Di Susun Oleh:
AGUS TRI CAHYONO
S19128022
Grade II Gejala dan tanda PAD (+), Claudicatio (+) ABI < 0,9
iskemia (-)
Grade III PAD dan iskemia(+) ABI < 0,9 Sistolik ankle < 50
mmHgSistolikToe < 30 mmHg
b. Ekstensi/Ukuran, dinilai dengan mengukur luka dalam sentimeter
c. Depth/Tissueloss
Grade I Ulkus superfisial, tidak merusak dermis
Grade II Ulkus dalam menembus fascia sampai tendon atau otot
Grade III Ulkus dalam sampai menembus tulang
d. Infeksi
Grade I Gejala dan tanda infeksi (-)
Grade II Infeksi superfisial dan subkutan
Edema, eritema <2 cm
Grade III infeksi lebihdalam, edemadan eritema> 2 cm,
infeksisistemik(-)
Grade IV Infeksi lebih dalam, edema dan eritema >2 cm, infeksi
sistemik (+), SIRS (+)
e. Sensation
Grade I Sensasimasih baik
Grde II Test Monofilament10 gr (-)
Test Garpu tala (-)
Menurut berat ringannya lesi, kelainan ulkus diabetikum dibagi menjadi enam derajat
menurut Wagner, yaitu :
1) Derajat 0 : tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
dengan kelainan bentuk kaki "claw,callus"
2) Derajat I : ulkus superficial terbatas pada kulit
3) Derajat II : ulkus dalam, menembus tendon atau tulang
4) Derajat III : abses dalam dengan atau tanpa osteomilitas
5) Derajat IV : ulkus pada jari kaki atau bagian distal kaki atau tanpa selulitis
6) Derajat V : ulkus pada seluruh kaki atau sebagian tungkai
E. Patofisiologi
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglykemia
yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hyperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan
jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktasi akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan menumpuk dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hyperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua
protein dalam bentuk advanced glycation end products (AGE), terutama yang
mengandung senyawa lisin. Proses ini merupakan penggabungan glukosa dengan
protein dalam linkungan kadar glukosa yang tinggi tanpa bantuan ensim. Proses
tersebut akan menghasilkan radikal bebas yang selanjutnya akan menimbulkan
dampak pada percepatan atherosclerosis dan mikroangiopati yang merupakan
perubahan-perubahan patologis yang biasa ditemukan pada penderita penyakit
diabetes mellitus yang menimbulkan gangguan fungsi sel endotel pembuluh darah.
Terjadinya proses glikosilasi pada protein membrane basal dapat menjelaskan semua
komplikasi baik makro maupun mikro vaskuler.
Terjadinya ulkus diabetikum sendiri disebabkan oleh faktor – faktor yang
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan pada timbulnya ulkus
diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi, adanya angiopati tersebu akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotika sehingga
menyebabkan terjadinya luka yang sukar sembuh, Infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai ulkus diabetikum akibat berkurangnya aliran darah atau
neuropati, sehingga faktor angipati dan infeksi berpengaruh terhadap penyembuhan
ulkus diabetikum.
F. Diagnosa Banding
1. Aterosklerosis
2. Insufiensi Vena Kronik
3. Infeksi pada kaki diabetik
4. Dermopati diabetik
5. Xanthoma eruption
G. Penatalaksanaan
1. Kontrol diabetik (kontrol glukosa darah) untuk penyembuhan luka dan
meminimalisasi resiko rekurensi.
2. Penanganan keadaan sistemik yang mempersulit penyembuhan luka seperti,
hipertensi, hiperlipidemia, gangguan jantung, obesitas, gangguan fungsi ginjal, dan
lain-lain.
3. Penanganan insufisiensi arteri, pengobatan infeksi dengan antibiotik, pengobatan
ulkus, dan perawatan luka.
4. Penanganan ulkus dilakukan dengan cara insisi luka untuk drainase pus, pemasangan
alas kaki yang sesuai, pembalutan luka yang dicuci dengan saline fisiologis, dan
antibiotik, serta kontrol glukosa darah dan koreksi insufisiensi arteri periferal.
5. Perfusi jaringan perifer dikoreksi melalui tindakan operasi rekonstruksi arteri dengan
cara bypass graft vena saphena magna menghubungkan arteri femoralis superfisial ke
segmen arteri popliteal atau ke arteri tibialis, dan arteridorsum pedis sesuai dengan
hasil pemeriksaan arteriografi. Perbaikan perfusi jaringan memperbaiki ischemic
restpain, menyembuhkan ulkus superfisialis yang belum menyebar ke tulang, sendi
atau tendon.
6. Pasien juga dapat melakukan perawatan kaki diabetik di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2015). Standards of Medical Care in Diabetes - Abridged for Primary Care Provider.
American Diabetes Association.
Guyton Arthur, C.John Hall. (2016). Textbook of Medical Physiology.13th Edition..
Saunderns Elsevier. Philapdehia
IDF. (2016). Living With Diabetes. International Diabetes Federation
Inzuchi SE. (2012). Classification and Diagnosis of Diabetes Mellitus. In Editor Porte D J r.
et al. Ellenberg and Rifkin’s. DM. oth ed. Mc Graw-Hill Medical Publishing Division.
New York. Hal 265-275
Lasalzo, Jameson, Hauser, et al, (2014). Harrison’s Manual of Medicine International
edition. 18 th ed. McGraw–Hill. New York
PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia, PB Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta
Purnamasari D. (2016). Diagnosa dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam Aru W Sudoyo,
Siti Setiati, Idrus Alwi dkk, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 2.
Jakarta : Interna Publishing. Hal . 2325-2339
Sudoyo et al. (2007). Buku Ajar Ilmu PenyakitDalam. Jakarta:Internal Publishing