Anda di halaman 1dari 15

ANATOMI PANKREAS

Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang dan tebal sekitar 12,5 cm dan tebal +
2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan
oleh dua saluran ke duodenum (usus 12 jari). Organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam dua bagian yaitu
kelenjar endokrin dan eksokrin. Pankreas terdiri dari :
a
b
c

Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga abdomen dan di dalam
lekukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.
Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra
lumbalis pertama.
Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya menyentuh limpa. Pada
pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke dalam duodenum :
Ductus Wirsung, yang bersatu dengan duktus choledukus, kemudian masuk ke dalam duodenum
melalui sphincter oddi. Ductus Sartorini, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum di
sebelah atas sphincter oddi. Saluran ini memberi petunjuk dari pankreas dan mengosongkan
duodenum sekitar 2,5 cm di atas ampulla hepatopankreatik.

HISTOLOGI PANKREAS

Kelenjar pencernaan terbesar

Penampilan:

Kedudukan:
-

Retroperitoneal diantara kelokan deodenum.

Ukuran:
-

Memanjang, besar pada caput dan mengecil pada cauda pankreastik (sebelah kiri).

Panjang: 20-25 cm, berat: 65-160 gr.

Bagian-bagian:
- Caput pankreatis.
- Corpus pankreatis.
- Cauda pankreatis.
Jaringan:
- Jaringan kelenjar kelenjar asiner di seluruh kelenjar pankreas.
- Tersebar pulau-pulau langerhans.
Organisasi:
-

Terbagi dalam lobulus yang dipisahkan oleh jaringan pengikat longgar tipis.
a Berisi:
o Ductus interlobularis.
o Pembuluh darah.
o Saluran limfe dan serabut saraf.
b

Lobulus tersusun oleh beberapa acinus kelenjar.

Acinus:
-

Terbentuk oleh 40-50 sel-sel piramidal.


a Bagian nasal sel penuh dengan rer menempati 20% volume sel.
b Puncak sel: penuh dengan butir-butiran zimogen.
c Permukaan puncak sel: sedikit mikrovili.
Sel sentro-asiner:
Sel-sel ductus excretorius berbentuk gepeng yang masuk dalam acinus.
Ductus excretorius

Epitel kuboid selapis.

FISIOLOGI SEKRESI INSULIN


Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan dari sel beta pankreas.
Dalam keadaan normal, bila ada ransangan pada sel beta, insulin di sintesis dan kemudian disekresikan
kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Sintesis insulin dimulai
dalam bentuk preprpinsulin (prekursor hormon insulin) pada Re sel beta. Dengan bantuan enzim

peptidase, preroinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun
dalam gelembung-gelembung ( secretory vesicles) dalam sel tersebut. Disini, sekali lagi dengan bantuan
enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida C ( C peptida) yang keduanya sudah siap
untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel. Mekanisme ini berlangsung secara normal,
karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi glukosa yang ada dalam darah.
Kadar glukosa tersebut berpengaruh terhadap sekresi insulin. Tidak hanya glukosa yang mampu
merangsang sekresi insulin, ada beberapa zat yang dapat merangsang sekresi insulin yaitu asam amino,
obat-obatan.
Berikut gambaran sekresi insulin :

Dari gambar di atas


dapat dijelaskan bahwa
:
Tahap pertama adalah proses glukosa menembus membran sel beta, dimana untuk menembus membran
sel dibutuhkan senyawa pengangkut yaitu : GLUT. Glut pada pangkreas adalah GLUT2, setelah sampai
glukosa didalam sel beta pankreas maka akan mengalami glikolisis dan fosforilasi yang nantinya akan
menghasilkan ATP, ATP inilah yang merangsang disekresikan insulin yaitu dengan menutup K channel,
sehingga akan terjadi depolarisasi. Depolarisasi merangsang Ca channel untuk terbuka sehingga ion Ca
naik di dalam sel, sehingga merangsang sekresi insulin.
Insulin inipun disekresikan secara biphasic, biphasic yaitu insulin disekresikan 2 fase, fase I disekresikan
insulin yang lebih cepat munculnya dan berakhirnya juga cepat, sedangkan fase II disekresikan insulin
yang lebih lambat munculnya dan berakhirnya juga lebih lambat.
Kedua fase ini bekerja saling berkesinambungan sehingga kekurangan untuk mencapai fase glukosa
normal oleh fase I akan di penuhi oleh fase II, tetapi nanti ada kalanya fase II tidak lagi bisa
mengkompensasi glukosa sisa phase I, disinilah dimulai glukosa darah meningkat (prediabetik).

DEFINISI DEABETES MELITUS

Adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

ETIOLOGI
Ada bukti yang menunjukkan bahwa etiologi diabetes melitus bermacam-macam. Meskipun berbagai lesi
dengan jenis yang berbeda akhirnya akan mengarah pada insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik
biasanya memegang peranan penting pada mayoritas penderita diabetes melitus. Pada diabetes melitus
tipe 1 disebabkan oleh penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik dengan gejala-gejala yang ada
akhirnya menuju proses bertahap perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin. Pada diabetes
melitus tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin, serta kerja insulin, terdapat juga kelainan
pengikatan insulin dengan reseptor.

EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 2000 menurut WHO diperkirakan sedikitnya 171 juta orang di seluruh dunia menderita
Diabetes Mellitus, atau sekitar 2,8% dari total populasi. Insidensnya terus meningkat dengan cepat, dan
diperkirakan pada tahun 2030, angka ini akan bertambah menjadi 366 juta atau sekitar 4,4% dari populasi
dunia. DM terdapat di seluruh dunia, namun lebih sering (terutama tipe 2) terjadi di negara berkembang.
Peningkatan prevalens terbesar terjadi di Asia dan Afrika, sebagai akibat dari tren urbanisasi dan
perubahan gaya hidup, seperti pola makan Western-style yang tidak sehat.Di Indonesia sendiri,
berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15
tahun, 10,2% mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl setelah puasa
selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak 1,5% mengalami Diabetes Melitus yang
terdiagnosis dan 4,2% mengalami Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih
banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan dengan tingkat
pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan
Barat dan Maluku Utara yaitu 11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64
tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena DM adalah obesitas (sentral),
hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.

FAKTOR RISIKO
faktor risiko terbesar penyebab diabetes adalah sebagai berikut:
1

Obesitas
Mungkin kegemukan ini adalah factor resiko yang paling penting untuk diperhatikan. Sebab
lonjakan angka kejadian diabetes tipe 2 sangat terkait dengan obesitas. Lebih dari 8 diantara 10
penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang kelewatan gemuk. Maka makin banyak jaringan
lemak,jaringan tubuh dan otot akan makin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak
tubuh atau kelebihan berat badan terkumpul di daerah sentral atau perut.
Keturunan
Diabetes tipe 2 lebih banyak terkait dengan factor riwayat keluarga atau keturunan ketimbang
diabetes tipe 1. Pada diabetes tipe 1 kemungkinan orang terkena diabetes hanya 3-5% bila
orangtua atau saudaranya pengidap diabetes. Namun jika penderita diabetes tipe 1 memiliki
saudara kembar satu telur maka kemungkinannya adalah 30-40%. Pada diabtes tipe 2 bila

saudara identical twins anda mengidap diabetes tipe 2 kemungkinan anda terkena diabetes adalah
90%. Bila salah satu orangtua anda terkena dibetes kemungkinannya 40% sedangkan jika ke 2
orangtua terkena diabetes keungkinaan menderita diabetes menjadi lebih dari 50%.
Rasa tau Etni
Beberapa ras tertentu seperti suku Indian di Amerika,Hispanik dan orang Amerika di Afrika,
mempunyai resiko lebih besar terkena diabetes tipe 2. Kebanyakan orang dari ras-ras tersebut
adalah pemburu dan petani dan biasanya bertubuh kurus, namun sekarang makan lebih banyak
dan gerak badannya berkurang sehingga banyak mengalami obesitas sampai diabetes dan
hipertensi.
Metabolic syndrome
Sekitar 15 tahun yang lalu disebut sebagai syndrome X, yaitu Seseorang yang gemuk menderita
tekanan darah tinggi dan mempunyai kandungan gula serta lemak yang tinggi dalam darah. Orang
yang menderita metabolic syndrome adalah mereka yang punya kelainan seperti :
Tekanan darah tinggi lebih dari 160/90mmHg
Trigliserida darah > 150mg/dl
Kolestrol HDL < 40mg/dl
Obesitas sentral dengan BMI >30
Lingkar pinggang melebihi 102cm pria, 88cm pada wanita
Kurang gerak badan
Glukosa darah dibakar menjadi energy,sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih sensitive terhadap
kerja insulin dan peredaran lebih baik. Keuntungan lain berolahraga adalah menambah massa
otot,biasanya 70-90% glukosa darah diserap oleh otot. Jadi orang yang kurang gera badan massa
ototnya akan berkurang sehingga pemakaian glukosa berkurang dan gula darah meningkat.
Pemakainan obat-obatan
Beberapa obat dapat meningkatkan kadar gula darah, dan bahkan bisa menyebabkan diabetes.
Obat tersebut antara lain :
Hormon steroid, cth : prednisone,dexamethasone
Hormon steroid seks,cth : testosteran,progesterone,pil KB
Diuretik dosis tinggi,cth : furosemide,hydrochlorothiazide
Beta Blockers ,cth : propanolol,atenolol,metroplol
Penurun kolestrol,cth : Niacin
Obat tuberkulosa, cth: isoniacid
Obat anti Hiv,cth : pentamidine,protease inhibitors
Imunosupresif,cth cyclosporine
Hormon tiroid,cth: Levothyxine
Hormon lain,cth : Megesterol,octreotide
Obat jantung,cth: Dopexamine
Obat asma ,cth: salbutamol,ritridine,Terbutaline
Penenang : Clozapine

KLASIFIKASI
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2009, klasifikasi Diabetes Melitus adalah sbb:
1. Diabetes Melitus tipe 1

DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes Juvenile onset atau Insulin dependent atau Ketosis
prone, karena tanpa insulin dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis.
Istilah juvenile onset sendiri diberikan karena onset DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun
dan memuncak pada usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau menjelang
40.
Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon
plasma yang meningkat, dan sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya
meningkatkan sekresi insulin.
DM tipe 1 sekarang banyak dianggap sebagai penyakit autoimun. Pemeriksaan histopatologi pankreas
menunjukkan adanya infiltrasi leukosit dan destruksi sel Langerhans. Pada 85% pasien ditemukan
antibodi sirkulasi yang menyerang glutamic-acid decarboxylase (GAD) di sel beta pankreas tersebut.
Prevalensi DM tipe 1 meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lain, seperti penyakit Grave,
tiroiditis Hashimoto atau myasthenia gravis. Sekitar 95% pasien memiliki Human Leukocyte Antigen
(HLA) DR3 atau HLA DR4.
Kelainan autoimun ini diduga ada kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun
pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang molekul sel beta pankreas yang
menyerupai protein virus sehingga terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang
diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus (mumps, rubella, coxsackie),
toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat proses yang idiopatik. Tidak
ditemukan antibodi sel beta atau aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi
akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan dengan aktivitas HLA, virus atau
autoimunitas dan biasanya pasien mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang
memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup). DM tipe 2 ini bervariasi mulai
dari yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot,
lemak dan hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas. Terjadi peningkatan
kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa
hati dan peningkatan lipolisis.
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup yang diabetogenik (asupan kalori
yang berlebihan, aktivitas fisik yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik. Nilai
BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbeda-beda untuk setiap ras.
1
-

Diabetes Melitus tipe lain


Defek genetik fungsi sel beta
Beberapa bentuk diabetes dihubungkan dengan defek monogen pada fungsi sel beta, dicirikan
dengan onset hiperglikemia pada usia yang relatif muda (<25 tahun) atau disebut maturity-onset

diabetes of the young (MODY). Terjadi gangguan sekresi insulin namun kerja insulin di jaringan
tetap normal. Saat ini telah diketahui abnormalitas pada 6 lokus di beberapa kromosom, yang
paling sering adalah mutasi kromosom 12, juga mutasi di kromosom 7p yang mengkode
glukokinase. Selain itu juga telah diidentifikasi kelaian genetik
yang mengakibatkan
ketidakmampuan mengubah proinsulin menjadi insulin.
-

Defek genetik kerja insulin


Terdapat mutasi pada reseptor insulin, yang mengakibatkan hiperinsulinemia, hiperglikemia dan
diabetes. Beberapa individu dengan kelainan ini juga dapat mengalami akantosis nigricans, pada
wanita mengalami virilisasi dan pembesaran ovarium.

Penyakit eksokrin pankreas


Meliputi pankreasitis, trauma, pankreatektomi, dan carcinoma pankreas.

Endokrinopati
Beberapa hormon seperti GH, kortisol, glukagon dan epinefrin bekerja mengantagonis aktivitas
insulin. Kelebihan hormon-hormon ini, seperti
pada sindroma Cushing, glukagonoma,
feokromositoma dapat menyebabkan diabetes. Umumnya terjadi pada orang yang sebelumnya
mengalami defek sekresi insulin, dan hiperglikemia dapat diperbaiki bila kelebihan hormonhormon tersebut dikurangi.

Karena obat/zat kimia


Beberapa obat dapat mengganggu sekresi dan kerja insulin. Vacor (racun tikus) dan pentamidin
dapat merusak sel beta. Asam nikotinat dan glukokortikoid mengganggu kerja insulin.

Infeksi
Virus tertentu dihubungkan dengan kerusakan sel beta, seperti rubella, coxsackievirus B, CMV,
adenovirus, dan mumps.

Imunologi
Ada dua kelainan imunologi yang diketahui, yaitu sindrom stiffman dan antibodi antiinsulin
reseptor. Pada sindrom stiffman terjadi peninggian kadar autoantibodi GAD di sel beta pankreas.

Sindroma genetik lain


Downs syndrome, Klinefelter syndrome, Turner syndrome, dll.

4. Diabetes Kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset pada waktu kehamilan.
Diabetes jenis ini merupakan komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi glukosa
akan kembali normal pada trimester ketiga.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis diabetes melitus dikaikan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin. Pasienpasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat memperthankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat. Jika hiperglekimianya parah dan melebihi
amabang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotic yang
meninggkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilling
bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negative dan berat badan berkurang, rasa
lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori, pasien
mengeluh lelah dan mengantuk.
Tiga gejala umum yang dialami penderita diabetes yaitu :

Banyak minum
Banyak kencing
Berat badan menurun

Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita DM naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam
tubuh. Maka perlu waspada apabila keinginan minum kita terlalu berlebihan dan juga rasa ingin makan
terus. Barat badan yang pada awalnya terus melejit naik dan tiba-tiba turun terus tanpa diet. Gejala lain
adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di
daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuhnyaa, gangguan ereksi pada pria dan
keputihan pada perempuan. Pada tahap awal gajala umumnya ringan sehungga tidak diraskan, barau
diketahui sesudah adanya pemeriksaan laboratorium.
Pada tahap lanjut gejala yang muncul antara lain :

Rasa haus
Banyak kencing
Berat badan menurun
Rasa lapar
Badan lemas
Rasa gatal
Kesemutan
Mata kabaur
Kulit kering
Gairah sex menurun

Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bias menimbulkan berbagai
komplikasi. Maka bagi penderita jangan sampai lengah untuk selalu mengukur kadar gula darahnya, baik
ke laboratorium atau gunakan alat sendiri. Bila tidak waspada maka bias berakibat pada gangguan
pembuluh darah antara lain :

Ganguan pembuluh darah otak (stroke)

Ganguan pembuluh darah mata (gangguan penglihatan)


Gangguaan pembuluh darah ginjal (gagal ginajal)
Gangguan pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh / gangrene)

Penderita juga rentan terkena infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih.

PENEGAKAN DIAGNOSA
Penegakkan diagnose DM cukup dengan adanya keluhan khas dan hasil pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu menunjukkan nilai > 200 mg/dl. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga
dapat digunakan sebagai patokan diagnose DM.
Tabel Kriteria Penegakan Diagnosa DM
Glukosa plasma puasa
Normal
Pra-diabetes
IFG atau IGT
Diabetes

< 100 mg/dl


100-125 mg/dl
126 mg/dl

Glukosa plasma 2 jam setelah


makan
< 140 mg/dl
140-199 mg/dl
> 200 mg/dl

PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran
yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan.
Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi
sementara maupun jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar
gula darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah
atau dilakukan di laboratorium terdekat.
Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang obesitas dan
menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya
dan berolah raga secara teratur.
Namun, sebagian besar penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan olah raga
yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar
gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe 2 dapat diobati dengan obat oral. Jika
pengendalian berat badan dan berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat yang
dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:
1

Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada penderita
diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid,

tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsang
pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon
tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda penyerapan glukosa di
dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan oleh raga
gagal menurunkan kadar gula darah dengan cukup.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan
2-3 kali pemberian.
Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkinperlu
diberikan suntikan insulin.
2

Terapi Sulih Insulin


Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga
harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin
yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda
menimbulkan
masalah
dalam
penentuan
dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding
perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang
berbeda:
1

Insulin kerja cepat.


Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai
puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan
setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.

Insulin kerja sedang.


Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan
bekerja selama 18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan
dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.

Insulin
kerja
Contohnya
adalah
insulin
suspensi
seng
yang
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

telah

lambat.
dikembangkan.

Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemanamana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:

Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya

Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya

Aktivitas harian penderita

Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya

Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja sedang. Tetapi
sediaan
ini
memberikan
kontrol
gula
darah
yang
paling
minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin kerja
cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak
tidur
malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja
sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.
Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap harinya; penderita
lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada makanan, olah raga dan pola kadar
gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah
raga.
Beberapa penderita mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan
insulin yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap insulin
pengganti. Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan resistansi
terhadap
insulin
harus
meningkatkan
dosisnya.
Penyuntikan insulin dapat mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada tempat suntikan.
Kadang terjadi reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan
pembengkakan
di
sekitar
tempat
penyuntikan
selama
beberapa
jam.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjol-benjol)
atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara
mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. Pada pemakaian insulin manusia sintetis
jarang
terjadi
resistensi
dan
alergi.
Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis
dan harus makan dalam jadwal yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol
yang tinggi, karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya. Tetapi
cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula darah dan berat badan.
Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani diet dan olah raga untuk mengontrol
penyakitnya. Mereka harus memahami bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi.
Penderita juga harus memberikan perhatian khusus terhadap infeksi kaki sehingga kukunya harus
dipotong secara teratur. Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang
terjadi pada pembuluh darah di mata.

KOMPLIKASI
1

Nefropati diabetik. Merupakan penyebab paling lazim penyakit stradium lanjut di amerika
serikat. Terdapat bukti jelas yang menunjukkan bahwa penggunaan penghambat ACE

2
3

6
7

(kaptoprildan dan penghambat ACE lainnya) pada penderita diabetes dengan mikroalbuminaria
dapat menunda timbulnya gagal ginjal.
Aterosklerosis koroner dan arteri perifer tiga kali lebih sering pada penderita diabetes dan
meningkat seiring waktu.
Neuropati diabetik
a Neuropati sensorik perifer merupakan jenis yang paling lazim dan menyebabkan hipestesia
(berkurangnya semua sensasi)yang pertama kali pada distal ekstremitas inferior dan
kemudian pada distalekstremitas superior.
b Neuropati motorik perifer dapat terjadi terutama mengenai otot-otot interoseus kaki dan
tangan.
c Mononeuropati dapat terjadi pada setiap saraf suprefisial dengan awitan mendadak yang
sangat nyeri pada distribusi saraf yang terkena.
d Neuropati autonom dapat bermanifestasi sebagai hiperhidrosis tubuh bagian atas dengan
anhidrosis tubuh bagian bawah atau sebagai anhidrosis generalisata. Gejala lainnya dapat
berupa takikardi saat istirahat, impotensi, kandung kemih neurogeni dan diare.
Atropati neuropatik (sendi charcot). Perubahan degeneratif pada sendi-sendi kaki dan
pergelangan kaki yang kadan-kadang membusukmenjadi kerusakan sendi total. Hal ini seringkali
merupakan proses tanpa nyeri yang disebabkan oleh trauma berulang, yang dapat berlangsung
tanpa diketahui pasien.
Gastroparesis diabetikorum (atonia lambung). Dapat asimtomatik atau bermanisfestasi mual dan
muntah. Waktu pengosongan lambung mungkin tidak dapat diperkirakan, yang membuat
pengendalian diabetes sulit pada pasien yang tergantung pasien.
Masalah kaki diabetik yang disebabkan oleh neuropati sensorik, atropati, dan penyakit pembuluh
darah perifer membuat perawatan kaki diabetik menjadi penting.
Retinopati diabetik. Merupakan penyebab utama terjadinya kebutaan.

PENCEGAHAN
Pencegahan Primordial
Sasaran dari pencegahan primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko
yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit DM. Edukasi sangat penting
peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan
mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan
agar tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik.42
Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka
yang belum terkena DM, tetapi berpotensi untuk mendapatkan penyakit DM. pada pencegahan primer ini
harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya DM dan upaya untuk mengeliminasi
faktor-faktor tersebut.42
Pada pengelolaan DM, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk mencapai tujuan tersebut.
Materi penyuluhan dapat berupa : apa itu DM, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya DM,
usaha untuk mengurangi faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan DM, obat-obat untuk mengontrol gula
darah, perencanaan makan, mengurangi kegemukan, dan meningkatkan kegiatan jasmani.43
Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan mengenai DM. Disamping kepada
pasien DM, edukasi juga diberikan kepada anggota keluarganya, kelompok masyarakat beresiko tinggi

dan pihak-pihak perencana kebijakan kesehatan. Berbagai materi yang perlu diberikan kepada pasien DM
adalah definisi penyakit DM, faktor-faktor yang berpengaruh pada timbulnya DM dan upaya-upaya
menekan DM, pengelolaan DM secara umum, pencegahan dan pengenalan komplikasi DM, serta
pemeliharaan kaki.4,45
Latihan Jasmani
Latihan jasmani yang teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit) memegang peran penting
dalam pencegahan primer terutama pada DM Tipe 2. Orang yang tidak berolah raga memerlukan insulin 2
kali lebih banyak untuk menurunkan kadar glukosa dalam darahnya dibandingkan orang yang berolah
raga. Manfaat latihan jasmani yang teratur pada penderita DM antara lain42 :
1. Memperbaiki metabolisme yaitu menormalkan kadar glukosa darah dan lipid darah
2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa
3. Membantu menurunkan berat badan
4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
Lari Pagi
Olahraga adalah salah satu upaya agar tubuh menjadi lebih bugar. Keluarnya keringat membantu tubuh
untuk lebih meningkatkan metabolismenya. Para penderita diabetes biasanya memiliki metabolisme yang
rendah yang dibawa dari kebiasaan sebelumnya, jadi untuk menghindari itu perlu dibiasakan berolahraga.
Olahraga yang paling aman, ringan4, murah dan paling mudah adalah berlari-lari ( jogging). Walaupun
hanya murah dan mudah, jogging memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah membakar lemak dan
membakar gula tubuh yang akan mnghasilkan energi dan menurunkan gula darah. Selain itu, jogging juga
memacu jantung untuk bekerja lebih keras lagi dari biasanya.
Waktu yang paling tepat untuk berolah raga khususnya umtuk mencegah diabetes adalah di pagi hari,
sekitar pukul enam hingga pukul sembilan, karena udara bumi masih tidak terlalu banyak tercampur oleh
berbagai polutan. Selain iu cahaya matahari pada waktu-waktu itu sangat berguna untuk mengubah
provitamin D di dalam tubuh menjadi vitamin D. Tak hanya itu, jika berolahraga pada pagi hari, saat
keadaan organ-organ tubuh kita masih sangat sehat, juga waktu yang efektif agar oksigen lebih terserap
lebih banyak dan lebih mudah bernafas. Lari pagi juga dapat menjadi pilihan karena sebagian orang
masih tidak banyak beraktifitas pada waktu-waktu itu. Lari pagi juga dimaksudkan untuk mempersiapkan
tubuh untuk menjalani aktifitas-aktifitas selanjutnya.
Lari pagi juga tidak boleh dilakukan terlali pagi, maksudnya saat fajar. Karena pada waktu itu tingkat uap
air yang ada di udara sangat tinggi, yang jika banyak dihirup akan menimbulkan penyakit paru-paru
basah. Juga tidak boleh dilakukan terlalu siang, karena suhu di Indonesia sangat tinggi sekitar 24-34 oC5
yang dapat menyebabkan tubuh bekerja terlalu keras. Dan mengurangi kadar gula dan kalori di dalam
darah terlalu banyak hingga berpotensi mengakibatkan diabetes.
Konsumsi Antioksidan
Selain berolahraga secara teratur, pola makan adalah hal yang paling utama dalam semua pengendalian
penyakit. Pola makan yang sehat, akan berdampak pada tubuh yang sehat. Salah satu penyebab diabetes
adalah karena di dalam darah terlalu banyak glukosa yang tidak bisa di ubah lagi oleh insulin. Oleh
karena itu, makanan yang baik untuk mencegah terjangkitnya diabetes yaitu yang rendah glukosa, bukan
yang bergula tinggi seperti karbohidrat. Seperti nasi, nasi adalah makanan yang mengandung karbohidrat
dengan jumlah yang sanga banyak. Dan selain itu penduduk Indonesia sering mengonsumsi permen,
dodol, gula-gula sebagai camilannya. Itu perlu dihindari.
Konsumsi karbihidrat dan semacamnya sebenarnya diperbolehkan asal seimbang dengan makan lain
misalnya vitamin, protein dan mineral. Vitamin sangat diperlukan untuk membantu mempercepat dan
memperbaiki sistem metabolisme tubuh. Vitamin banyak terdapat pada buah dan sayuran, tetapi tidak

semua buah atau sayur efektif untuk mencegah diabetes. Buah atau sayur yang sangat berguna untuk
mencegah diabetes adalah yang banyak mengandung antioksidan.
Kondisi para penderita diabetes sebagian besar memiliki kadar antioksidan yang rendah. Antioksidan
adalah zat yang mampu menangkal radikal bebas yang dapat mengganggu sistem metabolisme maupun
mengganggu fungsi dan susunan sel di dalam tubuh. Selain itu kadar radikal bebas di dalam tubuh yang
sangat tinggi dapat memicu stres yang juga akan berdampak pada psikologi penderita yang berakibat
sangat buruk bagi metabolisme tubuh.
Buah-buahan yang banyak mengandung antioksidan diantaranya adalah jeruk, apel, nanas, pepaya,
pisang, kiwi, anggur dan buah-buahan yang berwarna menarik. Selain buah, daun-daunan juga banyak
yang kaya antioksidan misal daun kiurat, daun sambiloto, daun kumis kucing, daun salam, daun jambu
biji6, batang brotowali, buah lada, dan rimpang jahe.7 Teh dan kopi juga mengandung banyak
antioksidan, malah lebih banyak daripada makanan dan buah-buahan. Orang yang suka mengonsumsi teh
dan kopi, lebih terjaga dan terhindar dari diabetes.
6Selain yang disebutkan di atas, ada hal yang juga tidak kalah pentingnya, yaitu memperbanyak minum
air putih dan istirahat yang optimal. Jadi, Selain diet yang benar, olahraga yang cukup serta minum air
putih, istirahat juga sangat memulihkan dan sangat membantu mencegah terjangkitnya diebetes. Usia
muda adalah usia yang paling tepat untuk memulai segala sesuatu, jadi mulailah ini dari sekarang
sebelum masa tua datang dan tak ada waktu untuk memulainya.
Perencanaan Pola Makan
Perencanaan pola makan yang baik dan sehat merupakan kunci sukses manajemen DM. Seluruh penderita
harus melakukan diet dengan pembatasan kalori, terlebih untuk penderita dengan kondisi kegemukan.
Menu dan jumlah kalori yang tepat umumnya dihitung berdasarkan kondisi individu pasien.29,39,41
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolaan DM, meski sampai saat ini tidak ada satupun
perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien, namun ada standar yang dianjurkan yaitu makanan
dengan komposisi yang seimbang dalam karbohidrat, protein, dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi
baik sebagai berikut: Karbohidrat = 60-70 %, Protein = 10-15 %, dan Lemak = 20-25 %.
Jumlah asupan kolesterol perhari disarankan < 300 mg/hari dan diusahakan lemak berasal dari sumber
asam lemak tidak jenuh dan membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh.
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada tidaknya stress akut dan kegiatan
jasmani.42
2. Meningkatkan kerja insulin dan meningkatkan jumlah pengangkut glukosa
3. Membantu menurunkan berat badan
4. Meningkatkan kesegaran jasmani dan rasa percaya diri
5. Mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
Latihan jasmani yang dimaksud dapat berupa jalan, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani.
PROGNOSIS
Pada umumnya 50% penderita diabetes sudah disertai kompliksi pada saat didiagnosa
Diabetes mellitus pertama kalinya (Rudi, 2007). Menurut Ketua Umum Persatuan Diabetes Indonesia
(PERSADIA) Sidartawan Soegondo, resiko kematian penderita diabetes 4 - 5 kali lebih besar
dibandingkan nondiabetik dengan penyebab kematian 50% akibat Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan
30% akibat gagal ginjal. Mereka yang mengidap Diabetes Mellitus banyak yang menderita penyakit
jantung koroner dengan prognosis lebih buruk bila mendapat serangan Infark Miokard Akut atau IMA
(Smeltzer dan Bare, 2002).

Anda mungkin juga menyukai