver dan ferifer dan untuk menghambat produksi gluokosa oleh hati.Sel beta tidak
mampu mengimbangi resistenisi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relative
insulin). Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DM, diantaranya :

a.       Faktor genetic ( herediter ).

Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang terkena atau


menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan autosumonal. Insulin
dipenden diabetes militus :< 50 % non insulin dependen diabetes militus :<90-100%
(long, 1996).

b.      Faktor Ras dan Etnik tertentu NIDDM

Biasanya dialami oleh non kulit putih, pada masyarakat amerika angka kejadian
NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi umum adalah 1:200 (long,1996).

c.       Faktor autoimmune

Sel-sel beta panklreas dihancurkan oleh sel beta autoimmune.

e.       Proses radang atau infeksi pada kasus pancreatitis akan terjadi hambatan sekresi
insulin.

f.       Faktor obesitas, jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan

g.      Pada keadaan tertentu misalnya pada wanita pada masa kehamilan atau karena efek
dari obat-obatan tertentu (Long,1996).
5. Patofisiologi diabetes melitus

Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau Langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormone insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa
darah.Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel
glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.Diabetes melitus merupakan penyakit
yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin secara relatif maupun absolut.
Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :

a.       Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia tertentu,
dll).

b.      Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.

c.       Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer


(Manaf, 2009).

Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan :

a.       Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel, disertai peningkatan pengeluaran


glukosa oleh hati melalui proses glukoneogenesis dan glikogenolisis. Karena
sebagian besar sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin,
timbul keadaan ironis, yakni terjadi kelebihan glukosa ekstrasel sementara terjadi
defisiensi glukosa intrasel.

b.      Kadar glukosa yang meninggi ke tingkat dimana jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas sel-sel tubulus melakukan reabsorpsi akan menyebabkan glukosa
muncul pada urin, keadaan ini dinamakan glukosuria.

c.       Glukosa pada urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O
bersamanya.Keadaan ini menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria
(sering berkemih).

d.      Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang
pada gilirannya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena volume
darah turun mencolok. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat
menyebabkan kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan
gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat.

e.       Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi akibat
perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel yang hipertonik.
Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme kompensasi
untuk mengatasi dehidrasi.
f.       Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel kelaparan” akibatnya nafsu makan
(appetite) meningkat sehingga timbul polifagia (pemasukan makanan yang
berlebihan).

g.      Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-
besaran asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh selsebagai sumber energi alternatif karena
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.

h.      Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran netto kearah
katabolisme protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka lisut
dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan (Sherwood, 2001).

Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat
kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang terjadi pada diabetes mellitus
tipe 1.Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel kurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya
(insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar
glukosa dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM
tipe 1, bedanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga
tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih
tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di
samping penyebab di atas, DM juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di
dalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolisme energi.

6. Manifestasiklinis diabetes melitus

Gejala pada DM adalah :

a.     Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada
malam hari.

b.     Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.

c.     Polipagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.

d.      Gejala lain yang dirasakan penderita.

e.      Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.


f.      Keletihan.

g.      Penglihatan atau pandangan kabur.

h.      Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual dan muntah.

i.      Kehilangan berat badan.

j.      Luka, goresan lama sembuh.

k.      Kaki kesemutan, mati rasa.

l.      Infeksi kulit.

Kriteria diagnosa yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun
1980 dan 1985 masih digunakan, meskipun semenjak itu telah ditarik dan diperbaiki
oleh American Diabetes Association (ADA) melalui komite ahli tentang diagnosa dan
penggolongan diabetes mellitus 1997. Kriteria yang dimaksud sebagaiberikut :

a.      WHO : Kadar glukosa atau gula dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1
dalamplasma darah vena yang diambil sampelnya secara acak. (atau 10.1 mmol/1
jikaseluruh darah vena diambil sampelnya), atau kadar gula puasa dengan atau yang
melampaui 7.8 mmol/1 dalam plasma darah vena. (Atau 6.7 mmol/1 jika
seluruhdarah vena diambil sampelnya).

b.     ADA :Kadar glukosa dengan atau yang melampaui 11.1 mmol/1 dalam
plasmadarah vena yang diambil sampelnya secara acak, ditambah dengan gejala-
gejaladiabetes, atau kadar gula puasa dengan atau yang melampaui 7.0 mmol/1
dalamplasma sampel darah vena. (Puasa dinyatakan sebagai tanpa makan atau
minumyang mengandung kalori-kalori selama 6-10 jam sebelumnya, biasanya
semalam)(Mc Wright, 2008).

Diagnosa pasti DM apabila ada gejala khas serta keluhan yang tersebut diatas
ditambah kadar glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl dan kadar glukosa darah puasa125
mg/dl pada dua kali pemeriksaan yang berbeda.

7. Komplikasi diabetes melitus

Komplikasi DM terbagi menjai 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronik


menurut Smeltzer(2002)yaitu:

a.      Komplikasi akut, adalah komplikasi pada DM yang penting dan berhubungan


dengan keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi
tersebut adalah:
1)     Diabetik Ketosedosis (DKA)Ketoasidosis Diabetik merupakan defesiensi
insulin berat dan akut dari suatu perjalanan penyakit DM. Diabetik Ketoasidosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau cukupnya jumlah insulin yang nyata.

2)     Koma Hiperosmolar Nonketotik(KHHN)Koma hipermosolar Nonketonik


merupakan keadaan yang didominasi oleh Hiperosmolaritas dan hiperglikemia
dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu perubahan utamanya dengan
DKA adalah tidak tepatnya ketosis dan asidosis pada KHHN .

3)     Hipoglikemia Hipoglikemia terjadi kalau kadar gula dalam darah turun dibawah
50-60 mg/dl keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian priparat insulin atau
preparat oral berlebihan, konsumsi makanan terlalu sedikit

b.      Komplikasi kronik Efek samping diabetes militus pada dasarnya terjadi pada semua
pembuluh darah diseluruh bagian tubuh atau angiopati diabetik dibagi menjadi 2:

1)      Komplikasi mikrovakuler

a)      Penyakit GinjalSalah satu akibat utama dari perubahan- perubahan


mikrovaskuler adalah perubahan pada strutural dan fungsi ginjal. Bila
kadar glukosa dalam darah meningkat, maka sikulasi darah ke ginjal
menjadi menurun sehingga pada akhirnya bisa terjadi nefropati.

b)     Penyakit Mata Penderita DM akan mengalami gejala penglihatan sampai


kebutaan keluhan penglihatan kabur tidak selalu disebabkan retinopati.
Katarak juga dapat disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan
menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.

c)     Neuropati Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf


otonom medula spinalis atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbitol dan
perubahan-perubahan mebolik lain dalam sintesa fungsi myelin yang
dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan perubahan kondisi
saraf.

2)     Komplikasi Makrovaskuler

a)     Penyakit jantung koroner Akibat diabetes maka aliran darah akan melambat
sehingga terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh ubuh sehingga tekanan darah akan naik. Lemak yang menumpuk
dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri (arteriosclerosis)
dengan resiko penyakit jantung koroner atau stroke.

b)     Pembuluh Darah Kaki Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf –saraf
sensorik keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan ganggren. Infeksi dimulai dari celah-
celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel-sel kuku kaki yang menebal
dan kalus demikian juga pada daerah-daerah yang terkena trauma.

8. penatalaksanaan diabetes melitus

a.       Penatalaksanaan secara medis

1)      Obat hipoglikemik oral

a)      Golongan sulvonilurea/sulvonylureas

Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan obat
golongan lain, yaitu biguanid, inhibitoralfa glukosidase atau insulin. Obat
golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel-
sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe II
dengan berat badan berlebihan. Obat-obatan yang beredar dari kelompok ini
adalah : Glibenklamida (5mg/tablet), Glibenklamida mikronised
(5mg/tablet), Glikasida (80mg/tablet), Glikuidon (30mg/tablet).

b)      Golongan biguanid/metformin

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi gklukosa hati, memperbaiki


ambilan glukosa dan jaringan (glukosa perifer) di anjurkan sebagai obat
tunggal pada pasien dengan kelebihan berat badan.

c)      Inhibitor alfa glukosidase

Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula disaluran pencernaan,


sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk
pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.

d)     Insulin

Indikasi insulinPada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya


digunakan Human Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi),
yang beredar adalah Aktrapid.Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita
DM tipe II yang kehilangan berat badan secara drastic. Yang tidak berhasil
dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal, atau
mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperomoral, danasidosislaktat, stress berat karena infeksi
sistemik, pasien operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestational
yang tidak dapat dikontrol denganpengendalian diet.Jenis insulin Insulin kerja
cepat jenis-jenisnya adalah regular insulin, kristalin zink, dan
semilente.Insulin kerja sedang jenis-jenisnya adalah NTH (Netralprotamine
Hagerdon), Insulin kerja lambat jenis-jenisnya adalah WZI (Protamine Zinc
Insulin)

b.      Penatalaksanaan secara keperawatan

1)      Diet

Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan.Walaupun


telah mendapat tentang penyuluhan perencanaa makanan, lebih dari 50% pasien
tidak melaksanakannya.Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet
seimbang, dengan komposisi idialnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan
12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah
agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara: kurangi kalori, kurangi
lemak, komsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan yang manis, perbanyak
konsumsi serat.

2)      Olahraga

Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin
bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan,
memperkuat jantung, dan mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan
olahraga dengan teratur akan lebih baik, tetapi jangan melakukan olahraga yang
berat-berat.

9. pemeriksaan penunjang

Jenis pemeriksaan Hasil

Pemeriksaan darah GDS >200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
post prandial >200 mg/dl

Urine didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan


dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat
dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata  ( ++++ ).

Kultur pus untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan
antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.
Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Diabetes Militus

1.      Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan keluarga yang dilakukan adalah sebagai berikut : (Sutiyono,


2008)

a)      Identitas umum

1)      Identitas kepala keluarga yang meliputi : Nama, umur, agama, suku,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor telepon.

2)      Komposisi keluargaterdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan kepala
keluarga, imunisasi, ststus pendidikan dan umur.

3)      Genogram adalah symbol – symbol yang dipakai dalam pembuatan genogram
untuk menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatannya adalah sebagai
berikut : anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri, umur anggota
keluarga ditulis pada symbol laki – laki atau perempuan, tahun dan penyebab
kematian ditulis disebelah symbol laki – laki atau perempuan., paling sedikit
disusun tiga generasi.

4)     Tipe keluarga dimana menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta


kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

5)     Suku bangsa ( etnis)

Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarga : yang dikaji adalah asal
suku bangsa tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut
terkait kesehatan, tempat tinggal keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang
secara etnis bersifat homogen), kegiatan – kegiatan keagamaan, social, budaya,
rekreasi, pendidikan (apakah kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/
budaya keluarga, kebiasaan – kebiasaan diet dan berbusana ( tradisional atau
modern), sruktur kekuasaan tradisional atau modern, penggunaan jasa – jasa
perawatan kesehatan keluarga dan praktisi, penggunaan bahasa sehari – hari

6)     Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan

Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik beragamaan mereka, seberapa


aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau organisasi
keagamaan lainnya, keluarga menganut agama apa, kepercayaan dan nilai
keagamaan yang dianut dalam kehidupankeluarga terutama dalam hal
kesehatan.
7)     Status social ekonomi keluargaditentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota lainnya. selain itu status social ekonomi ditentukan
oleh kebutuhan yang dikeluarkan maupun dimiliki.

8)     Aktivitas rekreasi keuargatidak hanya untuk mengunjungi tempat rekreasi


tertentu namun dengan menonton TV atau aktifitas lainya.

b)      Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1)      Riwayat kesehatan sebelumnya

Disini diuraikan riwayat keluarga kepala keluarga sebelum membentuk keluarga


sampai saat ini

2)     Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini Menjelaskan


mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota dan sumber pelayanan
yang digunakan keluarga.

3)     Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan: dikaji kalau ada masalah


kesehatan berobat kemana

c)      Pengkajian lingkungan

1)      Karakteristik rumah yang meliputi :gambar tipe tempat tinggal (rumah,
apartemen, sewa kamar, dll) apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa
rumah ini, denah rumah termasuk gambarkan kondisi rumah (baik interior
maupun eksterior rumah). Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar
( kamar tamu, kamar tidur, dll), penggunaan- penggunaan kamar tersebut dan
bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan perabot.
Apakah penerangan ventilasi, pemanas.apakah lantai, tangga, susunan dan
bangunan yang lain dalam kondisi yang adekuat. Jelaskan. Di dapur, amati
suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan untuk kebakaran
jelaskan. Dikamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet ada tidaknya sabun
dan handukJelaskan kamar mandi terkesan bersih, lantai dari keramik, bak
mandi dikuras 2 kali dalam seminggu dan tidak terdapat jentik-jentik
nyamuk.Kaji pengaturan tidur didalam rumah Apakah pengaturan tersebut
memadai bagi para anggota keluarga, dengan pertimbangan usia mereka,
hubungan dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya. Jelaskkan. Amati
keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada serbuan serangga-
serangga kecil (khususnya didalam dan atau masalah-masalah sanitasi yang
disebabkan oleh binatang-binatang piharaan jelaskan.Kaji perasaan-perasaan
subyektif keluarga terhadap rumah .Apakah keluarga menganggap rumahnya
memadai bagi mereka.Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga
meraskan privasi mereka memadai. Jelaskan.Evaluasi ada dan tidak adanya
bahaya-bahaya terhadap keamanan rumah atau lingkungan. Evaluasi adekusi
pembuangan sampah jelaskan.Kaji perasaan puas atau tidak puas dari anggota
keluarga secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah jelaskan.

2)      Karakteristik tetangga

Jelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi


kebiasaan, lingkungan fisik aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya
yang mempengaruhi kesehatan

3)      Mobilitas Geografi Keluarga.

Mobilitas geografi keluarga yang ditentukan dengan kebisaan keluarga


berpindah tempat.Sudah berapa lama keluarga tinggal didaerah ini dan apakah
sering berpindah-pindah tempat tinggal?jelaskan.

4)      Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat.

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta


perkumpulan keluarga yang ada.

5)      Sistem Pendukung keluarga.

Yang termasuk sistem pendukung adalah jumlah keluarga yang sehat, fasilitas
yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan yang meliputi fasilitas fisik,
psikologi atau dukungan dari keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan
masyarakat setempat dengan megkaji siapa penolong keluarga pada saat
keluarga membutuhkan bantuan, dukungan konseling aktivitas-aktivitas
keluarga (sebutkan lembaga formal atau informal; informal: ikatan keluarga,
temean-teman dekat, tetangga; formal: lembaga resmi pemerintah maupun
swasta/LSM ) dan informal, yaitu tetangga

d)     Struktur keluarga

1)      Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa apa


yang digunakan dalam keluarga,bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi
yang berlangsung dalam keluarga dan adakah hal – hal dalam keluarga yang
tertutup untuk didiskusikan.

2)     Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain


untuk mengubah perilakunnya yang perlu dikaji adalah :

Siapa yang membuat keputusan.


Bagaimana cara keluarga mengambil keputusan( otoriter, musyawarah,
diserahkan pada masing – masing individu).

Apakah keluarga puas dengan pola tersebut

Siapa pengambilan keputusan

3)   Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing – masing anggota baik secara formal maupun
informal dan siapa yang menjadi model peran dalam keluarga dan apakah ada
konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.

4)   Nilai atau Norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan
dengan kesehatan.

e)      Fungsi keluarga

1)      Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga, dukungan


keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada keluarga dan
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2)      Fungsi sosialisasi

Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya,dan perilaku.

                              3)      Fungsi perawatan kesehatan

Pengetahuan keluarga mengenai sehat – sakit. kesanggupan keluarga melakukan


pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu : mengenal masalah kesehatan yaitu
sejauhmana keluarga mengenal fakta – fakta dari masalah kesehatan yang
meliputi konsep dari penyakit yang diderita, mengambil keputusan mengenai
tindakan terhadap masalah, merawat anggota yang sakit, baik secara fisik
maupun mental, memelihara lingungan rumah sehat, sejauh mana mengetahui
sumber keluarga yang dimiliki, menggunkan fasilitas atau pelayanan kesehatan
di masyarakat, apakah mengetahui fasilitas kesehatan, keuntungan ,
kepercayaan, dan terjangkau oleh keluarga tersebut.

                             4)      Fungsi reproduksi

Mengkaji jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga, metode apa


yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.
                              5)      Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan


papan dan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upatya
meningkatkan status kesehatan keluarga

f)       Stres dan koping keluarga

1)      Stresor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan waktu
penyelesaian dalam waktu kurang lebih

2)      Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi.

3)      Strategi koping yang digunakan dalam menghadapi masalah yang dihadapi.

4)      Strategi adaptasi disfungsional dijelaskan mengenai disfungsional yang


digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

g)      Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga yang meliputi :

1)      Status kesehatan umum yang meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara
bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

2)      Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

3)      Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan shu kulit di daerah  sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

4)      Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada.Pada penderita DM mudah


terjadi infeksi.

5)      Sistem kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau   berkurang,


takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
6)      Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,


perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

7)      Sistem urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

8)      Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.

9)      Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek


lambat, kacau mental, disorientasi.

10)  Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

Jenis pemeriksaan Hasil

Pemeriksaan darah GDS >200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl
dan dua jam post prandial >200 mg/dl

Urine didapatkan adanya glukosa dalam urine.


Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict
( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui
perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata 
( ++++ ).

Kultur pus untuk mengetahui jenis kuman pada luka dan


memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.

h)      Harapan keluarga adalah keinginan keluarga terhadap masalah kesehatan dan
mengungkapkan keluhannya terhadap petugas kesehatan.
2.      Diagnosa

Dalam menentukan juga dilakukan sebuah scoring pada diagnose yang akan diangkat
mengenai tentang sifat masalah, kemungkinan dapat diubah, potensial masalah dicegah,
dan menonjolnya masalah. Diagnosa yang muncul dalam keperawatan pada keluarga
penderita diabetes mellitus adalah:

No Diagnosa Keperawatan

1 Domain 2 : Nutrisi

Kelas 1 : Makan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

2 Domain 5 : Persepsi / Kognisi

Kelas 4 : Kognisi

Difisiensi pengetahuan (00126)

3 Domain 1 : Promosi Kesehatan

Kelas 2 : Manajemen Kesehatan

Ketidakefektifan management kesehatan keluarga (00080)

4 Domain 2 : Nutrisi

Kelas 4 : Metabolisme

Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179)

5 Domain 4 : Aktivitas / Is

tirahat

Kelas 5 : Perawatan Diri

Kesiapan meningkatkan perawatan diri (00182)

3.      Rencana Keperawatan

Menurut NANDA, NIC – NOC (2013) asuhan keperawatan yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut :
a.       Diagnosa : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari tubuh (00002)

NOC :

1) Nutrional Status : food and fluid (1008)

2) Nutrional Status : nutrient intake (1009)

Kriteria hasil :

a) Tidak terjadinya penurunan berat badan yang signifikan.

b) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

NIC :

1)      Nutrition Management (1100)

2)      Nutrition Monitoring (1160)

Tindakan :

a)      Ajarkan pasien dan keluarga dalam memilih makanan yang sesuai dengan
kebutuhan.

b)      Sarankan kepada klien dan keluarga mengkonsumsi makanan kaya protein

EB : makanan yang kaya protein dapat meningkatkan energy bagi penderita


DM (Dumme & Dhal , 2007)

c)      Berikan informasi yang jelas tentang kebutuhan nutrisi.

EB : peneliti melaporkan bahwa faktor yang mempengaruhi keseimbangan


nutrisi tergantung darijenis makanan apa yang dikonsumsi klien ( Wikbly &
Fagerskiodv, 2004)

d)     Ajurkan diet kepada pasien

EB : pada orang dewasa dengan melaksanakan diet akan cendrung dapat


memenuhi rekomendasi asupan nurtisi 2 x lipat pada orang yang tidak
menjalani diet pada kasus kekurangan nutrisi ( David A Wagstaff, 2011).

e)      Monitor interaksi keluarga selama makan.

f)       Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori pasien dan keluarganya.

EB : Melakukan monitor dengan intervensi nutrisi dan menghitung kebutuhan


kalori ini dapat mengidentifikasi kebutuhan nutrisi untuk ukuran yang lebih
sederhana dari status fungsional. ( Stow, Ruth, dkk. 2015).
b.      Diagnosa :Difisiensi pengetahuan (00126)

NOC :

1)      Knowledge : disease proses

2)      Knowledge : healthy behavior

Kriteria hasil :

a)      Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,


prognosis dan program pengobatan.

b)      Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar.

c)      Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat.

NIC

1)      Teaching : disease prosess

Tindakan :

a)      Berikan pengakuan tentang perbedaan rasa tau etnis pada awal perawatan
kepada keluarga.

EB : Menunjukkan rasa hormat dan mengakui perbedaan rasa tau etnis dapat
meningkatkan komunikasi dan hubungan dengan klien sehingga promosi
kesehatan tentang hasil pengobatan dapat berjalan dengan baik ( Rust et al,
2006).

d)     Berikan penilaian tentang hubungan keperayaan dengan tingkat pengetahuan


keluargatentang proses penyakit yang spesifik.

EB : Kepercayaan dapat mempengaruhi perilaku sakit ( Russel, 2006)

e)      Berikan penilaian tentang perawatan diri pasien maupun keluarga yang dapat
mempengaruhi penyakit.

EBN : Orang – orang dan lingkungan rumah dapat berinteraksi dengan cara
pengobatan utama untuk masalah kesehatan (Rossel, 2006)

f)      Gunakan metode pengajaran yang peka akan budaya, adat istiadat, nilai yang
berkembang dalam lingkungan pasien dan gaya hidup pasien untuk
menjelaskan ptofisiologis dari penyakit yang diderita kepada keluarga.

EB : program pendidikan yang focus pada konteks budaya telah terbukti lebih
efektif dari pada program pendidikan umum
c.       Diagnosa :Ketidakefektifan management kesehatan keluarga (00080)

NOC :

1)      Therapeutic regiment management ineffective

Kriteria hasil :

a)      Kualitas hidup meningkat.

b)      Mampu mengatasi masalah kesehatan keluarga.

c)      Mampu meningkatkan komunikasi antar anggota keluarga dalam masalah


kesehatan.

d)     Normalisasi keluarga.

NIC :

1)      Family suppot

Tindakan :

a)      Bantu keluarga dalam mengenal masalahnya.

b)      Bantu memotivasi keluarga untuk berubah.

c)      Dukung keluarga dalam meningkatkan nilai, minat, dan tujuan keluarga.

d)     Bantu anggota keluarga dalam mengklarifikasi apa yang mereka harapkan
dan butuhkan satu dengan lainnya.

e)      Berikan informasi penting, advokasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.

d.      Diagnosa : Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah (00179)

NOC :

1)      Blood glucose, risk for unstable.

2)      Diabetes self management

Kriteria hasil :

a)      Glukosa darah adekuat

b)      Kualitas hidup meningkat.


c)      Dapat mengontrol kadar gula darah.

d)     Pemahaman management diabetes.

e)      Status nutrisi adekuat

NIC :

1)      Hiperglikemia management

Tindakan :

a)      Uji kadar glukosa darah anggota keluarga.

b)      Ajurkan diet kepada pasien

EB : pada orang dewasa dengan melaksanakan diet akan cendrung dapat


memenuhi rekomendasi asupan nurtisi 2 x lipat pada orang yang tidak menjalani
diet pada kasus kekurangan nutrisi ( David A Wagstaff, 2011).

c)      Ajarkan keluarga tentang diet yang harus dijalani.

d)     Motivasi keluarga dalam melaksanakan diet yang sedang dijalankan.

e)      Berikan informasi yang terkait kepada keluarga tentang diet.

e.       Diagnosa : Kesiapan meningkatkan perawatan diri (00182)

NOC :

1)      Self care status

Kriteria hasil :

a)      Dapat mengetahui tentang masalah yang sedang dihadapi.

b)      Mengetahui cara untuk merawat diri dan keluarga.

c)      Kualitas hidup meningkat.

NIC :

1)      Self care assistance

Tindakan :

a)      Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri.

b)      Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perawatan yang belum terpenuhi.

c)      Berikan informasi yang terkait dengan perawatan diri.


d)     Anjurkan keluarga untuk saling memotivasi antar satu dengan yang lainnya.
BAB III

PENUTUP

a. kesimpulan

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit ketika kadar glukosa (glukosa


sederhana) dalam darah tinggi karena tubuh tidak mampu melepaskan insulin secara
cukup.Menurut WHO, Indonesia menepati urutan ke – 4 terbesar dalam jumlah penderita
diabetes mellitus di dunia. Tahun 2000 saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia
yang mengidap diabetes.Diabetes mellitus diklasifikasikan secara umum menjadi 2 yaitu
tipe 1 yang disebabkan karena faktor keturunan dimana penderita tidak mampu
menghasilkan insulin dalam tubuhnya. Dan tipe 2 yang dikarenakan gaya hidup yang
mana tubuh terlalu banyak mengandung gula. Tanda dan gejalanya adalah secara umum
adalah penderita biasanya banyak kencing, banyak minum dan banyak makan.Dalam
mengatasi masalah ini peran keluarga sangat diperlukan karena keluarga juga memiliki
tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggota sehingga memahami masalah
kesehatan anggotanya antara satu dengan lainya sehingga mampu memberi dampak
positif salah satunya dengan merawat dan mencari pelayanan kesehatan untuk kesehatan
yang sempurna.

b. Saran

Diabetes mellitus penyakit yang diam – diam sangat memberikan pengaruh besar
pada penderita hingga keluarganya yang dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu
diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan keluarga yang tepat sesuai
dengan kebutuhan tubuh pasien dan keluarganya.Serta kepada setiap anggota keluarga
diharapkan mampu memahami dan mengerti setiap anggota keluarganya untuk dapat
menciptakan keluarga yang sehat dan wellness. Dan bagi mahasiswa keperawatan
diharapkan mampu mempelajari dan memahami kebutuhan pasien dan keluarganya yang
menderita diabetes mellitus.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner,2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth.Jakarta : EGC.

Elisabeth J Corwin, 2004. Buku Saku Patofisiologi, Jakarta : EGC Kedokteran.

Friedman, M M,1998. Keperawatan Keluarga : Teori & Praktik ed 3.Jakarta : EGC.

Herdman, T Heather, 2015.NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –


2017 Edisi 10.Jakarta : EGC.

NANDA, 2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogjakarta.:


Mediaction Publishing.

Anda mungkin juga menyukai