DISUSUN OLEH :
2.1 Definisi7
2.2 Etiologi7
2.3 Patofisiologi 9
2.5 Komplikasi 10
2.6 Patoflodiagram 12
2.8.1 Pengkajian 14
2.8.4 Implementasi 18
2.8.5 Evaluasi 18
3.1 Kasus 21
3.2 Pengkajian 21
3.2.1 Pengkajian 21
2
3.2.2 Pengkajian Pola Kesehatan 21
3.4 Diagnosa 34
3.5 Intervensi 35
BAB V PENUTUP 43
5.1 Kesimpulan 43
5.2 Saran 43
Daftar Pustaka 44
3
BAB I
4
lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada
dibagian kiri prankreas ini disebut processus unsinatis prankreas, (Varena,
2019).
a. Hormon Glukagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus yang mengandung residu
asam amino. Sasaran utama glukagon adalah hati, yaitu dengan mempercepat
konversi glikogen dalam hati dan nutrisi seperti asam amino, gliserol, dan asam
laktat menjadi glukosa (glukeogenesis). Ketika gula darah menutun maka akan
5
merangsang sel-sel alfa untuk mensekresi glukagon , demikian juga sebaliknya
jika gula darah meningkat maka produksi glukagon akan dihambat. Secara
umum fungsi dari glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa,
mensintesis glukosa dari asam laktat dan dari molekul non karbohidrat seperti
asam lemak dan asam amino serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel
hati.
b. Hormon insulin
Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pada pankreas,
merupakan hormon peptida yang tersusun oleh dua rantai asam amino yaitu
rantai A dan rantai B dan dihubungkan melalui jembatan disulfida. Insulin
dibentuk di retikulum endoplasma sel B, kemudian dipindahkan ke apparatus
golgi selanjutnya ke membran plasma dan akan melintasi lamina basalis sel B
serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah.
Insulin diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika makan dicerna.
Fungsi insulin adalah memfasilitasi dan mempromosikan transport
glukosa melalui membran plasma sel dalam jaringan tertentu seperti pada
jaringan otot dan adipose. Peningkatan kadar insulin mempunyai efek pada
penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia), jika kadar insulin rendah
mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) seperti pada
penyakit Diabetes Mellitus.
6
BAB II
1.1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit kencing manis yang diderita seseorang
seumur hidup (Lestari, Zulkarnain, & Sijid, 2021). Diabetes merupakan
penyakit kronis yang mengganggu sistem metabolisme dengan tanda dan gejala
kadar gula dalam darah meningkat (Kemenkes,2020). Menurut World Health
Organization (WHO), Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin
atau terjadi resistensi insulin.
7
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya
2. Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
8
1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik
1.3. Patofisiologi
Pada DM tipe 2, sel tidak peka aterhadap hormon insulin. Kadar insulin
yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda, meskipun ada namun tidak
cukup untuk kebutuhan sel. Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah
resistensi seluler terhadap efek insulin. Resistensi ini disebabkan oleh
kegemukan, jarang beraktivitas, penyakit lain, obat-obatan dan pertambahan
usia.
9
1.4. Manifestasi Klinik
1.5. Komplikasi
Komplikasi DM dapat terjadi diantaranya :
1. Hiperglikemia dan ketonasidosis diabetik
Terjadi saat glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel karena tidak adanya
insulin. Akhirnya hati mengubah simpanan glukogen menjadi glukosa
dan menjadi meningkat.
2. Sindrom Hiperglikemia hiperosmolar nonketonsis (HHNS)
Merupakan ketonasidosis yang ditandai dengan hiperglikemia ekstrem
(600-2.000 mg/dl), dehidrasi nyata, ketonuria ringan atau tidak
terdeteksi, dan tidak ada asidosis. Umumnya terjadi pada pasien lansia
dengan tipe 2
3. Hipoglikemia
10
Merupakan ciri umum dari DM tipe 1 dan dijumpai juga dalam DM tipe
2 yang diobati dengan insulin atau obat oral. Reaksi hipoglikemia terjadi
karena dosis insulin yang berlebihan, makan lebih sedikit dari biasanya,
aktivitas yang terlalu berlebihan, mual dan muntah, pemakaian alkohol
atau obat-obatan lain.
4. Komplikasi Makrovaskuler & Mikrovaskuler
Terjadi penyakit arteri koroner, serebrovaskuler, hipertensi, penyakit
pembuluh darah. Sedangkan mikro seperti nefropati, ulkus tungkai dan
kaki, kesemutan. Perubahan ini mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
pasien DM tipe 1&2
1.6. Patflodiagram
11
12
1.7. Pemeriksaan Diagnostik
13
1.8. Asuhan Keperawatan (Teori)
1.8.1. Pengkajian
Saat melakukan pengkajian pada pasien DM, langkah pertama adalah
mengumpulkan informasi yang akurat sesuai kondisi klinis pasien baik
data subjektif dan data objektif seperti:
1. Identitas
a. Kaji nama lengkap pasien untuk data demografi pasien
b. Kaji umur pasien apakah kondisi klines pasien disebabkan
oleh faktor umur atau faktor lainnya.
c. Kaji agama pasien untuk mengetahu pandangan pasien
terkait kondisi klinisnya.
d. Kaji pendidikan pasien untuk mngetahu tingkat kognitif
dan intelektualnya terkait kondisi klinisnya.
e. Kaji Suku/Bangsa dari pasien untuk mengetahui pola
hidup pasien
f. Kaji pekerjaan pasien untuk mengetahui dan mengukur
tingkat ekonominya
g. Kaji Alamat pasien
2. Riwayat Kesehatan
1. Kaji keluhan utama pasien untuk mengetahui tanda dan
gejala awal pasien datang ke fasilitas kesehatan. Biasanya
klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas, luka yang sukar sembuh, sakit kepala, mau
muntah, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
2. Kaji riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui
apakah ada penyakit lain yang diderita
14
3. Kaji riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah
ada hubungan dengan masalah klinis yang dialami pasien
saat ini biasanya klien DM mempunyai Riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti Infark miokardi
4. Kaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah
ada penyakit menular dan penyakit yang diderita karena
faktor genetik atau tidak
5. Pemeriksaan umum :
1) KU : Kaji keadaan umum pasien baik, cukup atau
kurang
2) Kesadaran : Kaji kesdaran pasien apakah dalam
keadaan compos mentis, apatis atau koma.
3) TD : Kaji tekanan darah untuk mengetahui faktor
resiko yang dapat terjadi.
4) Suhu : Kaji suhu badan pasien mungkin mengalami
demam sebagai tanda gejala adanya infeksi
5) Nadi : Kaji denyut nadi pasien yang dihitung dalam
satu menit.
6) Respirasi : Kaji frekuensi pernapasan yang dhitung
dalam satu menit.
7) Rambut : Kaji rambut pasien apakah ada kerontokan,
menilai warna rambut, kelebatan dan karateristik
rambut
8) Wajah : Kaji wajah pasien adakah oedema atau tidak
9) Mata : Kaji konjungtiva pasien apaka anemik atau
tidak anemik, sklera iterik atau tidak iterik
10) Hidung : Kaji keadaan hidung pasien untuk
mengetahui kebersihan hidung, ada polip atau tidak
11) Telinga : Kaji keadaan pasien untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran atau tidak
15
12) Mulut : Kaji keadaan mulut apakah ada karises,
sersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak.
13) Leher : Kaji keadaan leher apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe atau kelenjar tiroid.
14) Payudara : Kaji keadaan payudara untuk
mengetahui apakah ada pembengkakan, simetris atau
tidak, putting susu menonjol atau tidak, ada benjolan
dan nyeri tekan atau tidak
6. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Pengkajian ini dilakukan secara sistematik untuk
mengumpulkan data pasien menggunakan indera
penglihatan, pendengaran, dan penciuman.
(Nursalam. 2014).
2) Palpasi
Teknik palpasi dilakukan untuk meraba apakah
ada nyeri tekan di bagian perut dengan
menggunaka indera peraba. (Nursalam. 2014)
3) Perkusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengetuk tubuh
klien menggunakan jari perawat untuk
memgetahui lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsistensi jaringan. (Jannah. 2011).
4) Aulkustasi
Teknik ini dilakukan untuk mendengar adanya
bisinh usus atau tidak pada perut dengan
menggunakan alat bantu yaitu stetoskop.
(Sulistyawati.2013
16
3. Data Sosial
Kaji status ekonomi pasien serta adat dan kebudayaan yang
dianut pasien.
4. Data Spiritual
Kaji status agama atau kepercayaan yang dianut pasien.
5. Data Psikologis
Kaji perasaan pasien setelah mengetahui penyakitnya.
6. Pola kebiasaan sehari hari
Kaji kebiasaan klien selama melakukan aktivitas, apakah ada
gangguan atau tidak
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar gula darah
1.8.3. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan
tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada klien
17
berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti dan
Mulyanti, 2017).
1. Managemen Hiperglikemia
2. Managemen Nyeri
3. Terapi Aktivitas
4. Pencegahan infeksi
1.8.4. Implementasi
Pelaksanaan/implementasi keperawatan merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan
langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter & Perry. 2016).
1.8.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langka proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry. 2016).
18
mengalami rawat ulang akibat tidak patuh mengikuti anjuran pemeriksaan
glukosa darah (Amtsalina, 2016). Meskipun pasien dan keluarga sudah
mendapatkan penjelasan dari tenaga kesehatan mereka cenderung tidak
mengikuti anjuran yang diberikan disebabkan informasi yang disampaikan
dinilai kurang adekuat sehingga pasien dan keluarga tidak tahu bagaimana cara
mengimplementasikannya serta pasien dan keluarga tidak berada pada situasi
yang ideal dalam persiapan menghadapi pemulangan (Soegondo, 2013).
Ketidaksiapan pasien dalam menghadapi pemulangan dapat mengakibatkan
pasien mengalami keadaan yang lebih buruk atau meningkatkan komplikasi
penyakit yang berulang (Huda, Ramayanti, & Nur , 2014).
1. Tahap Pertama
Discharge planning dilakukan sejak pasien masuk ke rumah sakit sebagai
langkah awal. Tahap ini dimulai sejak 24 jam klien masuk rumah sakit
dengan melakukan asuhan keperawatan.
2. Tahap Kedua
Selama pasien di rawat inap, tahap kedua diberikan untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawatan pada diri klien.
Selama mendapatkan perawatan, klien dengan penyakit DM diberikan
pendidikan tentang penyakit DM, Hasil tes laboratorium, tanda dan gejala
yang sering terjadi dan harus sangat diperhatikan, serta dukungan yang
dibutuhkan oleh klien dan keluarga, informasi tentang sumber-sumber
pelayanan kesehatan di masyarakat seperti puskesmas dan klinik 24 jam
dan siapa yang dapat dihubungi saat terjadi kegawatdaruratan (Wexler et
al, 2012 ; Astuti et al, 2016
19
Pelatihan meningkatkan keterampilan diri dalam memelihara
penyakit DM di rumah(Nurhayati 2011 ; Rostami et al, 2016). Fokusnya
seperti pengaturan pola makanan dan diet atau pembatasan makanan yang
harus dihindari, metode diet, informasi aktivitas fisik pada pasien diabetes
seperti jalan harian, penggunaan obat (cara, waktu dan dosis obat),
penggunaan injeksi insulin (tempat injeksi insulin, penyesuaian jarum
suntik, dan unit insulin) dan efek samping dari penggunaan. Selain itu
pelatihan pada pasien DM berupa perawatan kaki dan kulit, kontrol
glukosa darah, dan manajemen hipo dan hiperglikemia yang
didokumentasikan menggunakan templat standar oleh perawat (Fitri et al,
2020; Wexler et al, 2012).
3. Tahap Ketiga
Tahap ketiga diberikan setelah pasien diizinkan keluar dari rumah
sakit dan melakukan perawatan dirumah selama periode 2 bulan. Di bulan
pertama pasien melakukan konseling panggilan telepon seminggu sekali
dan kunjungan dilakukan setiao dua minggu untuk memantau kemampuan
pasien dalam mengontrol glukosa dan pemberian insulin di rumah.
Dalam periode dua bulan kedua, pasien diberikan formulir kontrol
dan booklet yang mencakup asupan makanan, aktivitas fisik, dan
penggunaan obat di rumah. Pasien juga dapat menghubungi karena
disediakan layanan konsultasi melalui telepon (Normilus et al, 2019 ;
Rostami et al, 2016 ; Dehnabi et al, 2018).
20
BAB III
STUDI KASUS
Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
luka di bagian belakang kaki dengan luas 15 cm, kondisi klien lemah, GDS 350
mg/dl, ada demam dengan suhu tubuh 39 C, nadi 86 kali/menit, frekuensi nafas
23 kali/menit. tekanan darah 160/90 mmHg. Selama dirawat pasien mengalami
penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 minggu, dan mengeluh mual muntah.
1.2. Pengkajian
1.2.1. Identitas Pasien
Nama :Tn. B
Umur :55 thn
Jenis kelamin :laki-laki
Pendidikan : Kaji riwayat pendidikan pasien
Status Perkawinan : Kaji status pasien
Agama : Kaji agama atau kepercayaan yang dianut pasien
Suku : Kaji suku dan budaya pasien
Alamat : Kaji tempat tinggal pasien
21
- Klien mengeluh lemas dan mual disertai muntah dan
mengeluh sakit karena luka di bagian belakang kaki dengan
luas 15 cm.
- Kaji keluhan utama pasien apakah mengalami kesemutan
pada extremitas, mati rasa, atau penglihatan yang tiba-tiba
kabur.
Do :
- Klien tampak lemah dan tidak bisa melakukan aktivitas
karena mengalami mual dan muntH.
- Klien tampak demam dengan suhu 39 C, karena adanya luka
dibagian belakang kaki dengan luas 15 cm.
- GDS : 350 mg/ ds.
- TTV : nadi 86 kali/menit, RR 23 kali/menit, tekanan darah
160/90 mmHg.
Ds :
22
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Ds :
- Kaji riwayat penyakit keluarga apakah keluarga klien
memiliki penyakit genetik.
Do :
- Observasi keadaan riwayat keluarga pada klien jika ada
23
3. Pola Eliminasi
- Kaji keadaan sebelum sakit :
Ds :
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
- Kaji keadaan sejak sakit :
Ds :
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
- Kaji apakah klien sering kencing di malam hari
Do :
- Observasi keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan,
kaji frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Observasi keadaan klien apakah sering buang air kecil
dengan frekuensi yang berlebihan dan sering buang air kecil
pada malam hari.
24
- Observasi apakah pola aktivitas dan latihan klien sudah
terpenuhi, kurang atau berlebihan.
- Kaji keadaan sejak sakit
Ds :
- Klien mengatakan lemah
- Kaji apakah klien mengalami susah berjalan dan bergerak,
mengalami kram pada ekstremitas.
Do :
- Klien tampak lemah
- Klien tampak sulit berjalan karena adanya luka dibagian
belakang kaki dengan luas 15 cm
- Tekanan darah klien 160/90 mmHg, p; 23x/mnt
25
- Klien demam tinggi
26
- Observasi keadaan klien dalam menerima sakitnya dengan
keluhan luka dikaki.
27
- Keadaan sejak sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien mengenai seksualitas apakah
mengalami gangguan potensi seks
Do :
- Observasi klien dengan hubungan mengenai seksualitas
28
- Observasi apakah klien sering beribadah
29
Kaji warna dan tekstur dari permukaan kulit, adanya edema atau
tidak. Pada pasien DM akan tampak pucat karena Hb kurang dari
normal dan turgor kulit tidak elastis
6. Pemeriksaan kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut. Biasanya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening dan JVP
normal.
7. Pemeriksaan dada
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
Pada thorax dan pernapasan
- Inspeksi : Kaji bentuk thoraks, retraksi interkostal, sianosis
dan stridor
- Palpasi : Kaji vocal premitus, Kaji krepitasi
- Perkusi : Kaji adanya suara sonor, redup atau pekak dan
lokasinya
- Auskultasi : Kaji suara napas, suara ucapan, suara tambahan
8. Pemeriksaan jantung
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
- Inspeksi : Kaji Ictus cordis
- Palpasi : Kaji Ictus Cordis
- Perkusi : Kaji batas atas jantung, bawah jantung, kanan
jantung dan kiri jantung
- Auskultasi : Kaji bunyi jantung II A, II P, I T, 1 M, III irama
gallop
9. Pemeriksaan abdomen
Kaji secara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi
10. Pemeriksaan integuinal, genetalia, anus
- Kaji peristaltik usus
- Palpasi kandung kemih ( penuh/kosong)
30
- Kaji nyeri ketuk ginjal (positif/negatif)
- Kaji mulut uretra
- Kaji anus ada peradangan, hemoroid atau fistula
11. Pemeriksaan musculoskeletal
- Kaji postur tubuh
- Kaji gaya jalan
- Kaji anggota gerak yang cacat
- Kaji fiksasi
- Kaji atrofi otot (positif/negatif)
- Kaji rentang gerak pasien (kaku sendi, nyeri sendi,
fraktur, parese, paralisis)
- Uji kekuatan otot
Nilai 5 : Kekuatan penuh
Nilai 4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : Mampu menahan tegak tapi tidak mampu
melawan tekanan
Nilai 2 : Mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan
sedikit gerakan
Nilai 0 : Tidak ada kontraksiotot, tidak mampu bergerak
- Kaji clubing jari-jari
- Kaji varises tungkai
- Kaji columna vetebralis : inspeksi lordosis,kiposis,
skoliosis
12. Pemeriksaan ekstremitas
- Terdapat luka terbuka seluas 15 cm di belakang kaki
31
GDS/GDA <200 mg/dl. GDP <126 mg/dl. GDPP <140 mg/dl. GDW
70-110 mg/dl.
32
1.3. Analisa Data
Do : Peningkatan glukosa
- Pasien tampak lemah
- GDS : 350 mg/dl Hiperglikemia
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
2. Ds : Gangguan Hiperglikemia
- Pasien mengatakan terdapat integritas kulit atau
luka di belakang kaki jaringan b/d Aliran darah melambat
Do : perubahan sirkulasi
- Terdapat luka di bagian Iskemi jaringan
belakang kaki pasien
dengan luas 15 cm Nekrosis luka
- Suhu : 39 C
Gangren
Gangguan integritas
kulit/jaringan
33
1.4. Diagnosa Keperawatan
Nama : Tn. B
Umur : 55 tahun
No Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d disfungsi pankreas
2. Gangguan integritas kulit atau jaringan b/d perubahan sirkulasi
34
1.5. Intervensi Keperawatan
35
frekuensi nadi kebutuhan cairan di dalam tubuh
Terapeutik seimbang
1. Berikan asupan cairan oral 6. Untuk mengetahui dan
2. Konsultasi dengan medis jika memonitoring tanda dan gejala
tanda dan gejala hiperglikemia dari poliuri, polifagia, dan
tetap ada atau memburuk polidipsi. Monitoring tekanan
3. Fasilitasi ambulasi jika ada darah dan frekuensi nadi
hipotensi ortostatik meningkat. Monitoring analisa
gas darah adakah asidosis
Edukasi metabolik
1. Anjurkan menghindari olahraga
saat kadar glukosa darah lebih Terapeutik
dari 250 mg/dL 1. Untuk memberikan dan memenuhi
2. Anjurkan monitor kadar glukosa intake cairan dalam tubuh
darah secara mandiri 2. Pantau tanda dan gejala
3. Anjurkan kepatuhan terhadap hiperglikemia
diet dan olahraga 3. Mennganjurkan klien melakukan
4. Ajarkan indikasi dan pentingnya posisi duduk terlebih dahulu baru
pengujian keton urine berdiri.
5. Ajarkan pengelolaan diabetes
36
Edukasi
Kolaborasi 1. Agar klien tidak merasa lemas dan
1. Kolaborasi pemberian insulin sering buat air kecil
2. Kolaborasi pemberian cairan 2. Agar dapat mengetahui kadar
3. Kolaborasi pemberian kalium glukosa darah dan dapat
mengendalikan kadar glukosa
dalam darah
3. Agar pasien patuh pada diet dan
olahraga
4. Agar pasien melakukan
pemeriksaan ketonuria.
5. Agar dapat mengetahui cara
penggunaan insulin, obat oral,
monitor asupan cairan, penggantian
karbohidrat.
Kolaborasi
1. Untuk menstabilkan kadar glukosa
dalam darah
2. Untuk menggantikan cairan yang
37
keluar dari tubuh apabila ada
gejala mual dan muntah, sering
buang air kecil
3. Untuk menurunkan resiko
hipertensi dan penyakit jantung.
2. Gangguan integritas kulit atau Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas kulit Tindakan :
jaringan b/d perubahan keperawatan, diharapkan Tindakan : Observasi
sirkulasi integritas kulit atau jaringan Obseservasi 1. Mendeteksi penyebab dan tindakan
Ds : meningkat, 1. Identifikasi penyebab gangguan yang diberikan dalam perawatan
- (Tidak tersedia) Dengan kriteria hasil: integritas kulit (mis. Perubahan integritas jaringan kulit yang
Do : 1. Perfusi jaringan sirkulasi, perubahan status nutrisi, terdapat luka
- Kerusakan jaringan meningkat penurunan kelembapan, suhu
dan/lapisan kulit 2. Kerusakan jaringan lingkungan ekstrem, penurunan Terapeutik
menurun mobilitas) 1. Untuk mencegah tekanan pada
3. Kerusakan lapisan kulit yang luka
kulit menurun Terapeutik 2. Untuk memperlancar aliran darah
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah 3. Untuk menjaga kelembapan kulit
baring di sekitar area yang luka
2. Lakukan pemijatan pada area 4. Untuk mencegah terjadinya alergi
penonjolan tulang, jika perlu spada kulit
38
3. Gunakan produk berbahan 5. Untuk mencegah kekeringan pada
petrolium atau minyak pada kulit kulit
kering
4. Gunakan produk berbahan Edukasi
ringan/alami dan hipoalergik 1. Untuk menjaga kelembapan kulit
pada kulit sensitif agar tidak kekeringan
5. Hindari produk berbahan dasar 2. Untuk mempercepat penyembuhan
alkohol pada kulit kering dan meningkatkan aliran darah ke
luka
Edukasi 3. Untuk meningkatkan metabolisme
1. Anjurkan menggunakan dan kesehatan kulit terutama kulit
pelembap (mis. Lotion, serum) yang terdapat luka
2. Anjurkan minum yang cukup 4. Untuk mempercepat pengeringan
3. Anjurkan meningkatkan asupan proses luka
nutrisi 5. Untuk menghindari kulit yang
4. Anjurkan meningkatkan asupan terdapat luka mengalami iritasi
buah dan sayur 6. Menganjurkan pemakaian sabir
5. Anjurkan menghindari terpapar surya untuk memudarkan bekas
suhu ekstrem luka
6. Anjurkan menggunakan tabir 7. Untuk menghindari infeksi
39
surya SPF minimal 30 saat mikroorganisme pada kulit yang
berada diluar rumah luka
7. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
40
BAB IV
PENELITIAN PENATALAKSANAAN DM
Nama Penulis : Tjok Dwi Agustyawan Pemayun dan Made Ratna Saraswati
41
cukup (70,5%), dan pengetahuan monitoring gula darah
mayoritas cukup (51,5%). Dapat ditarik kesimpulan bahwa
mayoritas penderita DM yang melakukan kunjungan di RSUP
Sanglah memiliki tingkat pengetahuan cukup mengenai
penatalaksanaan DM.
42
BAB V
PENUTUP
1.10. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah pada Tn. B dengan menggunakan proses keperawatan mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi bahwa :
1. Berdasarkan hasil pengkajian Tn. B didapatkan klien mengatakan lemah,
mual dan muntah, GDS : 350 mg/dl, terdapat luka di belakang kaki seluas
15 cm, demam dengan suhu 39 C, TD: 160/90 mmHg
2. Masalah keperawatan yang diperoleh sesuai dengan pengkajian :
Ketidakstabilan kadar glukosa darah b/d disfungsi pankreas dan Gangguan
integritas kulit atau jaringan b/d perubahan sirkulasi
3. Intervensi keperawatan mengatasi semua masalah keperawatan Tn. B
dengan Diabetes Melitus adalah Managemen hiperglikemia dan Perawatan
integritas kulit
4. Implementasi untuk mengatasi DM ajarkan teknik non farmakologis seperti
mengatur kadar glukosa dalam darah dirumah, dan perawatan luka yang
baik dan bernar
1.11. Saran
Setelah dilakukan asuhan keperawatan DM pada Tn. B maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pasien
Klien diharapkan mampu mengikuti arahan yang telah diajarkan perawat
agar proses penyembuhan dapat terlaksana dengan baik dan tidak timbul
keluhan lagi.
43
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memperbanyak sumber buku maupun referensi tentang
buku keperawatan mengenai Diabetes Melitus
44
DAFTAR PUSTAKA
Lestari, L., & Zulkarnain, Z. (2021, November). Diabetes Melitus: Review etiologi,
patofisiologi, gejala, penyebab, cara pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
pencegahan. In Prosiding Seminar Nasional Biologi (Vol. 7, No. 1, pp. 237-241).
Inayati, I., & Qoriani, H. F. (2016). Sistem Pakar Deteksi Penyakit Diabetes Melitus
(DM) Dini Berbasis Android. Jurnal Ilmiah: Lintas Sistem Informasi dan Komputer
(LINK), 25(1).
DEWI, A. O., Abi Muhlisin, S. K. M., & Kep, M. (2014). Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. D Dengan Masalah Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus Pada
Ny. S Di Desa Ringin Harjo, Gumpang, Kartosuro, Sukoharjo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Widodo, F.Y. 2014. Pemantauan penderita diabetes mellitus. Jurnal Ilmiah Kedokteran.
vol. 3(2): 55- 89SSS
Yulia, L., Pahria, T., & Pebrianti, S. (2020). Pelaksanaan discharge planning pada
pasien diabetes melitus: Studi literatur. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(4), 503-521.
45
Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,
Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara
Pencegahan. 237.
S.Kep, N. T., S.Kep, N. R., & S.Kep, D. W. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
46