Disusun Oleh :
M. Nauval Hanafi G4A016081
Preseptor Lapangan :
drg. Imam Hidayat
Preseptor Program:
Ratna Tri Utami, Amd.Gz
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
M. Nauval Hanafi G4A016081
Perseptor lapangan,
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
C. Manfaat Penulisan........................................................................................3
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS...............4
A. Gambaran Umum Puskesmas II Wangon....................................................4
B. Analisis Pada Sistem....................................................................................18
D. Analisis SWOT............................................................................................23
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH.....................................................................................................26
A. Pembahasan.................................................................................................26
B. Alternatif Pemecahan Masalah....................................................................28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................29
A. Kesimpulan..................................................................................................29
B. Saran.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi merupakan masalah yang terjadi dalam setiap siklus kehidupan,
mulai sejak dalam kandungan, bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.
Pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh asupan gizi
terutama pada periode dua tahun pertama bayi lahir. Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif merupakan salah satu strategi pemerintah untuk memperbaiki pola
gizi masyarakat. ASI eksklusif merupakan bagian penting dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. ASI juga merupakan satu satunya zat gizi
yang memiliki nilai praktis dan ekonomis tinggi baik bagi ibu maupun bayi
dibandingkan dengan sumber gizi yang lain (Mustofa dan Prabandari, 2010).
Kandungan gizi yang lengkap dalam ASI, sangat dianjurkan untuk
diberikan pada bayi baru lahir. Sehingga pemerintah mencanangkan
pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI pada bayi
baru lahir sampai usia 6 bulan, dengan tidak menambah makanan lain seperti
sari jus buah, air putih, air susu formula, pisang, pepaya dan lain sebagainya
baik yang bersifat lunak ataupun yang keras (Rumangun, 2013). WHO
(World Health Organization) dan UNICEF (United Nations Children’s Fund)
menyatakan bahwa kekurangan gizi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Kekurangan
gizi yang mungkin terjadi dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu
faktornya adalah kemauan ibu bayi untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan (Giri et al., 2013)
WHO menganjurkan setiap negara untuk mempromosikan pemberian
ASI eksklusif, termasuk Indonesia (Firmansyah dan Mahmudah, 2012).
Berdasarkan WHO jumlah capaian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2016
masih jauh dari rata-rata yaitu 29,5% dari target sebesar 80%. Hal ini dapat
disebabkan karena pengetahuan ibu hamil, keluarga serta masyarakat
mengenai fungsi ASI eksklusif yang masih sangat kurang, pemberian ASI
eksklusif untuk Provinsi Jawa Tengah sendiri baru mencapai angka 42,7%.
Sedangkan untuk Kabupaten Banyumas untuk tahun 2017 cakupan ASI
1
eksklusif hanya mencapai 50,2% (Pemprov Jateng, 2016; Dinkes Banyumas,
2016).
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
primer di wilayah Kabupaten Banyumas yang harus melaporkan setiap temuan
kasus kepada dinas kesehatan kabupaten. Berdasarkan laporan program gizi
pada tahun 2016 jumlah bayi yang terdapat di wilayah kerja Puskemas II
Wangon sebanyak 161 bayi, namun hanya 72 bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif atau setara dengan 44,7% dari total jumlah bayi yang ada. Bahkan
salah satu desa di wilayah Puskesmas II Wangon, cakupan ASI Eksklusif
hanya mencapai 0,6%. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat
menyebabkan hambatan tumbuh kembang pada masa balita, di Puskesmas II
Wangon tahun 2017 dari 1.505 balita terdapat 14 balita Bawah Garis Merah
(BGM) yang diukur berdasarkan berat badan dengan umur bayi, meskipun
status gizi pada masa balita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun
pemberian ASI eksklusif dapat menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini
merupakan salah satu masalah bagi status gizi bayi dan balita yang dapat
mempengaruhi angka kesakitan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas II
Wangon (Data sekunder Puskesmas II Wangon , 2017). Berdasarkan data
tersebut, dan dengan mempertimbangkan pentingnya ASI eksklusif untuk bayi
usia 0 – 6 bulan, maka pembahasan mengenai evaluasi program ASI eksklusif
menarik untuk dibahas lebih lanjut.
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas II
Wangon terkait pelaksanaan program pokok puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara umum program dan cakupan program ASI
eksklusif di Puskesmas II Wangon
b. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program ASI eksklusif di
Puskesmas II Wangon
c. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program ASI
eksklusif di Puskesmas II Wangon
B. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir.
b. Menjadi dasar pertimbangan bagi pemegang program kerja ASI
eksklusif dalam melakukan evaluasi kinerja ASI eksklusif di
Puskesmas II Wangon
c. Menjadi bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan
cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas II Wangon
3. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan pada program pokok puskesmas
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Wangon ada 2 (dua) orang dokter umum, dengan rasio
8.04/100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat
(IIS) tahun 2010 ratio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 40
tenaga medis, berarti tenaga medis masih kurang.
b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.
c. Dokter Gigi
Dokter gigi 1 orang, dengan rasio 4.02/100.000 penduduk. Standar IIS
2010 adalah 11/100.000 penduduk
d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi 1 orang. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
e. Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas II Wangon adalah 15 orang terdiri
dari bidan puskesmas 4 orang, bidan PTT 6 orang, dan bidan kontrak 5
orang Rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk adalah 60,32 dengan
standar IIS pada tahun 2010, 100/100.000 penduduk. Dengan demikian
jumlah bidan di wilayah Puskesmas II Wangon masih kurang.
f. Tenaga Perawat
Rasio tenaga perawat per 100.000 penduduk adalah 28,15 dengan
standar IIS pada tahun 67/100.000 penduduk. Dengan demikian jumlah
tenaga perawat di wilayah Puskesmas II Wangon masih kurang.
g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Wangon 1 orang. Standar IIS 2010,
22/100.000 penduduk (5 ahli gizi). Tenaga Gizi di Puskesmas II
Wangon masih kurang
h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan rasio 4.02/100.000 penduduk.
Standar IIS 2010 adalah 40/100.000 penduduk (9 tenaga sanitasi).
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 1 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (9 tenaga kesehatan masyarakat).
4. Sarana Kesehatan
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas Kesehatan
kabupaten Banyumas merupakan Puskesmas Non Perawatan dan memiliki
1 (satu) Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Desa Cikakak dan 5
(lima) PKD yang tersebar di 4 desa wilayah kerja Puskemas II Wangon. 1
(satu) desa belum memiliki PKD yaitu Desa wlahar.
Dalam Pelayanan kesehatan dasar Puskesmas II Wangon juga
melaksanakan Puskesmas Keliling (Pusling) di beberapa titik wilayah
kerja Puskesmas II Wangon. Konsep wilayah kerja puskesmas dengan
sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata 30.000
penduduk per-puskesmas.
5. Pembiayaan Kesehatan
Pada tahun 2016 jumlah total anggaran kesehatan Puslesmas II
Wangon Rp. 2.539.806.872,- dengan kontribusi sebesar Rp. 1334.59.069
dari Pendapatan BLUD Puskesmas, belanja tidak langsung berupa gaji
pegawai Rp. 962.117.803. Dana APBN yaitu dana Tugas Pembantuan
Bantuan Operasional Kesehatan Rp. 243.430.000. Untuk anggaran
kesehatan perkapita mengalami kenaikan Rp. 102.135.64.
6. Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat Wilayah
Puskesmas II Wangon pada Tahun 2016 disajikan situasi mortalitas dan
morbiditas.
a. Angka Kematian
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat. Disamping itu
kejadian juga dapat dijadikan indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan
berbagai survey dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan
penyakit penyakit yang terjadi pada perioe terakhir akan diuraikan
dibawah ini.
1) Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.
AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi. Bila AKB tinggi berarti status kesehatan di wilayah
tersebut rendah.
Berdasarkan table 5 lampiran profil kesehatan, Jumlah
kematian Neonatal seebanyak 3 neonatal (IUFD, BBLR), bayi
sebanyak 2 bayi. Sebagai gambaran perkembangan angka
kematian bayi selama tiga tahun terakhir (2012-2016) adalah
sebagai berikut :
8) Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan rasio 4.02/100.000
penduduk. Standar IIS 2010 adalah 40/100.000 penduduk (9 tenaga
sanitasi).
9) Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 1 orang. Standar IIS tahun
2010, 40/100.000 penduduk (9 tenaga kesehatan masyarakat).
b. Money (Sumber Dana)
Pada tahun 2016 jumlah total anggaran kesehatan Puskesmas II
Wangon Rp. 2.539.806.872,- dengan kontribusi sebesar Rp. 1334.59.069
dari Pendapatan BLUD Puskesmas, belanja tidak langsung berupa gaji
pegawai Rp. 962.117.803. Dana APBN yaitu dana Tugas Pembantuan
Bantuan Operasional Kesehatan Rp. 243.430.000. Untuk anggaran
kesehatan perkapita mengalami kenaikan Rp. 102.135.64.
Sumber dana dalam pelaksanaan program promkes ASI eksklusif
sudah disiapkan dari pemerintah berupa sumber dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD). Dana ini berasal dari Kementerian Kesehatan dan juga dana
dari pelayanan puskesmas yang dapat digunakan untuk kegiatan promotif
berupa penyuluhan maupun pembuatan poster atau leaflet bagi
masyarakat.
c. Material (Sarana Kesehatan)
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas, merupakan Puskesmas Non Perawatan
yang memiliki :
1. Satu Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Desa Cikakak
2. Lima PKD yang tersebar di 4 desa wilayah kerja Puskemas II
Wangon.
3. Satu desa belum memiliki PKD yaitu Desa Windunegara.
Dalam Pelayanan kesehatan dasar, Puskesmas II Wangon juga
melaksanakan Puskesmas Keliling (Pusling) di beberapa titik wilayah
kerja Puskesmas II Wangon. Konsep wilayah kerja puskesmas yaitu
dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata
30.000 penduduk per-puskesmas.
Bentuk media yang digunakan berupa pembagian leaflet kepada
masyarakat wilayah kerja Puskesmas II Wangon serta kader posyandu.
Media poster atau pamflet didapatkan dari berbagai sumber termasuk
dropping dari Dinas Kesehatan Kabupaten, atau seminar mengenai ASI
eksklusif yang pernah diikuti oleh tenaga kesehatan.
d. Method
Metode kegiatan program promosi ASI eksklusif di Puskesmas II
Wangon meliputi kegiatan penyuluhan aktif yang dilakukan oleh petugas
gizi puskesmas bekerjasama dengan bagian KIA, bidan puskesmas
maupun bidan desa serta kader yang dilakukan di luar puskesmas sesuai
dengan jadwal perkumpulan masing-masing desa.
Penanggun jawab program ASI eksklusif juga membentuk
“Motivator ASI” yaitu kader yang secara khusus diberikan pelatihan
tentang ASI Eksklusif dengan tujuan untuk mengajarkan, mengingatkan,
dan mengajak ibu-ibu pentingnya ASI eksklusif.
e. Minute
Waktu penyuluhan dapat dilakukan saat pertemuan-pertemuan
seperti pertemuan kader, pertemuan PKK, posyandu balita maupun
pertemuan kelas ibu hamil yang dilaksanakan oleh Puskesmas II
Wangon. Konseling tentang ASI eksklusif juga bisa dilakukan saat ada
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di puskesmas maupun
kepada ibu-ibu dalam masa nifas yang ingin berkonsultasi.
f. Market
Sasaran kegiatan program Promosi ASI eksklusif adalah ibu usia
produktif, ibu hamil, dan ibu rumah tangga yang masih memiliki anak
balita.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Arah: sesuai dengan salah satu dari 12 indikator keluarga sehat
yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
yaitu program gizi, kesehatan ibu dan anak “ Pemberian ASI Eksklusif
Bayi 0-6 Bulan”. Untuk mempermudah mencapai tersebut, perencanaan
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk program
Kesehatan Ibu dan Anak yang sudah ditetapkan di tingkat Provinsi.
b. Pengorganisasian (P2)
Promosi peningkatan cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas II Wangon diselenggarakan melalui kerja sama antara
program pokok puskesmas gizi dan KIA, dibantu dengan para bidan desa
dan kader kesehatan.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program
Tim Puskesmas II Wangon khususnya bagian program gizi dan
KIA didampingi oleh bidan desa dan kader kesehatan Posyandu Balita
melakukan upaya guna meningkatkan pemberian ASI eksklusif
d. Pengawasan dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan
1) Motivator ASI, kader kesehatan Posyandu atau perangkat desa
setempat di wilayah kerja Puskesmas II Wangon .
2) Bidan desa di wilayah kerja Puskesmas II Wangon
3) Bagian program gizi dan KIA Puskesmas II Wangon
4) Supervisi atau pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas
3. Output
Tabel 2.2. Jumlah Bayi yang diberikan ASI Eksklusif tahun 2017
Jumlah Bayi Bayi 0-6 Bulan Presentase
No Desa 0-6 Bulan yang diberi ASI saja (%)
1 Windunegara 34 19 55,8
2 Wlahar 38 22 57,8
3 Cikakak 24 8 33,3
4 Jambu 48 22 45,8
5 Jurangbahas 17 1 0,6
Total 161 72 44,7
Sumber: Data Laporan Program Gizi Puskesmas II Wangon tahun 2017
Berdasarkan laporan program gizi pada tahun 2017 jumlah bayi yang
terdapat di wilayah kerja Puskemas II Wangon sebanyak 161 bayi, namun
hanya 72 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif atau setara dengan 44,7%
dari total jumlah bayi yang ada. Pencapaian tersebut menurun dibanding
tahun 2016 yaitu dari bayi usia 0-6 bulan berjumlah 165, yang mendapat
ASI eksklusif sebanyak 76 bayi atau setara 46%. Capaian juga menurun
dibanding tahun 2015 yaitu dari 197 bayi usia 0-6 bulan, yang mendapat
ASI eksklusif sebanyak 102 bayi atau setara dengan 51,8%.
4. Outcome
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat menyebabkan
hambatan tumbuh kembang pada masa balita, di Puskesmas II Wangon tahun
2017 dari 1.505 balita terdapat 14 balita Bawah Garis Merah (BGM) atau
setara 0,93%. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2016 dari 1.633
balita terdapat 13 balita BGM atau setara 0,79% yang diukur berdasarkan
berat badan dengan umur bayi. Peningkatan kasu balita BGM tahun 2016-
2015 sebanyak 0,14%, meskipun status gizi pada masa balita dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun pemberian ASI eksklusif dapat
menjadi salah satu penyebabnya.
A. Kesimpulan
1. ASI eksklusif merupakan hal terpenting bagi status gizi bayi usia 0-6 bulan,
karena dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi tersebut
2. Standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk cakupan ASI eksklusif di
Indonesia adalah 80% dari bayi lahir hidup
3. Cakupan ASI eksklusif wilayah kerja Puskesmas II Wangon pada tahun
2017 sebesar 44,7% dari target 80%, dengan satu desa angka cakupan ASI
eksklusifnya masih 0,6%
4. Masalah yang paling sering muncul sebagai hambatan untuk mencapai
cakupan ASI eksklusif yang tinggi adalah adanya stigma masyarakat yang
salah terhadap bayi baru lahir dimana terdapat pengaruh orang tua atau
anggota keluarga lain yang masih memiliki stigma bahwa bayi baru lahir
harus mendapatkan makanan lain selain dari ASI agar nutrisinya tercukupi,
selain itu karena ibu kembali bekerja setelah melahirkan serta ASI sulit dan
tidak keluar
B. Saran
1. Melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang ASI eksklusif,
menyarankan untuk menunda kembali bekerja setelah melahirkan hingga
bayi berusia 6 bulan atau jika terpaksa harus kembali bekerja sebelumnya
ibu harus menyediakan ASI dalam botol dengan penyimpanan yang benar
sehingga sewaktu ibu sedang bekerja bayi masih bisa mendapatkan ASI.
2. Memberikan edukasi, konseling serta pelatihan breast care payudara kepada
ibu agar ASI keluar.
3. Melakukan pembagian poster dan leaflet ASI eksklusif yang menarik di
tempat umum maupun setiap pusat kesehatan desa sehingga tidak kalah
menarik dengan iklan susu formula.
4. Perlu dikembangkan mengenai sasaran penyuluhan ASI eksklusif selain
kepada keluarga inti.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2016. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun
2016. Semarang : Dinkes Prov. Jawa Tengah