Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABATES MELITUS

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1 Keperawatan 2021 G

Rosalia Asri

Kristina Duwul

Yuliana Enjelina Nur

Maria Delsiana

Arnoldus Warsi

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

TAHUN AJARAN GENAP 2022/2023


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 2

BAB 1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN 4

1.1 Anatomi Endokrin 4

1.2 Fisiologi Endokrin 5

BAB II KONSEP TEORI 7

2.1 Definisi7

2.2 Etiologi7

2.3 Patofisiologi 9

2.4 Manifestasi klinis 10

2.5 Komplikasi 10

2.6 Patoflodiagram 12

2.7 Pemeriksaan Diagnostik 13

2.8 Asuhan Keperawatan (Teori) 14

2.8.1 Pengkajian 14

2.8.2 Diagnosa Keperawatan 17

2.8.3 Intervensi Keperawatan 17

2.8.4 Implementasi 18

2.8.5Evaluasi 18

2.9 Discharge Planning 18

BAB III STUDI KASUS 21

3.1 Kasus 21

3.2 Pengkajian 21

3.2.1 Pengkajian 21

2
3.2.2 Pengkajian Pola Kesehatan 21

3.2.3 Pemeriksaan Fisik 29

3.3.4 Pemeriksaan Penunjang 31

3.3 Analisa data 33

3.4 Diagnosa 34

3.5 Intervensi 35

BAB IV PENELITIAN PENATALAKSANAAN DM 41

BAB V PENUTUP 43

5.1 Kesimpulan 43

Daftar Pustaka 44

3
BAB I

ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR PANKREAS

1.1. Anatomi Pankreas


Kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau langerhans yang
menghasilkan hormon. Sel-sel pulau langerhans tersusu atas sel alfa yang
menghasilkan hormon glukagon, sel beta yang menghasilkan insulin, sel delta
yang menghasilkan somastotin atau growht hormon inhibiting hormon (GH-IH)
dan sel F yang menghasilkan polipeptida pankreatik
Pankreas adalah kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Organ ini
berbentuk pipih dengan panjang sekitar 12,5-15 cm (5-6 in.), pankreas berlokasi
dilekukan duodenum, bagian pertama dari usus kecil, dan terdiri dari kepala,
tubuh, dan ekor. (Nugroho, 2015)

Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang glaster


didalam ruang 25 retroperitonial. Disebelah kiri ekor prankreas mencapai
hiluslinpa diarah kronio dorsal dan bagian kiri atas kaput prankreas
dihubungkan dengan corpus oleh leher prankreas yaitu bagian prankreas yang
lebar biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika superior berada

4
dibagian kiri prankreas ini disebut processus unsinatis prankreas, (Varena,
2019).

1.2. Fisiologi Pankreas

Pankreas sering disebut dengan organ rangkap karena mempunyai 2


fungsi yaitu sebagai kelenjer eksokrin dan kelenjer endokrin.Fungsi eksokrin
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis
protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan endokrin menghasilkan hormon
insulin dan glukagon yang memegang peranan penting pada metabolisme
karbohidrat.Kelenjer prankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam
tubuh berupa hormon hormon yang disekresikan oleh sel-sel di pulau
langerhans. Hormon ini dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang
merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan hormon yang dapat
meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.

Pankreas menurut bentuknya :

a. Kepala (kaput) merupakan bahagian paling besar terletak di sebelah kanan


umbilical dalam lekukan duodenum.
b. Badan (korpus) merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah
lambung dan depan vertebra lumbalis pertama
c. Ekor (kauda) adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh limpa

a. Hormon Glukagon
Molekul glukagon merupakan polipeptida rantai lurus yang mengandung residu
asam amino.Sasaran utama glukagon adalah hati, yaitu dengan mempercepat
konversi glikogen dalam hati dan nutrisi seperti asam amino, gliserol, dan asam
laktat menjadi glukosa (glukeogenesis). Ketika gula darah menutun maka akan
merangsang sel-sel alfa untuk mensekresi glukagon , demikian juga sebaliknya

5
jika gula darah meningkat maka produksi glukagon akan dihambat. Secara
umum fungsi dari glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa,
mensintesis glukosa dari asam laktat dan dari molekul non karbohidrat seperti
asam lemak dan asam amino serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel
hati.

b. Hormon insulin
Hormon ini dihasilkan oleh sel beta pulau langerhans pada pankreas,
merupakan hormon peptida yang tersusun oleh dua rantai asam amino yaitu
rantai A dan rantai B dan dihubungkan melalui jembatan disulfida. Insulin
dibentuk di retikulum endoplasma sel B, kemudian dipindahkan ke apparatus
golgi selanjutnya ke membran plasma dan akan melintasi lamina basalis sel B
serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori untuk mencapai aliran darah.
Insulin diproduksi dalam jumlah sedikit dan meningkat ketika makan dicerna.
Fungsi insulin adalah memfasilitasi dan mempromosikan transport
glukosa melalui membran plasma sel dalam jaringan tertentu seperti pada
jaringan otot dan adipose. Peningkatan kadar insulin mempunyai efek pada
penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia), jika kadar insulin rendah
mengakibatkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) seperti pada
penyakit Diabetes Mellitus.

6
BAB II

KONSEP DIABETES MELLITUS (TEORI)

1.1. Definisi
Diabetes Mellitus adalah penyakit kencing manis yang diderita seseorang
seumur hidup(Lestari, Zulkarnain, & Sijid, 2021). Diabetes merupakan penyakit
kronis yang mengganggu sistem metabolisme dengan tanda dan gejala kadar
gula dalam darah meningkat (Kemenkes,2020). Menurut World Health
Organization (WHO), Diabetes Melitusadalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh pankreas gagal memproduksi insulin
atau terjadi resistensi insulin.

1.2. Etiologi Diabetes Mellitus

Banyak faktor yang dapat terlibat dalam proses yang berhubungan


dengan resistensi insulin, termasuk gaya hidup seperti obesitas, kurangnya
olahraga, peningkatan diet tinggi lemak dan kurang serat, usia, serta faktor
genetik. Penyakit DM disebabkan oleh beberapa hal seperti kelenjar pankreas
sama sekali tidak dapat memproduksi hormon insulin. Biasanya terjadi pada DM
tipe I, dimana sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun
sehingga menyebabkan hormon insulin tidak dapat diproduksi,akibatnya glukosa
di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan
hiperglikemia atau glukosa darah menumpuk dan meningkat di dalam darah.
Menurut Nurarif & Hardhi, (2015) dalam (Raharjo, 2018) etiologi diabetes
mellitus, yaitu :

7
1. Faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri tetapi mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic
kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung
jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya
2. Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu
respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
3. Faktor lingkungan. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β
pancreas, sebagai contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destuksi sel β pancreas.

Sedangkan pada DM tipe II, jaringan sel mengalami resistensi


insulin.Sel tidak dapat peka terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat bekerja
pada sel yang akhirnya juga menyebabkan hiperglikemia atau glukosa
meningkat di dalam darah.Kekurangan insulin juga dapat mengganggu
metabolisme protein dan lemak, yang menyebabkan penurunan berat badan. Jika
terjadi kekurangan insulin, kelebihan protein dalam darah yang bersirkulasi tidak
akan disimpan di jaringan. Dengan tidak adanya insulin, semua aspek
metabolisme lemak akan meningkat pesat. Biasanya hal ini terjadi di antara
waktu makan, saat sekresi insulin minimal, namun saat sekresi insulin
mendekati, metabolisme lemak pada DM akan meningkat secara signifikan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah pembentukan glukosa dalam
darah, diperlukan peningkatan jumlah insulin yang disekresikan oleh sel beta
pankreas. Pada penderita gangguan toleransi glukosa, kondisi ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan tetap pada level normal
atau sedikit meningkat. Namun, jika sel beta tidak dapat memenuhi permintaan

8
insulin yang meningkat, maka kadar glukosa akan meningkat dan diabetes tipe II
akan berkembang.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,


diantaranya adalah:

1. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)


2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik

1.3. Patofisiologi

Pada DM tipe I terjadi akibat kurangnya hormon insulin untuk


mengantar glukosa masuk ke dalam jaringan sel. Akibatnya, terjadi
penumpukan glukosa dalam darah meningkat yang disebut
hiperglikemia.Peningkatan volume darah meningkatkan aliran darah ke ginjal
dan hiperglikemia bertindak sebagai diuretik osmosis.Diuretik osmosis
meningkatkan frekuensi urine yang disebut poliuri. Kemudian kadar gula darah
melebihi batas normal yang diekskresikan ke dalam urine disebut glukosasuria,
Penurunan volume intraseluler dan peningkatan urine menyebabkan dehidrasi,
mulut menjadi kering, sering haus dan disebut polidipsia. Glukosa yang tidak
dapat masuk kedalam sel menyebabkan penderitanya mengalami penurunan
energi sehingga akan membuat nafsu makan bertambah yang disebut polifagia.
Walaupun nafsu makan bertambah, berat badan akan tetap mengalami
penurunan karena saat tubuh banyak kehilangan air, protein dan lemak akan
dipecahkan untuk membentuk energi. Orang dengan DM tipe 1 membutuhkan
sumber insulin eksternal seumur hidup.

Pada DM tipe 2, sel tidak peka aterhadap hormon insulin. Kadar insulin
yang dihasilkan pada DM tipe 2 berbeda-beda, meskipun ada namun tidak

9
cukup untuk kebutuhan sel. Faktor utama perkembangan DM tipe 2 adalah
resistensi seluler terhadap efek insulin. Resistensi ini disebabkan oleh
kegemukan, jarang beraktivitas, penyakit lain, obat-obatan dan pertambahan
usia.

1.4. Manifestasi Klinik

Diabetes Melitus seringkali muncul tanpa gejala, namun seringkali


penderita mengalami gejala poliuri, polidipsia, dan polifagia. Muncul juga
keluhan penglihatan kabur, kesemutan pada kaki dan tangan, dan berat badan
menurun.
1. Pada DM Tipe I gejala khas adalah poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, cepat merasa lelah (fatigue), iritabilitas, dan
pruritus (gatal-gatal pada kulit).
2. Pada DM Tipe 2 gejala yang dikeluhkan umumnya hampir tidak ada.
DM Tipe 2 seringkali muncul tanpa diketahui, dan penanganan baru
dimulai beberapa tahun kemudian ketika penyakit sudah berkembang
dan komplikasi sudah terjadi. Penderita DM Tipe 2 umumnya lebih
mudah terkena infeksi, sukar sembuh dari luka, daya penglihatan makin
buruk, dan umumnya menderita hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, dan
juga komplikasi pada pembuluh darah dan syara

10
2.5 Komplikasi

( JURNAL :ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES


MELITUS TIPE 2

Dilla Rachmatul Khoir ¹, Hertuida Clara²)

Komplikasi Menurut Black and Hawks (2014), ada 2 (dua) komplikasi yang terjadi pada
Diabetes Mellitus yaitu:

Komplikasi akut dan komplikasi kronik.

 Komplikasi akut antara lain Hiperglikemia: kadar glukosa dalam darah tinggi
dan ketoasidosis diabetic:tingginya kadar keton dalam tubuh akibat dari tubuh
tidak bisa mengubah glukosa menjadi energi, Sindrom hiperglikemia
hyperosmolar nonketosis (HHNK) : kadar gula darah di dalam tubuh
melebihi batas normal dan hipoglikemia : Gula darah rendah.
 Komplikasi kronik terdiri dibagi menjadi dua yaitu makrovaskular dan
mikrovaskular.
Komplikasi makrovaskular (Penyakit arteri/ jantung coroner, penyakit
cerebrovascular; mengarah pada penyakit stroke, hipertensi, penyakit
pembuluh perifer atau atreoklerosis yaitu tersumbatnya aliran darah ke tungkai
yang berasal adri jantung/arteri ), komplikasi mikrovaskular (retinopati
diabetic: kebutaan, neuropati diabetic:gangguan syaraf seperti kulit terasa
kebas/mati rasa gatal, nyeri, hingga impotensi pada laki -laki: atau gangguan

11
kesehatan yang membuat seorang pria tidak mampu melakukan ereksi ( ereksi
adalah kondisi ketika tubuh mendapatkan rangsangan seksual sehingga terjadi
peningkatan aliran dara ke penis ) , nefropati diabetic : gagal ginjal).

2.6 Patflodiagram

12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik

Macam pemeriksaan diabetes melitus yang dapat dilakukan yaitu:


pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS), pemeriksaan gula darah puasa (GDP),
pemeriksaan gula darah 2 jam prandial (GD2PP), pemeriksaan hBa1c,
pemeriksaan toleransi glukosa oral (TTGO). Menurut Widodo (2014), bahwa

13
dari anamnesis sering didapatkan keluhan khas diabetes berupa poliuria,
polidipsi, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Keluhan lain yang sering disampaikan adalah lemah badan, kesemutan, gatal,
mata kabur, disfungsi ereksi dan pruritus vulvae. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut:

1. Gula darah puasa > 126 mg/dl

2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl

3. Gula darah acak > 200 mg/dl.

Acuan ini berlaku di seluruh dunia, dan di Indonesia,

(Departemen Kesehatan RI) juga menyarankan untuk mengacu pada


ketentuan tersebut. Kemudian cara diagnosis yang lain adalah dengan
mengukur HbA1c > 6,5% 6. Pradiabetes adalah penderita dengan kadar
glukosa darah puasa antara 100 mg/dl sampai dengan 125 mg/dl (IFG); atau 2
jam puasa antara 140 mg/dl sampai dengan 199 mg/dl (IGT), atau kadar A1C
antara 5,7– 6,4% 6,7”. Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita
diabetes melitus yaitu dengan terapi insulin, mengonsumsi obat diabetes,
mencoba pengobatan alternatif, menjalani operasi dan memperbaiki life style
(pola hidup sehat) dengan memakan makanan yang bergizi atau sehat, olahraga.

2.8 Asuhan Keperawatan (Teori)

2.8.1 Pengkajian

Saat melakukan pengkajian pada pasien DM, langkah pertama adalah


mengumpulkan informasi yang akurat sesuai kondisi klinis pasien baik
data subjektif dan data objektif seperti:

14
1. Identitas
a. Kaji nama lengkap pasien untuk data demografi pasien
b. Kaji umur pasien apakah kondisi klines pasien disebabkan
oleh faktor umur atau faktor lainnya.
c. Kaji agama pasien untuk mengetahu pandangan pasien
terkait kondisi klinisnya.
d. Kaji pendidikan pasien untuk mngetahu tingkat kognitif
dan intelektualnya terkait kondisi klinisnya.
e. Kaji Suku/Bangsa dari pasien untuk mengetahui pola
hidup pasien
f. Kaji pekerjaan pasien untuk mengetahui dan mengukur
tingkat ekonominya
g. Kaji Alamat pasien

2. Riwayat Kesehatan
1. Kaji keluhan utama pasien untuk mengetahui tanda dan
gejala awal pasien datang ke fasilitas kesehatan. Biasanya
klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
esktremitas, luka yang sukar sembuh, sakit kepala, mau
muntah, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan
bingung.
2. Kaji riwayat kesehatan sekarang untuk mengetahui
apakah ada penyakit lain yang diderita
3. Kaji riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah
ada hubungan dengan masalah klinis yang dialami pasien
saat ini biasanya klien DM mempunyai Riwayat
hipertensi, penyakit jantung seperti Infark miokardi
4. Kaji riwayat kesehatan keluarga untuk mengetahui apakah
ada penyakit menular dan penyakit yang diderita karena
faktor genetik atau tidak

15
5. Pemeriksaan umum :
1) KU : Kaji keadaan umum pasien baik, cukup atau
kurang
2) Kesadaran : Kaji kesdaran pasien apakah dalam
keadaan compos mentis, apatis atau koma.
3) TD : Kaji tekanan darah untuk mengetahui faktor
resiko yang dapat terjadi.
4) Suhu : Kaji suhu badan pasien mungkin mengalami
demam sebagai tanda gejala adanya infeksi
5) Nadi : Kaji denyut nadi pasien yang dihitung dalam
satu menit.
6) Respirasi : Kaji frekuensi pernapasan yang dhitung
dalam satu menit.
7) Rambut : Kaji rambut pasien apakah ada kerontokan,
menilai warna rambut, kelebatan dan karateristik
rambut
8) Wajah : Kaji wajah pasien adakah oedema atau tidak
9) Mata : Kaji konjungtiva pasien apaka anemik atau
tidak anemik, sklera iterik atau tidak iterik
10) Hidung : Kaji keadaan hidung pasien untuk
mengetahui kebersihan hidung, ada polip atau tidak
11) Telinga : Kaji keadaan pasien untuk mengetahui
adanya gangguan pendengaran atau tidak
12) Mulut : Kaji keadaan mulut apakah ada karises,
sersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak.
13) Leher : Kaji keadaan leher apakah ada
pembengkakan kelenjar limfe atau kelenjar tiroid.
14) Payudara : Kaji keadaan payudara untuk
mengetahui apakah ada pembengkakan, simetris atau

16
tidak, putting susu menonjol atau tidak, ada benjolan
dan nyeri tekan atau tidak
6. Pemeriksaan abdomen
1) Inspeksi
Pengkajian ini dilakukan secara sistematik untuk
mengumpulkan data pasien menggunakan indera
penglihatan, pendengaran, dan penciuman.
(Nursalam. 2014).
2) Palpasi
Teknik palpasi dilakukan untuk meraba apakah
ada nyeri tekan di bagian perut dengan
menggunaka indera peraba. (Nursalam. 2014)
3) Perkusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengetuk tubuh
klien menggunakan jari perawat untuk
memgetahui lokasi, ukuran, bentuk, dan
konsistensi jaringan. (Jannah. 2011).
4) Aulkustasi
Teknik ini dilakukan untuk mendengar adanya
bisinh usus atau tidak pada perut dengan
menggunakan alat bantu yaitu stetoskop.
(Sulistyawati.2013
3. Data Sosial
Kaji status ekonomi pasien serta adat dan kebudayaan yang
dianut pasien.
4. Data Spiritual
Kaji status agama atau kepercayaan yang dianut pasien.
5. Data Psikologis
Kaji perasaan pasien setelah mengetahui penyakitnya.
6. Pola kebiasaan sehari hari

17
Kaji kebiasaan klien selama melakukan aktivitas, apakah ada
gangguan atau tidak
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar gula darah

2.8.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan


data objektif yang sudah diperoleh dari proses pengkajian guna
menegakan diagnosa keperawatan pasien sesuai tanda dan gejala pasien.
Tahap ini dilakukan secara kritis dan kompleks dari data yang diberikan
pasien, keluarga pasien, dan perawat.(Ambarwati dan Wulandari. 2010).
Diagnosa Keperawatan sesuai SDKI :
1. Ketidakstabilan gula darah berhubungan dengan resistensi insulin
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera fisik
3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit
4. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan imobilitas

2.8.3 Intervensi

Perencanaan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan penentuan


langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritasnya, perumusan
tujuan, rencana tindakan dan penilaian asuhan keperawatan pada klien
berdasarkan analisis data dan diagnosa keperawatan (Dinarti dan
Mulyanti, 2017).
1. Managemen Hiperglikemia

18
2. Managemen Nyeri
3. Terapi Aktivitas
4. Pencegahan infeksi

2.8.4 Implementasi

Pelaksanaan/implementasi keperawatan merupakan tahap proses


keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan
langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter & Perry. 2016).

2.8.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langka proses keperawatan yang memungkinkan


perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry. 2016).

2.9 Discharge Planning

Pelaksanaan discharge planning pada pasien diabetes melitus: Studi literatur

Linda Yulia, Hj. Tuti Pahria, Sandra Pebrianti*

Discharge planning merupakan program pemberian pendidikan kesehatan pada


pasien dan keluarga pada saat sebelum dan sesudah pasien keluar dari rumah sakit

19
yang bertujuan agar pasien dapat mencapai kesehatan yang optimal (Natasia,
2014).

Discharge planning bermanfaat dalam mengurangi jumlah kunjungan ulang ke


rumah sakit dengan keluhan yang sama dan bahkan dapat mengurangi tingkat
komplikasi (Graham et al, 2013). Discharge planning juga dapat mengurangi LOS
(durasi menginap) dan biaya perawatan (Wrobleski et al, 2014). Setelah diberikan
discharge planning 87,5% pasien DM mempunyai tingkat kesiapan yang baik
dalam menghadapi proses pemulangan (Fitri,2020). Pemberian discharge planning
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan perawatan diri pada
pasien DM yang lebih baik (Astuti, Suhartono, & Sulisno 2016

Program discharge planning yang efisien harus dilakukan secara bertahap


untuk membantu pasien dan keluarga mempersiapkan keterampilan mengelola
diri mereka sendiri setelah keluar dari rumah sakit (Rostami et al., 2016;
Jannah et al., 2019). Tahapan discharge planning terdiri dari:

1. Tahap Pertama
Discharge planning dilakukan sejak pasien masuk ke rumah sakit sebagai
langkah awal. Tahap ini dimulai sejak 24 jam klien masuk rumah sakit
dengan melakukan asuhan keperawatan.

2. Tahap Kedua
Selama pasien di rawat inap, tahap kedua diberikan untuk
meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawatan pada diri klien.
Selama mendapatkan perawatan, klien dengan penyakit DM diberikan
pendidikan tentang penyakit DM, Hasil tes laboratorium, tanda dan gejala
yang sering terjadi dan harus sangat diperhatikan, serta dukungan yang
dibutuhkan oleh klien dan keluarga, informasi tentang sumber-sumber
pelayanan kesehatan di masyarakat seperti puskesmas dan klinik 24 jam

20
dan siapa yang dapat dihubungi saat terjadi kegawatdaruratan (Wexler et
al, 2012 ; Astuti et al, 2016
3. Tahap Ketiga
Tahap ketiga diberikan setelah pasien diizinkan keluar dari rumah
sakit dan melakukan perawatan dirumah selama periode 2 bulan.Di bulan
pertama pasien melakukan konseling panggilan telepon seminggu sekali
dan kunjungan dilakukan setiao dua minggu untuk memantau kemampuan
pasien dalam mengontrol glukosa dan pemberian insulin di rumah.
(Normilus et al, 2019 ; Rostami et al, 2016 ; Dehnabi et al, 2018).

BAB III

STUDI KASUS

21
1.1. Gambaran Kasus

Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan keluhan
luka di bagian belakang kaki dengan luas 15 cm, kondisi klien lemah, GDS 350
mg/dl, ada demam dengan suhu tubuh 39 C, nadi 86 kali/menit, frekuensi nafas
23 kali/menit. tekanan darah 160/90 mmHg. Selama dirawat pasien mengalami
penurunan berat badan 8 Kg dalam 1 minggu, dan mengeluh mual muntah.

1.2. Pengkajian
1.2.1. Identitas Pasien
Nama :Tn. A.Y
Umur :55 thn
Jenis kelamin :laki-laki
Pendidikan : Kaji riwayat pendidikan pasien
Status Perkawinan : Kaji status pasien
Agama : Kaji agama atau kepercayaan yang dianut pasien
Suku : Kaji suku dan budaya pasien
Alamat : Kaji tempat tinggal pasien

1.2.2. Pengkajian Pola Kesehatan


1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
- Keluhan Utama
Ds :
- Klien mengeluh lemas dan mual disertai muntah dan
mengeluh sakit karena luka di bagian belakang kaki dengan
luas 15 cm.
- Kaji keluhan utama pasien apakah mengalami kesemutan
pada extremitas, mati rasa, atau penglihatan yang tiba-tiba
kabur.
Do :

22
- Klien tampak lemah dan tidak bisa melakukan aktivitas
karena mengalami mual dan muntH.
- Klien tampak demam dengan suhu 39 C, karena adanya luka
dibagian belakang kaki dengan luas 15 cm.
- GDS : 350 mg/ ds.
- TTV : nadi 86 kali/menit, RR 23 kali/menit, tekanan darah
160/90 mmHg.

- Riwayat Kesehatan Sekarang


- Kaji keadaan klien apakah ada rasa nyeri, kesemutan pada
ekstremitas, luka yang sulit sembuh, sakit kepala, mukosa
bibir kering, sering haus, mual dan muntah

- Riwayat Kesehatan Dahulu

Ds :

- Kaji riwayat kesehatan dahulu pada klien. Biasanya pada


penyakit DM, klien memiliki riwayat hipertensi dan
penyakit jantung
- TD : 160/90 mmHg
Do :
- Observasi keadaan penyakit pada klien jika ada riwayat
penyakit sebelumnya

- Riwayat Kesehatan Keluarga


Ds :
- Kaji riwayat penyakit keluarga apakah keluarga klien
memiliki penyakit genetik.
Do :
- Observasi keadaan riwayat keluarga pada klien jika ada

23
2. Pola Nutrisi dan Metabolik
- Kaji keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji pola nutrisi dan metabolik klien sebelum sakit apakah
sudah terpenuhi, kurang atau terlalu berlebihan sehingga
menimbulkan penyakit baru.
Do :
- Observasi pola nutrisi dan metabolik pasien

- Kaji keadaan pasien sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien apakah sering buang air kecil, banyak
makan, banyak minum, berat badan menurun, dan cepat
merasa lelah.
Do:
- Observasi apakah klien mengalami gangguan nutrisi dan
metabolik seperti mual dan muntah, turgor kulit jelek, berat
badan menurun.

3. Pola Eliminasi
- Kaji keadaan sebelum sakit :
Ds :
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
- Kaji keadaan sejak sakit :
Ds :

24
- Kaji keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Kaji keadaan klien saat BAK apakah ada kesulitan, kaji
frekuensi, kosistensi, warna pada urine
Do :
- Observasi keadaan klien saat BAB apakah ada kesulitan,
kaji frekuensi, kosistensi, warna pada feses
- Observasi keadaan klien apakah sering buang air kecil
dengan frekuensi yang berlebihan dan sering buang air kecil
pada malam hari.

4. Pola Aktivitas dan Latihan


- Kaji keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji pola aktivitas sehari-hari klien apakah sering
melakukan olahraga
- Kaji apakah klien mengkonsumsi rokok atau alkohol
Do :
- Observasi apakah pola aktivitas dan latihan klien sudah
terpenuhi, kurang atau berlebihan.
- Kaji keadaan sejak sakit
Ds :
- Klien mengatakan lemah, dan merasa mual dan ingin
muntah.
- Kaji apakah klien mengalami susah berjalan dan bergerak,
mengalami kram pada ekstremitas, gangguan istirahat dan
tidur
Do :
- Klien tampak lemah

25
- Klien tampak sulit berjalan karena adanya luka dibagian
belakang kaki dengan luas 15 cm
- Tekanan darah klien 160/90 mmHg, p; 23x/mnt

5. Pola Tidur dan Istirahat


- Kaji keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji apakah klien mengalami gangguan pola tidur karena
meningkatnya keinginan buang air kecil saat malam hari
Do :
- Observasi durasi tidur klien apakah kurang tercukupi atau
sudah terepenuhi

- Kaji keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji pola tidur klien apaka efektif atau tidak karena sering
buang air kecil pada malam hari
- Apakah nyeri pada luka di kaki menimbulkan gangguan
istirahat atau pola tidur
Do :
- Klien tampak lemah dan sering mual dan muntah.
- Klien demam tinggi

6. Pola Persepsi Kognitif


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien apakah ramah terhadap keluarga dan
tenaga kesehan
Do :
- Observasi perilaku klien terhadap lingkungan sekitar

26
- Keadaan sejak sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien apakah luka di kaki mengalami mati
rasa atau terasa nyeri, adakah gangguan penglihatan
Do :
- Observasi keadaan klien yang menjadi tanda dan gejala
riwayat penyakit sekarang

7. Pola Persepsi dan Konsep Diri


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji keadaan pasien mengenai citra dirinya
Do :
- Observasi keadaan klien mengenai citra dirinya

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien apakah mengalami gangguan citra diri
akibat adanya perubahan fungsi dari struktur tubuh.
Do :
- Observasi keadaan klien dalam menerima sakitnya dengan
keluhan luka dikaki.

8. Pola Peran dan Hubungan Sesama


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji hubungan klien dengan keluarga inti
Do :
- Observasi hubungan klien dengan keluarga inti

27
- Keadaan sejak sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien dengan keluarga inti mengenai riwayat
penyakit yang diderita
- Kaji perasaan klien mengenai penyakit yang berhubungan
dengan luka diabetikum
Do :
- Observasi hubungan keluarga dalam mensupport klien
- Observasi apakah klien tampak menarik dirinya dari
lingkungan masyrakat karena luka diabetikum

9. Pola Reproduksi dan Seksualitas


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji keadaan klien apakah memiliki kelainan
menyimpang
Do :
- Observasi keadaan hubungan seksual klien dengan
pasangannya

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien mengenai seksualitas apakah
mengalami gangguan potensi seks
Do :
- Observasi klien dengan hubungan mengenai seksualitas

10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stres


- Keadaan sebelum sakit

28
Ds :
- Kaji keadaan klien selama sehat apakah ada hal yang
mengganggu sehingga menimbulkan stres berlebihan
Do :
- Observasi perilaku klien

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji perasaan klien apakah mengalami perubahan reaksi
psikologis yang menimbulkan stres dan perilaku
maladaptif
Do :
- Observasi perilaku klien apakah tampak marah, cemas
dan mudah tersinggung

11. Pola Sistem Nilai Kepercayaan


- Keadaan sebelum sakit
Ds :
- Kaji kepercayaan klien selama sehat
Do :
- Observasi apakah klien sering beribadah

- Keadaan sejak sakit


Ds :
- Kaji keadaan klien apakah dalam menghadapi
penyakitnya tetap percaya dengan kepercayaanya atau
tidak
- Kaji apakah penyakit klien menghalangi klien untuk
tetap beribadah

29
Do :
- Observasi klien tampak marah dan menyalahkan Tuhan
atau tidak dalam menerima penyakitnya
- Observasi keadaan klien apakah mengalami penurunan
fungsi tubuh serta luka pada kaki menghambat klien
untuk beribadah

1.2.3. Pemeriksaa Fisik


1. Kaji keadaan umum klien
2. Kaji tingkat kesadaran klien aPakah compos mentis, apatis,
delirium, somnolen atau koma
3. Kaji GCS E4 : V5 :M6
4. Pemeriksaan tanda tanda vital
TD : 160/90 mmHg
N: 86 x/mnt
P : 23x/mnt
S : 39 C
TD dan Pernafasan pada pasien DM biasanya abnormal atau
tinggi, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan meningkat
karena terjadinya infeksi
5. Pemeriksaan kulit
Kaji warna dan tekstur dari permukaan kulit, adanya edema atau
tidak. Pada pasien DM akan tampak pucat karena Hb kurang dari
normal dan turgor kulit tidak elastis
6. Pemeriksaan kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut.Biasanya tidak terjadi
pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening dan JVP
normal.
7. Pemeriksaan dada

30
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
Pada thorax dan pernapasan
- Inspeksi : Kaji bentuk thoraks, retraksi interkostal, sianosis
dan stridor
- Palpasi : Kaji vocal premitus, Kaji krepitasi
- Perkusi : Kaji adanya suara sonor, redup atau pekak dan
lokasinya
- Auskultasi : Kaji suara napas, suara ucapan, suara tambahan
8. Pemeriksaan jantung
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
- Inspeksi : Kaji Ictus cordis
- Palpasi : Kaji Ictus Cordis
- Perkusi : Kaji batas atas jantung, bawah jantung, kanan
jantung dan kiri jantung
- Auskultasi : Kaji bunyi jantung II A, II P, I T, 1 M, III irama
gallop
9. Pemeriksaan abdomen
Kaji secara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi
10. Pemeriksaan integuinal, genetalia, anus
- Kaji peristaltik usus
- Palpasi kandung kemih ( penuh/kosong)
- Kaji nyeri ketuk ginjal (positif/negatif)
- Kaji mulut uretra
- Kaji anus ada peradangan, hemoroid atau fistula
11. Pemeriksaan musculoskeletal
- Kaji postur tubuh
- Kaji gaya jalan
- Kaji anggota gerak yang cacat
- Kaji fiksasi

31
- Kaji atrofi otot (positif/negatif)
- Kaji rentang gerak pasien (kaku sendi, nyeri sendi,
fraktur, parese, paralisis)
- Uji kekuatan otot
Nilai 5 : Kekuatan penuh
Nilai 4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi yang lain
Nilai 3 : Mampu menahan tegak tapi tidak mampu
melawan tekanan
Nilai 2 : Mampu menahan gaya gravitasi tapi dengan
sedikit gerakan
Nilai 0 : Tidak ada kontraksiotot, tidak mampu bergerak
- Kaji clubing jari-jari
- Kaji varises tungkai
- Kaji columna vetebralis : inspeksi lordosis,kiposis,
skoliosis
12. Pemeriksaan ekstremitas
- Terdapat luka terbuka seluas 15 cm di belakang kaki

1.4.1. Pemeriksaan Penunjang


- GDS Tn. B : 350 mg/dl
- Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan glukosa darah
biasanya meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih. Nilai normalnya:
GDS/GDA <200 mg/dl. GDP <126 mg/dl. GDPP <140 mg/dl. GDW
70-110 mg/dl.

1.3. Analisa Data

No Data Fokus (Subyektif dan Masalah Etiologi


Obyektif)

32
1. Ds : Ketidakstabilan Sel B di pankreas
- Pasien mengeluh mual dan Kadar Glukosa terganggu
muntah Darah b/d resistensi
- badan terasa lemah insulin Defisit Insulin

Do : Peningkatan gula darah


- Pasien tampak lemah
- GDS : 350 mg/dl Hiperglikemia
- BB menurun 8kg selama 1
minggu Ketidakstabilan kadar
glukosa darah

2. Ds : Resiko tinggi Hiperglikemia


- Pasien tampak lemah dan terhadap infeksi
suhu tubuhnya meningkat (sepsis) Aliran darah melambat
karena adanya infeksi berhubungan
Do : dengan kadar Kurangnya oksigen
- Terdapat luka di bagian glukosa tinggi, (Iskemi jaringan)
belakang kaki pasien penururnan fungsi
dengan luas 15 cm leukosit, perubahan Cedera Luka
- Suhu : 39 C pada sirkulasi (Nekrosis luka)

Jaringan tubuh mati


(Gangren)

Gangguan integritas
kulit/jaringan

33
1.4. Diagnosa Keperawatan

Nama : Tn. A.y


Umur : 55 tahun

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d resistensi insulin
2. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penururnan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi

1.5. Intervensi Keperawatan

34
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasionalis
etidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan Manajemen hiperglikemia Tindakan
lukosa Darah b/d Disfungsi keperawatan, diharapkan Tindakan :  Observasi
ankreas ketidakstabilan kadar  Observasi 1. Untuk
glukosa darah meningkat 1. Identifikasi kemungkinan menget
S: Dengan kriteria hasil: penyebab hiperglikemia penyeb
- Lelah dan lesu 1. Pusing menurun 2. Identifikasi situasi yang kemung
O: 2. Lelah lesuh menurun menyebabkan kebutuhan terjadin
- Kadar glukosa dalam 3. Mulut kering insulinmeningkat (misalnya hipergl
darah/urine tinggi menurun penyakit kambuhan) 2. Untuk
4. Rasa haus menurun 3. Monitor kadar glukosa darah menget
5. Kadar glukosa dalam 4. Monitor tanda dan gejala penyeb
darah membaik hiperglikemia kemung
6. Kadar glukosa dalam 5. Monitor intake dan output tubuh
urine membaik cairan membu
6. Monitor keton urine, kadar insulin
analisa gas 3. Untuk
darah,elektrolit,tekanan darah menget
ortostatik dan frekuensi nadi memon
 Terapeutik kadar
1. Berikan asupan cairan oral supaya
2. Konsultasi dengan medis jika terkont
tanda dan gejala 4. Untuk
hiperglikemia tetap ada atau menget
memburuk dan g
3. Fasilitasi ambulasi jika ada hipergl
hipotensi ortostatik 5. Untuk
menget
 Edukasi mengon

35
1. Anjurkan menghindari asupan
olahraga saat kadar glukosa yang k
darah lebih dari 250 mg/dL masuk
2. Anjurkan monitor kadar kebutuh
glukosa darah secara mandiri di dal
3. Anjurkan kepatuhan terhadap seimba
diet dan olahraga 6. Untuk
4. Ajarkan indikasi dan menget
pentingnya pengujian keton memon
urine tanda
5. Ajarkan pengelolaan diabetes dari
polifag
 Kolaborasi polidip
1. Kolaborasi pemberian insulin Monito
2. Kolaborasi pemberian cairan tekanan
3. Kolaborasi pemberian kalium dan
nadi
Monito
analisa
adakah
metabo

 Terapeutik
1. Untuk m
dan
intake cai
tubuh
2. Pantau t
gejala hip

36
3. Mennganj
klien
posisi dud
dahulu ba

 Edukasi
1. Agar kl
merasa l
sering bua
2. Agar
mengetahu
glukosa
dapat
mengenda
kadar gluk
darah
3. Agar pas
pada d
olahraga
4. Agar
melakukan
pemeriksa
ketonuria.
5. Agar
mengetahu
penggunaa
obat oral
asupan
pengganti

37
karbohidra

 Kolaborasi
1. Untuk me
kadar
dalam dar
2. Untuk
menggant
cairan ya
dari tubu
ada gejala
muntah,
buang air
3. Untuk m
resiko
dan
jantung.
s Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas kulit Tindakan :
keperawatan, diharapkan Tindakan :  Observasi
integritas kulit atau jaringan  Obseservasi 1. Mendetek
- (Tidak tersedia) meningkat, 1. Identifikasi penyebab penyebab
o: Dengan kriteria hasil: gangguan integritas kulit (mis. tindakan y
- Kerusakan jaringan 1. Perfusi jaringan Perubahan sirkulasi, perubahan diberikan
dan/lapisan kulit meningkat status nutrisi, penurunan perawatan
2. Kerusakan jaringan kelembapan, suhu lingkungan jaringan k
menurun ekstrem, penurunan mobilitas) terdapat l
3. Kerusakan lapisan
kulit menurun  Terapeutik  Terapeutik
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika 1. Untuk me

38
tirah baring tekanan p
2. Lakukan pemijatan pada area yang luka
penonjolan tulang, jika perlu 2. Untuk
3. Gunakan produk berbahan memperla
petrolium atau minyak pada aliran dar
kulit kering 3. Untuk me
4. Gunakan produk berbahan kelembap
ringan/alami dan hipoalergik sekitar are
pada kulit sensitif luka
5. Hindari produk berbahan 4. Untuk me
dasar alkohol pada kulit terjadinya
kering spada kul
5. Untuk me
 Edukasi kekeringa
1. Anjurkan menggunakan kulit
pelembap (mis. Lotion,
serum)  Edukasi
2. Anjurkan minum yang cukup 1. Untuk me
3. Anjurkan meningkatkan kelembap
asupan nutrisi agar tidak
4. Anjurkan meningkatkan kekeringa
asupan buah dan sayur 2. Untuk me
5. Anjurkan menghindari penyembu
terpapar suhu ekstrem meningka
6. Anjurkan menggunakan tabir darah ke l
surya SPF minimal 30 saat 3. Untuk
berada diluar rumah meningka
7. Anjurkan mandi dan metabolis
menggunakan sabun kesehatan

39
secukupnya terutama
terdapat l
4. Untuk me
pengering
luka
5. Untuk me
kulit yang
luka meng
iritasi
6. Menganju
pemakaia
surya untu
memudar
luka
7. Untuk me
infeksi
mikroorg
pada kulit

BAB IV

PENELITIAN PENATALAKSANAAN DM

Judul : Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu

40
Nama Penulis : Prof. dr. Slamet Suyono, SpPD-KEMD

Nama Jurnal : Buku Penatalaksanaan Terpadu Diabetes edisi kedua cetakan


ketujuh

Abstrak : Buku Penatalaksanaan Terpadu Diabetes edisi kedua cetakan


ketujuh ini merupakan hasil revisi dan pembaharuan dari buku
cetakan kelima. Buku ini menjelaskan mengenai segala hal
tentang penyakit diabetes melitus. Diabetes melitus adalah
penyakit degeneratif yang akan terus meningkat prevalensinya.
Pada tahun 2003 prevalensi diabetes di dunia diperkirakan
mencapai 194, dan bertambah sebesar 333 juta di tahun 2025
sebagai konsekuensi dari harapan hidup yang lebih lama, gaya
hidup santai, dan perubahan pola makan penduduk. Diabetes
melitus karena sifat penyakitnya yang kronik dan bisa
mengenai seluruh bagian tubuh memerlukan pendekatan
multidisipliner. Dalam buku ini, kajian diawali dari
kecenderungan peningkatan jumlah penyandang diabetes, tips
pola makan dan olahraga bagi penyandang diabetes, mekanisme
terapi bagi penderita diabetes, penatalaksanaan diabetes pada
anak, mekanisme pengobatan penyadang diabetes di
puskesmas, pendekatan bagi keluarga diabetes hingga kebijakan
Depkes tentang pengendalian penyakit diabetes di Indonesia.
Buku ini juga mengkaji mengenai penyuluhan bagi pasien
diabetes ketika menghadapi penyakit diabetes, bagaimana
mereka menghadapi stres dan tips berpuasa saat Ramadhan bagi
penderita diabetes melitus.

Catatan Termasuk bibliografi

Isi : Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes --


Patofisiologi Diabetes Melitus -- Diagnosis dan Klasifikasi

41
Diabetes Melitus Terkini --Prinsip Pengobatan Diabetes,
Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral -- Prinsip dan Strategi
Edukasi Diabetes -- Edukator Diabetes di Indonesia : Ruang
Lingkup dan Standar Kerja -- Obat Hipoglikemik Oral dan
Insulin -- Diabetes Melitus : Mekanisme Dasar dan
Pengelolaannya yang Rasional -- Diabetes Melitus, Penyakit
Kronik dan Pencegahannya -- Penatalaksanaan Gizi pada
Diabetasol Melitus -- Bagaimanakan Perencanaan Makan pada
Penyandang Diabetes -- Olahraga bagi Diabetisi -- Manfaat
Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes -- Teknik
Penyuluhan Diabetes Melitus -- Komplikasi Akut Diabetes
Melitus -- Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus --
Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Anak -- Sistem
Pelayanan Rujukan di Puskesmas -- Pelayanan Dasar
Penanganan Diabetes Melitus di Puskesmas -- Penatalaksanaan
Diabetes dengan Pendekatan Keluarga -- Organisasi Diabetes di
Indonesia -- Apa itu Diabetes : Patofisiologi, Gejala dan Tanda
-- Kebijakan Departemen Kesehatan dalam Pengendalian
Diabetes Melitus di Indonesia -- Rumor tentang Insulin, mana
yang benar, mana yang salah? -- Perjalanan dan Hari-hari Sakit
pada Penyandang Diabetes -- Perawatan Kaki Diabetes --
Penyandang Diabetes yang Berpuasa di Bulan Ramadhan --
Stres Emosional pada Penyandang Diabete

BAB V

PENUTUP

42
1.5. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan masalah ketidakstabilan kadar
glukosa darah pada Tn.A.Y dengan menggunakan proses keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi bahwa :
1. Berdasarkan hasil pengkajian Tn. B didapatkan klien mengatakan lemas,
mual dan muntah, GDS : 350 mg/dl, terdapat luka di belakang kaki seluas
15 cm, demam dengan suhu 39 C, TD: 160/90 mmHg
2. Masalah keperawatan yang diperoleh sesuai dengan pengkajian :
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b/d resistensi insulin dan Resiko
tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
penururnan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi

DAFTAR PUSTAKA

Yulia Linda, Pahria Tuti , and Pebrianti Sandra. ‘”Pelaksanaan discharge planning
pada pasien diabetes melitus. Jurnal Kesehatan Vol. 14, no 4, 1999,p. 1. Studi

43
literatu. Askes 20 feb 2023.

DEWI, A. O., Abi Muhlisin, S. K. M., & Kep, M. (2014). Asuhan Keperawatan
Keluarga Tn. D Dengan Masalah Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Mellitus Pada
Ny. S Di Desa Ringin Harjo, Gumpang, Kartosuro, Sukoharjo (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Prawitasari, D. S. (2019).Diabetes melitus dan antioksidan. KELUWIH: Jurnal


Kesehatan dan Kedokteran, 1(1), 48-52.

Maria, I. (2021). Asuhan keperawatan diabetes mellitus dan asuhan keperawatan


stroke.Deepublish.

Widodo, F.Y. 2014.Pemantauan penderita diabetes mellitus. Jurnal Ilmiah Kedokteran.


vol. 3(2): 55- 89SSS

Varena, M. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Z DENGAN DIABETES


MELITUS DI RUANG RAWAT INAP AMBUN SURI LANTAI 3 RS DR. ACHMAD
MOCHTAR BUKITTINGGI. 1-121.

Yulia, L., Pahria, T., & Pebrianti, S. (2020). Pelaksanaan discharge planning pada
pasien diabetes melitus: Studi literatur. Holistik Jurnal Kesehatan, 14(4), 503-521.

Pemayun, A. T., & Saraswati, R. M. (2020).Gambaran tingkat pengetahuan tentang


penatalaksanaan diabetes melitus pada pasien diabetes melitus di Rsup Sanglah. Jurnal
Medika Udayana, 9(8), 1-4.

Lestari, Zulkarnain, & Sijid, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,


Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan Cara
Pencegahan. 237.

S.Kep, N. T., S.Kep, N. R., & S.Kep, D. W. (2009). Anatomi dan Fisiologi Untuk
Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

44
45

Anda mungkin juga menyukai