DISUSUN OLEH :
Rosalia Asri
Kristina Duwul
Maria Delsiana
Arnoldus Warsi
2.1 Definisi7
2.2 Etiologi7
2.3 Patofisiologi 9
2.5 Komplikasi 10
2.6 Patoflodiagram 12
2.8.1 Pengkajian 14
2.8.4 Implementasi 18
2.8.5Evaluasi 18
3.1 Kasus 21
3.2 Pengkajian 21
3.2.1 Pengkajian 21
2
3.2.2 Pengkajian Pola Kesehatan 21
3.4 Diagnosa 34
3.5 Intervensi 35
BAB V PENUTUP 43
5.1 Kesimpulan 43
Daftar Pustaka 44
3
BAB I
4
dibagian kiri prankreas ini disebut processus unsinatis prankreas, (Varena,
2019).
a. Hormon Glukagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus yang mengandung residu
asam amino.Sasaran utama glukagon adalah hati, yaitu dengan mempercepat
konversi glikogen dalam hati dan nutrisi seperti asam amino, gliserol, dan asam
laktat menjadi glukosa (glukeogenesis). Ketika gula darah menutun maka akan
merangsang sel-sel alfa untuk mensekresi glukagon , demikian juga sebaliknya
5
jika gula darah meningkat maka produksi glukagon akan dihambat. Secara
umum fungsi dari glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa,
mensintesis glukosa dari asam laktat dan dari molekul non karbohidrat seperti
asam lemak dan asam amino serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel
hati.
b. Hormon insulin
Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pada pankreas,
merupakan hormon peptida yang tersusun oleh dua rantai asam amino yaitu
rantai A dan rantai B dan dihubungkan melalui jembatan disulfida. Insulin
dibentuk di retikulum endoplasma sel B, kemudian dipindahkan ke apparatus
golgi selanjutnya ke membran plasma dan akan melintasi lamina basalis sel B
serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah.
Insulin diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika makan dicerna.
Fungsi insulin adalah memfasilitasi dan mempromosikan transport
glukosa melalui membran plasma sel dalam jaringan tertentu seperti pada
jaringan otot dan adipose. Peningkatan kadar insulin mempunyai efek pada
penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia), jika kadar insulin rendah
mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) seperti pada
penyakit Diabetes Mellitus.
6
BAB II
1.1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit kencing manis yang diderita seseorang
seumur hidup(Lestari, Zulkarnain, & Sijid, 2021). Diabetes merupakan penyakit
kronis yang mengganggu sistem metabolisme dengan tanda dan gejala kadar
gula dalam darah meningkat (Kemenkes,2020). Menurut World Health
Organization (WHO), Diabetes Melitusadalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin
atau terjadi resistensi insulin.
7
1. Faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya
2. Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.
8
insulin yang meningkat, maka kadar glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II
akan berkembang.
1.3. Patofisiologi
Pada DM tipe 2, sel tidak peka aterhadap hormon insulin. Kadar insulin
yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda, meskipun ada namun tidak
9
cukup untuk kebutuhan sel. Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah
resistensi seluler terhadap efek insulin. Resistensi ini disebabkan oleh
kegemukan, jarang beraktivitas, penyakit lain, obat-obatan dan pertambahan
usia.
10
2.5 Komplikasi
Komplikasi Menurut Black and Hawks (2014), ada 2 (dua) komplikasi yang terjadi pada
Diabetes Mellitus yaitu:
Komplikasi akut antara lain Hiperglikemia: kadar glukosa dalam darah tinggi
dan ketoasidosis diabetic:tingginya kadar keton dalam tubuh akibat dari tubuh
tidak bisa mengubah glukosa menjadi energi, Sindrom hiperglikemia
hyperosmolar nonketosis (HHNK) : kadar gula darah di dalam tubuh
melebihi batas normal dan hipoglikemia : Gula darah rendah.
Komplikasi kronik terdiri dibagi menjadi dua yaitu makrovaskular dan
mikrovaskular.
Komplikasi makrovaskular (Penyakit arteri/ jantung coroner, penyakit
cerebrovascular; mengarah pada penyakit stroke, hipertensi, penyakit
pembuluh perifer atau atreoklerosis yaitu tersumbatnya aliran darah ke tungkai
yang berasal adri jantung/arteri ), komplikasi mikrovaskular (retinopati
diabetic: kebutaan, neuropati diabetic:gangguan syaraf seperti kulit terasa
kebas/mati rasa gatal, nyeri, hingga impotensi pada laki -laki: atau gangguan
11
kesehatan yang membuat seorang pria tidak mampu melakukan ereksi ( ereksi
adalah kondisi ketika tubuh mendapatkan rangsangan seksual sehingga terjadi
peningkatan aliran dara ke penis ) , nefropati diabetic : gagal ginjal).
2.6 Patflodiagram
12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
13
dari anamnesis sering didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria,
polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Keluhan lain yang sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi dan pruritus vulvae. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut:
2.8.1 Pengkajian
14
1. Identitas
a. Kaji nama lengkap pasien untuk data demografi pasien
b. Kaji umur pasien apakah kondisi klines pasien disebabkan
oleh faktor umur atau faktor lainnya.
c. Kaji agama pasien untuk mengetahu pandangan pasien
terkait kondisi klinisnya.
d. Kaji pendidikan pasien untuk mngetahu tingkat kognitif
dan intelektualnya terkait kondisi klinisnya.
e. Kaji Suku/Bangsa dari pasien untuk mengetahui pola
hidup pasien
f. Kaji pekerjaan pasien untuk mengetahui dan mengukur
tingkat ekonominya
g. Kaji Alamat pasien
2. Riwayat Kesehatan
1. Kaji keluhan utama pasien untuk mengetahui tanda dan
gejala awal pasien datang ke fasilitas kesehatan. Biasanya
klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas, luka yang sukar sembuh, sakit kepala, mau
muntah, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
2. Kaji riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui
apakah ada penyakit lain yang diderita
3. Kaji riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah
ada hubungan dengan masalah klinis yang dialami pasien
saat ini biasanya klien DM mempunyai Riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti Infark miokardi
4. Kaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah
ada penyakit menular dan penyakit yang diderita karena
faktor genetik atau tidak
15
5. Pemeriksaan umum :
1) KU : Kaji keadaan umum pasien baik, cukup atau
kurang
2) Kesadaran : Kaji kesdaran pasien apakah dalam
keadaan compos mentis, apatis atau koma.
3) TD : Kaji tekanan darah untuk mengetahui faktor
resiko yang dapat terjadi.
4) Suhu : Kaji suhu badan pasien mungkin mengalami
demam sebagai tanda gejala adanya infeksi
5) Nadi : Kaji denyut nadi pasien yang dihitung dalam
satu menit.
6) Respirasi : Kaji frekuensi pernapasan yang dhitung
dalam satu menit.
7) Rambut : Kaji rambut pasien apakah ada kerontokan,
menilai warna rambut, kelebatan dan karateristik
rambut
8) Wajah : Kaji wajah pasien adakah oedema atau tidak
9) Mata : Kaji konjungtiva pasien apaka anemik atau
tidak anemik, sklera iterik atau tidak iterik
10) Hidung : Kaji keadaan hidung pasien untuk
mengetahui kebersihan hidung, ada polip atau tidak
11) Telinga : Kaji keadaan pasien untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran atau tidak
12) Mulut : Kaji keadaan mulut apakah ada karises,
sersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak.
13) Leher : Kaji keadaan leher apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe atau kelenjar tiroid.
14) Payudara : Kaji keadaan payudara untuk
mengetahui apakah ada pembengkakan, simetris atau
16
tidak, putting susu menonjol atau tidak, ada benjolan
dan nyeri tekan atau tidak
6. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Pengkajian ini dilakukan secara sistematik untuk
mengumpulkan data pasien menggunakan indera
penglihatan, pendengaran, dan penciuman.
(Nursalam. 2014).
2) Palpasi
Teknik palpasi dilakukan untuk meraba apakah
ada nyeri tekan di bagian perut dengan
menggunaka indera peraba. (Nursalam. 2014)
3) Perkusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengetuk tubuh
klien menggunakan jari perawat untuk
memgetahui lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsistensi jaringan. (Jannah. 2011).
4) Aulkustasi
Teknik ini dilakukan untuk mendengar adanya
bisinh usus atau tidak pada perut dengan
menggunakan alat bantu yaitu stetoskop.
(Sulistyawati.2013
3. Data Sosial
Kaji status ekonomi pasien serta adat dan kebudayaan yang
dianut pasien.
4. Data Spiritual
Kaji status agama atau kepercayaan yang dianut pasien.
5. Data Psikologis
Kaji perasaan pasien setelah mengetahui penyakitnya.
6. Pola kebiasaan sehari hari
17
Kaji kebiasaan klien selama melakukan aktivitas, apakah ada
gangguan atau tidak
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar gula darah
2.8.3 Intervensi
18
2. Managemen Nyeri
3. Terapi Aktivitas
4. Pencegahan infeksi
2.8.4 Implementasi
2.8.5 Evaluasi
19
yang bertujuan agar pasien dapat mencapai kesehatan yang optimal (Natasia,
2014).
1. Tahap Pertama
Discharge planning dilakukan sejak pasien masuk ke rumah sakit sebagai
langkah awal. Tahap ini dimulai sejak 24 jam klien masuk rumah sakit
dengan melakukan asuhan keperawatan.
2. Tahap Kedua
Selama pasien di rawat inap, tahap kedua diberikan untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawatan pada diri klien.
Selama mendapatkan perawatan, klien dengan penyakit DM diberikan
pendidikan tentang penyakit DM, Hasil tes laboratorium, tanda dan gejala
yang sering terjadi dan harus sangat diperhatikan, serta dukungan yang
dibutuhkan oleh klien dan keluarga, informasi tentang sumber-sumber
pelayanan kesehatan di masyarakat seperti puskesmas dan klinik 24 jam
20
dan siapa yang dapat dihubungi saat terjadi kegawatdaruratan (Wexler et
al, 2012 ; Astuti et al, 2016
3. Tahap Ketiga
Tahap ketiga diberikan setelah pasien diizinkan keluar dari rumah
sakit dan melakukan perawatan dirumah selama periode 2 bulan.Di bulan
pertama pasien melakukan konseling panggilan telepon seminggu sekali
dan kunjungan dilakukan setiao dua minggu untuk memantau kemampuan
pasien dalam mengontrol glukosa dan pemberian insulin di rumah.
(Normilus et al, 2019 ; Rostami et al, 2016 ; Dehnabi et al, 2018).
BAB III
STUDI KASUS
21
1.1. Gambaran Kasus
Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
luka di bagian belakang kaki dengan luas 15 cm, kondisi klien lemah, GDS 350
mg/dl, ada demam dengan suhu tubuh 39 C, nadi 86 kali/menit, frekuensi nafas
23 kali/menit. tekanan darah 160/90 mmHg. Selama dirawat pasien mengalami
penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 minggu, dan mengeluh mual muntah.
1.2. Pengkajian
1.2.1. Identitas Pasien
Nama :Tn. A.Y
Umur :55 thn
Jenis kelamin :laki-laki
Pendidikan : Kaji riwayat pendidikan pasien
Status Perkawinan : Kaji status pasien
Agama : Kaji agama atau kepercayaan yang dianut pasien
Suku : Kaji suku dan budaya pasien
Alamat : Kaji tempat tinggal pasien
22
- Klien tampak lemah dan tidak bisa melakukan aktivitas
karena mengalami mual dan muntH.
- Klien tampak demam dengan suhu 39 C, karena adanya luka
dibagian belakang kaki dengan luas 15 cm.
- GDS : 350 mg/ ds.
- TTV : nadi 86 kali/menit, RR 23 kali/menit, tekanan darah
160/90 mmHg.
Ds :
23
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Kaji keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji pola nutrisi dan metabolik klien sebelum sakit apakah
sudah terpenuhi, kurang atau terlalu berlebihan sehingga
menimbulkan penyakit baru.
Do :
- Observasi pola nutrisi dan metabolik pasien
3. Pola Eliminasi
- Kaji keadaan sebelum sakit :
Ds :
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
- Kaji keadaan sejak sakit :
Ds :
24
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
Do :
- Observasi keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan,
kaji frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Observasi keadaan klien apakah sering buang air kecil
dengan frekuensi yang berlebihan dan sering buang air kecil
pada malam hari.
25
- Klien tampak sulit berjalan karena adanya luka dibagian
belakang kaki dengan luas 15 cm
- Tekanan darah klien 160/90 mmHg, p; 23x/mnt
26
- Keadaan sejak sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien apakah luka di kaki mengalami mati
rasa atau terasa nyeri, adakah gangguan penglihatan
Do :
- Observasi keadaan klien yang menjadi tanda dan gejala
riwayat penyakit sekarang
27
- Keadaan sejak sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien dengan keluarga inti mengenai riwayat
penyakit yang diderita
- Kaji perasaan klien mengenai penyakit yang berhubungan
dengan luka diabetikum
Do :
- Observasi hubungan keluarga dalam mensupport klien
- Observasi apakah klien tampak menarik dirinya dari
lingkungan masyrakat karena luka diabetikum
28
Ds :
- Kaji keadaan klien selama sehat apakah ada hal yang
mengganggu sehingga menimbulkan stres berlebihan
Do :
- Observasi perilaku klien
29
Do :
- Observasi klien tampak marah dan menyalahkan Tuhan
atau tidak dalam menerima penyakitnya
- Observasi keadaan klien apakah mengalami penurunan
fungsi tubuh serta luka pada kaki menghambat klien
untuk beribadah
30
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
Pada thorax dan pernapasan
- Inspeksi : Kaji bentuk thoraks, retraksi interkostal, sianosis
dan stridor
- Palpasi : Kaji vocal premitus, Kaji krepitasi
- Perkusi : Kaji adanya suara sonor, redup atau pekak dan
lokasinya
- Auskultasi : Kaji suara napas, suara ucapan, suara tambahan
8. Pemeriksaan jantung
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
- Inspeksi : Kaji Ictus cordis
- Palpasi : Kaji Ictus Cordis
- Perkusi : Kaji batas atas jantung, bawah jantung, kanan
jantung dan kiri jantung
- Auskultasi : Kaji bunyi jantung II A, II P, I T, 1 M, III irama
gallop
9. Pemeriksaan abdomen
Kaji secara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi
10. Pemeriksaan integuinal, genetalia, anus
- Kaji peristaltik usus
- Palpasi kandung kemih ( penuh/kosong)
- Kaji nyeri ketuk ginjal (positif/negatif)
- Kaji mulut uretra
- Kaji anus ada peradangan, hemoroid atau fistula
11. Pemeriksaan musculoskeletal
- Kaji postur tubuh
- Kaji gaya jalan
- Kaji anggota gerak yang cacat
- Kaji fiksasi
31
- Kaji atrofi otot (positif/negatif)
- Kaji rentang gerak pasien (kaku sendi, nyeri sendi,
fraktur, parese, paralisis)
- Uji kekuatan otot
Nilai 5 : Kekuatan penuh
Nilai 4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : Mampu menahan tegak tapi tidak mampu
melawan tekanan
Nilai 2 : Mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan
sedikit gerakan
Nilai 0 : Tidak ada kontraksiotot, tidak mampu bergerak
- Kaji clubing jari-jari
- Kaji varises tungkai
- Kaji columna vetebralis : inspeksi lordosis,kiposis,
skoliosis
12. Pemeriksaan ekstremitas
- Terdapat luka terbuka seluas 15 cm di belakang kaki
32
1. Ds : Ketidakstabilan Sel B di pankreas
- Pasien mengeluh mual dan Kadar Glukosa terganggu
muntah Darah b/d resistensi
- badan terasa lemah insulin Defisit Insulin
Gangguan integritas
kulit/jaringan
33
1.4. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d resistensi insulin
2. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penururnan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
34
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasionalis
etidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia Tindakan
lukosa Darah b/d Disfungsi keperawatan, diharapkan Tindakan : Observasi
ankreas ketidakstabilan kadar Observasi 1. Untuk
glukosa darah meningkat 1. Identifikasi kemungkinan menget
S: Dengan kriteria hasil: penyebab hiperglikemia penyeb
- Lelah dan lesu 1. Pusing menurun 2. Identifikasi situasi yang kemung
O: 2. Lelah lesuh menurun menyebabkan kebutuhan terjadin
- Kadar glukosa dalam 3. Mulut kering insulinmeningkat (misalnya hipergl
darah/urine tinggi menurun penyakit kambuhan) 2. Untuk
4. Rasa haus menurun 3. Monitor kadar glukosa darah menget
5. Kadar glukosa dalam 4. Monitor tanda dan gejala penyeb
darah membaik hiperglikemia kemung
6. Kadar glukosa dalam 5. Monitor intake dan output tubuh
urine membaik cairan membu
6. Monitor keton urine, kadar insulin
analisa gas 3. Untuk
darah,elektrolit,tekanan darah menget
ortostatik dan frekuensi nadi memon
Terapeutik kadar
1. Berikan asupan cairan oral supaya
2. Konsultasi dengan medis jika terkont
tanda dan gejala 4. Untuk
hiperglikemia tetap ada atau menget
memburuk dan g
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipergl
hipotensi ortostatik 5. Untuk
menget
Edukasi mengon
35
1. Anjurkan menghindari asupan
olahraga saat kadar glukosa yang k
darah lebih dari 250 mg/dL masuk
2. Anjurkan monitor kadar kebutuh
glukosa darah secara mandiri di dal
3. Anjurkan kepatuhan terhadap seimba
diet dan olahraga 6. Untuk
4. Ajarkan indikasi dan menget
pentingnya pengujian keton memon
urine tanda
5. Ajarkan pengelolaan diabetes dari
polifag
Kolaborasi polidip
1. Kolaborasi pemberian insulin Monito
2. Kolaborasi pemberian cairan tekanan
3. Kolaborasi pemberian kalium dan
nadi
Monito
analisa
adakah
metabo
Terapeutik
1. Untuk m
dan
intake cai
tubuh
2. Pantau t
gejala hip
36
3. Mennganj
klien
posisi dud
dahulu ba
Edukasi
1. Agar kl
merasa l
sering bua
2. Agar
mengetahu
glukosa
dapat
mengenda
kadar gluk
darah
3. Agar pas
pada d
olahraga
4. Agar
melakukan
pemeriksa
ketonuria.
5. Agar
mengetahu
penggunaa
obat oral
asupan
pengganti
37
karbohidra
Kolaborasi
1. Untuk me
kadar
dalam dar
2. Untuk
menggant
cairan ya
dari tubu
ada gejala
muntah,
buang air
3. Untuk m
resiko
dan
jantung.
s Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas kulit Tindakan :
keperawatan, diharapkan Tindakan : Observasi
integritas kulit atau jaringan Obseservasi 1. Mendetek
- (Tidak tersedia) meningkat, 1. Identifikasi penyebab penyebab
o: Dengan kriteria hasil: gangguan integritas kulit (mis. tindakan y
- Kerusakan jaringan 1. Perfusi jaringan Perubahan sirkulasi, perubahan diberikan
dan/lapisan kulit meningkat status nutrisi, penurunan perawatan
2. Kerusakan jaringan kelembapan, suhu lingkungan jaringan k
menurun ekstrem, penurunan mobilitas) terdapat l
3. Kerusakan lapisan
kulit menurun Terapeutik Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika 1. Untuk me
38
tirah baring tekanan p
2. Lakukan pemijatan pada area yang luka
penonjolan tulang, jika perlu 2. Untuk
3. Gunakan produk berbahan memperla
petrolium atau minyak pada aliran dar
kulit kering 3. Untuk me
4. Gunakan produk berbahan kelembap
ringan/alami dan hipoalergik sekitar are
pada kulit sensitif luka
5. Hindari produk berbahan 4. Untuk me
dasar alkohol pada kulit terjadinya
kering spada kul
5. Untuk me
Edukasi kekeringa
1. Anjurkan menggunakan kulit
pelembap (mis. Lotion,
serum) Edukasi
2. Anjurkan minum yang cukup 1. Untuk me
3. Anjurkan meningkatkan kelembap
asupan nutrisi agar tidak
4. Anjurkan meningkatkan kekeringa
asupan buah dan sayur 2. Untuk me
5. Anjurkan menghindari penyembu
terpapar suhu ekstrem meningka
6. Anjurkan menggunakan tabir darah ke l
surya SPF minimal 30 saat 3. Untuk
berada diluar rumah meningka
7. Anjurkan mandi dan metabolis
menggunakan sabun kesehatan
39
secukupnya terutama
terdapat l
4. Untuk me
pengering
luka
5. Untuk me
kulit yang
luka meng
iritasi
6. Menganju
pemakaia
surya untu
memudar
luka
7. Untuk me
infeksi
mikroorg
pada kulit
BAB IV
PENELITIAN PENATALAKSANAAN DM
40
Nama Penulis : Prof. dr. Slamet Suyono, SpPD-KEMD
41
Diabetes Melitus Terkini --Prinsip Pengobatan Diabetes,
Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral -- Prinsip dan Strategi
Edukasi Diabetes -- Edukator Diabetes di Indonesia : Ruang
Lingkup dan Standar Kerja -- Obat Hipoglikemik Oral dan
Insulin -- Diabetes Melitus : Mekanisme Dasar dan
Pengelolaannya yang Rasional -- Diabetes Melitus, Penyakit
Kronik dan Pencegahannya -- Penatalaksanaan Gizi pada
Diabetasol Melitus -- Bagaimanakan Perencanaan Makan pada
Penyandang Diabetes -- Olahraga bagi Diabetisi -- Manfaat
Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes -- Teknik
Penyuluhan Diabetes Melitus -- Komplikasi Akut Diabetes
Melitus -- Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus --
Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Anak -- Sistem
Pelayanan Rujukan di Puskesmas -- Pelayanan Dasar
Penanganan Diabetes Melitus di Puskesmas -- Penatalaksanaan
Diabetes dengan Pendekatan Keluarga -- Organisasi Diabetes di
Indonesia -- Apa itu Diabetes : Patofisiologi, Gejala dan Tanda
-- Kebijakan Departemen Kesehatan dalam Pengendalian
Diabetes Melitus di Indonesia -- Rumor tentang Insulin, mana
yang benar, mana yang salah? -- Perjalanan dan Hari-hari Sakit
pada Penyandang Diabetes -- Perawatan Kaki Diabetes --
Penyandang Diabetes yang Berpuasa di Bulan Ramadhan --
Stres Emosional pada Penyandang Diabete
BAB V
PENUTUP
42
1.5. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah pada Tn.A.Y dengan menggunakan proses keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi bahwa :
1. Berdasarkan hasil pengkajian Tn. B didapatkan klien mengatakan lemas,
mual dan muntah, GDS : 350 mg/dl, terdapat luka di belakang kaki seluas
15 cm, demam dengan suhu 39 C, TD: 160/90 mmHg
2. Masalah keperawatan yang diperoleh sesuai dengan pengkajian :
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d resistensi insulin dan Resiko
tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penururnan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi
DAFTAR PUSTAKA
Yulia Linda, Pahria Tuti , and Pebrianti Sandra. ‘”Pelaksanaan discharge planning
pada pasien diabetes melitus. Jurnal Kesehatan Vol. 14, no 4, 1999,p. 1. Studi
43
literatu. Askes 20 feb 2023.
DEWI, A. O., Abi Muhlisin, S. K. M., & Kep, M. (2014). Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. D Dengan Masalah Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus Pada
Ny. S Di Desa Ringin Harjo, Gumpang, Kartosuro, Sukoharjo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Yulia, L., Pahria, T., & Pebrianti, S. (2020). Pelaksanaan discharge planning pada
pasien diabetes melitus: Studi literatur. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(4), 503-521.
S.Kep, N. T., S.Kep, N. R., & S.Kep, D. W. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
44
45