Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABATES MELITUS

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1 Keperawatan 2021 B

Elisabeth Janggu NIM : 21201047

Leonarda Sional NIM : 21201045

Yuliana F. Ledeng NIM : 21201070

Eufrasia Yuli Astri NIM : 21201063

Oktaviana B. Adal NIM : 21201043

Bonafentura Agung : NIM : 21201066

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN AJARAN GENAP 2022/2023


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2

BAB 1 ANATOMI DAN FISIOLOGIS SISTEM PANKREAS 4

1.1 Anatomi Pankreas 4

1.2 Fisiologi Pankreas 5

BAB II KONSEP TEORI 7

2.1 Definisi7

2.2 Etiologi7

2.3 Patofisiologi 9

2.4 Manifestasi klinis 10

2.5 Komplikasi 10

2.6 Patoflodiagram 12

2.7 Pemeriksaan Diagnostik 13

2.8 Asuhan Keperawatan (Teori) 14

2.8.1 Pengkajian 14

2.8.2 Diagnosa Keperawatan 17

2.8.3 Intervensi Keperawatan 17

2.8.4 Implementasi 18

2.8.5 Evaluasi 18

2.9 Discharge Planning 18

BAB III STUDI KASUS 21

3.1 Kasus 21

3.2 Pengkajian 21

3.2.1 Pengkajian 21

2
3.2.2 Pengkajian Pola Kesehatan 21

3.2.3 Pemeriksaan Fisik 29

3.3.4 Pemeriksaan Penunjang 31

3.3 Analisa data 33

3.4 Diagnosa 34

3.5 Intervensi 35

BAB IV PENELITIAN PENATALAKSANAAN DM 41

BAB V PENUTUP 43

5.1 Kesimpulan 43

5.2 Saran 43

Daftar Pustaka 44

3
BAB I

ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR PANKREAS

1.1. Anatomi Pankreas


Kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau langerhans yang
menghasilkan hormon. Sel-sel pulau langerhans tersusu atas sel alfa yang
menghasilkan hormon glukagon, sel beta yang menghasilkan insulin, sel delta
yang menghasilkan somastotin atau growht hormon inhibiting hormon (GH-IH)
dan sel F yang menghasilkan polipeptida pankreatik
Pankreas adalah kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Organ ini
berbentuk pipih dengan panjang sekitar 12,5-15 cm (5-6 in.), pankreas berlokasi
dilekukan duodenum, bagian pertama dari usus kecil, dan terdiri dari kepala,
tubuh, dan ekor. (Nugroho, 2015)

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang glaster


didalam ruang 25 retroperitonial. Disebelah kiri ekor prankreas mencapai
hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian kiri atas kaput prankreas
dihubungkan dengan corpus oleh leher prankreas yaitu bagian prankreas yang

4
lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada
dibagian kiri prankreas ini disebut processus unsinatis prankreas, (Varena,
2019).

1.2. Fisiologi Pankreas

Pankreas sering disebut dengan organ rangkap karena mempunyai 2


fungsi yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin. Fungsi eksokrin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis
protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon
insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme
karbohidrat. Kelenjer prankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam
tubuh berupa hormon hormon yang disekresikan oleh sel-sel di pulau
langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.

Pankreas menurut bentuknya :

a. Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan


umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah
lambung dan depan vertebra lumbalis pertama
c. Ekor (kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh limpa

a. Hormon Glukagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus yang mengandung residu
asam amino. Sasaran utama glukagon adalah hati, yaitu dengan mempercepat
konversi glikogen dalam hati dan nutrisi seperti asam amino, gliserol, dan asam
laktat menjadi glukosa (glukeogenesis). Ketika gula darah menutun maka akan

5
merangsang sel-sel alfa untuk mensekresi glukagon , demikian juga sebaliknya
jika gula darah meningkat maka produksi glukagon akan dihambat. Secara
umum fungsi dari glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa,
mensintesis glukosa dari asam laktat dan dari molekul non karbohidrat seperti
asam lemak dan asam amino serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel
hati.

b. Hormon insulin
Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pada pankreas,
merupakan hormon peptida yang tersusun oleh dua rantai asam amino yaitu
rantai A dan rantai B dan dihubungkan melalui jembatan disulfida. Insulin
dibentuk di retikulum endoplasma sel B, kemudian dipindahkan ke apparatus
golgi selanjutnya ke membran plasma dan akan melintasi lamina basalis sel B
serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah.
Insulin diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika makan dicerna.
Fungsi insulin adalah memfasilitasi dan mempromosikan transport
glukosa melalui membran plasma sel dalam jaringan tertentu seperti pada
jaringan otot dan adipose. Peningkatan kadar insulin mempunyai efek pada
penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia), jika kadar insulin rendah
mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) seperti pada
penyakit Diabetes Mellitus.

6
BAB II

KONSEP DIABETES MELLITUS (TEORI)

1.1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit kencing manis yang diderita seseorang
seumur hidup (Lestari, Zulkarnain, & Sijid, 2021). Diabetes merupakan
penyakit kronis yang mengganggu sistem metabolisme dengan tanda dan gejala
kadar gula dalam darah meningkat (Kemenkes,2020). Menurut World Health
Organization (WHO), Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin
atau terjadi resistensi insulin.

1.2. Etiologi Diabetes Mellitus

Banyak faktor yang dapat terlibat dalam proses yang berhubungan


dengan resistensi insulin, termasuk gaya hidup seperti obesitas, kurangnya
olahraga, peningkatan diet tinggi lemak dan kurang serat, usia, serta faktor
genetik. Penyakit DM disebabkan oleh beberapa hal seperti kelenjar pankreas
sama sekali tidak dapat memproduksi hormon insulin. Biasanya terjadi pada DM
tipe I, dimana sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun
sehingga menyebabkan hormon insulin tidak dapat diproduksi,akibatnya glukosa
di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan
hiperglikemia atau glukosa darah menumpuk dan meningkat di dalam darah.
Menurut Nurarif & Hardhi, (2015) dalam (Raharjo, 2018) etiologi diabetes
mellitus, yaitu :

1. Faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu


sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan

7
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya
2. Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.

Sedangkan pada DM tipe II, jaringan sel mengalami resistensi insulin.


Sel tidak dapat peka terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja pada
sel yang akhirnya juga menyebabkan hiperglikemia atau glukosa meningkat di
dalam darah. Kekurangan insulin juga dapat mengganggu metabolisme protein
dan lemak, yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi kekurangan
insulin, kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi tidak akan disimpan di
jaringan. Dengan tidak adanya insulin, semua aspek metabolisme lemak akan
meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara waktu makan, saat sekresi
insulin minimal, namun saat sekresi insulin mendekati, metabolisme lemak pada
DM akan meningkat secara signifikan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah pembentukan glukosa dalam darah, diperlukan peningkatan jumlah
insulin yang disekresikan oleh sel beta pankreas. Pada penderita gangguan
toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan
kadar glukosa akan tetap pada level normal atau sedikit meningkat. Namun, jika
sel beta tidak dapat memenuhi permintaan insulin yang meningkat, maka kadar
glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II akan berkembang.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,


diantaranya adalah:

8
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik

1.3. Patofisiologi

Pada DM tipe I terjadi akibat kurangnya hormon insulin untuk


mengantar glukosa masuk ke dalam jaringan sel. Akibatnya, terjadi
penumpukan glukosa dalam darah meningkat yang disebut hiperglikemia.
Peningkatan volume darah meningkatkan aliran darah ke ginjal dan
hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmosis. Diuretik osmosis
meningkatkan frekuensi urine yang disebut poliuri. Kemudian kadar gula darah
melebihi batas normal yang diekskresikan ke dalam urine disebut glukosasuria,
Penurunan volume intraseluler dan peningkatan urine menyebabkan dehidrasi,
mulut menjadi kering, sering haus dan disebut polidipsia. Glukosa yang tidak
dapat masuk kedalam sel menyebabkan penderitanya mengalami penurunan
energi sehingga akan membuat nafsu makan bertambah yang disebut polifagia.
Walaupun nafsu makan bertambah, berat badan akan tetap mengalami
penurunan karena saat tubuh banyak kehilangan air, protein dan lemak akan
dipecahkan untuk membentuk energi. Orang dengan DM tipe 1 membutuhkan
sumber insulin eksternal seumur hidup.

Pada DM tipe 2, sel tidak peka aterhadap hormon insulin. Kadar insulin
yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda, meskipun ada namun tidak
cukup untuk kebutuhan sel. Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah
resistensi seluler terhadap efek insulin. Resistensi ini disebabkan oleh
kegemukan, jarang beraktivitas, penyakit lain, obat-obatan dan pertambahan
usia.

9
1.4. Manifestasi Klinik

Diabetes Melitus seringkali muncul tanpa gejala, namun seringkali


penderita mengalami gejala poliuri, polidipsia, dan polifagia. Muncul juga
keluhan penglihatan kabur, kesemutan pada kaki dan tangan, dan berat badan
menurun.
1. Pada DM Tipe I gejala khas adalah poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan
pruritus (gatal-gatal pada kulit).
2. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada.
DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru
dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang
dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih
mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin
buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan
juga komplikasi pada pembuluh darah dan syaraf.

1.5. Komplikasi
Komplikasi DM dapat terjadi diantaranya :
1. Hiperglikemia dan ketonasidosis diabetik
Terjadi saat glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel karena tidak adanya
insulin. Akhirnya hati mengubah simpanan glukogen menjadi glukosa
dan menjadi meningkat.
2. Sindrom Hiperglikemia hiperosmolar nonketonsis (HHNS)
Merupakan ketonasidosis yang ditandai dengan hiperglikemia ekstrem
(600-2.000 mg/dl), dehidrasi nyata, ketonuria ringan atau tidak
terdeteksi, dan tidak ada asidosis. Umumnya terjadi pada pasien lansia
dengan tipe 2
3. Hipoglikemia

10
Merupakan ciri umum dari DM tipe 1 dan dijumpai juga dalam DM tipe
2 yang diobati dengan insulin atau obat oral. Reaksi hipoglikemia terjadi
karena dosis insulin yang berlebihan, makan lebih sedikit dari biasanya,
aktivitas yang terlalu berlebihan, mual dan muntah, pemakaian alkohol
atau obat-obatan lain.
4. Komplikasi Makrovaskuler & Mikrovaskuler
Terjadi penyakit arteri koroner, serebrovaskuler, hipertensi, penyakit
pembuluh darah. Sedangkan mikro seperti nefropati, ulkus tungkai dan
kaki, kesemutan. Perubahan ini mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
pasien DM tipe 1&2

1.6. Patflodiagram

11
12
1.7. Pemeriksaan Diagnostik

Macam pemeriksaan diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu:


pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), pemeriksaan gula darah puasa (GDP),
pemeriksaan gula darah 2 jam prandial (GD2PP), pemeriksaan hBa1c,
pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO). Menurut Widodo (2014), bahwa
dari anamnesis sering didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria,
polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Keluhan lain yang sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi dan pruritus vulvae. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut:

1. Gula darah puasa > 126 mg/dl

2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl

3. Gula darah acak > 200 mg/dl.

Acuan ini berlaku di seluruh dunia, dan di Indonesia,

(Departemen Kesehatan RI) juga menyarankan untuk mengacu pada


ketentuan tersebut. Kemudian cara diagnosis yang lain adalah dengan
mengukur HbA1c > 6,5% 6. Pradiabetes adalah penderita dengan kadar
glukosa darah puasa antara 100 mg/dl sampai dengan 125 mg/dl (IFG); atau 2
jam puasa antara 140 mg/dl sampai dengan 199 mg/dl (IGT), atau kadar A1C
antara 5,7– 6,4% 6,7”. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita
diabetes melitus yaitu dengan terapi insulin, mengonsumsi obat diabetes,
mencoba pengobatan alternatif, menjalani operasi dan memperbaiki life style
(pola hidup sehat) dengan memakan makanan yang bergizi atau sehat, olahraga.

13
1.8. Asuhan Keperawatan (Teori)

1.8.1. Pengkajian
Saat melakukan pengkajian pada pasien DM, langkah pertama adalah
mengumpulkan informasi yang akurat sesuai kondisi klinis pasien baik
data subjektif dan data objektif seperti:
1. Identitas
a. Kaji nama lengkap pasien untuk data demografi pasien
b. Kaji umur pasien apakah kondisi klines pasien disebabkan
oleh faktor umur atau faktor lainnya.
c. Kaji agama pasien untuk mengetahu pandangan pasien
terkait kondisi klinisnya.
d. Kaji pendidikan pasien untuk mngetahu tingkat kognitif
dan intelektualnya terkait kondisi klinisnya.
e. Kaji Suku/Bangsa dari pasien untuk mengetahui pola
hidup pasien
f. Kaji pekerjaan pasien untuk mengetahui dan mengukur
tingkat ekonominya
g. Kaji Alamat pasien

2. Riwayat Kesehatan
1. Kaji keluhan utama pasien untuk mengetahui tanda dan
gejala awal pasien datang ke fasilitas kesehatan. Biasanya
klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas, luka yang sukar sembuh, sakit kepala, mau
muntah, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
2. Kaji riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui
apakah ada penyakit lain yang diderita

14
3. Kaji riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah
ada hubungan dengan masalah klinis yang dialami pasien
saat ini biasanya klien DM mempunyai Riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti Infark miokardi
4. Kaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah
ada penyakit menular dan penyakit yang diderita karena
faktor genetik atau tidak
5. Pemeriksaan umum :
1) KU : Kaji keadaan umum pasien baik, cukup atau
kurang
2) Kesadaran : Kaji kesdaran pasien apakah dalam
keadaan compos mentis, apatis atau koma.
3) TD : Kaji tekanan darah untuk mengetahui faktor
resiko yang dapat terjadi.
4) Suhu : Kaji suhu badan pasien mungkin mengalami
demam sebagai tanda gejala adanya infeksi
5) Nadi : Kaji denyut nadi pasien yang dihitung dalam
satu menit.
6) Respirasi : Kaji frekuensi pernapasan yang dhitung
dalam satu menit.
7) Rambut : Kaji rambut pasien apakah ada kerontokan,
menilai warna rambut, kelebatan dan karateristik
rambut
8) Wajah : Kaji wajah pasien adakah oedema atau tidak
9) Mata : Kaji konjungtiva pasien apaka anemik atau
tidak anemik, sklera iterik atau tidak iterik
10) Hidung : Kaji keadaan hidung pasien untuk
mengetahui kebersihan hidung, ada polip atau tidak
11) Telinga : Kaji keadaan pasien untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran atau tidak

15
12) Mulut : Kaji keadaan mulut apakah ada karises,
sersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak.
13) Leher : Kaji keadaan leher apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe atau kelenjar tiroid.
14) Payudara : Kaji keadaan payudara untuk
mengetahui apakah ada pembengkakan, simetris atau
tidak, putting susu menonjol atau tidak, ada benjolan
dan nyeri tekan atau tidak
6. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Pengkajian ini dilakukan secara sistematik untuk
mengumpulkan data pasien menggunakan indera
penglihatan, pendengaran, dan penciuman.
(Nursalam. 2014).
2) Palpasi
Teknik palpasi dilakukan untuk meraba apakah
ada nyeri tekan di bagian perut dengan
menggunaka indera peraba. (Nursalam. 2014)
3) Perkusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengetuk tubuh
klien menggunakan jari perawat untuk
memgetahui lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsistensi jaringan. (Jannah. 2011).
4) Aulkustasi
Teknik ini dilakukan untuk mendengar adanya
bisinh usus atau tidak pada perut dengan
menggunakan alat bantu yaitu stetoskop.
(Sulistyawati.2013

16
3. Data Sosial
Kaji status ekonomi pasien serta adat dan kebudayaan yang
dianut pasien.
4. Data Spiritual
Kaji status agama atau kepercayaan yang dianut pasien.
5. Data Psikologis
Kaji perasaan pasien setelah mengetahui penyakitnya.
6. Pola kebiasaan sehari hari
Kaji kebiasaan klien selama melakukan aktivitas, apakah ada
gangguan atau tidak
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar gula darah

1.8.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
data objektif yang sudah diperoleh dari proses pengkajian guna
menegakan diagnosa keperawatan pasien sesuai tanda dan gejala pasien.
Tahap ini dilakukan secara kritis dan kompleks dari data yang diberikan
pasien, keluarga pasien, dan perawat. (Ambarwati dan Wulandari.
2010).
Diagnosa Keperawatan sesuai SDKI :
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

1.8.3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan
tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada klien

17
berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti dan
Mulyanti, 2017).
1. Managemen Hiperglikemia
2. Managemen Nyeri
3. Terapi Aktivitas
4. Pencegahan infeksi

1.8.4. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi keperawatan merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan
langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter & Perry. 2016).

1.8.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langka proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry. 2016).

1.9. Discharge Planning

Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan dalam


mempersiapkan pasien menghadapi pemulangan adalah melalui discharge
planning. Discharge planning merupakan program pemberian pendidikan
kesehatan pada pasien dan keluarga pada saat sebelum dan sesudah pasien
keluar dari rumah sakit yang bertujuan agar pasien dapat mencapai kesehatan
yang optimal (Natasia, 2014). Discharge planning bermanfaat dalam
mengurangi jumlah kunjungan ulang ke rumah sakit dengan keluhan yang
sama dan bahkan dapat mengurangi tingkat komplikasi (Graham et al, 2013).

Komplikasi pada pasien DM mengakibatkan 47% pasien kembali


menjalani rawat ulang setelah pulang dari rumah sakit (Alloghani et al, 2019).
Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa 33,3% pasien DM kembali

18
mengalami rawat ulang akibat tidak patuh mengikuti anjuran pemeriksaan
glukosa darah (Amtsalina, 2016). Meskipun pasien dan keluarga sudah
mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan mereka cenderung tidak
mengikuti anjuran yang diberikan disebabkan informasi yang disampaikan
dinilai kurang adekuat sehingga pasien dan keluarga tidak tahu bagaimana cara
mengimplementasikannya serta pasien dan keluarga tidak berada pada situasi
yang ideal dalam persiapan menghadapi pemulangan (Soegondo, 2013).
Ketidaksiapan pasien dalam menghadapi pemulangan dapat mengakibatkan
pasien mengalami keadaan yang lebih buruk atau meningkatkan komplikasi
penyakit yang berulang (Huda, Ramayanti, & Nur , 2014).

Program discharge planning yang efisien harus dilakukan secara bertahap


untuk membantu pasien dan keluarga mempersiapkan keterampilan mengelola
diri mereka sendiri setelah keluar dari rumah sakit (Rostami et al., 2016;
Jannah et al., 2019). Tahapan discharge planning terdiri dari:

1. Tahap Pertama
Discharge planning dilakukan sejak pasien masuk ke rumah sakit sebagai
langkah awal. Tahap ini dimulai sejak 24 jam klien masuk rumah sakit
dengan melakukan asuhan keperawatan.

2. Tahap Kedua
Selama pasien di rawat inap, tahap kedua diberikan untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawatan pada diri klien.
Selama mendapatkan perawatan, klien dengan penyakit DM diberikan
pendidikan tentang penyakit DM, Hasil tes laboratorium, tanda dan gejala
yang sering terjadi dan harus sangat diperhatikan, serta dukungan yang
dibutuhkan oleh klien dan keluarga, informasi tentang sumber-sumber
pelayanan kesehatan di masyarakat seperti puskesmas dan klinik 24 jam
dan siapa yang dapat dihubungi saat terjadi kegawatdaruratan (Wexler et
al, 2012 ; Astuti et al, 2016

19
Pelatihan meningkatkan keterampilan diri dalam memelihara
penyakit DM di rumah(Nurhayati 2011 ; Rostami et al, 2016). Fokusnya
seperti pengaturan pola makanan dan diet atau pembatasan makanan yang
harus dihindari, metode diet, informasi aktivitas fisik pada pasien diabetes
seperti jalan harian, penggunaan obat (cara, waktu dan dosis obat),
penggunaan injeksi insulin (tempat injeksi insulin, penyesuaian jarum
suntik, dan unit insulin) dan efek samping dari penggunaan. Selain itu
pelatihan pada pasien DM berupa perawatan kaki dan kulit, kontrol
glukosa darah, dan manajemen hipo dan hiperglikemia yang
didokumentasikan menggunakan templat standar oleh perawat (Fitri et al,
2020; Wexler et al, 2012).

3. Tahap Ketiga
Tahap ketiga diberikan setelah pasien diizinkan keluar dari rumah
sakit dan melakukan perawatan dirumah selama periode 2 bulan. Di bulan
pertama pasien melakukan konseling panggilan telepon seminggu sekali
dan kunjungan dilakukan setiao dua minggu untuk memantau kemampuan
pasien dalam mengontrol glukosa dan pemberian insulin di rumah.
Dalam periode dua bulan kedua, pasien diberikan formulir kontrol
dan booklet yang mencakup asupan makanan, aktivitas fisik, dan
penggunaan obat di rumah. Pasien juga dapat menghubungi karena
disediakan layanan konsultasi melalui telepon (Normilus et al, 2019 ;
Rostami et al, 2016 ; Dehnabi et al, 2018).

20
BAB III

STUDI KASUS

1.1. Gambaran Kasus

Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
luka di bagian belakang kaki dengan luas 15 cm, kondisi klien lemah, GDS 350
mg/dl, ada demam dengan suhu tubuh 39 C, nadi 86 kali/menit, frekuensi nafas
23 kali/menit. tekanan darah 160/90 mmHg. Selama dirawat pasien mengalami
penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 minggu, dan mengeluh mual muntah.

1.2. Pengkajian
1.2.1. Identitas Pasien
Nama :Tn. B
Umur :55 thn
Jenis kelamin :laki-laki
Pendidikan : Kaji riwayat pendidikan pasien
Status Perkawinan : Kaji status pasien
Agama : Kaji agama atau kepercayaan yang dianut pasien
Suku : Kaji suku dan budaya pasien
Alamat : Kaji tempat tinggal pasien

1.2.2. Pengkajian Pola Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Keluhan Utama
Ds :

21
- Klien mengeluh lemas dan mual disertai muntah dan
mengeluh sakit karena luka di bagian belakang kaki dengan
luas 15 cm.
- Kaji keluhan utama pasien apakah mengalami kesemutan
pada extremitas, mati rasa, atau penglihatan yang tiba-tiba
kabur.
Do :
- Klien tampak lemah dan tidak bisa melakukan aktivitas
karena mengalami mual dan muntH.
- Klien tampak demam dengan suhu 39 C, karena adanya luka
dibagian belakang kaki dengan luas 15 cm.
- GDS : 350 mg/ ds.
- TTV : nadi 86 kali/menit, RR 23 kali/menit, tekanan darah
160/90 mmHg.

- Riwayat Kesehatan Sekarang


- Kaji keadaan klien apakah ada rasa nyeri, kesemutan pada
ekstremitas, luka yang sulit sembuh, sakit kepala, mukosa
bibir kering, sering haus, mual dan muntah

- Riwayat Kesehatan Dahulu

Ds :

- Kaji riwayat kesehatan dahulu pada klien. Biasanya pada


penyakit DM, klien memiliki riwayat hipertensi dan
penyakit jantung
- TD : 160/90 mmHg
Do :
- Observasi keadaan penyakit pada klien jika ada riwayat
penyakit sebelumnya

22
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Ds :
- Kaji riwayat penyakit keluarga apakah keluarga klien
memiliki penyakit genetik.
Do :
- Observasi keadaan riwayat keluarga pada klien jika ada

2. Pola Nutrisi dan Metabolik


- Kaji keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji pola nutrisi dan metabolik klien sebelum sakit apakah
klien mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat,tinggi
lemak, tinggi garam, konsumsi sayur dan buah-buahan.
Do :
- Observasi pola nutrisi dan metabolik pasien

- Kaji keadaan pasien sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien apakah, banyak makan dan banyak
minum.
- Kaji apakah luka klien sulit sembuh
- Klien mengeluh mual dan muntah
- Klien mengalami penurunan berat badan 8 kg selama 1
minggu.
Do:
- Observasi apakah klien mengalami gangguan nutrisi dan
metabolik seperti mual dan muntah, turgor kulit jelek,
- Observasi kondisi klien apakah terdapat luka

23
3. Pola Eliminasi
- Kaji keadaan sebelum sakit :
Ds :
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
- Kaji keadaan sejak sakit :
Ds :
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
- Kaji apakah klien sering kencing di malam hari
Do :
- Observasi keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan,
kaji frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Observasi keadaan klien apakah sering buang air kecil
dengan frekuensi yang berlebihan dan sering buang air kecil
pada malam hari.

4. Pola Aktivitas dan Latihan


- Kaji keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji pola aktivitas sehari-hari klien apakah sering
melakukan olahraga
- Kaji apakah klien mengkonsumsi rokok atau alkohol
Do :

24
- Observasi apakah pola aktivitas dan latihan klien sudah
terpenuhi, kurang atau berlebihan.
- Kaji keadaan sejak sakit
Ds :
- Klien mengatakan lemah
- Kaji apakah klien mengalami susah berjalan dan bergerak,
mengalami kram pada ekstremitas.
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sulit berjalan karena adanya luka dibagian
belakang kaki dengan luas 15 cm
- Tekanan darah klien 160/90 mmHg, p; 23x/mnt

5. Pola Tidur dan Istirahat


- Kaji keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji apakah klien mengalami gangguan pola tidur karena
meningkatnya keinginan buang air kecil saat malam hari
Do:
- Observasi durasi tidur klien apakah kurang tercukupi atau
sudah terepenuhi

- Kaji keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji pola tidur klien apaka efektif atau tidak karena sering
buang air kecil pada malam hari
- Apakah nyeri pada luka di kaki menimbulkan gangguan
istirahat atau pola tidur
Do :
- Klien tampak lemah dan sering mual dan muntah.

25
- Klien demam tinggi

6. Pola Persepsi Kognitif


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien apakah ramah terhadap keluarga dan
tenaga kesehan
Do :
- Observasi perilaku klien terhadap lingkungan sekitar

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien apakah luka di kaki mengalami mati
rasa atau terasa nyeri, adakah gangguan penglihatan
Do :
- Observasi keadaan klien yang menjadi tanda dan gejala
riwayat penyakit sekarang

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji keadaan pasien mengenai citra dirinya
Do :
- Observasi keadaan klien mengenai citra dirinya

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien apakah mengalami gangguan citra diri
akibat adanya perubahan fungsi dari struktur tubuh.
Do :

26
- Observasi keadaan klien dalam menerima sakitnya dengan
keluhan luka dikaki.

8. Pola Peran dan Hubungan Sesama


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji hubungan klien dengan keluarga inti
Do :
- Observasi hubungan klien dengan keluarga inti

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien dengan keluarga inti mengenai riwayat
penyakit yang diderita
- Kaji perasaan klien mengenai penyakit yang berhubungan
dengan luka diabetikum
Do :
- Observasi hubungan keluarga dalam mensupport klien
- Observasi apakah klien tampak menarik dirinya dari
lingkungan masyrakat karena luka diabetikum

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien apakah memiliki kelainan
menyimpang
Do :
- Observasi keadaan hubungan seksual klien dengan
pasangannya

27
- Keadaan sejak sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien mengenai seksualitas apakah
mengalami gangguan potensi seks
Do :
- Observasi klien dengan hubungan mengenai seksualitas

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien selama sehat apakah ada hal yang
mengganggu sehingga menimbulkan stres berlebihan
Do :
- Observasi perilaku klien

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji perasaan klien apakah mengalami perubahan reaksi
psikologis yang menimbulkan stres dan perilaku
maladaptif
Do :
- Observasi perilaku klien apakah tampak marah, cemas
dan mudah tersinggung

11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji kepercayaan klien selama sehat
Do :

28
- Observasi apakah klien sering beribadah

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien apakah dalam menghadapi
penyakitnya tetap percaya dengan kepercayaanya atau
tidak
- Kaji apakah penyakit klien menghalangi klien untuk
tetap beribadah
Do :
- Observasi klien tampak marah dan menyalahkan Tuhan
atau tidak dalam menerima penyakitnya
- Observasi keadaan klien apakah mengalami penurunan
fungsi tubuh serta luka pada kaki menghambat klien
untuk beribadah

1.2.3. Pemeriksaa Fisik


1. Kaji keadaan umum klien
2. Kaji tingkat kesadaran klien aPakah compos mentis, apatis,
delirium, somnolen atau koma
3. Kaji GCS E4 : V5 :M6
4. Pemeriksaan tanda tanda vital
TD : 160/90 mmHg
N: 86 x/mnt
P : 23x/mnt
S : 39 C
TD dan Pernafasan pada pasien DM biasanya abnormal atau
tinggi, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan meningkat
karena terjadinya infeksi
5. Pemeriksaan kulit

29
Kaji warna dan tekstur dari permukaan kulit, adanya edema atau
tidak. Pada pasien DM akan tampak pucat karena Hb kurang dari
normal dan turgor kulit tidak elastis
6. Pemeriksaan kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut. Biasanya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening dan JVP
normal.
7. Pemeriksaan dada
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
Pada thorax dan pernapasan
- Inspeksi : Kaji bentuk thoraks, retraksi interkostal, sianosis
dan stridor
- Palpasi : Kaji vocal premitus, Kaji krepitasi
- Perkusi : Kaji adanya suara sonor, redup atau pekak dan
lokasinya
- Auskultasi : Kaji suara napas, suara ucapan, suara tambahan
8. Pemeriksaan jantung
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
- Inspeksi : Kaji Ictus cordis
- Palpasi : Kaji Ictus Cordis
- Perkusi : Kaji batas atas jantung, bawah jantung, kanan
jantung dan kiri jantung
- Auskultasi : Kaji bunyi jantung II A, II P, I T, 1 M, III irama
gallop
9. Pemeriksaan abdomen
Kaji secara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi
10. Pemeriksaan integuinal, genetalia, anus
- Kaji peristaltik usus
- Palpasi kandung kemih ( penuh/kosong)

30
- Kaji nyeri ketuk ginjal (positif/negatif)
- Kaji mulut uretra
- Kaji anus ada peradangan, hemoroid atau fistula
11. Pemeriksaan musculoskeletal
- Kaji postur tubuh
- Kaji gaya jalan
- Kaji anggota gerak yang cacat
- Kaji fiksasi
- Kaji atrofi otot (positif/negatif)
- Kaji rentang gerak pasien (kaku sendi, nyeri sendi,
fraktur, parese, paralisis)
- Uji kekuatan otot
Nilai 5 : Kekuatan penuh
Nilai 4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : Mampu menahan tegak tapi tidak mampu
melawan tekanan
Nilai 2 : Mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan
sedikit gerakan
Nilai 0 : Tidak ada kontraksiotot, tidak mampu bergerak
- Kaji clubing jari-jari
- Kaji varises tungkai
- Kaji columna vetebralis : inspeksi lordosis,kiposis,
skoliosis
12. Pemeriksaan ekstremitas
- Terdapat luka terbuka seluas 15 cm di belakang kaki

1.9.1. Pemeriksaan Penunjang


- GDS Tn. B : 350 mg/dl
- Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan glukosa darah
biasanya meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih. Nilai normalnya:

31
GDS/GDA <200 mg/dl. GDP <126 mg/dl. GDPP <140 mg/dl. GDW
70-110 mg/dl.

32
1.3. Analisa Data

No Data Fokus (Subyektif dan Masalah Etiologi


Obyektif)
1. Ds : Ketidakstabilan Sel B di pankreas
- Pasien mengatakan badan Kadar Glukosa terganggu
terasa lemas Darah b/d
Disfungsi pankreas Defisit Insulin

Do : Peningkatan glukosa
- Pasien tampak lemah
- GDS : 350 mg/dl Hiperglikemia

Ketidakstabilan kadar
glukosa darah

2. Ds : Gangguan Hiperglikemia
- Pasien mengatakan terdapat integritas kulit atau
luka di belakang kaki jaringan b/d Aliran darah melambat
Do : perubahan sirkulasi
- Terdapat luka di bagian Iskemi jaringan
belakang kaki pasien
dengan luas 15 cm Nekrosis luka
- Suhu : 39 C
Gangren

Gangguan integritas
kulit/jaringan

33
1.4. Diagnosa Keperawatan

Nama : Tn. B
Umur : 55 tahun

No Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d disfungsi pankreas
2. Gangguan integritas kulit atau jaringan b/d perubahan sirkulasi

34
1.5. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi


1. Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia Tindakan
Glukosa Darah b/d Disfungsi keperawatan, diharapkan Tindakan :  Observasi
pankreas ketidakstabilan kadar  Observasi 1. Untuk mengetahui penyebab
glukosa darah meningkat 1. Identifikasi kemungkinan kemungkinan terjadinya
DS: Dengan kriteria hasil: penyebab hiperglikemia hiperglikemia
- Lelah dan lesu 1. Pusing menurun 2. Identifikasi situasi yang 2. Untuk mengetahui penyebab
DO: 2. Lelah lesuh menurun menyebabkan kebutuhan insulin kemungkinan tubuh
- Kadar glukosa dalam 3. Mulut kering meningkat (misalnya penyakit membutuhkan insulin
darah/urine tinggi menurun kambuhan) 3. Untuk mengetahui dan
4. Rasa haus menurun 3. Monitor kadar glukosa darah memonitoring kadar gula darah
5. Kadar glukosa dalam 4. Monitor tanda dan gejala supaya lebih terkontrol
darah membaik hiperglikemia 4. Untuk mengetahui tanda dan
6. Kadar glukosa dalam 5. Monitor intake dan output cairan gejala dari hiperglikemia
urine membaik 6. Monitor keton urine, kadar 5. Untuk mengetahui dan
analisa gas darah, elektrolit, mengontrol asupan cairan yang
tekanan darah ortostatik dan keluar dan masuk sehingga

35
frekuensi nadi kebutuhan cairan di dalam tubuh
 Terapeutik seimbang
1. Berikan asupan cairan oral 6. Untuk mengetahui dan
2. Konsultasi dengan medis jika memonitoring tanda dan gejala
tanda dan gejala hiperglikemia dari poliuri, polifagia, dan
tetap ada atau memburuk polidipsi. Monitoring tekanan
3. Fasilitasi ambulasi jika ada darah dan frekuensi nadi
hipotensi ortostatik meningkat. Monitoring analisa
gas darah adakah asidosis
 Edukasi metabolik
1. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih  Terapeutik
dari 250 mg/dL 1. Untuk memberikan dan memenuhi
2. Anjurkan monitor kadar glukosa intake cairan dalam tubuh
darah secara mandiri 2. Pantau tanda dan gejala
3. Anjurkan kepatuhan terhadap hiperglikemia
diet dan olahraga 3. Mennganjurkan klien melakukan
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya posisi duduk terlebih dahulu baru
pengujian keton urine berdiri.
5. Ajarkan pengelolaan diabetes

36
 Edukasi
 Kolaborasi 1. Agar klien tidak merasa lemas dan
1. Kolaborasi pemberian insulin sering buat air kecil
2. Kolaborasi pemberian cairan 2. Agar dapat mengetahui kadar
3. Kolaborasi pemberian kalium glukosa darah dan dapat
mengendalikan kadar glukosa
dalam darah
3. Agar pasien patuh pada diet dan
olahraga
4. Agar pasien melakukan
pemeriksaan ketonuria.
5. Agar dapat mengetahui cara
penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat.

 Kolaborasi
1. Untuk menstabilkan kadar glukosa
dalam darah
2. Untuk menggantikan cairan yang

37
keluar dari tubuh apabila ada
gejala mual dan muntah, sering
buang air kecil
3. Untuk menurunkan resiko
hipertensi dan penyakit jantung.
2. Gangguan integritas kulit atau Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas kulit Tindakan :
jaringan b/d perubahan keperawatan, diharapkan Tindakan :  Observasi
sirkulasi integritas kulit atau jaringan  Obseservasi 1. Mendeteksi penyebab dan tindakan
Ds : meningkat, 1. Identifikasi penyebab gangguan yang diberikan dalam perawatan
- (Tidak tersedia) Dengan kriteria hasil: integritas kulit (mis. Perubahan integritas jaringan kulit yang
Do : 1. Perfusi jaringan sirkulasi, perubahan status nutrisi, terdapat luka
- Kerusakan jaringan meningkat penurunan kelembapan, suhu
dan/lapisan kulit 2. Kerusakan jaringan lingkungan ekstrem, penurunan  Terapeutik
menurun mobilitas) 1. Untuk mencegah tekanan pada
3. Kerusakan lapisan kulit yang luka
kulit menurun  Terapeutik 2. Untuk memperlancar aliran darah
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah 3. Untuk menjaga kelembapan kulit
baring di sekitar area yang luka
2. Lakukan pemijatan pada area 4. Untuk mencegah terjadinya alergi
penonjolan tulang, jika perlu spada kulit

38
3. Gunakan produk berbahan 5. Untuk mencegah kekeringan pada
petrolium atau minyak pada kulit kulit
kering
4. Gunakan produk berbahan  Edukasi
ringan/alami dan hipoalergik 1. Untuk menjaga kelembapan kulit
pada kulit sensitif agar tidak kekeringan
5. Hindari produk berbahan dasar 2. Untuk mempercepat penyembuhan
alkohol pada kulit kering dan meningkatkan aliran darah ke
luka
 Edukasi 3. Untuk meningkatkan metabolisme
1. Anjurkan menggunakan dan kesehatan kulit terutama kulit
pelembap (mis. Lotion, serum) yang terdapat luka
2. Anjurkan minum yang cukup 4. Untuk mempercepat pengeringan
3. Anjurkan meningkatkan asupan proses luka
nutrisi 5. Untuk menghindari kulit yang
4. Anjurkan meningkatkan asupan terdapat luka mengalami iritasi
buah dan sayur 6. Menganjurkan pemakaian sabir
5. Anjurkan menghindari terpapar surya untuk memudarkan bekas
suhu ekstrem luka
6. Anjurkan menggunakan tabir 7. Untuk menghindari infeksi

39
surya SPF minimal 30 saat mikroorganisme pada kulit yang
berada diluar rumah luka
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya

40
BAB IV

PENELITIAN PENATALAKSANAAN DM

Judul : Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Pelaksanaan


Diabetes Mellitus Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUP
Sanglah

Nama Penulis : Tjok Dwi Agustyawan Pemayun dan Made Ratna Saraswati

Nama Jurnal : Jurnal Medika Udayana

Abstrak : Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan


oleh berkurangnya produksi insulin akibat dari menurunnya
kerja pankreas sehingga meningkatkan kadar gula darah dalam
tubuh. Terdapat 5 bagian yang menjadi pilar dalam
penatalaksanaan DM, yaitu: edukasi, diet, obat, olahraga, dan
monitoring gula darah. Pengetahuan pasien sangat
mempengaruhi dalam keberhasilan terapi untuk penderita DM.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran tingkat
pengetahuan penderita DM di RSUP Sanglah mengenai
penatalaksanaan dari penyakit itu sendiri.

Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional. Data


primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara langsung terhadap responden yang berkunjung ke
poli diabetes pusat. Sebanyak 95 responden terlibat sebagai
sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian berdasarkan
tingkat pengetahuan DM mayoritas cukup (63,2%),
pengetahuan diet mayoritas baik (61,1%), pengetahuan obat
mayoritas cukup (45,3%), pengetahuan olahraga meyoritas

41
cukup (70,5%), dan pengetahuan monitoring gula darah
mayoritas cukup (51,5%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa
mayoritas penderita DM yang melakukan kunjungan di RSUP
Sanglah memiliki tingkat pengetahuan cukup mengenai
penatalaksanaan DM.

42
BAB V

PENUTUP

1.10. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah pada Tn. B dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi bahwa :
1. Berdasarkan hasil pengkajian Tn. B didapatkan klien mengatakan lemah,
mual dan muntah, GDS : 350 mg/dl, terdapat luka di belakang kaki seluas
15 cm, demam dengan suhu 39 C, TD: 160/90 mmHg
2. Masalah keperawatan yang diperoleh sesuai dengan pengkajian :
Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d disfungsi pankreas dan Gangguan
integritas kulit atau jaringan b/d perubahan sirkulasi
3. Intervensi keperawatan mengatasi semua masalah keperawatan Tn. B
dengan Diabetes Melitus adalah Managemen hiperglikemia dan Perawatan
integritas kulit
4. Implementasi untuk mengatasi DM ajarkan teknik non farmakologis seperti
mengatur kadar glukosa dalam darah dirumah, dan perawatan luka yang
baik dan bernar

1.11. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan DM pada Tn. B maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
Klien diharapkan mampu mengikuti arahan yang telah diajarkan perawat
agar proses penyembuhan dapat terlaksana dengan baik dan tidak timbul
keluhan lagi.

43
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memperbanyak sumber buku maupun referensi tentang
buku keperawatan mengenai Diabetes Melitus

44
DAFTAR PUSTAKA

Lestari, L., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
pencegahan. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1, pp. 237-241).

Inayati, I., & Qoriani, H. F. (2016). Sistem Pakar Deteksi Penyakit Diabetes Melitus
(DM) Dini Berbasis Android. Jurnal Ilmiah: Lintas Sistem Informasi dan Komputer
(LINK), 25(1).

DEWI, A. O., Abi Muhlisin, S. K. M., & Kep, M. (2014). Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. D Dengan Masalah Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus Pada
Ny. S Di Desa Ringin Harjo, Gumpang, Kartosuro, Sukoharjo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Prawitasari, D. S. (2019). Diabetes melitus dan antioksidan. KELUWIH: Jurnal


Kesehatan dan Kedokteran, 1(1), 48-52.

Maria, I. (2021). Asuhan keperawatan diabetes mellitus dan asuhan keperawatan


stroke. Deepublish.

Widodo, F.Y. 2014. Pemantauan penderita diabetes mellitus. Jurnal Ilmiah Kedokteran.
vol. 3(2): 55- 89SSS

Varena, M. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z DENGAN DIABETES


MELITUS DI RUANG RAWAT INAP AMBUN SURI LANTAI 3 RS DR. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI. 1-121.

Yulia, L., Pahria, T., & Pebrianti, S. (2020). Pelaksanaan discharge planning pada
pasien diabetes melitus: Studi literatur. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(4), 503-521.

Pemayun, A. T., & Saraswati, R. M. (2020). Gambaran tingkat pengetahuan tentang


penatalaksanaan diabetes melitus pada pasien diabetes melitus di Rsup Sanglah. Jurnal
Medika Udayana, 9(8), 1-4.

45
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,
Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara
Pencegahan. 237.

S.Kep, N. T., S.Kep, N. R., & S.Kep, D. W. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

46

Anda mungkin juga menyukai