Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK PUSKESMAS

PROGRAM CAKUPAN PENEMUAN DIARE DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS WANGON II

Oleh:
Cindy Lorenza Darwis G4A020098

Pembimbing Fakultas :
dr. Yudhi Wibowo, M.PH
Pembimbing Lapangan :
dr. Dhini Puspitosari

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

PROGRAM CAKUPAN PENEMUAN DIARE DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS WANGON II

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun oleh :
Cindy Lorenza Darwis G4A020098

Telah dipresentasikan dan disetujui


Wangon, 25 Juli 2021

Pembimbing Lapangan Pembimbing Fakultas

dr. Dhini Puspitosari dr. Yudhi Wibowo, M.PH


NIP. 19810129 200501 2011 NIP. 19760123 200501 1001

ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................3
II. ANALISIS SITUASI.................................................................................4
A. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Wangon II.....................................4
B. Sarana Kesehatan.........................................................................................7
C. Situasi Derajat Kesehatan............................................................................7
D. Upaya Kesehatan.........................................................................................9
E. Kesehatan Lingkungan.................................................................................110
F. Pembiayaan Kesehatan.................................................................................16
III. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN....17
A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan...................................................17
B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT).................................................24
IV. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAH
MASALAH......................................................................................................30
A. Pembahasan Isu Strategis.............................................................................30
B.Alternatif Pemecahan Masalah.....................................................................30
V. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................33
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................34

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare merupakan penyakit infeksi saluran cerna yang masih menjadi


masalah utama di negara maju maupun negara berkembang. Diare didefinisikan
sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Diare dapat mengakibatkan demam, sakit perut,
penurunan nafsu makan, rasa Lelah dan penurunan berat badan. Diare dapat
menyebabkan kehilangan cairan elektrolit secara mendadak, sehingga dapat
menimbulkan dehidrasi, hipovolemik, kerusakan organ hingga koma[ CITATION
Yes17 \l 1057 ].

Diare merupakan salah satu penyebab utama tingginya kesakitan dan


kematian anak di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah
penyakit kedua yang menyebabkan kematian pada anak-anak. Sekita 1,7 juta
kasus diare ditemukan setiap tahunnya. Pada tahun 2018 penyakit diare mencapai
301 per 1000 penduduk dan naik pada tahu 2019 menjadi 411 per 1000 penduduk[
CITATION Kem19 \l 1057 ].

Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara


berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi.
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan dari tahun 2000
sampai dengan 2010 cenderung meningkat. Pada tahun 2017, terjadi KLB di 69
Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%).
Tahun 2018 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang,
dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2019 terjadi KLB
diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang
(CFR 1,74 %.) [ CITATION Kem19 \l 1057 ].

Penemuan kasus diare di Jawa Tengah pada tahun 2018 sebesar 67,7%,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2017 yaitu 79,8%. Hal ini menunjukkan
penemuan dan pelaporan masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan jenis kelamin
antara laki-laki dan perempuan lebih banyak terjadi pada perempuan yang
2

penularannya melalui vekal-oral, terutama dalam penyajian makanan, sarana air


bersih, dan PHBS [CITATION Din18 \l 1057 ]

Kabupaten Banyumas memiliki angka penemuan penyakit diare sebesar


65,8% pada tahun 2015. Angka ini masih dibawah standar yang ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 100% [ CITATION Din18 \l
1057 ]. Kasus diare di kabupaten Banyumas dari tahun ke tahun masih tetap tinggi
dibanding dengan kasus penyakit lainnya. Angka kesakitan diare Kabupaten
Banyumas tahun 2016 adalah 270/1000 penduduk (Profil Kesehatan Kabupaten
Banyumas, 2017).

Jumlah kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Wangon II tahun 2020


sebesar 181 kasus dari target sebanyak 685 kasus atau 26,4%. Hal ini
menunjukkan penemuan dan pelaporan masi perlu ditingkatkan karena target
harus mencapai 100% (Profil Kesehatan Puskesmas Wangon II, 2020). Penemuan
kasus mengandalkan pasien yang berkunjung ke Balai Pengobatan (BP) yang
memiliki tanda dan gejala diare yang sebelumnya didiagnosis diare oleh dokter di
puskesmas.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa perlu dilakukan evaluasi mengenai


penyebab program Penemuan Penderita Diare di Puskesmas Wangon II dengan
harapan tercapainya hasil yang memuaskan pada tahun berikutnya. Evaluasi kali
ini berupa analisis dengan pendekatan sistem (input, proses, dan output) pada
program Penemuan Penderita Diare dengan melihat data sekunder, serta
melakukan pengamatan langsung mengenai kegiatan Penemuan Penderita Diare di
Puskesmas Wangon II.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cakupan dan target program penemuan penderita diare tahun


2020 di Puskesmas Wangon II?
2. Apa permasalahan yang terjadi sehingga tidak tercapainya program
penemuan penderita diare di Puskesmas Wangon II?
3. Apa saja alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan untuk
menurunkan angka kejadian diare di Puskesmas Wangon II?
3

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mampu menganalisis masalah kesehatan dan metode pemecahan
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Wangon II

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum, situasi, dan kondisi Puskesmas Wangon
II
b. Mengetahui cakupan program penemuan penderita diare di Puskesmas
Wangon II
c. Mengetahui upaya upaya dalam pencapaian target program penemuan
penderita diare di Puskesmas Wangon II
d. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program
penemuan penderita diare di Puskesmas Wangon II
e. Memberikan alternatif pemecahan masalah untuk memaksimalkan
pencapaian penemuan penderita diare di Puskesmas Wangon II

D. Manfaat Penulis

1. Manfaat Praktis
a. Menjadi bahan pertimbangan bagi Puskesmas Wangon II untuk
melakukan evaluasi kinerja program penemuan penderita diare
b. Menjadi bahan untuk perbaikan program kerja penemuan penderita
diare ke arah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan
kepada masyarakat dan individu di wilayah kerja Puskesmas Wangon
II
2. Manfaat Teoritis
Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang membutuhkan.
II. ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum

1. Keadaan Geografis
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas Kesehatan
yang terletak di wilayah Kecamatan Wangon dan merupakan salah satu dari
dua Puskesmas yang ada di Kecamatan Wangon. Luas wilayah kerja
Puskesmas II Wangon adalah 21,38 km2 terdiri terdiri dari lima desa yaitu
Windunegara, Wlahar, Cikakak, Jambu, dan Jurangbahas. Desa Jambu
merupakan desa yang mempunyai wilayah yang paling luas yaitu sekitar 6,1
km2, sedangkan desa Wlahar merupakan desa yang mempunyai wilayah
paling sempit yaitu 2,7 km2.

Gambar 2.1 Peta Desa Wilayah Kerja Puskesmas II Wangon


Letak Geografi Puskesmas II Wangon terletak diantara
1029’36.31” Bujur Timur dan sekitar 109007’17.53” Lintang Selatan,
berbatasan dengan beberapa kecamatan yaitu:
a. Sebelah Timur : Kecamatan Purwojati
b. Sebelah Barat : Kecamatan Lumbir
c. Sebelah Utara : Kecamatan Ajibarang
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Wangon dan wilayah kerja
Puskesmas II Wangon

Topografi wilayah kerja Puskesmas II Wangon terdiri dari 60%


5

daratan dan 40% pegunungan. Jarak Puskesmas II Wangon ke ibukota


kabupaten 24 km, jarak desa dari puskesmas adalah 10 km. Semua pusat
pemerintah desa dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua dan roda
empat.

2. Keadaan Demografis
a. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Berdasarkan hasil pendataan yang didapatkan dari setiap desa tahun
2020 jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas II Wangon adalah
25.355 jiwa, terdiri dari 12.842 jiwa laki laki (50.65%) dan 12.513
jiwa perempuan (49.35%) tergabung dalam 8.416 rumah tangga/KK.
Jumlah penduduk tahun 2020 yang tertinggi di Desa Jambu sebanyak
8.235 jiwa sedangkan terendah di Desa Jurangbahas sebanyak 2.716
jiwa. Apabila dibandingkan dengan luas wilayah, kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di desa Wlahar sebesar 1739,8 jiwa/km2.
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas II Wangon tahun
2020 sebesar 1.185 jiwa per km2. Dengan kepadatan tertinggi terdapat
di Desa Wlahar dengan tingkat kepadatan sebesar 1739,8 jiwa/km2,
sedangkan kepadatan penduduk terendah pada Desa Cikakak sebesar
827,2 jiwa/km2.
c. Status Sosial Ekonomi

1) Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas II Wangon Tahun
2020 jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.1. Data Tingkat Pendidikan Penduduk


NO JENIS PENDIDIKAN JUMLAH
1 Tidak memiliki ijazah SD 8.891 (35,07%)
3 SD/MI 8.930 (35,22%)
4 SMP/MTS 4.013 (15,83%)
5 SMA/SMK/MA 2.965 (11,69%)
6

6 AK/DIPLOMA 192 (0,76%)


7 UNIVERSITAS 364 (1,44%)
Sumber: Profil Puskesmas II Wangon 2020

Dari tabel tersebut di atas tingkat pendidikan paling banyak


adalah SD/MI (35,22%), kemudian Tidak memiliki ijazah SD
(35,07%), Tamat SMP (15,83%), SMA/SMK/MA (11,69%),
Universitas (1,44%) dan AK/Diploma (0,76%).

3. Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan menjadi kunci dalam menggapai keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan. Berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan No 75 Tahun 2014 mengenai Pusat Kesehatan Masyarakat,
diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang meliputi tenaga kesehatan
maupun tenaga penunjang kesehatan. Pasal 16 ayat 3 menyatakan bahwa
minimal tenaga kesehatan di puskesmas terdiri dari dokter umum, dokter
gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan
lingkungan, ahli teknologi laboratorium, tenaga gizi, dan tenaga
kefarmasian. Tenaga penunjang kesehatan masyarakat harus mampu
mendukung dibidang ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem
informas, dan kegiatan operasional lainnya. Jumlah tenaga kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Wangon II dilampirkan pada tabel 2.2. berikut

Tabel 2.2. Tenaga Kesehatan Puskesmas Wangon II


No Jenis Ketenagaan Jumlah
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 1
3 Perawat 8
4 Bidan 15
5 Tenaga Gizi 1
6 Tenaga Promosi Kesehatan 1
7 Tenaga Kesehatan Masyarakat 3
8 Sanitasi Lingkungan 2
9 Apoteker 1
10 Ahli Teknologi Laboratorium 1

4. Sarana Kesehatan
7

Penyedia sarana kesehatan mnejadi kebutuhan penting untuk


meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan menjadi perhatian dalam
membangun bidang kesehatan agar semua masyarakat menikmati peyanan
kesehatan yang memadai. Puskesmas Wangon II merupakan salah satu
UPTD Dinas Kesehatan kabupaten Banyumas yang merupakan Puskesmas
Non Rawat Inap dan memiliki 6 (enam) PKD yang tersebar di 5 desa
wilayah kerja Puskemas II Wangon. Dalam Pelayanan kesehatan dasar
Puskesmas Wangon II juga melaksanakan Puskesmas Keliling (Pusling) di
satu titik wilayah kerja Puskesmas Wangon II, yaitu di Desa Windunegara.

5. Capaian Program dan Derajat Kesehatan Masyarakat


Capaian program dan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Wangon II dapat dilihat dari angka kematian (mortalitas) dan
angka kesakitan (morbiditas), dan status gizi.
a. Angka Kematian (Mortalitas)
1) Angka Kematian Neonatal, Bayi, dan Balita
Sesuai dengan lampiran profil kesehatan, jumlah kematian
neonatal, bayi, dan anak balita sebanyak 2 kematian neonatal di Desa
Jurangbahas disebabkan IUFD. Kematian balita laki-laki di Desa
Jambu disebabkan kelainan kongenital, jantung bawaan. Angka
kematian bayi (AKB) di wilayah kerja Puskesmas Wangon II pada
tahun 2020 yaitu 6 per 1000 kelahiran hidup.
2) Angka Kematian Ibu
Berdasarkan data laporan Puskesmas Wangon II, tidak
didapatkan kematian ibu setelah melahirkan maupun ibu nifas pada
tahun 2020. Berdasarkan data tersebut, maka didapatkan angka
kematian ibu (AKI) di wilayah kerja Puskesmas Wangon II adalah 0
per 100.000 kelahiran hidup.
3) Angka Kesakitan (Morbiditas)

i. Penyakit Diare
Berdasarkan dari profil kesehatan Puskesmas Wangon II,
didapatkan kasus diare pada tahun 2020 pada kategori semua
8

umur sebanyak 181 kasus dan kasus diare pada balita


sebanyak 77 kasus.
ii. Penyakit Malaria
Kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Wangon II
sebesar 0 kasus, atau 0 per 1000 penduduk, karena daerah ini
bukan termasuk wilayah endemik malaria.
iii. TB Paru
Berdasarkan dari profil kesehatan Puskesmas Wangon II,
diketahui bahwa didapatkan kasus tuberkulosis mencapai 14
orang kasus baru yang terdaftar dan terobati.
iv. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Di wilayah kerja Puskesmas Wangon II pada tahun 2020
ditemukan 16 kasus DBD. Angka kesakitan DBD di wilayah
kerja Puskesmas Wangon II yaitu 63,1 per 100.000 penduduk.
v. HIV
Pada tahun 2020 ditemukan 2 kasus HIV/AIDS di wilayah
kerja Puseksmas II Wangon. Proporsi jenis kelamin pada
kasus HIV/AIDS adalah satu orang perempuan dan satu orang
laki-laki.
vi. Acute Flaccid Paralysis
Di wilayah kerja Puseksmas Wangon II terdapat 0 kasus
Acute Flaccid Paralysis.

vii. Pneumonia Balita


Berdasarkan data yang ada, pada tahun 2020 ditemukan 25
kasus pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Wangon II Prevalensi pneumonia pada balita sebesar 3,62%.
Seluruh pasien (100%) sudah diberi tatalaksana di Puskesmas
Wangon II.

b. Status Gizi Masyarakat


Perbaikan gizi di puskesmas bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan setiap keluarga di wilayah
9

puskesmas, supaya mencapai keluarga sadar gizi dan terwujudnya


derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Tujuan perbaikan gizi di
puskesmas yaitu:
1) Meningkatkan cakupan dan kualitas pemberdayaan keluarga
menuju Keluarga Sadar Gizi
2) Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan gizi
(Pelayanan gizi masyarakat dan pelayanan gizi perseorangan)
3) Menurut pemantauan status gizi balita pada tahun 2020,
jumlah balita yang ditimbang sebanyak 1.214 balita dari 1.413
balita menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat
sebanyak 85,9%.

B. Upaya Kesehatan

Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud


meliputi upaya kesehatan essensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Upaya masyakarat essensial terdiri dari:
1. Upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di wilayah
Puskesmas Wangon II meliputi:

a. Posyandu balita,

b. Posyandu Lansia,

c. Posbindu,

d. Pos UKK.

Posyandu balita di wilayah Puskesmas Wangon II ada 36 Posyandu yang


mempunyai 180 kader dengan tiap posyandu ada 5 kader. Posyandu
lansia ada 9 pos. Pos UKK sudah ada 1, di Desa Jambu. Posbindu PTM
ada 10 pos.

2. Pelayanan kesehatan lingkungan


10

Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan di Puskesmas Wangon II


meliputi

a. Sarana air minum


Presentase sarana air minum yang dilakukan pengawasan wilayah
kerja Puskesmas Wangon II dengan jumlah sarana air minum 6.335
sarana. Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan pada 912 sarana
(14,4%) sarana air minum, dengan jumlah sarana air minum dengan
risiko rendah + sedang yaitu 859 sarana (94,2%). Jumlah sarana air
minum diambil sampel yaitu 11 sarana (0,2%) dan jumlah sarana air
minum memenuhi syarat sejumlah 7 sarana (63,6%).

b. Akses sanitasi
Jumlah KK dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban
sehat) yaitu jumlah KK yang menggunakan jamban sehat. Jumlah
sarana jamban sharing/komunal yaitu 186 sarana, dengan jumlah KK
yang menggunakan jamban sharing/komunal yaitu 372 KK. Jumlah
sarana jamban sehat semi permanen (JSSP) yaitu 61 sarana, dengan
pengguna 75 KK. Jumlah sarana jamban sehat permanen (JSP) yaitu
5.841 sarana, dengan pengguna 6.943 KK. Keluarga dengan akses
terhadap fasilitas sanitasi yang layak (jamban sehat) yaitu 7.390 KK
(87,8%).

c. Desa STBM
Desa yang melaksanakan STBM di wilayah Puskesmas Wangon II ada
5 yaitu desa Cikakak (100%). Desa dengan STOP BABS (SBS) yaitu 5
Desa (100%). Di wilayah kerja Puskesmas Wangon II belum ada Desa
STBM sehingga capaian 100%.

d. Tempat-tempat umum
Tempat-Tempat Umum yang ada dari sarana pendidikan yaitu 18
SD/MI, 2 SMP/Mts, dan 1 MA. Sarana Kesehatan ada 1 di desa
Windunegara. Tempat ibadah ada 125 tempat. Pasar ada 1 di desa
Ciakkak. Sehingga jumlah TTU yang ada 148 tempat. Tempat- Tempat
Umum yang memenuhi syarat kesehatan yaitu sarana pendidikan di
11

Mts 1 tempat (50%), sarana kesehatan ada 1 tempat (100%). Tempat


ibadah ada 19 tempat (15,2%). Pasar ada 1 tempat (100%). Dengan
jumlah total TTU yang memenuhi syarat kesehatan yaitu 22 tempat
(14,9%). Rendahnya jumlah TTU yang memenuhi syarat dikarenakan
belum adanya pelaksanaan inspeksi TTU secara menyeluruh
dikarenakan terkendala pandemi COVID-19

3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana


Cakupan kesehatan ibu anak dan keluarga berencana yang dilakukan oleh
Puskesmas Wangon II meliputi:
a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1, K4)
b. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan
c. Pelayanan Ibu Nifas
d. Cakupan Kunjungan Neonatus
e. BBLR yang Ditangani
f. Cakupan Bayi yang diberi ASI Eksklusif
g. Cakupan Desa yang mencapai UCI
h. Cakupan Imunisasi Bayi
i. Cakupan Balita Ditimbang
j. Pendataan Jumlah Peserta KB Aktif menurut jenis kontrasepsinya

4. Pelayanan Gizi
Salah satu usaha pelayanan gizi di Puskesmas Wangon II yaitu perbaikan
gizi masyarakat, yang meliputi:

a. Cakupan bayi dan balita yang mendapat pelayanan kesehatan


Menurut data profil Puskesmas Wangon II pada tahun 2020,
terdapat 137 bayi umur 6 – 11 bulan, 1.130 balita umur 12-59 bulan,
dan 1.267 balita umur 6-59 bulan telah mendapat vitamin A (tercapai
target 100%).

b. Cakupan ibu hamil yang mendapat tablet Fe


Menurut data profil Puskesmas Wangon II pada tahun 2020, seluruh
ibu hamil telah mendapat tablet Fe saat kunjungan kehamilan mereka.
12

5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian penyakit Menular


Upaya pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit menular yang
dilakukan di Puskesmas Wangon II yaitu:

a. Tuberkulosis
Angka kesembuhan pederita TB Paru BTA (+) dievaluasi dengan
melakukan pemeriksaan dahak mikroskopis pada akhir fase intensif
satu bulan sebelum akhir pengobatan dengan hasil pemeriksaan dahak
akhir pengobatan ditambah minimal satu kali pemeriksaan sebelumnya
(sesudah fase awal atau satu bulan sebelum akhir pengobatan) hasilnya
negatif. Bila pemeriksaan follow up tidak dilksanakan, namun pasien
telah menyelesaikan pengobatan, maka eveluasi pengobatan pasien
dinyatakan sebagai pengobatan lengkap. Kegagalan pengobatan TB
sebagian besar karena pasien berobat secara tidak teratur, sehingga
menimbulkan kasus-kasus MDR maupun XDR, WHO telah
menetapkan strategi untuk mengatasi kegagalan pengobatan TB yaitu
dengan strategi DOT (Directly Observed Treatment Short Course)
yang telah dimulai sejak tahun 1995. Pada Tahun 2020 angka
kesembuhan BTA + di wilayah Puskesmas Wangon II yaitu 80%.
Presentase orang terduga TBC mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar yaitu 14%. CNR seluruh kasus TBC yaitu 55 per
100.000 penduduk. Case detection rate TB mencapai 29,79%.

b. Pnumonia
Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita adalah penemuan
dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang mendapat antibiotic
sesuai standar atau Pneumonia berat dirujuk ke rumah sakit di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pada Tahun 2020 penemuan
penderita pneumonia pada balita di wilayah Puskesmas Wangon II
menurunkan, dari 67,9% di tahun 2019 menjadi 48%. Diharapkan
dengan pelaksanaan MTBS secara aktif akan dapat menjaring kasus
pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Wangon II, juga diperlukan
suatu upaya yang optimal baik dari tenaga kesehatan yang ada di desa
13

dan di Puskesmas untuk secara aktif melakukan /melacak penemuan


kasus penderita Pneumonia. Penegakan diagnosa yang tepat agar
penanganan bagi penderita Pneumonia Balita dapat ditangani dengan
baik.

c. HIV / AIDS
Pada tahun 2020 ditemukan 2 kasus HIV/AIDS di wilayah kerja
Puseksmas II Wangon. Dalam kurun waktu 2016-2019 tidak
ditemukan laporan kasus penderita HIV-AIDS. Ditemukan 2 kasus
HIV maupun kasus baru AIDS di tahun 2020. Untuk penemuan kasus
Puskesmas mendapatkan Laporan dari Rumah Sakit yang kemudian
akan di tindak lanjuti dari Dinas kesehatan. Kasus HIV/AIDS
merupakan fenomena gunung es dimana kasus yang dilaporkan hanya
sebagian kecil dari masyarakat.

d. Kusta
Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular, yang dapat
menimbulkan masalah tidak hanya dari segi medis akan tetapi sosial
ekonomi. Pada tahun 2020 ada 1 (satu) kasus baru kusta tpe Multi
Basiler (MB) / Kusta Basah, ditemukan di desa Wlahar.

e. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Pada Tahun 2020 jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas
Wangon II mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 2019 yang
mencapai 27 kasus, yaitu 16 kasus. Laki-laki 6 kasus yang terdiri dari,
1 kasus di desa Wlahar, 1 kasus di desa Cikakak, dan 4 kasus di desa
Jambu. Perempuan berjumlah 10 kasus, yang terdiri dari 1 kasus
di Desa Windunegara, 1 kasus di Desa Wlahar, 4 kasus di Desa
Cikakak, dan 4 kasus di Desa Jambu. Kasus DBD biasanya disebabkan
adanya iklim yang tidak stabil dan curah hujan yang cukup banyak
pada musim hujan sehingga nyamuk aedes Aegypty mudah
berkembang biak dan juga di dukung dengan kurang maksimalnya
kegiatan PSN di masyarakat.

6. Pelayanan Kesehatan Dasar


14

Upaya kesehatan dasar yang wajib di lakukan untuk meningkatkan derajat


kesehatan dasar oleh Puskesmas Wangon II, yaitu :
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil
b. Pelayanan kesehatan ibu bersalin
c. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
d. Pelayanan kesehatan balita
e. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
f. Pelayanan kesehatan pada usia produktif
g. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut
h. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi
i. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus
j. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat
k. Pelayanan kesehatan orang dengan terduga TB
l. Pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV

C. Indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal

Standar pelayanan minimal puskesmas menurut 12 indikator dapat dilihat


pada tabel 2.3

Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimal 1 2 Indikator

NO STANDAR PELAYANAN BATAS TARGET PRESENASE


MINIMAL WAKTU PENCAPAIAN CAPAIAN
INDIKATOR SASARAN PENCAPAI AN (%) (%)
KERJA
1 Pelayanan 343 2020 100% 95.04%
Kesehatan Ibu
Hamil
2 Pelayanan 327 2020 100% 101.83%
Kesehatan Ibu
Bersalin
3 Pelayanan 312 2020 100% 104.17%
Kesehatan Bayi
Baru Lahir
4 Pelayanan 1394 2020 100% 101.29%
Kesehatan
Balita
5 Pelayanan 2173 2020 100% 27.68%
Kesehatan Pada
Usia Pendidikan
Dasar
15

6 Pelayanan 15802 2020 100% 80.58%


Kesehatan Pada
Usia Produktif
7 Pelayanan 2932 2020 100% 73.26%
Kesehatan Pada
Usia Lanjut
8 Pelayanan 5334 2020 100% 28.37%
Kesehatan
Penderita
Hipertensi
9 Pelayanan 352 2020 100% 111.08%
Kesehatan
Penderita
Diabetes
Melitus
10 Pelayanan 181 2020 100% 14.92%
Kesehatan
Orang dengan
Gangguan
Jiwa Berat
11 Pelayanan 48 2020 100% 33.33%
Kesehatan
Orang dengan
terduga TB

12 Pelayanan 343 2020 100% 69.39%


Kesehatan n
Orang dengan
resiko
terinfeksi HIV

D. Sumber Daya Manusia Kesehatan

Sumber Daya Manusia Kesehatan di Puskesmas Wangon II terdiri dari:

1. Dokter umum : 3 orang

2. Dokter gigi : 1 orang

3. Perawat : 8 orang

4. Bidan : 15 orang

5. Farmasi : 1 orang

6. Tenaga Gizi : 1 orang

7. Tenaga Laboran : 1 oran

8. Tenaga Kesehatan masyarakat : 3 orang

9. Tenaga Sanitasi : 1 orang


16

E. Pembiayaan Kesehatan

Anggaran menjadi hal yang penting dalam pelaksanaan program puskesmas.


Penyusunan anggaran dilakukan secara sistematis yang dapat dinyatakan dalam
unit (kesatuan uang dan untuk jangka waktu periode sebagai pelaporan).
Anggaran Puskesmas Wangon II berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanjar
Daerah (APBD) sebesar Rp. 1.653.501.977,00. Sumber APBN dana BOK Rp.
843.000.000,00.
III. ANALISIS POTENSI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan

Berdasarkan data SPM Puskesmas Wangon II menunjukkan


jumlah penemuan kasus penderita diare di Puskesmas Wangon II pada
tahun 2020 sebanyak 181 kasus atau dengan persentase sebesar 26,4%.
Target pemerintah terhadap penemuan kasus diare adalah 50%. Artinya
target penemuan kasus diare di Puskesmas Wangon II belum tercapai.

Upaya optimalisasi program P2M perlu dilakukan dengan


melibatkan seluruh pihak, diantaranya bidan desa, dokter puskesmas,
dan seluruh masyarakat di Wilayah Puskesmas Wangon II. Utnuk itu
perlu dianalisis penyebab masalah tersebut. Analisis penyebab masalah
dilakukan berdasarkan pendekatan system sehingga dapat dilihat
apakah output terdapat suatu masalah atau tidak. Analisis system
Kesehatan dimulai dari input, proses, dan output. Input mencakup
indikator yaitu man (sumber daya manusia), money (sumber dana),
method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material (perlengkapan),
minute (Waktu), dan market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi
manajemen yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (Perencanaan), P2
(Pergerakan dan Pelaksanaan), dan P3 (Pengawasan, pengendalian, dan
penilaian). Untuk itu, perlu dilakukan pembahasan analisis pada
program penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Wangon II.

1. Input

a. Man (Tenaga Kesehatan)


Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting dalam
pembangunan bidang kesehatan. Menurut Peraturan Kepmenkes No
81/Menkes/SK/I/2004 menjelaskan peraturan mengenai pedoman penyusunan
perencanaan sumber daya manusia kesehatan di tingkat provinsi,
kabupaten/kota serta rumah sakit. Jenis tenaga kesehatan di Puskesmas paling
sedikit terdiri atas dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat,
bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ali
18

teknologi lab medik, tenaga gizi, tenaga kefarmasian, tenaga administrasi,


pekarya. Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci dalam mencapai
keberhasilan pembangunan bidang kesehatan,. Jumlah tenaga kesehatan dalam
Wilayah Puskesmas Wangon II adalah sebagai berikut:

1) Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas Wangon II ada 3 orang dokter umum. Sesuai dengan
Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman perencanaan
sumber daya manusia kesehatan maka hal tersebut menunjukkan bahwa
jumlah tenaga dokter puskesmas Wangon II telah memenuhi standar
ketenaga puskesmas.

2) Dokter Gigi
Jumlah tenaga dokter gigi di Puskesmas Wangon II sebanyak 1 orang,
hal ini sesuai dengan standar Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004
ketenaga puskesmas.

3) Dokter Spesialis
Puskesmas Wangon II tidak memiliki dokter spesialis.

4) Perawat
Tenaga perawat kesehatan yang terdapat di Puskesmas Wangon II
sebanyak 9 orang. Ditinjau Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004
ketersediaan perawat adalah 8, maka pada Puskesmas Wangon II sudah
memenuhi standar pelayanan.

5) Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas Wangon II sebanyak 16 orang, yang
terdiri dari 4 bidan puskesmas, 7 bidan desa, dan lima bidan kontrak.
kebutuhan bidan pada Puskesmas Kawasan Pedesaan Non Rawat Inap
sebanyak 4, sedangkan Rawat inap sebanyak 7. Hal tersebut menunjukan
bahwa ketersediaan bidan pada Puskesmas Wangon II sebagai
Puskesmas Kawasan Pedesanan Non RI sudah memenuhi standar
Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004.
19

6) Tenaga Kesehatan Mayarakat


Terdapat 3 orang tenaga kesehatan masyarakat di Puskesmas Wangon II.
Hal ini sudah sesuai dengan standar pelayanan menurut Kepmenkes No
81/Menkes/SK/I/2004 bahwa ketersediaan tenaga kesehatan masyarakat
adalah 1 orang.

7) Ahli Teknologi Laboratorium Medik


Terdapat satu orang ahli teknologi laboratorium medik di Puskesmas
Wangon II. Berdasarkan standar peraturan pelayanan Kepmenkes No
81/Menkes/SK/I/2004 menyatakan bahwa ketersdiaan teknologi
laboratorium medik minimal 1 orang.

8) Tenaga gizi
Terdapat satu tenaga gizi di Puskesmas Wangon II. Hal ini sudah sesuai
dengan peraturan ketersediaan pelayanan berdasarkan Kepmenkes No
81/Menkes/SK/I/2004 bahwa minimal tenaga gizi di Puskesmas
sebanyak 1 orang.

9) Tenaga Kesehatan Lingkungan


Terdapat 2 orang tenaga kesehatan lingkungan di Puskesmas Wangon II.
Hal ini sudah sesuai dengan peraturan ketersediaan pelayanan
berdasarkan Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004 bahwa tenaga
kesehatan lingkungan dibutuhkan 1 orang.

10) Tenaga Kefarmasian


Terdapat satu orang tenaga kefarmasian di Puskesmas Wangon II.
Menurut standar Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004 bahwa tenaga
kefarmasian di puskesmas kawasan pedesaan dibutuhkan sebanyak 1
orang, maka pada Puskesmas Wangon II sudah memenuhi.

Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Wangon II sudah mmenuhi


standar dari Kepmenkes No 81/Menkes/SK/I/2004 sesuai dengan Puskesmas
Kawasan Pedesanan Non RI. Berkaitan dengan penanggungjawab program
20

cakupan penemuan diare dilakukan oleh Mba Lidya Natalia, S.KM dan
bekerja sama dengan dokter, bidan, dan lintas program kesehatan
lingkungan dan promosi kesehatan.

b. Money
Sumber Anggaran kesehatan Puskesmas Wangon II terdiri dari APBD
Kabupaten dan APBN dan BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Total
anggaran APBD Kabupaten sebesar Rp. 1.653.501.977. Total anggaran BOK
sebesar Rp. 843.000.000. Anggaran ini digunakan untuk seluruh program
Kesehatan di Puskesmas Wangon II dan termasuk untuk program Penemuan
Penderita Diare. Namun pada tahun 2020 anggaran untuk program penderita
diare ini hanya digunakan pada angka kasus tertinggi dari desa yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Wangon II yaitu Desa Jambu.

c. Material (Sarana Kesehatan)


Puskesmas Wangon II merupakan Puskesmas non RI atau non Rawat inap
di Unit Pelayanan Tingkat Dasar (UPTD) Dinas Kesehatan, Kabupaten
Banyumas. Puskesmas Wangon II ini memiliki fasilitas Unit Gawat Darurat
(UGD) dan pelayanan bersalin 24 jam. Puskesmas Wangon II memiliki
fasilitas luar puskesmas berupa 6 Poli Klinik Desa (PKD) yang tersebar di 5
desa yang masuk kedalam wilayah kerja Puskesmas Wangon II yaitu Desa
Windunegara, Desa Wlahar, Desa Cikakak, Desa Jambu, dan Desa
Jurangbahas. Selain itu terdapat Puskesmas Keliling (Pusling) yang termasuk
kedalam pelayanan Kesehatan dasar di beberapa titik di wilayah kerja
Puskesmas.

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di wilayah


Puskesmas Wangon II terdapat posyandu balita, posyandu lansia, posbindu,
Pos UKK. Posyandu balita di wilayah Puskesmas Wangon II ada 36 posyandu
yang mempunyai 180 kader dengan tiap posyandu ada 5 kader. Posyandu
lansia ada 9 pos. Pos UKK sudah ada 1 di Desa Jambu. Puskesmas Wangon II
telah memiliki rumah tunggu kelahiran dan dua buah mobil ambulance yang
dapat digunakan untuk kepentingan merujuk pasien maupun keadaan gawat
21

darurat. Untuk ruangan khusus setelah penemuan kasus diare sendiri, di


puskesmas belum memiliki ruangan Pojok Oralit.

d. Method
Pelaksanaan cakupan penemuan penderita diare dilakukan di dalam
Puskesmas dan mendapatkan laporan dari pasien rawat jalan di Balai
Pengobatan (BP) dan data lapor dari bidan. Setelah mendapatkan data,
penderita diare dibina oleh petugas Kesehatan lingkungan dan sanitasi bagian
diare untuk dilakukan wawancara dan edukasi. Hal ini memiliki kelemahan
karena metode yang digunakan adalah passive promotif case finding dan
penyuluhan belum ditetapkan sebagai upaya promotif dan peventif.

Setelah diberikan laporan mengenai adanya pasien diare selanjutnya akan


dilakukan penyuluhan mandiri dengan bekerjasama lintas program yaitu
dengan program kesehatan lingkungan (Kesling) dan promosi kesehatan
(Promkes). Penyuluhan di desa pernah dilakukan 1 kali di awal tahun 2020
dengan mengikuti kegitan warga desa seperti posyandu, namun kegiatan
tersebut belum pernah dilakukan kembali hingga saat ini. Kunjungan rumah
yang menjadi program utama juga belum dilaksanakan secara maksimal
sepanjang tahun 2020. Hal ini memiliki kelemahan karena program utamanya
secara aktif belum dilakukan.

e. Minute (waktu)
Proses pelaporan dilakukan 1 kali dalam seminggu dari tenaga kesehatan
(dokter, bidan) kepada pemegang program di Puskesmas Wangon II, tetapi
pelaporan ini seringkali terlambat sehingga pemegang program tidak
menjalani tugasnya Kegiatan dengan Home visit dilakukan jika diare terjadi
dengan adanya komplikasi. Hal ini menjadi kelemahan karena kegiatan home
visit hanya jika pasien diare dan terjadi komplikasi.

f. Market (Sasaran)
Sasaran pendataan dan penemuan kasus diare adalah seluruh warga di
cakupan wilayah kerja Puskesmas Wangon II. Sebagian besar penduduk di
22

wilayah kerja Puskesmas Wangon II berpendidikan dan berekonomi


menengah kebawah. Setiap desa telah dikatakan mencapai program ini apabila
setengah dari total populasi telah merubah perilaku menjadi lebih peduli
terhadap kebersihan dan keshatan lingkungan.

2. Process
a. Perencanaan (P1)
Tahap perencanaan program penemuan dan pendataan penyakit diare
dengan melakukan rapat perencanaan program yang mengacu kepada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang sudah ditetapkan di tingkat Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas. Perencanaan seluruh program puskesmas
diadakan pada awal tahun. Program-progam tersebut dikelola secara terpadu
oleh masing-masing pemegang program dan disusun lebih spesifik dalam
Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Di dalam RUK, tercantum nama program,
nama kegiatan, tujuan, sasaran, target, dana, alat, tenaga, indikator
keberhasilan, dan sumber dana. RUK kemudian diturunkan lagi menjadi
perencanaan bulanan serta harian dalam Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK). Di dalam RPK, tercantum nama kegiatan, sasaran kegiatan, sumber
dana, volume kegiatan dan jadwal kegiatan. Perencanaan program
penemuan penderita diare biasanya dilakukan pada rapat UKM lalu
dibandingkan dengan SPM yang dihadiri oleh seluruh karyawan, dilakukan
dalam 1 kali sebulan.

b. Pengorganisasian dan Pelaksanaan Program (P2)


Kerjasama yang dilakukan terbatas pada bidan desa (PKD) dengan
pelaporan rutin setiap minggunya dan di Balai Pengobatan di Puskesmas
Wangon II lalu setelah itu akan dilakukan konseling dengan pihak
Kesehatan lingkungan dan sanitasi. Pasien yang memiliki tanda dan gejala
diare akan didata dan dilaporkan oleh tenaga Kesehatan setiap 1 minggu
sekali ke pemegang program diare di Puskesmas.
Pendataan dilakukan scara aktive dan pasif oleh pemegang program.
Pendataan secara pasif dilakukakan dengan mengambil data dari pasien
rawat jalan di Puskesmas Wangon II dan menunggu laporan dari bidan,
kader kesehatan tiap desa. Namun seringkali laporan ini tidak dilakukan.
23

Pendataan secara aktif dilakukan dengan cara kunjungan keumah penduduk


berdasarkan per kepala keluarga yang dilakukan pemegang program
dibanding dengan kesehatan lingkungan, promkes, dan bidan desa maupun
kader tetapi hal ini belum berjalan maksimal. Program pendataan dan
penyuluhan dengan metode kontak sosial dirasa cukup efektif untuk
mengetahui keadaan yang terjadi di masyarakat, namun hal ini tidak
sepenuhnya efektif karena banyak masyarakat yang memilih berobat ke
rumah tempat praktik swasta sehingga tidak tercatat di data puskesmas.

c. Pengawasan, Pengendalian, Penilaian (P3)


Pengawasan terhadap penemuan penderita diare dilakukan oleh petugas
Kesehatan lingkungan dibantu oleh bidan desa serta dibawah pengawasan
kepala puskesmas dan supervise Dinas Kesehatan Kab. Banyumas untuk
dilakukan monev. Namun Monitoring dan evaluasi ini tidak dilakukan tiap
bulannya untuk mengetahui apakah program tersebut sudah mencapai target
atau tidak. Hal ini menunjukan bahwa pengawasan belum cukup baik.
3. Feedback
Umpan balik program melalui lokakarya mini bulanan dan
tahunan untuk lintas sektor evaluasi dan penilaian kerja di setiap akhir
tahun Puskesmas Wangon II.
4. Output
Cakupan penemuan penderita diare di Wilayah Puskesmas
Wangon II tahun 2020 menunjukan angka 26,4% sehingga masih belum
mencapai target tahun 2020 yaitu 50%. Angka akumulasi kasus diare
paling banyak yaitu pada Desa Cikakak.
5. Outcome
Dampak yang dapat diharapkan adalah penurunan tingkat
morbiditas dan mortalitas akibat diare di wilayah kerja Puskesmas
Wangon II. Didapatkan data pasien diare yang meninggal akibat diare
pada tahun 2020 sebanyak 1 kasus kematian akibat diare.
6. Lingkungan
Luas wilayah kerja Puskesmas Wangon II adalah 21,4 km2 terdiri
dari 5 desa yaitu Windunegara, Wlahar, Cikakak, Jambu, Jurangbahas.
24

Desa Jambu merupakan desa yang memiliki wilayah paling luas yaitu
6,1 km2, sedangkan Desa Wlahar merupakan desa yang memiliki
wilayah paling sempit yaitu 2,7 km2. Topografi wilayah kerja
Puskesmas Wangon II terdiri dari 60% daratan dan 40% pegunungan.
Jarak Puskesmas Wangon II ke ibukota kabupaten 24 km, jarak kantor
kecamatan dari puskesmas adalah 6,4 km. Semua pusat pemerintah
desa dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua dan empat.
Berdasarkan hasil pendataan pada profil kesehatan Puskesmas
Wangon II tahun 2020 yang didapatkan dari setiap desa tahun 2020
jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Wangon II adalah 25.355 jiwa
terdiri dari 12.842 jiwa laki-laki dan 12.513 jiwa perempuan tergabung
dalam 8.235 rumah tangga/KK. Pada profil tersebut juga dapat
diketahui tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan paling
banyak adalah SD/MI 8.930 (35,22%) diikuti dengan yang tidak
memiliki ijazah SD 8.891 (35,07%), Tamat SMP/MTS 4.013 (15.83%),
SMA/SMK/MA 2.965 (11,69%), Universitas/S1/S2 364 (1,44%), dan
AK/diploma II & III 192 (0,76%). Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa tingkat pendidikan masyarakat di wilayah Puskesmas Wangon II
masih relatif rendah, sehingga berdampak pada pengetahuan
masyarakat di sekitar wilayah kerja Puskesmas Wangon II terdapat satu
RSUD, yaitu RSUD Ajibarang; satu RSU, yaitu RSU An-Ni'mah,
Wangon; dan satu puskesmas lain, yaitu Puskesmas I Wangon, serta
satu klinik pratama. Selain itu juga terdapat sembilan bidan praktik
mandiri yang tersebar di beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas
Wangon II

B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT)

Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan


system. Apabil output bermasalah maka diperlukan analisis pada input
dan proses. Hasil analisis dapat digunakan untuk mencari alternatif
pemecahan masalah.

1. Strength
25

Kelebihan yang menjadi titik tumpul keberhasilan program cakupan


penemuan diare di Puskesmas Wangon II dijabarkan sbagai berikut:

a. Input
1) Man
a) Jumlah tenaga dokter umum terdapat di Puskesmas Wangon II
sebanyak 3 orang dokter umum dan sudah memenuhi standar
tenaga kerja.
b) Jumlah perawat puskesmas telah memenuhi standar yaitu 9 orang
perawat umum.
c) Jumlah bidan puskesmas telah memenuhi standar yaitu sebanyak
16 orang bidan di Puskesmas Wangon II yang terdiri dari 4 bidan
puskesmas, 7 bidan desa, dan 5 bidan kontrak.
d) Jumlah tenaga ahli laboratorium medik puskesmas telah memenuhi
standar yaitu terdapat 1 orang ahli laboratorium medik.
2) Money
Puskesmas memiliki dana BOK yang dirasakan oleh pemegang
program sudah cukup dalam memfasilitasi program penemuan
penderita diare.

3) Material
a) Puskesmas memiliki 2 buah ambulans yang cukup jika
dilakukannya rujukan maupun keadaan gawat darurat.
b) Puskesmas Wangon II memiliki obat-obat untuk menangani diare
seperti oralit dan zink.
c) Adanya Pos Kesehatan Desa (PKD) di setiap desa dan tiap PKD
dikelola oleh bidan desa.
d) Puskesmas Wangon II memiliki beberapa sarana pelayanan
kesehatan yang terdiri dari 5 PKD, 36 posyandu. Sedangkan sarana
pelayanan kesehatan milik swasta yang ada di Wilayah Puskesmas
Wangon II meliputi 1 klinik pratama dan 1 apotek. Puskesmas
memiliki pelayanan instalasi rawat jalan yang dapat diakses oleh
seluruh masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Wangon II.
e) Terdapat 3 motor sebagai transportasi pendukung jalannya
26

program.

4) Method
Penemuan kasus diare dilakukan di dalam dan di luar Puskesmas.
Kegiatan di dalam puskesmas akan ditemukan didalam Balai
Pengobatan (BP). Kegiatan di luar puskesmas berupa laporan jumlah
kasus diare yang ditemukan oleh bidan ke pemegang program P2M
Diare di Puskesmas Wangon II. Kegiatan penyuluhan dan kunjungan
rumah sudah pernah dilakukan.

5) Market
Sasaran dalam penemuan kasus diare sudah baik.

6) Minute
Program pelayanan pada balai pengobatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Wangon II dilakukan setiap hari.

b. Process
1) Perencanaan (P1)
Perencanaan program penemuan dan pendataan penyakit diare
dilakukan 1 bulan sekali yang sudah ditetapkan di tingkat Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas mengacu kepada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang sudah ditetapkan Perencanaan seluruh program
puskesmas diadakan pada awal tahun. Program tersebut dikelola secara
terpadu oleh masing-masing pemegang program dan disusun lebih
spesifik dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Tahap perencanaan
program penemuan dan pendataan diare dirasa cukup baik dengan
melakukan rapat perencanaan program, terbentuknya standar
operasional program, dan target penemuan diare.

2) Pengorganisasian dan Pelaksanaan (P2)


a) Pelayanan Balai Pengobatan (BP) di Puskesmas dilakukan setiap
hari sesuai dengan jam kerja.
b) Pemegang Program bekerja sama dengan lintas program yaitu
27

kesehatan lingkungan dan promosi kesehatan.


c) Dilakukannya pelaporan rutin setiap minggunya.

3) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)


Pengawasan dan pengendalian terhadap penemuan penderita diare
dilakukan oleh pemegang progam dibantu oleh petugas kesehatan
lingkungan. Penilaian dilakukan melalui rapat lokakarya setiap bulan
dan tahunan bersama dengan Dinas Kesehatan Kab. Banyumas untuk
melakukan monev.

2. Weakness
Kelemahan dapat menghambat jalannya program penemuan
penyakit diare di Puskesmas Wangon II:

a. Input
1) Man
Penanggung jawab memiliki rangkap tugas dengan program P2M
lainnya. Belum ada ketenaga kerja lainnya.

2) Money
Anggaran untuk penemuan diare ini belum merata, pembagian
anggaran lebih kepada angka kejadian tertinggi.

3) Method
a) Kegiatan promosi Kesehatan atau penyuluhan mengenai diare
masih dilakukan bersamaan dengan posyandu, posbindu, serta
minimnya media alternatif lain yang digunakan seperti leaflet,
poster.
b) Kegiatan diluar puskesmas yang berupa kegiatan kunjungan
rumah secara langsung kondisi rumah penderita diare dan
lingkungan sekitarnya belum berjalan optimal.
c) Skrining lingkungan sekitar secara aktif belum dilakukan,
penemuan kasus diare hanya secara pasif ditemukan di Balai
Pengobatan.
d) Kegiatan penyuluhan mengenai pencegahan dan penanganan
28

diare masi kurang karena tidak memiliki jadwal rutin untuk


melakukan penyuluhan, sehingga belum terlaksana dengan baik.
e) Belum adanya kerja sama antar praktik swasta seperti bidan
swasta dan klinik sekitar wilayah kerja Puskesmas Wangon II,
sehingga tidak adanya pencatatan data penemuan kasus diare
secara merata.
f) Tidak adanya ruangan pojok oralit di Puskesmas Wangon II
sehingga seringkali masyarakat yang datang berobat tidak
bertemu dahulu dengan kesling dan promkes utuk dilakukannya
wawancara dan pembinaan terkait sanitasi.

4) Minute
a) Pelaporan dari bidan desa yang sering terlambat melibatkan
tertundanya aksi lanjut dari pemegang program.
b) Kurangnya pengawasan langsung dari kepala puskesmas untuk
follow up penemuan kasus diare tiap minggunya.
c) Perencanaan home visit hanya dilakukan jikadiare dengan
komplikasi dan hal tersebut tidak dilakukan secara rutin.
b. Process
1) Perencanaan (P1)
a) Penanggung jawab program belum menentukan jadwal kegiatan
penyuluhan.
b) Penanggung jawab program belum menentukan pengisi matri
yang kegiatannya bersamaan dengan posyandu, posbindu.
2) Pengorganisasian dan Pelaksanaan Program (P2)
a) Koordinasi antar pemegang program dengan tenaga kesehatan
atau lintas program belum maksimal sehingga kesulitan dalam
pencatatan dan pendataan penyakit diare.
b) Pendataan paling banyak didapatkan secara pasif yaitu melalui
Balai Pengobatan, namun secara active masih sangat kurang.
c) Penyuluhan kurang maksimal karena tidak dilakukan secara rutin
dan menyebar antar desa.
3) Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian (P3)
29

a) Pengawasan rapat koordinasi bulanan belum terjadwal dengan


baik.
b) Pemantauan dari Kepala Puskesmas dalam bentuk rapat
koordinasi langsung setiap bulan belum sepenuhnya dilakukan.
c) Rapat koordinasi bulanan sering kali tidak membahas mengenai
cakupan pendataan diare. Hal lainnya ketika rapa, seringkali
tidak di hadiri seluruh tenaga kesehatan karena jadwal seringkali
bertabrakan dengan kegiatan lainnya.
c. Feedback
Rapat yang dilakukan setiap bulannya tidak melakukan evaluasi setiap
programnya, kegiatan ini lebih banyak membahas terkait 10 besar SPM.

3. Opportunity

a. Terdapat kegiatan rutin bulanan di tingkat RT atau RW yang dapat


digunakan oleh tenaga Kesehatan atau kader untuk menyampsiksn
penyuluhan mengenai diare.
b. Kader Kesehatan desa yang sukarela membantu terlaksananya program
penemuan diare.
c. Adanya pendataan yang dijadwalkan rutin setiap minggu oleh kader
Kesehatan desa melalui kegiatan rutin RT/RW
d. Pemerintah desa setempat yang mendukung dan memfasilitasi berjalanya
program Puskesmas Wangon II.

4. Threat

a. Belum adanya kerjasama yang baik antar masyarakat dengan tenaga


kesehatan dan kader desa terkait dengan pencatatam penemuan penderita
diare.
b. Rendahnya kesadaran masyarakat terkait penyakit diare sehingga
masyarakat tidak berobat.
c. Belum adanya kerjasama antara puskesmas dengan praktik swasta
maupun mandiri sehingga pencatatan penemuan penyakit diare sangat
30

kurang.
d. Ketidak tepatan waktu dalam pengumpuan data penyakit diare oleh bidan
desa maupun kader ke pemegang program.
e. Ketidak tepatan bisa dikarenakan keterbatasan transport kader sehingga
memperlambat pelaporan tiap minggunya.
f. Kader Kesehatan sudah melakukan edukasi maupun penyuluhan diare dan
kebersihan lingkungan, namun masyarakat tidak memanfaatkannya dengan
baik.
g. Belum ada kerjasama atara puskesmas dan praktik swasta setempat
sehingga pelaporan data masih kurang.
h. Masyarakat yang jauh dari Puskesmas Wangon II sehingga memilih untuk
berobat ke praktik kesehatan yang dekat dengan rumah.
IV. PEMBAHASAN ISU STATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis

Berdasarkan data SPM Puskesmas Wangon II menunjukkan jumlah


penemuan kasus penderita diare di Puskesmas Wangon II pada tahun 2020
sebanyak 181 orang atau 26,4%. Target pemerintah terhadap penemuan kasus
diare adalah 50%. Artinya target penemuan kasus diare di Puskesmas Wangon II
belum tercapai. Berdasarkan kajian tersebut, terdapat beberapa permasalahan yang
berhasil iidentifikasi. Untuk mendapatkan alternatif dari pemecahan masalah,
sebelumnya telah dilakukan analisa penyebab masalah dari segi strength
(kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (kesempatan), dan threat
(ancaman).

Beberapa permasalahan dibagi menjadi factor internal dan factor eksternal.


Factor internal yaitu 1 progammer memegang program ini dengan kerjasama
lintas program yang masi kurang maksimal. Selain itu, motivasi kepada bidan dan
kader yang masih sangat kurang dalam melakukan pelaporan dan penyampaian
kasus penemuan penderita diare. Faktor eksternalnya yaitu, kerja sama lintas
sektoral dengan praktik dokter maupun bidan swasta yang belum baik terkait
pendataan dan pelaporan penemuan kasus diare. Selain itu, terdapat warga
masyarakat yang belum menyadari pentingnya penerapan perilaku bersih dan
sehat serta menganggap penyakit diare adalah penyakit yang serius dan harus
ditanggulangi dengan cepat.

B. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisis SWOT, beberapa alternatif pemecahan masalah yang


dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Pemegang program P2M Diare disarankan untuk focus memegang 1


program di Puskesmas sehingga dapat melakukan tugas dengan optimal.
2. Meningkatkan frekuensi kunjungan rumah pada penderita diare untuk
memberikan penangan yang cepat dan tepat, selain itu kunjungan rumah
juga dilakukan untuk melihat keadaan rumah dan lingkungan sekitar.
32

3. Menjadwalkan rutin program penyuluhan khusus terkait diare yang


dilakukan oleh Kesehatan lingkungan/P2M, bidan desa, kader kepada
masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit diare.
4. Melakukan kerjasama dengan lintas sectoral masyarakat seperti
karangtaruna desa setempat guna untuk membantu memberikan
pengetahuan mengenai diare dan meningkatkan kewaspadaan masyarakat
terhadap penyakit ini.
5. Pemberian reward setiap 2 bulan sekali kepada kader desa yang optimal
dalam melakukan pelaporan penemuan kasus diare.
6. 6.Melakukan kerjasama dengan praktik swasta di sekitar wilayah kerja
Puskesmas Wangon II untuk data penderita dikarnakan tidak semua warga
yang sakit berobat ke puskesmas.
7. Memberdayakan kader untuk melakukan home visit untuk melakukan
skrining penyakit diare dan mencari faktor risiko.

STRENGTH (S) WEAKNESS (W)


1. Melakukan penyuluhan 1. Melakukan koordinasi dengan
kepada kader disetiap desa kader kesehatan dalam proses
mengenai penyakit diare pelaporan dan pendataan diare.
2. Kader kesehatanya sukarela 2. Pembuatan catatan target
membantu terlaksananya pencapaian program cakupan
proram penemuan diare. penyakit diare.
3. Bidan desa memberi arahan 3. Melakukan kerja sama dengan
kepada kader untuk fasilitas kesehatan lain dan
dilakukannya pendataan yang lintas sektoral terkait pelaporan
dijadwalkan rutin setiap dan pendataan penyakit diare.
minggu. 4. Melakukan follow up rutin
4. Memberdayakan kader untuk terkait pendataan kasus diare
melakukan home visit untuk setiap minggunya.
skrining penyakit diare dan 5. Penyusunan anggaran
mencari faktor risiko. kebutuhan terkait pelaporan
5. Pemberian reward setiap 2 dan pendataan diare untuk lebih
bulan kepada kader yang terorganisir pembagiannya
optimal dalam melakukan tidak hanya fokus terhadap satu
pelaporan dan pendataan diare. desa dengan kasus tertinggi.
6. Pemegang program P2M Diare
disarankan untuk membagi
kembali tugas kerja atau
penambahan tugas kesehatan
33

yang terlibat
STRENGTH WEAKNESS
1. Meningkatkan penyuluhan 1. Membuat jadwal penyuluhan
pada masyarakat mengenai antar kader maupun
pentingnya kesadaran masyarakat secara terencana.
terhadap penyakit diare 2. Membuat leaflet atau poster
untuk dilakukan mengenai bahaya penyakit
pengobatan. diare dan pengobatannya
2. Melakukan kerjasama agar menambah
dengan lintas sektoral pengetahuan mengenai
seperti karangtaruna untuk penyakit tersebut sehingga
meningkatkan motivasi dan masyarakat peduli untuk
mengarahkan masyarakat berobat di puskesmas.
dalam meningkatkan
kesadaran terhadap penyakit
diare.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Penemun kasus diare merupakan program Puskesmas Wangon II yang


masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan pencapaiannya adalah
program penmuan dan pendataan penyakit diare di Puskesmas Wangon II
tahun 2020.
2. Jumlah penemuan kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Wangon II
tahun 2020 sebesar 181 kasus dari target penemuan 685 kasus atau 26,4%.
3. Beberapa hal yang menjadi dasar tidak tercapainya program tersebut
antara lain:
a. kerjasama lintas sekotoral belum maksimal
b. kegiatan pengambilan data dari praktik dokter umum diluar puskesmas
atau bidan swasta belum adanya kerjasama yang terbentuk.
c. Tidak kuatnya komunikasi kader, bidan desa, pemegang program dan
kepala puskesmas untuk memfollow up dan pengawasan dari
pelaporan kasus.

B. Saran

1. Menjadwalkan rutin pembinaan kader-kader desa sekaligus memberikan


tambahan.
2. Mengoptimalkan kegiatan evaluasi setiap 1 bulan sekali dengan diikuti
kepala puskesmas, pemegang program, dokter, bidan, dan kader.
3. Meningkatkan kerjasama dengan lintas sektoral tokoh masyarakat.
4. Meningkatkan frekuensi penyuluhan baik kepada kader kesehatan dan
masyarakat lain oleh petugas puskesmas bekerjasama dengan lintas
program dan lintas sektoral.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2018. Profil Kesehatan Kota Padang tahun 2018,
Semarang: Dinas Kesehatan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2019. Laporan Hasil Riset Kesehatan


Dasar (Riskesdas) 2018, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Profil Kesehatan Kabupaten Banyumas. Banyumas 2017. Banyumas: Erlangga

Profil Kesehatan Wangon II. 2020. Puskesmas Wangon II, Banyumas

Yessi, A., Eka, A. & Abdiana, 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Penanganan Diare dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Korong.
Jurnal Kesehatan Andalas, 6(2), pp. 452-456.

Anda mungkin juga menyukai