Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK

PUSKESMAS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


PUSKESMAS II WANGON KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh :
M. Nauval Hanafi G4A016081

Preseptor Lapangan :
drg. Imam Hidayat

Preseptor Program:
Ratna Tri Utami, Amd.Gz

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN EVALUASI PROGRAM POKOK

PUSKESMAS PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF


PUSKESMAS II WANGON KABUPATEN BANYUMAS

Disusun untuk memenuhi syarat ujian


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat
Jurusan Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh :
M. Nauval Hanafi G4A016081

Telah disetujui dan


dipresentasikan pada Tanggal
Januari 2018

Perseptor lapangan,

drg. Imam Hidayat


NIP. 196008 18198901 1 001

DAFTAR ISI

ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
C. Manfaat Penulisan........................................................................................3
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS...............4
A. Gambaran Umum Puskesmas II Wangon....................................................4
B. Analisis Pada Sistem....................................................................................18
D. Analisis SWOT............................................................................................23
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH.....................................................................................................26
A. Pembahasan.................................................................................................26
B. Alternatif Pemecahan Masalah....................................................................28
IV. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................29
A. Kesimpulan..................................................................................................29
B. Saran.............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan masalah yang terjadi dalam setiap siklus kehidupan,
mulai sejak dalam kandungan, bayi, anak, dewasa dan usia lanjut.
Pertumbuhan dan perkembangan sangat dipengaruhi oleh asupan gizi
terutama pada periode dua tahun pertama bayi lahir. Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif merupakan salah satu strategi pemerintah untuk memperbaiki pola
gizi masyarakat. ASI eksklusif merupakan bagian penting dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. ASI juga merupakan satu satunya zat gizi
yang memiliki nilai praktis dan ekonomis tinggi baik bagi ibu maupun bayi
dibandingkan dengan sumber gizi yang lain (Mustofa dan Prabandari, 2010).
Kandungan gizi yang lengkap dalam ASI, sangat dianjurkan untuk
diberikan pada bayi baru lahir. Sehingga pemerintah mencanangkan
pemberian ASI eksklusif. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI pada bayi
baru lahir sampai usia 6 bulan, dengan tidak menambah makanan lain seperti
sari jus buah, air putih, air susu formula, pisang, pepaya dan lain sebagainya
baik yang bersifat lunak ataupun yang keras (Rumangun, 2013). WHO
(World Health Organization) dan UNICEF (United Nations Children’s Fund)
menyatakan bahwa kekurangan gizi pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
terjadinya penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Kekurangan
gizi yang mungkin terjadi dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu
faktornya adalah kemauan ibu bayi untuk memberikan nutrisi yang
dibutuhkan (Giri et al., 2013)
WHO menganjurkan setiap negara untuk mempromosikan pemberian
ASI eksklusif, termasuk Indonesia (Firmansyah dan Mahmudah, 2012).
Berdasarkan WHO jumlah capaian ASI eksklusif di Indonesia tahun 2016
masih jauh dari rata-rata yaitu 29,5% dari target sebesar 80%. Hal ini dapat
disebabkan karena pengetahuan ibu hamil, keluarga serta masyarakat
mengenai fungsi ASI eksklusif yang masih sangat kurang, pemberian ASI
eksklusif untuk Provinsi Jawa Tengah sendiri baru mencapai angka 42,7%.
Sedangkan untuk Kabupaten Banyumas untuk tahun 2017 cakupan ASI

1
eksklusif hanya mencapai 50,2% (Pemprov Jateng, 2016; Dinkes Banyumas,
2016).
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
primer di wilayah Kabupaten Banyumas yang harus melaporkan setiap temuan
kasus kepada dinas kesehatan kabupaten. Berdasarkan laporan program gizi
pada tahun 2016 jumlah bayi yang terdapat di wilayah kerja Puskemas II
Wangon sebanyak 161 bayi, namun hanya 72 bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif atau setara dengan 44,7% dari total jumlah bayi yang ada. Bahkan
salah satu desa di wilayah Puskesmas II Wangon, cakupan ASI Eksklusif
hanya mencapai 0,6%. Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat
menyebabkan hambatan tumbuh kembang pada masa balita, di Puskesmas II
Wangon tahun 2017 dari 1.505 balita terdapat 14 balita Bawah Garis Merah
(BGM) yang diukur berdasarkan berat badan dengan umur bayi, meskipun
status gizi pada masa balita dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun
pemberian ASI eksklusif dapat menjadi salah satu penyebabnya. Hal ini
merupakan salah satu masalah bagi status gizi bayi dan balita yang dapat
mempengaruhi angka kesakitan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas II
Wangon (Data sekunder Puskesmas II Wangon , 2017). Berdasarkan data
tersebut, dan dengan mempertimbangkan pentingnya ASI eksklusif untuk bayi
usia 0 – 6 bulan, maka pembahasan mengenai evaluasi program ASI eksklusif
menarik untuk dibahas lebih lanjut.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi di Puskesmas II
Wangon terkait pelaksanaan program pokok puskesmas.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara umum program dan cakupan program ASI
eksklusif di Puskesmas II Wangon
b. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program ASI eksklusif di
Puskesmas II Wangon
c. Menganalisis kekurangan dan kelebihan pelaksanaan program ASI
eksklusif di Puskesmas II Wangon
B. Manfaat
1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir.
b. Menjadi dasar pertimbangan bagi pemegang program kerja ASI
eksklusif dalam melakukan evaluasi kinerja ASI eksklusif di
Puskesmas II Wangon
c. Menjadi bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatkan
cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas II Wangon

3. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permasalahan kesehatan pada program pokok puskesmas
II. ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Deskripsi Situasi dan Kondisi Puskesmas dan Wilayah Kerjanya


1. Keadaan Geografis
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas
Kesehatan yang terletak di wilayah Kecamatan Wangon dan merupakan
salah satu dari dua Puskesmas yang ada di Kecamatan Wangon. Luas
wilayah kerja Puskesmas II Wangon adalah 21,38 km2 terdiri terdiri dari 5
desa yaitu Windunegara, Wlahar, Cikakak, Jambu, Jurangbahas. Desa
Jambu meruakan desa yang mempunyai wilayah yang paling luas yaitu
sekitar 6,1 km2, sedangkan desa Wlahar merupakan desa yang mempunyai
wilayah paling sempit yaitu 2,7 km2.
Letak Geografi Puskesmas II Wangon terletak diantara 1029’36.31”
Bujur Timur dan sekitar 109007’17.53” Lintang Selatan, berbatasan
dengan beberapa kecamatan yaitu :
a. Sebelah Timur : Kecamatan Purwojati
b. Sebelah Barat : Kecamatan Lumbir
c. Sebelah Utara : Kecamatan Ajibarang
d. Sebelah Selatan : Kecamatan Wangon dan wilayah kerja
Puskesmas II Wangon
Topografi wilayah kerja Puskesmas II Wangon terdiri dari 60 %
daratan dan 40 % pegunungan. Jarak Puskesmas II Wangon ke ibukota
kabupaten 24 km, jarak desa dari puskesmas adalah 10 km. Semua pusat
pemerintah desa dapat terjangkau dengan kendaraan roda dua dan roda
empat.
2. Keadaan Demografis
a. Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk
Berdasarkan hasil pendataan yang didapatkan dari setiap desa
tahun 2016 Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas II Wangon
adalah 24.867 jiwa terdiri dari 12.552 jiwa laki laki (50,47%) dan
12.315 jiwa perempuan ( 49.53% ) tergabung dalam 6.275 rumah
tangga/KK.
Jumlah penduduk tahun 2016 yang tertinggi di Desa Jambu
sebanyak 8.735 jiwa sedangkan terendah di Desa Jurangbahas
sebanyak 2.627 jiwa. Apabila dibandingkan dengan luas wilayah
kepadatan penduduk tertiggi di Desa Wlahar sebesar 1605.56/km2..
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk wilayah kerja Puskesmas II Wangon tahun
2016 sebesar 1,156.60 jiwa per km2. Dengan kepadatan tertinggi di
Desa Wlahar dengan tingkat kepadatan sebesar 1605.56 jiwa//km2.,
sedangkan kepadatan penduduk terendah pada Desa Jurangbahas
sebesar 847,42 jiwa / km2.
c. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk menurut golongan umur di Kecamatan Wangon
dibagi menjadi 16 kelompok umur dengan variasi yang tidak begitu
besar. Penduduk terbanyak ada pada kelompok umur 25-29 tahun yaitu
sebesar 2.366 penduduk. Berikut rincian jumlah penduduk menurut
golongan umur:
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas II
Wangon.

Kelompok Jumlah Penduduk


No Umur Laki-Laki + Rasio Jenis
(Tahun) Laki-Laki Perempuan Perempuan Kelamin
1 0-4 347 313 660 110,86
2 5-9 1.123 1.097 2.220 102,37
3 10-14 1.169 1.127 2.296 103,73
4 15-19 1.029 994 2.023 103,52
5 20-24 970 993 1.963 97,68
6 25-29 1.203 1.163 2.366 103,44
7 30-34 1.207 1.088 2.295 110,94
8 35-39 1.062 1.022 2.084 103,91
9 40-44 965 881 1.846 109,53
10 45-49 703 738 1.441 95,26
11 50-54 635 651 1.286 97,54
12 55-59 664 594 1.258 111,78
13 60-64 463 471 934 98,30
14 65-69 457 449 906 101,78
15 70-74 437 521 958 83,88
16 ≥75 118 213 331 55,40
Jumlah 12.552 12.315 24.867 101,92
Sumber: Profil Puskesmas II Wangon 2016
d. Status Sosial Ekonomi
1) Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data Profil Kesehatan Puskesmas II Wangon
Tahun 2016 jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2. Data Tingkat Pendidikan Penduduk
No Jenis Pendidikan Persentase
1 Tidak Memiliki Ijazah SD 8.852 (41%)
3 SD/MI 9.750 (46%)
4 SMP/MTS 3.004 (14%)
5 SMA/SMK/MA 1.891 (9%)
6 AK/DIPLOMA 626 (3%)
7 UNIVERSITAS 312 (1%)
Sumber : Profil Puskesmas II Wangon 2016
Dari tabel tersebut di atas tingkat pendidikan paling banyak
adalah SD/MI (dapat digambarkan bahwa jumlah penduduk
berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SD/MI
sebesar (46%), SMP/MTS (14%), SMA/SMK/MA (9%),
AK/Diploma (3%) Universitas sebanyak (1,%)
2) Mata Pencaharian
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan pada tahun
2016, mata pencaharian atau jenis pekerjaan penduduk di wilayah
kerja Puskesmas II Wangon adalah sesuai urutan sebagai berikut :
Petani (27,96%), Industri (23,50%), perdagangan (18,20%),
Konstruksi (11,44%), Jasa–jasa (10,47%), angkutan dan
komunikasi (5,86%), pertambangan dan penggalian (1,6%), listrik,
gas dan air (0,5%), serta lembaga keuangan (0,35%).
3. Petugas kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan dalam wilayah Puskesmas II Wangon
adalah sebagai berikut :

a. Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam wilayah
Puskesmas II Wangon ada 2 (dua) orang dokter umum, dengan rasio
8.04/100.000 penduduk. Menurut standar Indikator Indonesia Sehat
(IIS) tahun 2010 ratio tenaga medis per 100.000 penduduk adalah 40
tenaga medis, berarti tenaga medis masih kurang.

b. Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000 penduduk.

c. Dokter Gigi
Dokter gigi 1 orang, dengan rasio 4.02/100.000 penduduk. Standar IIS
2010 adalah 11/100.000 penduduk

d. Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi 1 orang. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk

e. Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas II Wangon adalah 15 orang terdiri
dari bidan puskesmas 4 orang, bidan PTT 6 orang, dan bidan kontrak 5
orang Rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk adalah 60,32 dengan
standar IIS pada tahun 2010, 100/100.000 penduduk. Dengan demikian
jumlah bidan di wilayah Puskesmas II Wangon masih kurang.

f. Tenaga Perawat
Rasio tenaga perawat per 100.000 penduduk adalah 28,15 dengan
standar IIS pada tahun 67/100.000 penduduk. Dengan demikian jumlah
tenaga perawat di wilayah Puskesmas II Wangon masih kurang.

g. Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Wangon 1 orang. Standar IIS 2010,
22/100.000 penduduk (5 ahli gizi). Tenaga Gizi di Puskesmas II
Wangon masih kurang

h. Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan rasio 4.02/100.000 penduduk.
Standar IIS 2010 adalah 40/100.000 penduduk (9 tenaga sanitasi).
i. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 1 orang. Standar IIS tahun 2010,
40/100.000 penduduk (9 tenaga kesehatan masyarakat).
4. Sarana Kesehatan
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas Kesehatan
kabupaten Banyumas merupakan Puskesmas Non Perawatan dan memiliki
1 (satu) Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Desa Cikakak dan 5
(lima) PKD yang tersebar di 4 desa wilayah kerja Puskemas II Wangon. 1
(satu) desa belum memiliki PKD yaitu Desa wlahar.
Dalam Pelayanan kesehatan dasar Puskesmas II Wangon juga
melaksanakan Puskesmas Keliling (Pusling) di beberapa titik wilayah
kerja Puskesmas II Wangon. Konsep wilayah kerja puskesmas dengan
sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata 30.000
penduduk per-puskesmas.
5. Pembiayaan Kesehatan
Pada tahun 2016 jumlah total anggaran kesehatan Puslesmas II
Wangon Rp. 2.539.806.872,- dengan kontribusi sebesar Rp. 1334.59.069
dari Pendapatan BLUD Puskesmas, belanja tidak langsung berupa gaji
pegawai Rp. 962.117.803. Dana APBN yaitu dana Tugas Pembantuan
Bantuan Operasional Kesehatan Rp. 243.430.000. Untuk anggaran
kesehatan perkapita mengalami kenaikan Rp. 102.135.64.
6. Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat
Untuk memberikan gambaran derajat kesehatan masyarakat Wilayah
Puskesmas II Wangon pada Tahun 2016 disajikan situasi mortalitas dan
morbiditas.
a. Angka Kematian
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat. Disamping itu
kejadian juga dapat dijadikan indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya.
Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan
berbagai survey dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan
penyakit penyakit yang terjadi pada perioe terakhir akan diuraikan
dibawah ini.
1) Angka Kematian Bayi
Angka kematian bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12
bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun.
AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat
yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat
pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan
program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial
ekonomi. Bila AKB tinggi berarti status kesehatan di wilayah
tersebut rendah.
Berdasarkan table 5 lampiran profil kesehatan, Jumlah
kematian Neonatal seebanyak 3 neonatal (IUFD, BBLR), bayi
sebanyak 2 bayi. Sebagai gambaran perkembangan angka
kematian bayi selama tiga tahun terakhir (2012-2016) adalah
sebagai berikut :

Gambar 2.1. Grafik Angka Kematian Bayi (per 1000


KH) Puskesmas II Wangon Tahun 2012-2016

Penurunan AKB dari tahun sebelumnya menunjukkan status


kesehatan ibu dan bayi baru lahir terpantau , akses dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak yang baik, serta perilaku ibu
hamil dan keluarga serta masyarakat yang mendukung perilaku
hidup sehat.
2) Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi
ibu ibu selama kehamilan,melahirkan, dan nifas yang dipengaruhi
baik oleh penyebab langsung maupun tidak langsung. Penyebab
langsung kematian ibu terbesar adalah komplikasi obstetrik (90%)
yang dikenal dengan Trias seperti perdarahan, infeksi dan pre
eklamsi, atau komplikasi pada saat kehamilan, kelahiran dan
selama nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu.
Sedangkan penyebab kematian ibu tidak langsung merupakan akar
permasalahan yang erat hubungannya dengan masalah sosial
budaya seperti kebiasaan, keyakinan, kepercayaan, sikap dan
perilaku masyarakat terhadap perawatan kehamilan, kelahiran dan
selama nifas.
Berdasarkan tabel lampiran profile kesehatan diperoleh
informasi bahwa di wilayah Puskesmas II Wangon pada tahun
2016 terdapat 2 kasus kematian ibu dengan riwayat Sakit
Jantung .Tahun 2012-2015 juga tidak ada kematian ibu di wilayah
kerja Puskesmas II Wangon. Adanya kasus kematian ibu pada
tahun 2016 karena disertai penyakir penyerta haiyu Jantung.
Pemantauan telah dilakukan oleh bidan dan sudah dirujuk sesuai
prosedur ke Rumah Sakit tingkat Lanjutan.
Program Kesehatan ibu dan anak sudah berjalan . Berbagai
strategi operasional KIA seperti pemanfaatan buku KIA, P4K
dengan stiker, K1 dan K4 , Kelas Ibu Hamil sangat mendukung
optimalnya pelayanan kesehatan ibu dan anak, dengan penambahan
pelayanan persalinan 24 Jam di puskesmas dalam hal ini untuk
Puskesmas II Wangon dapat meningkatkan kualitas pelayanan
sesuai standar dan pertolongan di lakukan oleh 2 bidan juga
mendukung dalam keselamatan ibu dan bayi saat persalinan.

3) Angka Kematian Balita


Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian
balita (0-5 th) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu
tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan anak balita,
tingkat pelayanan KIA, tingkat keberhasilan program KIA dan
kondisi lingkungan.
Berdasarkan tabel lampiran profil kesehatan tahun 2015 Angka
Kematian Balita sebanyak 3 balita dengan Angka Kematian 9 per
1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan hasil autopsy verbal yang
dilakukan kemarian disebabkan karena tersedak dan febris .Upaya
yang telah dilakukan dalam rangka menurunkan angka kematian
anak adalah pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat
seperti Posyandu, penanggulanan Kurang energi protein,
penyuluhan dan pendidikan gizi, penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar serta pemberantasan penyakit melalui surveilans dan
imunisasi.
b. Angka Kesakitan
1) Acute Flaccid Paralisis (AFP)
Puskemas II Wangon dari tahun 2012-2016 belum/tidak
menemukan kasus AFP. Pemberian Imunisasi Polio rutin pada anak
balita merupakan salah satu cara pemerintah untuk mencegah
terjadinya kasus Polio (Eradikasin Polio). Surveylans P2M
termasuk AFP dilakukan untuk mengamati dan menjaring semua
kelumpuhan yang terjadi secara mendadak dan bersifat layuh
seperti kelumpuhan pada poliomielitis.
2) Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)
Kegagalan Pengobatan Tb Paru sebagian besar karena berobat
yang tidak teratur. PMO sangat diperlukan guna memotivasi
penderita untuk minum obat secara teratur.Penemuan kasus baru
BTA (+) di Puskemas II Wangon tahun 2016 sebanyak 9 orang
dengan jumlah kasus seluruh TB 24 orang dan kasus TB Anak 0-14
tahun sebanyak 2 kasus (8%) , total CNR Kasus Baru TB BTA +
Per 100.000 penduduk 36.19 dan CNR seluruh kasus TB Per
100.000 penduduk sebesar 96.51 sampai dengan saat ini belum
memenuhi target CDR yaitu > 70%. Hal tersebut karena
Puskesmas II Wangon belum secara aktif melakukan penemuan
kasus BTA (+) . Kasus TB BTA (+) kiriman dari sarana kesehatan
yang lain.
3) Persentase Balita dengan Pneumonia Ditangani
Cakupan Penemuan Penderita Pnemonia Balita adalah
penemuan dan tatalaksana penderita Pneumonia Balita yang
mendapat antibiotic sesuai standar atau Pneumonia berat dirujuk ke
rumah sakit di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Cakupan penemuan penderita Pnemonia Balita di Wilayah kerja
Puskesmas II Wangon pada tahun 2016 sebesar 10.92 % hampir
sama dengan penemuan kasus pada tahun 2015 sebesar 11%
meningkat dari tahun 2014 sebesar 9,9 % tahun 2013 sebesar 5,8%
masih jauh dari target yaitu 80%. Diharapkan dengan pelaksanaan
MTBS secara aktif akan dapat menjaring kasus penmonia di
wilayah kerja Puskesmas II Wangon,juga diperlukan suatu upaya
yang optimal baik dari tenaga kesehatan yang ada di desa dan di
Puskesmas untuk secara aktif melakukan /melacak penemuan kasus
penderita Pnemonia. Penegakan diagnosa yang tepat agar
penanganan bagi penderita Pnemonia Balita dapat ditangani dengan
baik.

Gambar 2.2.Cakupan Penemuan Kasus Pnemonia Balita


Puskesmas II Wangon Tahun 2012-2016
4) Prevalensi HIV
Penemuan kasus HIV/AIDS di wilayah kerja Puseksmas II
Wangon pada tahun 2016 tidak ditemukan kasus HIV/AIDS.
Dalam
kurun waktu 2012-2016 tidak ditemukan laporan kasus penderita
HIV-AIDS. Untuk penemuan kasus Puskesmas mendapatkan
Laporan dari Rumah Sakit yang kemudian akan di tindak lanjuti
dari Dinas kesehatan. Kasus HIV/AIDS merupakan fenomena
gunung es dimana kasus yang dilaporkan hanya sebagian kecil dari
masyarakat.
5) Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)
Kasus DBD biasanya disebabkan adanya iklim yang tidak stabil
dan curah hujan yang cukup banyak pada musim hujan sehingga
nyamuk aedse Aegypty mudah berkembang biak dan juga di
dukung dengan kurang maksimalnya kegiatan PSN di masyarakat.
Angka Kesakitan/Incidence Rate (IR) di Wilayah kerja
Puskesmas II Wangon pada tahun 2016 meningkat sebesar 225.2
dibanding tahun 2015 sebesar 25.1 per 100.000 penduduk
meningkat dari pada tahun 2014 sebesar 12,5 per 100.000
penduduk. tahun 2013 sebesar 21,6 per 100.000 penduduk dan
tahun 2012 yaitu sebesar 53,3.per 100.000 penduduk.Angka
kematian/Case Fatality Rate (CFR) pada tahun 2016 adalah 0 %.

Gambar 2.3. Angka Kesakitan dan Kematian


DBD Puskesmas II Wangon Tahun 2012-
2016

6) Penanganan Kasus DBD


Penderita kasus DBD yang ditangani merupakan penderita DBD
yang penanganannya sesuai standar di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu. Cakupan penderita DBD yang ditangani
pada tahun 2016 sebesar 100%.
7) Penanganan Diare pada balita
Kasus penyakit Diare yang ditangani di wilayah kerja
Puskesmas II Wangon tahun 2016 7.3% menurun dibanding tahun
2015 68,2% dan tahun 2014 sebesar 34,6% .

Gambar 2.4. Penanganan Diare


Puskesmas II Wangon tahun 2012 –
2016
8) Persentase Penderita Kusta selesai berobat
Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular, yang
dapat menimbulkan masalah tidak hanya dari segi medis akan
tetapi sosial ekonomi.Pada tahun 2016 tidak ditemukan kasus kusta
di wilayah kerja Puskesmas II Wangon.
9) Kasus Penyakit filariasis ditangani
Jumlah Penemuan kasus filariasis di wilayah kerja Puskesmas II
Wangon tidak ditemukan. Periode 2012-2016 Puskesmas II
Wangon tidak menemukan kasus Filariasis.
c. Angka Status Gizi Masyarakat
1) Persentase Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus adalah kunjungan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin untuk memantau dan
memberi pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya.Cakupan
Kunjungan Neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas II Wangon pada
tahun 2016 adalah sebesar 100%, terjadi peningkatan dibanding
2013 adalah sebesar 99,7%. Dan tahun 2012 sebesar 98,9%. Hal
ini menunjukkan tingginya kesadaran ibu dalam pemantauan
perkembangan dan kesehatan neonatus.

Gambar 2.5. Kunjungan Neonatus


Puskesmas II Wangon Tahun 2012-
2015
2) Persentase Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah bayi yang memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan paling
sedikit 4 kali di luar kunjungan neonatus.Cakupan kunjungan bayi
di wilayah kerja Puskesmas II Wangon pada tahun 2016 sebesar
101.9%, tahun 2015 sebesar 100% meningkat dari tahun 2014
sebesar 95,89% dan tahun 2013 sebesar 93,5%. Berdasarkan Target
SPM maka angka tersebut sudah memenuhi target yaitu 90%.
3) Persentase BBLR ditangani
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadi BBLR antara
lain karena ibu hamil mengalami anemia, kurang asupan gizi waktu
dalam kandungan atau lahir premature.Presentase BBLR di
Wilayah Kerja Puskesmas II Wangon pada tahun 2016 sebesar 10.3
% meningkat dibanding tahun 2015 yaitu sebesar 7,7% . cakupan
pada tahun 2014 sebesar 6,34% dan tahun 2013 terjadi
peningkatan presentase sebesar 2,6%. Bayi dengan BBLR
mendapat penanganan dari petugas kesehatan 100%.
4) Balita dengan Gizi Buruk
Balita dengan gizi buruk dapat dipantau melalui pemantauan
tumbuh kembang Balita di Posyandu, pemantauan status gizi.
Perawatan yang baik dapat meningkatkan status gizi balita.
Berdasarkan table profile Puskesmas II Wangon pada tahun 2016
ditemukan 2 (dua) kasus gizi buruk yaitu di Desa wlahar 1 (satu)
orang, Desa Wlahar 1 (satu) orang, dan sudah mendapatkan
penanganan dengan pemberian PMT Pemulihan selama 90 hari .
pada tahun 2014 kasus balita gizi buruk sebesar 0,22%
dibandingkan tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah kasus
balita dengan gizi buruk sebesar 0,07%. Pada tahun 2012 tidak
ditemukan kasus gizi buruk pada balita.

Gambar 2.6. Balita dengan Gizi Buruk Tahun 2012-


2015 Puskesmas II Wangon
d. Upaya Kesehatan Dasar
1) Pelayanan Kesehatan Ibu
a) Cakupan Kunjungan Ibu Hamil
Cakupan pelayanan lengkap ibu hamil (K4) di wilayah keja
Puskesmas II Wangon pada tahun 2016 sebesar 83,41% turun
dibanding tahun 2015 mencapai 103,9%. Standar Pelayanan
Minimal cakupan kunjungan ibu hamil K4 sebesar 95%.
Dengan demikian Puskesmas II Wangon belum memenuhi
target SPM.

b) Persalinan yang Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan (Nakes)


Cakupan persalinan oleh nakes di wilayah keja Puskesmas
II Wangon pada tahun 2016 sebesar 88,24% menurun dibanding
tahun 2015 mencapai 110,7%, tahun 2014 sebesar 91,9% dan
pada tahun 2013 mencapai 102,7%. Berdasarkan SPM
Kesehatan maka cakupan tersebut tidak memenuhi stadar
pelayanan minimal yaitu 90%.
c) Pelayanan Ibu Nifas
Pelayanan ibu nifas meliputi pemberian VIT A dosis tinggi
ibu nifas, pemeriksaan kesehatan paska persalinan. Kunjungan
ini biasanya dilakukan bersamaan dengan kunjungan neonates.
Cakupan pelayanan pada ibu nifas di Puskesmas II Wangon
pada tahun 2016 sebesar 87,72% menurun dibanding tahun
2015 mencapai 110,7%, pada tahun 2014 mencapai 100%
sedangkan tahun 2013 sebanyak 102,7%. Berdasarkan SPM
Kesehatan maka cakupan tersebut tidak memenuhi stadar
dimana target penacapaian pada tahun 2016 sebesar 100%.
Berdasarkan tabel profil Puskesmas II Wangon pada tahun
2016 ditemukan 343 ibu bersalinan yang melakukan pelayanan
nifas
lengkap dari sasaran ibu bersalin sebanyak 391 ibu.
d) Ibu Hamil Mendapat Fe
Cakupan ibu hamil yang mendapat Fe 1 di wilayah keja
Puskesmas II Wangon pada tahun 2016 sebesar 90,73%
menurun dibanding tahun 2015 mencapai 108,4% dan Fe 3
83,41% menurun dibanding tahun 2015 sebesar 101%.
Berdasarkan SPM Kesehatan maka cakupan tersebut tidak
memenuhi stadar pelayanan minimal yaitu 90%.
2) Pelayanan Keluarga Berencana
a) Peserta KB Baru
Jumlah pasangan usia subur (PUS) wilayah kerja Puskesmas II
Wangon pada tahun 2016 sebesar 5.539 PUS dengan peserta
KB Baru 170 orang (3,1%) dan lebih banyak menggunakan
sistem MKJP sebanyak 66,7%.
b) Peserta KB Aktif
Cakupan peserta KB aktif Puskesmas II Wangon tahun 2016
sebesar 79,4%. Pemakaian kontrasepsi Non MKJP 97,5% lebih
banyak dibanding kontrasepsi MKJP 2,5%.

B. Analisis Sistem Pada Program Kesehatan


Analisis penyebab masalah dilakukan berdasarkan pendekatan sistem
sehingga dilihat apakah output (skor pencapaian suatu indikator kinerja)
mengalami masalah atau tidak. Apabila ternyata bermasalah, penyebab
masalah tersebut dapat kita analisis dari input dan proses kegiatan tersebut.
Input mencakup indikator yaitu man (sumber daya manusia), money (sumber
dana), method (cara pelaksanaan suatu kegiatan), material (perlengkapan),
minute (waktu) dan market (sasaran). Proses menjelaskan fungsi manajemen
yang meliputi tiga indikator yaitu: P1 (perencanaan), P2 (penyelenggaraan) dan
P3 (pengawasan, pemantauan, dan penilaian).
1. Input
a. Man (Tenaga Kesehatan)
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor terpenting
dalam pembangunan bidang kesehatan. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan no. 75 tahun 2014 pasal 16 ayat 3 jenis tenaga kesehatan di
Puskesmas paling sedikit terdiri atas dokter atau dokter layanan primer,
dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi,
dan tenaga kefarmasian. Tenaga kesehatan merupakan tenaga kunci
dalam mencapai keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah
tenaga kesehatan dalam wilayah Puskesmas II Wangon adalah sebagai
berikut:
1) Tenaga Medis
Tenaga Medis atau dokter yang ada di sarana kesehatan dalam
wilayah Puskesmas II Wangon ada 2 (dua) orang dokter umum,
dengan rasio 8.04/100.000 penduduk. Menurut standar Indikator
Indonesia Sehat (IIS) tahun 2010 ratio tenaga medis per 100.000
penduduk adalah 40 tenaga medis, berarti tenaga medis masih kurang.
2) Dokter Spesialis
Dokter spesialis tidak ada. Standar IIS 2010, 6/100.000
penduduk menunjukkan bahwa jumlah tenaga dokter spesialis tidak
memenuhi standar.
3) Dokter Gigi
Dokter gigi 1 orang, dengan rasio 4.02/100.000 penduduk.
Standar IIS 2010 adalah 11/100.000 penduduk menunjukkan bahwa
jumlah dokter gigi tidak memenuhi standar.
4) Tenaga Farmasi
Tenaga farmasi 1 orang. Standar IIS 2010, 10/100.000 penduduk
5) Tenaga Bidan
Jumlah tenaga bidan di Puskesmas II Wangon adalah 15 orang
terdiri dari bidan puskesmas 4 orang, bidan PTT 6 orang, dan bidan
kontrak 5 orang Rasio tenaga bidan per 100.000 penduduk adalah
60,32 dengan standar IIS pada tahun 2010, 100/100.000 penduduk.
Dengan demikian jumlah bidan di wilayah Puskesmas II Wangon
masih kurang.
6) Tenaga Perawat
Rasio tenaga perawat per 100.000 penduduk adalah 28,15
dengan standar IIS pada tahun 2010 117,5/100.000 penduduk. Dengan
demikian jumlah tenaga perawat di wilayah Puskesmas II Wangon
masih kurang.
7) Tenaga Gizi
Tenaga Gizi di Puskesmas II Wangon 1 orang. Standar IIS 2010,
22/100.000 penduduk (5 ahli gizi). Tenaga Gizi di Puskesmas II
Wangon masih kurang.

8) Tenaga Sanitasi
Tenaga Sanitasi ada 1 orang dengan rasio 4.02/100.000
penduduk. Standar IIS 2010 adalah 40/100.000 penduduk (9 tenaga
sanitasi).
9) Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesehatan Masyarakat ada 1 orang. Standar IIS tahun
2010, 40/100.000 penduduk (9 tenaga kesehatan masyarakat).
b. Money (Sumber Dana)
Pada tahun 2016 jumlah total anggaran kesehatan Puskesmas II
Wangon Rp. 2.539.806.872,- dengan kontribusi sebesar Rp. 1334.59.069
dari Pendapatan BLUD Puskesmas, belanja tidak langsung berupa gaji
pegawai Rp. 962.117.803. Dana APBN yaitu dana Tugas Pembantuan
Bantuan Operasional Kesehatan Rp. 243.430.000. Untuk anggaran
kesehatan perkapita mengalami kenaikan Rp. 102.135.64.
Sumber dana dalam pelaksanaan program promkes ASI eksklusif
sudah disiapkan dari pemerintah berupa sumber dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) dan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD). Dana ini berasal dari Kementerian Kesehatan dan juga dana
dari pelayanan puskesmas yang dapat digunakan untuk kegiatan promotif
berupa penyuluhan maupun pembuatan poster atau leaflet bagi
masyarakat.
c. Material (Sarana Kesehatan)
Puskesmas II Wangon merupakan salah satu UPTD Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas, merupakan Puskesmas Non Perawatan
yang memiliki :
1. Satu Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Desa Cikakak
2. Lima PKD yang tersebar di 4 desa wilayah kerja Puskemas II
Wangon.
3. Satu desa belum memiliki PKD yaitu Desa Windunegara.
Dalam Pelayanan kesehatan dasar, Puskesmas II Wangon juga
melaksanakan Puskesmas Keliling (Pusling) di beberapa titik wilayah
kerja Puskesmas II Wangon. Konsep wilayah kerja puskesmas yaitu
dengan sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah puskesmas rata rata
30.000 penduduk per-puskesmas.
Bentuk media yang digunakan berupa pembagian leaflet kepada
masyarakat wilayah kerja Puskesmas II Wangon serta kader posyandu.
Media poster atau pamflet didapatkan dari berbagai sumber termasuk
dropping dari Dinas Kesehatan Kabupaten, atau seminar mengenai ASI
eksklusif yang pernah diikuti oleh tenaga kesehatan.
d. Method
Metode kegiatan program promosi ASI eksklusif di Puskesmas II
Wangon meliputi kegiatan penyuluhan aktif yang dilakukan oleh petugas
gizi puskesmas bekerjasama dengan bagian KIA, bidan puskesmas
maupun bidan desa serta kader yang dilakukan di luar puskesmas sesuai
dengan jadwal perkumpulan masing-masing desa.
Penanggun jawab program ASI eksklusif juga membentuk
“Motivator ASI” yaitu kader yang secara khusus diberikan pelatihan
tentang ASI Eksklusif dengan tujuan untuk mengajarkan, mengingatkan,
dan mengajak ibu-ibu pentingnya ASI eksklusif.
e. Minute
Waktu penyuluhan dapat dilakukan saat pertemuan-pertemuan
seperti pertemuan kader, pertemuan PKK, posyandu balita maupun
pertemuan kelas ibu hamil yang dilaksanakan oleh Puskesmas II
Wangon. Konseling tentang ASI eksklusif juga bisa dilakukan saat ada
ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di puskesmas maupun
kepada ibu-ibu dalam masa nifas yang ingin berkonsultasi.
f. Market
Sasaran kegiatan program Promosi ASI eksklusif adalah ibu usia
produktif, ibu hamil, dan ibu rumah tangga yang masih memiliki anak
balita.
2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Arah: sesuai dengan salah satu dari 12 indikator keluarga sehat
yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
yaitu program gizi, kesehatan ibu dan anak “ Pemberian ASI Eksklusif
Bayi 0-6 Bulan”. Untuk mempermudah mencapai tersebut, perencanaan
mengacu pada Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk program
Kesehatan Ibu dan Anak yang sudah ditetapkan di tingkat Provinsi.
b. Pengorganisasian (P2)
Promosi peningkatan cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas II Wangon diselenggarakan melalui kerja sama antara
program pokok puskesmas gizi dan KIA, dibantu dengan para bidan desa
dan kader kesehatan.
c. Penggerakan dan pelaksanaan program
Tim Puskesmas II Wangon khususnya bagian program gizi dan
KIA didampingi oleh bidan desa dan kader kesehatan Posyandu Balita
melakukan upaya guna meningkatkan pemberian ASI eksklusif
d. Pengawasan dan penilaian (P3) untuk kelancaran kegiatan
1) Motivator ASI, kader kesehatan Posyandu atau perangkat desa
setempat di wilayah kerja Puskesmas II Wangon .
2) Bidan desa di wilayah kerja Puskesmas II Wangon
3) Bagian program gizi dan KIA Puskesmas II Wangon
4) Supervisi atau pengawasan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas
3. Output
Tabel 2.2. Jumlah Bayi yang diberikan ASI Eksklusif tahun 2017
Jumlah Bayi Bayi 0-6 Bulan Presentase
No Desa 0-6 Bulan yang diberi ASI saja (%)
1 Windunegara 34 19 55,8
2 Wlahar 38 22 57,8
3 Cikakak 24 8 33,3
4 Jambu 48 22 45,8
5 Jurangbahas 17 1 0,6
Total 161 72 44,7
Sumber: Data Laporan Program Gizi Puskesmas II Wangon tahun 2017
Berdasarkan laporan program gizi pada tahun 2017 jumlah bayi yang
terdapat di wilayah kerja Puskemas II Wangon sebanyak 161 bayi, namun
hanya 72 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif atau setara dengan 44,7%
dari total jumlah bayi yang ada. Pencapaian tersebut menurun dibanding
tahun 2016 yaitu dari bayi usia 0-6 bulan berjumlah 165, yang mendapat
ASI eksklusif sebanyak 76 bayi atau setara 46%. Capaian juga menurun
dibanding tahun 2015 yaitu dari 197 bayi usia 0-6 bulan, yang mendapat
ASI eksklusif sebanyak 102 bayi atau setara dengan 51,8%.
4. Outcome
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat menyebabkan
hambatan tumbuh kembang pada masa balita, di Puskesmas II Wangon tahun
2017 dari 1.505 balita terdapat 14 balita Bawah Garis Merah (BGM) atau
setara 0,93%. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2016 dari 1.633
balita terdapat 13 balita BGM atau setara 0,79% yang diukur berdasarkan
berat badan dengan umur bayi. Peningkatan kasu balita BGM tahun 2016-
2015 sebanyak 0,14%, meskipun status gizi pada masa balita dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun pemberian ASI eksklusif dapat
menjadi salah satu penyebabnya.

C. Identifikasi Isu Strategis (Analisis Strength, Weakness, Opportunity,


Threat) Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT)
untuk menilai permasalahan pada proses tercapainya program pemberian
ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas II Wangon, maka didapatkan
informasi
sebagai berikut :
1. Strength
a. Kerja sama antar penanggung jawab bidang program pokok puskesmas
bidang gizi dan KIA dalam rangka meningkatkan cakupan pemberian
ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas II Wangon
b. Pelatihan dan seminar mengenai pentingnya ASI eksklusif oleh
petugas kesehatan Puskesmas II Wangon terhadap bidan desa dan
kader
c. Puskesmas II Wangon terus mempromosikan kegiatan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas II
Wangon
d. Puskesmas II Wangon menganjurkan melakukan kegiatan Inisiasi
Menyeusui Dini (IMD) pada ibu yang baru melahirkan
2. Weakness
a. Tidak ada aturan yang mampu mengikat perilaku masyarakat terhadap
pemberian ASI eksklusif
b. Sumber daya tenaga kesehatan yang masih kurang dibandingkan
dengan target populasi di setiap desa wilayah kerja Puskesmas II
Wangon
c. Minimnya kontrol dan evaluasi penyampaian promosi kesehatan
pemberian ASI eksklusif kepada masyarakat
d. Target penerima informasi hanya berkisar pada ibu hamil dan atau ibu
dengan bayi baru lahir saja.
3. Opportunity
a. Terdapat berbagai peraturan perundangan maupun keputusan menteri
kesehatan tentang ASI eksklusif, sehingga dapat dikatakan pemerintah
pusat dan daerah sangat mendukung program peningkatan cakupan
ASI eksklusif
b. Terdapat beberapa program pemerintah salah satunya berupa
(Keluarga sadar gizi) Kadarzi yang didalamnya mengandung unsur
pemberian ASI eksklusif
c. Terdapat warga masyarakat yang sukarela bersedia menjadi kader
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas II Wangon untuk memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif
d. Terdapat pelatihan-pelatihan atau seminar kesehatan tentang ASI
eksklusif yang dilaksanakan dinas kesehatan kabupaten maupun
organisasi kesehatan untuk memperbarui ilmu di bidang tersebut.
4. Threat
a. Latar belakang pendidikan masyarakat target yang beragam sehingga
mempengaruhi kemampuan menyerap informasi penting tentang ASI
eksklusif
b. Pada beberapa ibu, ASI tidak keluar dengan lancar sehingga pemberian
ASI eksklusif terhambat
c. Ibu yang kembali bekerja setelah melahirkan sehingga menyebabkan
pemberian susu formula sebagai pengganti ASI karena tidak sempat
menyusui
d. Anggapan masyarakat yang kuat mengenai tidak cukup membuat anak
menjadi tidak lapar apabila hanya diberikan ASI saja
III. PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Program ASI eksklusif merupakan salah satu program yang masih
belum tercapai di Puskesmas II Wangon. Dari total 161 bayi usia 0 – 6 bulan
yang masih membutuhkan ASI Eksklusif, hanya 72 bayi yang terpenuhi
diberikan ASI Eksklusif atau hanya 44,7% dari target capaian 80%, sisanya
tidak sepenuhnya mendapatkan ASI eksklusif. Pencapaian tersebut menurun
dibanding tahun 2016 yaitu dari bayi usia 0-6 bulan berjumlah 165, yang
mendapat ASI eksklusif sebanyak 76 bayi atau setara 46%. Capaian juga
menurun dibanding tahun 2015 yaitu dari 197 bayi usia 0-6 bulan, yang
mendapat ASI eksklusif sebanyak 102 bayi atau setara dengan 51,8%.
Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif ini dapat menyebabkan
hambatan tumbuh kembang pada masa balita, di Puskesmas II Wangon tahun
2017 dari 1.505 balita terdapat 14 balita Bawah Garis Merah (BGM) atau
setara 0,93%. Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2016 dari 1.633
balita terdapat 13 balita BGM atau setara 0,79% yang diukur berdasarkan
berat badan dengan umur bayi. Penurunan capaian program ASI eksklusif
tersebut diikuti dengan peningkatan angka balita BGM pada tahun 2016-2017
sebanyak 0,14%, meskipun status gizi pada masa balita dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, namun pemberian ASI eksklusif dapat menjadi salah satu
penyebabnya.
Tabel 3.1. Capaian Indikator ASI Eksklusif di Puskesmas II wangon
Indikator Target Capaian
Pemberian ASI ekslusif tahun 2015 80% 51,8%
Pemberian ASI ekslusif tahun 2016 80% 46%
Pemberian ASI ekslusif tahun 2017 80% 44,7%

Capaian program pemberian ASI ekslusif dari tahun 2015-2017 selalu


terjadi penurunan angaka capaian, dan tidak ada yang mencapai target 80%.
Berdasarkan hasil analisa SWOT yang dilakukan, terdapat beberapa masalah
yang telah teridentifikasi sebagai kemungkinan penyebab cakupan pemberian
ASI eksklusif yang masih rendah. Kurangnya pengetahuan ibu, keluarga dan
masyarakat menjadi salah satu faktor penyebab masih rendahnya cakupan ASI
eksklusif. Selain itu pengaruh orang tua atau anggota keluarga lain yang masih
memiliki stigma bahwa bayi baru lahir harus mendapatkan makanan lain
selain dari ASI agar nutrisinya tercukupi, sehingga sebelum bayi berusia 6
bulan sudah diberikan makanan lain selain ASI. Masalah lain yang tidak kalah
pentingnya adalah ibu lebih memilih kembali bekerja setelah melahirkan
menyebabkan ASI tidak bisa diberikan setiap saat sehingga penggunaan susu
formula secara dini untuk mengganti ASI menjadi pilihan karena tidak sempat
menyusui, ditambah lagi dengan saat ibu sudah memiliki waktu untuk
menyusui, ASI tidak kunjung keluar.
Pemahaman yang salah pada masyarakat desa di wilayah Puskesmas II
Wangon perlu diubah dan diluruskan. Hingga saat ini cara yang masih dapat
dilakukan untuk meluruskan stigma yang salah di dalam masyarakat adalah
melalui penyuluhan atau pemberian informasi mengenai pentingnya ASI
eksklusif pada kehidupan awal bayi baru lahir, namun dalam rangka
meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif, penyuluhan tidak hanya
dilakukan pada saat perkumpulan rutin saja melainkan kunjungan rumah ke
rumah untuk memberikan pemahaman ini kepada anggota keluarga lain, selain
itu penyuluhan juga dapat dilaksanakan pada kelompok posyandu lanjut usia
karena stigma yang salah pada masyarakat ini teridentifikasi kemungkinan
berasal dari mitos yang sudah berkembang lama di dalam masyarakat.
Penyuluhan juga dapat disertai dengan penempelan poster atau pembagian
leaflet yang berhubungan dengan promosi kesehatan tersebut.
Isi dari penyuluhan maupun alat peraga lain seperti poster atau leaflet
yang diberikan harus mengandung bahasa yang mudah dipahami dan dicerna
oleh masyarakat awam. Bahasan yang harus ada dalam promosi kesehatan
tersebut minimal terdiri atas definisi, manfaat bagi bayi dan ibu, waktu
pemberian ASI eksklusif, kelebihan ASI dibandingkan dengan susu formula
dan juga waktu yang tepat untuk pemberian makanan pendamping ASI. Selain
itu, memberikan informasi mengenai ASI tabung untuk ibu yang masih aktif
bekerja dan pelatihan breast care untuk ibu yang ASInya sulit keluar dapat
dilakukan, harapannya agar bayi bisa mendapatkan ASI eksklusif sampai 6
bulan.
B. Alternatif Pemecahan Masalah
Strategi alternatif pemecahan masalah yang mungkin dapat dilakukan
adalah sebagai berikut
1. Promosi pemberian ASI eksklusif dimulai sesaat setelah melahirkan di
hadapan Ibu, suami, dan keluarga agar stigma lama yang tidak mendukung
pemberian ASI eksklusif dapat dihilangkan
2. Melakukan penyuluhan bertingkat dari tenaga puskesmas ke bidan desa,
kemudian kepada kader kesehatan dan selanjutnya kepada masyarakat
umum di wilayah kerja Puskesmas II Wangon secara rutin dan terjadwal.
3. Penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI eksklusif, tunda kembali
bekerja setelah melahirkan hingga bayi berusia 6 bulan atau jika terpaksa
harus kembali bekerja sebelumnya ibu harus menyediakan ASI dalam
botol dengan penyimpanan yang benar, sehingga sewaktu ibu sedang
bekerja bayi masih bisa mendapatkan ASI.
4. Memberikan edukasi, konseling serta pelatihan breast care kepada ibu
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dengan ASI yang tidak keluar karena
stres maupun hal lain
5. Pemberian leaflet atau penempelan poster ASI eksklusif yang menarik di
tempat umum maupun setiap pusat kesehatan desa sehingga tidak kalah
menarik dengan iklan susu formula
6. Menjadikan kader kesehatan sebagai salah satu faktor penting dalam
pencapaian cakupan ASI eksklusif, dengan cara :
a. Meminta tolong kader kesehatan untuk melakukan pendataan rutin ibu
yang sedang hamil dan ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan,
b. Meminta tolong kader kesehatan untuk melakukan kunjungan rumah
ke rumah untuk menyampaikan promosi ASI eksklusif
c. Mengusahakan bantuan intensif dana pengganti kunjungan rumah ke
rumah oleh kader-kader kesehatan
7. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan perangkat desa untuk
mengingatkan warga pentingnya pemberian ASI eksklusif
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. ASI eksklusif merupakan hal terpenting bagi status gizi bayi usia 0-6 bulan,
karena dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi tersebut
2. Standar yang ditetapkan oleh pemerintah untuk cakupan ASI eksklusif di
Indonesia adalah 80% dari bayi lahir hidup
3. Cakupan ASI eksklusif wilayah kerja Puskesmas II Wangon pada tahun
2017 sebesar 44,7% dari target 80%, dengan satu desa angka cakupan ASI
eksklusifnya masih 0,6%
4. Masalah yang paling sering muncul sebagai hambatan untuk mencapai
cakupan ASI eksklusif yang tinggi adalah adanya stigma masyarakat yang
salah terhadap bayi baru lahir dimana terdapat pengaruh orang tua atau
anggota keluarga lain yang masih memiliki stigma bahwa bayi baru lahir
harus mendapatkan makanan lain selain dari ASI agar nutrisinya tercukupi,
selain itu karena ibu kembali bekerja setelah melahirkan serta ASI sulit dan
tidak keluar

B. Saran
1. Melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan tentang ASI eksklusif,
menyarankan untuk menunda kembali bekerja setelah melahirkan hingga
bayi berusia 6 bulan atau jika terpaksa harus kembali bekerja sebelumnya
ibu harus menyediakan ASI dalam botol dengan penyimpanan yang benar
sehingga sewaktu ibu sedang bekerja bayi masih bisa mendapatkan ASI.
2. Memberikan edukasi, konseling serta pelatihan breast care payudara kepada
ibu agar ASI keluar.
3. Melakukan pembagian poster dan leaflet ASI eksklusif yang menarik di
tempat umum maupun setiap pusat kesehatan desa sehingga tidak kalah
menarik dengan iklan susu formula.
4. Perlu dikembangkan mengenai sasaran penyuluhan ASI eksklusif selain
kepada keluarga inti.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jateng. 2016. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun
2016. Semarang : Dinkes Prov. Jawa Tengah

Firmansyah N.; Mahmudah. 2012. Pengaruh Karakteristik (Pendidikan,


Pekerjaan), Pengetahuan Dan Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Asi
Eksklusif Di Kabupaten Tuban. Jurnal Biometrika dan
Kependudukan, Vol. 1, No. 1, Hal. 62-71.

Giri, M. K. W., I. W. Muliarta, dan N. P. D. S. Wahyuni. 2013. Hubungan


Pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi Balita Usia6-24 Bulan di
Kampung Kajanan, Buleleng. Jurnal Sains dan Teknologi, 2 (1) : 184-192
Kementerian Kesehatan (KEMENKES). 2016. Pedoman Pekan ASI Sedunia
(PAS) tahun 2016. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Gizi Masyarakat

Mustofa, A. dan H. Prabandari. 2010. Pemberian ASI Eksklusif dan Problematika


Ibu Menyusui. Jurnal Studi Gender dan Anak, 5 (2) : 215-226

Puskesmas II Wangon 2015. Profil Kesehatan Puskesmas II Wangon Kabupaten


Banyumas Tahun 2016. Purwokerto : Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas.

Rumangun D., Nugraheni S A., Kartasurya M I. 2013. Analisis Implementasi


Program Pemberian ASI Eksklusif DI Wilayah Kerja Puskesmas Remu
Kota Sorong. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia. Vol 1. No 3

Anda mungkin juga menyukai