1. Definisi
1996)
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah,
1996).
2. Anatomi Fisiologi
b. Fisiologi
Pengertian Pankreas
belakang lambung.
menyentuh limfa.
Fungsi Pankreas
1. Fungsi endokrin; yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim dan
elektrolit.
1. Hormon insulin ini langsug dialirkan dalam darah tanpa melewati duktus.
Pulau Langerhans
2. Getah pankreas
pankreatik. Duktus ini bermuara apada papila vateri yang terletak pada
dinding duodenum.
1. Ekstraksi glukosa
2. Sintesis glukosa
Selain itu jaringan perifer otot dan adiposa juga mempergunakan glukosa
sebagai sumber energi mereka. Jumlah glukosa yang diambil dan dilepaskan
eolh hati dan yang digunakan oleh jaringan-jaringan perifer tergantung dari
yang menurunkan glukosa darah. Insulin dibentuk oleh sel-sel beta pulau
meningkatkan kadar glukosa darah antara lain ; glukagon yang disekresi oleh
sel-sel alfa pulau langerhans, epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal
pengaruh insulin.
3. Patofisiologi
mana tanpa insulin glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tetap dalam
memperoleh energi maka lemak di pecah menjadi asam lemak dan gliserol
yang kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi asam lemak dan gliserol yang
kemudian oleh hati dipecah lagi menjadi benda-benda keton. Dan apabila
Etiologi
Diabetes Tipe I
Diabetes Tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas.
Kombinasi faktor genetic, imunologi dan mungkin pula lingkungan (misalnya,
infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta.
Faktor-faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes Tipe I itu sendiri; tetapi,
mewarisi suatu prediposisi atau kecenderungan genetik, ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucocyte antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
transplantasi dan proses imun lainnya. Sembilan puluh lima persen pasien
berkulit putih. (Caucasian) dengan diabetes tipe I memperlihatkan tipe HLA
yang spesifik (DR3 atau DR4). Risiko terjadinya diabetes tipe I meningkat tiga
hingga lima kali lipat pada individu yang memiliki tipa HLA DR3 maupun DR4
(jika dibandingkan dengan populasi umum).
Faktor-faktor imunologi.
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respon
ini merupakan respona abnormal di mana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-
olah sebagai jaringan asing. Otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
Faktor-faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
Interaksi antara faktor-faktor genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi
diabetes tipe I merupakan pokok perhatian riset yang terus berlanjut. Meskipun
kejadian yang menimbulkan destruksi sel beta tidak dimengerti sepenuhnya,
namun pernyataan bahwa kerentanan genetik merupakan faktor dasar yang
melandasi proses terjadinya diabetes tipe I merupakan hal yang secara umum
dapat diterima.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor
genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risko tertentu yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe II. Faktor-faktor ini adalah :
2. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
3. Obesitas
4. Riwayat keluarga
5. Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta penduduk
asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika).
Komplikasi
1. Akut
a. Koma hipoglikemia
b. Ketoasidosis
2. Kronik
nefropati diabetik.
c. Neuropati diabetik
saluran kemih
e. Kaki diabetik
4. Pemeriksaan Diagnostik
Gula darah puasa (> 120 mg/dl) dan gula darah sewaktu
Ketonemia (positif) asidosis (pH < 4,70 ) dan karbohidrat < 15 mmol/L.
5 Penatalaksanaan
2. Terapi insulin
3. Diit
4. Latihan
1.Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
otot menurun
kekuatan otot
b. Sirkuasi
pada ekstremitas
tekanan darah
c. Integritas ego
hiperaktif.
haus.
muntah.
f. Neurosensori :
kesemutan.
aktivitas kejang.
g. Nyeri / kenyamanan
h. Pernafasan :
Keamanan
i. Seksualitas
ketidakcukupan insulin.
3.Perencaan Keperawatan
DP I
a. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
terapeutik
etnik/ kultural.
indikasi
DP III
adanya pus pada luka, sputum purulen, ,urine warna keruh atau berkabut.
nasokomial.
infeksi.
DP IV
paha/ kaki.
dipengaruhi.
DP V
sebagainya
DP VI
terdekat.
DP VII
resep.
4.Implementasi
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan,
5.Evaluasi
nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
normal.
biasanya
infeksi.
terjadinya infeksi.
tindakan.
6.Discharge Planning
2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik
urine
gunakan pengalas kaki yang lembut dan gunakan sikat gigi yang lunak.
Kekurangan insulin
Menurunnya eksresi H+
pada renal
Mual dan muntah
Hipertensi
DIABETES MELITUS
Angiopati Neuropati
Infeksi
Amputasi MK : Kerusakan
Integritas
kulit
Brunner dan Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC. 2001.
Mansjoer Arif, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid I, Jakarta: Media Aesculapius.
FKUI. 1982.
Sarwono Waspadji, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi 3, Jakarta, FKUI,
1993.
Sylvia A. Price, Buku Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit , Jakarta: EGC, 1994.
Suriadi dan Rita Yuliani, Buku Pegangan Praktek Klinik Asuhan Keperawatan Pada
Anak, Edisi 1, Jakrta: CV Sagung Seto, 2001.
Syaifuddin, Anatomi dan Fisiologi Untuk Siswa Perawat, Jakarta: EGC, 1999.