Oleh:
Cindy Lorenza Darwis G4A020098
Pembimbing Fakultas :
dr. Yudhi Wibowo, M.PH
Pembimbing Lapangan :
dr. Dhini Puspitosari
Disusun oleh :
Cindy Lorenza Darwis G4A020098
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................3
II. ANALISIS SITUASI.................................................................................4
A. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Wangon II.....................................4
B. Sarana Kesehatan.........................................................................................7
C. Situasi Derajat Kesehatan............................................................................7
D. Upaya Kesehatan.........................................................................................9
E. Kesehatan Lingkungan.................................................................................110
F. Pembiayaan Kesehatan.................................................................................16
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN....17
A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan...................................................17
B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT).................................................24
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAH
MASALAH......................................................................................................30
A. Pembahasan Isu Strategis.............................................................................30
B.Alternatif Pemecahan Masalah.....................................................................30
V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penemuan kasus diare di Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 67,7%,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu 79,8%. Hal ini menunjukkan
penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan lebih banyak terjadi pada perempuan yang
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis masalah kesehatan dan metode pemecahan
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wangon II
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum, situasi, dan kondisi Puskesmas Wangon
II
b. Mengetahui cakupan program penemuan penderita diare di Puskesmas
Wangon II
c. Mengetahui upaya upaya dalam pencapaian target program penemuan
penderita diare di Puskesmas Wangon II
d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
penemuan penderita diare di Puskesmas Wangon II
e. Memberikan alternatif pemecahan masalah untuk memaksimalkan
pencapaian penemuan penderita diare di Puskesmas Wangon II
D. Manfaat Penulis
1. Manfaat Praktis
a. Menjadi bahan pertimbangan bagi Puskesmas Wangon II untuk
melakukan evaluasi kinerja program penemuan penderita diare
b. Menjadi bahan untuk perbaikan program kerja penemuan penderita
diare ke arah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan
kepada masyarakat dan individu di wilayah kerja Puskesmas Wangon
II
2. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang membutuhkan.
II. ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum
1. Keadaan Geografis
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas Kesehatan
yang terletak di wilayah Kecamatan Wangon dan merupakan salah satu dari
dua Puskesmas yang ada di Kecamatan Wangon. Luas wilayah kerja
Puskesmas II Wangon adalah 21,38 km2 terdiri terdiri dari lima desa yaitu
Windunegara, Wlahar, Cikakak, Jambu, dan Jurangbahas. Desa Jambu
merupakan desa yang mempunyai wilayah yang paling luas yaitu sekitar 6,1
km2, sedangkan desa Wlahar merupakan desa yang mempunyai wilayah
paling sempit yaitu 2,7 km2.
2. Keadaan Demografis
a. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Berdasarkan hasil pendataan yang didapatkan dari setiap desa tahun
2020 jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas II Wangon adalah
25.355 jiwa, terdiri dari 12.842 jiwa laki laki (50.65%) dan 12.513
jiwa perempuan (49.35%) tergabung dalam 8.416 rumah tangga/KK.
Jumlah penduduk tahun 2020 yang tertinggi di Desa Jambu sebanyak
8.235 jiwa sedangkan terendah di Desa Jurangbahas sebanyak 2.716
jiwa. Apabila dibandingkan dengan luas wilayah, kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di desa Wlahar sebesar 1739,8 jiwa/km2.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas II Wangon tahun
2020 sebesar 1.185 jiwa per km2. Dengan kepadatan tertinggi terdapat
di Desa Wlahar dengan tingkat kepadatan sebesar 1739,8 jiwa/km2,
sedangkan kepadatan penduduk terendah pada Desa Cikakak sebesar
827,2 jiwa/km2.
c. Status Sosial Ekonomi
1) Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas II Wangon Tahun
2020 jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut:
3. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan menjadi kunci dalam menggapai keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan. Berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan No 75 Tahun 2014 mengenai Pusat Kesehatan Masyarakat,
diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang meliputi tenaga kesehatan
maupun tenaga penunjang kesehatan. Pasal 16 ayat 3 menyatakan bahwa
minimal tenaga kesehatan di puskesmas terdiri dari dokter umum, dokter
gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium, tenaga gizi, dan tenaga
kefarmasian. Tenaga penunjang kesehatan masyarakat harus mampu
mendukung dibidang ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informas, dan kegiatan operasional lainnya. Jumlah tenaga kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Wangon II dilampirkan pada tabel 2.2. berikut
4. Sarana Kesehatan
7
i. Penyakit Diare
Berdasarkan dari profil kesehatan Puskesmas Wangon II,
didapatkan kasus diare pada tahun 2020 pada kategori semua
8
B. Upaya Kesehatan
a. Posyandu balita,
b. Posyandu Lansia,
c. Posbindu,
d. Pos UKK.
b. Akses sanitasi
Jumlah KK dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban
sehat) yaitu jumlah KK yang menggunakan jamban sehat. Jumlah
sarana jamban sharing/komunal yaitu 186 sarana, dengan jumlah KK
yang menggunakan jamban sharing/komunal yaitu 372 KK. Jumlah
sarana jamban sehat semi permanen (JSSP) yaitu 61 sarana, dengan
pengguna 75 KK. Jumlah sarana jamban sehat permanen (JSP) yaitu
5.841 sarana, dengan pengguna 6.943 KK. Keluarga dengan akses
terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) yaitu 7.390 KK
(87,8%).
c. Desa STBM
Desa yang melaksanakan STBM di wilayah Puskesmas Wangon II ada
5 yaitu desa Cikakak (100%). Desa dengan STOP BABS (SBS) yaitu 5
Desa (100%). Di wilayah kerja Puskesmas Wangon II belum ada Desa
STBM sehingga capaian 100%.
d. Tempat-tempat umum
Tempat-Tempat Umum yang ada dari sarana pendidikan yaitu 18
SD/MI, 2 SMP/Mts, dan 1 MA. Sarana Kesehatan ada 1 di desa
Windunegara. Tempat ibadah ada 125 tempat. Pasar ada 1 di desa
Ciakkak. Sehingga jumlah TTU yang ada 148 tempat. Tempat- Tempat
Umum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu sarana pendidikan di
11
4. Pelayanan Gizi
Salah satu usaha pelayanan gizi di Puskesmas Wangon II yaitu perbaikan
gizi masyarakat, yang meliputi:
a. Tuberkulosis
Angka kesembuhan pederita TB Paru BTA (+) dievaluasi dengan
melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif
satu bulan sebelum akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan dahak
akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya
(sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya
negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilksanakan, namun pasien
telah menyelesaikan pengobatan, maka eveluasi pengobatan pasien
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Kegagalan pengobatan TB
sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga
menimbulkan kasus-kasus MDR maupun XDR, WHO telah
menetapkan strategi untuk mengatasi kegagalan pengobatan TB yaitu
dengan strategi DOT (Directly Observed Treatment Short Course)
yang telah dimulai sejak tahun 1995. Pada Tahun 2020 angka
kesembuhan BTA + di wilayah Puskesmas Wangon II yaitu 80%.
Presentase orang terduga TBC mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar yaitu 14%. CNR seluruh kasus TBC yaitu 55 per
100.000 penduduk. Case detection rate TB mencapai 29,79%.
b. Pnumonia
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita adalah penemuan
dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapat antibiotic
sesuai standar atau Pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada Tahun 2020 penemuan
penderita pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Wangon II
menurunkan, dari 67,9% di tahun 2019 menjadi 48%. Diharapkan
dengan pelaksanaan MTBS secara aktif akan dapat menjaring kasus
pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Wangon II, juga diperlukan
suatu upaya yang optimal baik dari tenaga kesehatan yang ada di desa
13
c. HIV / AIDS
Pada tahun 2020 ditemukan 2 kasus HIV/AIDS di wilayah kerja
Puseksmas II Wangon. Dalam kurun waktu 2016-2019 tidak
ditemukan laporan kasus penderita HIV-AIDS. Ditemukan 2 kasus
HIV maupun kasus baru AIDS di tahun 2020. Untuk penemuan kasus
Puskesmas mendapatkan Laporan dari Rumah Sakit yang kemudian
akan di tindak lanjuti dari Dinas kesehatan. Kasus HIV/AIDS
merupakan fenomena gunung es dimana kasus yang dilaporkan hanya
sebagian kecil dari masyarakat.
d. Kusta
Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular, yang dapat
menimbulkan masalah tidak hanya dari segi medis akan tetapi sosial
ekonomi. Pada tahun 2020 ada 1 (satu) kasus baru kusta tpe Multi
Basiler (MB) / Kusta Basah, ditemukan di desa Wlahar.
3. Perawat : 8 orang
4. Bidan : 15 orang
5. Farmasi : 1 orang
E. Pembiayaan Kesehatan
1. Input
1) Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas Wangon II ada 3 orang dokter umum. Sesuai dengan
Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman perencanaan
sumber daya manusia kesehatan maka hal tersebut menunjukkan bahwa
jumlah tenaga dokter puskesmas Wangon II telah memenuhi standar
ketenaga puskesmas.
2) Dokter Gigi
Jumlah tenaga dokter gigi di Puskesmas Wangon II sebanyak 1 orang,
hal ini sesuai dengan standar Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004
ketenaga puskesmas.
3) Dokter Spesialis
Puskesmas Wangon II tidak memiliki dokter spesialis.
4) Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang terdapat di Puskesmas Wangon II
sebanyak 9 orang. Ditinjau Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004
ketersediaan perawat adalah 8, maka pada Puskesmas Wangon II sudah
memenuhi standar pelayanan.
5) Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Wangon II sebanyak 16 orang, yang
terdiri dari 4 bidan puskesmas, 7 bidan desa, dan lima bidan kontrak.
kebutuhan bidan pada Puskesmas Kawasan Pedesaan Non Rawat Inap
sebanyak 4, sedangkan Rawat inap sebanyak 7. Hal tersebut menunjukan
bahwa ketersediaan bidan pada Puskesmas Wangon II sebagai
Puskesmas Kawasan Pedesanan Non RI sudah memenuhi standar
Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004.
19
8) Tenaga gizi
Terdapat satu tenaga gizi di Puskesmas Wangon II. Hal ini sudah sesuai
dengan peraturan ketersediaan pelayanan berdasarkan Kepmenkes No
81/Menkes/SK/I/2004 bahwa minimal tenaga gizi di Puskesmas
sebanyak 1 orang.
cakupan penemuan diare dilakukan oleh Mba Lidya Natalia, S.KM dan
bekerja sama dengan dokter, bidan, dan lintas program kesehatan
lingkungan dan promosi kesehatan.
b. Money
Sumber Anggaran kesehatan Puskesmas Wangon II terdiri dari APBD
Kabupaten dan APBN dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Total
anggaran APBD Kabupaten sebesar Rp. 1.653.501.977. Total anggaran BOK
sebesar Rp. 843.000.000. Anggaran ini digunakan untuk seluruh program
Kesehatan di Puskesmas Wangon II dan termasuk untuk program Penemuan
Penderita Diare. Namun pada tahun 2020 anggaran untuk program penderita
diare ini hanya digunakan pada angka kasus tertinggi dari desa yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Wangon II yaitu Desa Jambu.
d. Method
Pelaksanaan cakupan penemuan penderita diare dilakukan di dalam
Puskesmas dan mendapatkan laporan dari pasien rawat jalan di Balai
Pengobatan (BP) dan data lapor dari bidan. Setelah mendapatkan data,
penderita diare dibina oleh petugas Kesehatan lingkungan dan sanitasi bagian
diare untuk dilakukan wawancara dan edukasi. Hal ini memiliki kelemahan
karena metode yang digunakan adalah passive promotif case finding dan
penyuluhan belum ditetapkan sebagai upaya promotif dan peventif.
e. Minute (waktu)
Proses pelaporan dilakukan 1 kali dalam seminggu dari tenaga kesehatan
(dokter, bidan) kepada pemegang program di Puskesmas Wangon II, tetapi
pelaporan ini seringkali terlambat sehingga pemegang program tidak
menjalani tugasnya Kegiatan dengan Home visit dilakukan jika diare terjadi
dengan adanya komplikasi. Hal ini menjadi kelemahan karena kegiatan home
visit hanya jika pasien diare dan terjadi komplikasi.
f. Market (Sasaran)
Sasaran pendataan dan penemuan kasus diare adalah seluruh warga di
cakupan wilayah kerja Puskesmas Wangon II. Sebagian besar penduduk di
22
2. Process
a. Perencanaan (P1)
Tahap perencanaan program penemuan dan pendataan penyakit diare
dengan melakukan rapat perencanaan program yang mengacu kepada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang sudah ditetapkan di tingkat Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas. Perencanaan seluruh program puskesmas
diadakan pada awal tahun. Program-progam tersebut dikelola secara terpadu
oleh masing-masing pemegang program dan disusun lebih spesifik dalam
Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Di dalam RUK, tercantum nama program,
nama kegiatan, tujuan, sasaran, target, dana, alat, tenaga, indikator
keberhasilan, dan sumber dana. RUK kemudian diturunkan lagi menjadi
perencanaan bulanan serta harian dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK). Di dalam RPK, tercantum nama kegiatan, sasaran kegiatan, sumber
dana, volume kegiatan dan jadwal kegiatan. Perencanaan program
penemuan penderita diare biasanya dilakukan pada rapat UKM lalu
dibandingkan dengan SPM yang dihadiri oleh seluruh karyawan, dilakukan
dalam 1 kali sebulan.
Desa Jambu merupakan desa yang memiliki wilayah paling luas yaitu
6,1 km2, sedangkan Desa Wlahar merupakan desa yang memiliki
wilayah paling sempit yaitu 2,7 km2. Topografi wilayah kerja
Puskesmas Wangon II terdiri dari 60% daratan dan 40% pegunungan.
Jarak Puskesmas Wangon II ke ibukota kabupaten 24 km, jarak kantor
kecamatan dari puskesmas adalah 6,4 km. Semua pusat pemerintah
desa dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua dan empat.
Berdasarkan hasil pendataan pada profil kesehatan Puskesmas
Wangon II tahun 2020 yang didapatkan dari setiap desa tahun 2020
jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Wangon II adalah 25.355 jiwa
terdiri dari 12.842 jiwa laki-laki dan 12.513 jiwa perempuan tergabung
dalam 8.235 rumah tangga/KK. Pada profil tersebut juga dapat
diketahui tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan paling
banyak adalah SD/MI 8.930 (35,22%) diikuti dengan yang tidak
memiliki ijazah SD 8.891 (35,07%), Tamat SMP/MTS 4.013 (15.83%),
SMA/SMK/MA 2.965 (11,69%), Universitas/S1/S2 364 (1,44%), dan
AK/diploma II & III 192 (0,76%). Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Puskesmas Wangon II
masih relatif rendah, sehingga berdampak pada pengetahuan
masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas Wangon II terdapat satu
RSUD, yaitu RSUD Ajibarang; satu RSU, yaitu RSU An-Ni'mah,
Wangon; dan satu puskesmas lain, yaitu Puskesmas I Wangon, serta
satu klinik pratama. Selain itu juga terdapat sembilan bidan praktik
mandiri yang tersebar di beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas
Wangon II
1. Strength
25
a. Input
1) Man
a) Jumlah tenaga dokter umum terdapat di Puskesmas Wangon II
sebanyak 3 orang dokter umum dan sudah memenuhi standar
tenaga kerja.
b) Jumlah perawat puskesmas telah memenuhi standar yaitu 9 orang
perawat umum.
c) Jumlah bidan puskesmas telah memenuhi standar yaitu sebanyak
16 orang bidan di Puskesmas Wangon II yang terdiri dari 4 bidan
puskesmas, 7 bidan desa, dan 5 bidan kontrak.
d) Jumlah tenaga ahli laboratorium medik puskesmas telah memenuhi
standar yaitu terdapat 1 orang ahli laboratorium medik.
2) Money
Puskesmas memiliki dana BOK yang dirasakan oleh pemegang
program sudah cukup dalam memfasilitasi program penemuan
penderita diare.
3) Material
a) Puskesmas memiliki 2 buah ambulans yang cukup jika
dilakukannya rujukan maupun keadaan gawat darurat.
b) Puskesmas Wangon II memiliki obat-obat untuk menangani diare
seperti oralit dan zink.
c) Adanya Pos Kesehatan Desa (PKD) di setiap desa dan tiap PKD
dikelola oleh bidan desa.
d) Puskesmas Wangon II memiliki beberapa sarana pelayanan
kesehatan yang terdiri dari 5 PKD, 36 posyandu. Sedangkan sarana
pelayanan kesehatan milik swasta yang ada di Wilayah Puskesmas
Wangon II meliputi 1 klinik pratama dan 1 apotek. Puskesmas
memiliki pelayanan instalasi rawat jalan yang dapat diakses oleh
seluruh masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon II.
e) Terdapat 3 motor sebagai transportasi pendukung jalannya
26
program.
4) Method
Penemuan kasus diare dilakukan di dalam dan di luar Puskesmas.
Kegiatan di dalam puskesmas akan ditemukan didalam Balai
Pengobatan (BP). Kegiatan di luar puskesmas berupa laporan jumlah
kasus diare yang ditemukan oleh bidan ke pemegang program P2M
Diare di Puskesmas Wangon II. Kegiatan penyuluhan dan kunjungan
rumah sudah pernah dilakukan.
5) Market
Sasaran dalam penemuan kasus diare sudah baik.
6) Minute
Program pelayanan pada balai pengobatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon II dilakukan setiap hari.
b. Process
1) Perencanaan (P1)
Perencanaan program penemuan dan pendataan penyakit diare
dilakukan 1 bulan sekali yang sudah ditetapkan di tingkat Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas mengacu kepada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang sudah ditetapkan Perencanaan seluruh program
puskesmas diadakan pada awal tahun. Program tersebut dikelola secara
terpadu oleh masing-masing pemegang program dan disusun lebih
spesifik dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Tahap perencanaan
program penemuan dan pendataan diare dirasa cukup baik dengan
melakukan rapat perencanaan program, terbentuknya standar
operasional program, dan target penemuan diare.
2. Weakness
Kelemahan dapat menghambat jalannya program penemuan
penyakit diare di Puskesmas Wangon II:
a. Input
1) Man
Penanggung jawab memiliki rangkap tugas dengan program P2M
lainnya. Belum ada ketenaga kerja lainnya.
2) Money
Anggaran untuk penemuan diare ini belum merata, pembagian
anggaran lebih kepada angka kejadian tertinggi.
3) Method
a) Kegiatan promosi Kesehatan atau penyuluhan mengenai diare
masih dilakukan bersamaan dengan posyandu, posbindu, serta
minimnya media alternatif lain yang digunakan seperti leaflet,
poster.
b) Kegiatan diluar puskesmas yang berupa kegiatan kunjungan
rumah secara langsung kondisi rumah penderita diare dan
lingkungan sekitarnya belum berjalan optimal.
c) Skrining lingkungan sekitar secara aktif belum dilakukan,
penemuan kasus diare hanya secara pasif ditemukan di Balai
Pengobatan.
d) Kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan dan penanganan
28
4) Minute
a) Pelaporan dari bidan desa yang sering terlambat melibatkan
tertundanya aksi lanjut dari pemegang program.
b) Kurangnya pengawasan langsung dari kepala puskesmas untuk
follow up penemuan kasus diare tiap minggunya.
c) Perencanaan home visit hanya dilakukan jikadiare dengan
komplikasi dan hal tersebut tidak dilakukan secara rutin.
b. Process
1) Perencanaan (P1)
a) Penanggung jawab program belum menentukan jadwal kegiatan
penyuluhan.
b) Penanggung jawab program belum menentukan pengisi matri
yang kegiatannya bersamaan dengan posyandu, posbindu.
2) Pengorganisasian dan Pelaksanaan Program (P2)
a) Koordinasi antar pemegang program dengan tenaga kesehatan
atau lintas program belum maksimal sehingga kesulitan dalam
pencatatan dan pendataan penyakit diare.
b) Pendataan paling banyak didapatkan secara pasif yaitu melalui
Balai Pengobatan, namun secara active masih sangat kurang.
c) Penyuluhan kurang maksimal karena tidak dilakukan secara rutin
dan menyebar antar desa.
3) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)
29
3. Opportunity
4. Threat
kurang.
d. Ketidak tepatan waktu dalam pengumpuan data penyakit diare oleh bidan
desa maupun kader ke pemegang program.
e. Ketidak tepatan bisa dikarenakan keterbatasan transport kader sehingga
memperlambat pelaporan tiap minggunya.
f. Kader Kesehatan sudah melakukan edukasi maupun penyuluhan diare dan
kebersihan lingkungan, namun masyarakat tidak memanfaatkannya dengan
baik.
g. Belum ada kerjasama atara puskesmas dan praktik swasta setempat
sehingga pelaporan data masih kurang.
h. Masyarakat yang jauh dari Puskesmas Wangon II sehingga memilih untuk
berobat ke praktik kesehatan yang dekat dengan rumah.
IV. PEMBAHASAN ISU STATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH
yang terlibat
STRENGTH WEAKNESS
1. Meningkatkan penyuluhan 1. Membuat jadwal penyuluhan
pada masyarakat mengenai antar kader maupun
pentingnya kesadaran masyarakat secara terencana.
terhadap penyakit diare 2. Membuat leaflet atau poster
untuk dilakukan mengenai bahaya penyakit
pengobatan. diare dan pengobatannya
2. Melakukan kerjasama agar menambah
dengan lintas sektoral pengetahuan mengenai
seperti karangtaruna untuk penyakit tersebut sehingga
meningkatkan motivasi dan masyarakat peduli untuk
mengarahkan masyarakat berobat di puskesmas.
dalam meningkatkan
kesadaran terhadap penyakit
diare.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2018. Profil Kesehatan Kota Padang tahun 2018,
Semarang: Dinas Kesehatan.
Yessi, A., Eka, A. & Abdiana, 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong.
Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), pp. 452-456.