Anda di halaman 1dari 48

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI

EKSKLUSIF DI WILAYAH PUSKESMAS WANA


KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2022

MINI PROPOSAL

OLEH :

REVI MINARSIH

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KONVERSI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022
1. Latar Belakang Penelitian

1
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam

organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai

makanan utama bagi bayi. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi

tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk, madu, air

gula) yang dimulai sejak bayi lahir sampai dengan usia 6 bulan (Vita, 2021).

Manfaat pemberian ASI Eksklusif, bayi yang mendapatan ASI

mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, mengandung

antibodi mekanisme pembentukan antibodi pada bayi, ASI mengandung

komposisi tepat, mengurangi kejadian karies dentis, memberi rasa nyaman

dan aman pada bayi (Adanya Ikatan Antara Ibu dan Bayi), terhindar dari

alergi, ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi, membanti perkembangan

rahang dan merangsang pertumbuhan gigi (Vita, 2021).

Manfaat untuk ibu dari pemberian ASI Ekslusif adalah mengatasi rasa

trauma dan mencegah kanker payudara (Nurhidayati, 2021). Selain

mengandung zat makanan, ASI pula mengandung enzim tertentu yang

berfungsi menjadi zat penyerap yang tak akan menganggu enzim lain di usus

(Profil Kesehatan Indonesia, 2020).

Pada tahun 2020 WHO memaparkan data berupa angka pemberian ASI

eksklusif secaraglobal, yaitu sekitar 44% bayi usia 0-6 bulan di seluruh dunia

yangmendapatkan ASI eksklusif selama periode 2015-2020 dari 50%

targetpemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI yang optimal yaitu saat anak

berusia 0-23 bulan sangat penting karenadapat menyelamatkan nyawa lebih

dari 820.000 anak di bawah usia 5 tahun setiap tahun (WHO, 2020).

2
Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2020 yaitu

sebanyak 66,06%. Angka tersebut telah melampaui target Renstra tahun 2020

yaitu 40%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat

pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (87,33%), sedangkan persentase terendah

ada di Provinsi Papua Barat (33,96%). Terdapat empat provinsi yang belum

mencapai sasaran Renstra tahun 2020, yaitu Maluku dan Papua Barat (Profil

Kesehatan Indonesia, 2020).

Cakupan bayi menerima ASI Eksklusif di Provinsi Lampung tahun 2021

sebesar 69,3%, dimana nomor ini masih pada bawah target yang diperlukan

yaitu 80%, berdasarkan capaian per kabupaten kota hanya kabupaten

Tanggamus serta Kota Metro yg telah mencapai sasaran yang diperlukan

sedangkan kabupaten pesisir barat belum mencapai target yang ditentukan

(Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2021).

Adityaningrum, dkk (2021) menyatakan pekerjaan merupakan faktor

yang menghambat dalam memberikan ASI Eksklusif pada bayi, karna ibu

berada di luar rumah untuk bekerja dan tidak mengerti cara melakukan dan

menyimpan ASI yang benar. Pelaksanaan IMD menjadi faktor yang

berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. Pelaksanaan IMD sangat

penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Hal ini mengindikasikan

bahwa Ibu yang melakukan IMD cenderung memberikan ASI Eksklusif pada

bayinya dibandingkan ibu yang setelah proses persalinan tidak melaksanakan

IMD. Dukungan keluarga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap

pemberian ASI Eksklusif. Dukungan dari lingkungan keluarga termasuk

suami, orang tua maupun saudara lainnya sangat mempengaruhi keberhasilan

3
dalam proses menyusui, karena berpengaruh terhadap kondisi ibu sehingga

secara tidak langsung mempengaruhi produksi air susu ibu. Seorang ibu yang

mendapatkan dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya cenderung

memberikan ASI Eksklusif.

Erbaydar (2020) menyatakan persalinan menjadi faktor yang

menghambat dalam memberikan ASI Eksklusif. Cara persalinan merupakan

salah satu faktor yang berperan penting dalam praktik menyusui. Persalinan

SC dapat berdampak negatif pada fisiologi laktasi dan menyebabkan efek

samping yang menghambat kontak ibu dengan neonatus, mengakibatkan

nyeri ibu pasca operasi yang tidak dapat ditoleransi dan peningkatan tingkat

kebutuhan akan perawatan intensif yang dibutuhkan oleh neonatus, yang

keduanya dapat berdampak negatif pada menyusui.

Penelitian yang dilakukan Adityaningrum, dkk (2021), tentang analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian Asi eksklusif pada bayi di

Puskesmas Talaga Jaya, diperoleh bahwa Pendidikan ibu, pekerjaan ibu,

pelaksanaan IMD dan dukungan keluarga memperoleh nilai p-value (0,000)

kurang dari α (0,05), sedangkan dukungan petugas kesehatan memiliki nilai

p-value (0,998) lebih dari α (0,05). Faktor-faktor yang mempengaruhi

pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Puskesmas Talaga Jaya adalah

pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pelaksanaan IMD, dan dukungan keluarga.

Penelitian yang dilakukan Erbaydar (2020) di Turki tentang relationship

between caesarea section and breast feeding turkey, diperoleh bahwa angka

kejadian inisiasi menyusu terlambat dan pemberian ASI tidak eksklusif

masing-masing sebesar 42,7 dan 41,0%. Tingkat insiden standar inisiasi

4
menyusu terlambat di antara wanita dengan persalinan pervaginam adalah

35,34%, dibandingkan 50,49% di antara mereka yang melahirkan secara

caesar. Rasio tingkat standar untuk inisiasi menyusui terlambat dan menyusui

non-eksklusif adalah 1,428 (95% confidence interval (CI): 1,212-1,683) dan

1,468 (95% CI: 1,236-1,762), masing-masing. Wanita yang menjalani operasi

caesar memiliki risiko lebih tinggi untuk inisiasi menyusui terlambat dan

menyusui non-eksklusif selama tiga hari setelah melahirkan sosiodemografi

dan faktor terkait persalinan.

Berdasarkan Latar belakang di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti

tentang “Faktor-faktor yang yang mempengaruhi pemberian ASI Ekslusif

pada bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung

Timur Tahun 2022”.

2. Rumusan Masalah

Maka berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini

adalah “faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di

Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022?”

3. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif

di Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

b. Tujuan Khusus

1. Diketahui distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di Wilayah

Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.


5
2. Diketahui distribusi frekuensi pekerjaan ibu di Wilayah Puskesmes

Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

3. Diketahui distribusi frekuensi pelaksanaan IMD di Wilayah Puskesmes

Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

4. Diketahui distribusi frekuensi dukungan suami di Wilayah Puskesmes

Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

5. Diketahui distribusi frekuensi jenis persalinan di Wilayah Puskesmes

Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

6. Diketahui hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di

Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

7. Diketahui hubungan pelaksanaan IMD dengan pemberian ASI eksklusif

di Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

8. Diketahui hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif

di Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

9. Diketahui hubungan jenis persalinan dengan pemberian ASI eksklusif

di Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun 2022.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Bagi Wilayah Tempat Peneliti

Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan serta bahan evaluasi bagi

petugas kesehatan dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif.

b. Program Studi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung

Sebagai bahan bacaan bagi perpustakaan di Program Studi Kebidanan

Universitas malahayati Bandar Lampung.


6
c. Peneliti

Dapat menambah pengalaman dalam penelitian serta menambah

pengetahuan peneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian

asi eksklusif di Posyandu Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung

Timur Tahun 2022.

5. Tinjauan Teori

a. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

1) Pengertian ASI Eksklusif

ASI adalah suatu suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan

garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,

sebagai makanan utama bagi bayi (Vita, 2021). ASI Eksklusif adalah

pemberian ASI setelah bayi lahir sampai usia minimal 6 bulan, tanpa asupan

cairan, seperti susu formula, madu, teh manis, air putih, dan bubur susu

lainnya, bubur, nasi, pisang, dan lain-lain. Oleh karena itu, bayi hanya dapat

memperoleh ASI dari ibunya, dan jika terpaksa (sakit), bayi dapat

memperoleh obat-obatan berupa sirup dari dokternya. Setelah 6 bulan, bayi

baru lahir mulai menambahkan makanan pendamping ASI, tetapi ASI tetap

harus diberikan sampai mereka berusia 2 tahun (Chomaria Nurul, 2020).

ASI mengandung beberapa mikronutrien yang dapat membantu

memperkuat daya tahan tubuh bayi. Selain itu pemberian ASI minimal

selama 6 bulan juga dapat menghindarkan bayi dari obesitas atau kelebihan

berat badan karena ASI membantu menstabilkan pertumbuhan lemak bayi

(Mulyani, 2019).

7
Semua orangtelah mengakui bahwa ASI tidak perlu diragukan lagi

sebagai makanan bayi paling baik (Mardalena, 2017). ASI merupakan

sumber makanan untuk melindungi bayi dari diare selama 4-6 bulan.

Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan adalah investasi terbesar,

karena ASI memiliki banyak manfaat. Keunggulan ASI adalah dapat

menghasilkan generasi dengan kecerdasan, emosi dan spiritualitas yang

lebih unggul dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula (Yulianti

dan Ratnawati, 2021).

2) Komposisi ASI

Tabel 2.1 Perbandingan Komposisi ASI dengan Susu Formula

KANDUNGAN ASI SUSU FORMULA


Pencemaran bakteri Tidak ada Mungkin ada
Zat anti infeksi Antibodi Tidak giat
Leukosit
Laktoferin
Faktor bifidus
Protein :
-Total 1% 4% (terlalu banyak)
-Kasein 0.5% 3% (terlalu banyak)
-Laktalbumin 0.5% 0.5
Asam Amino :
-Sistin Cukup untuk pertumbuhan otak Tidak cukup
-Taurin
Lemak :
-Total 4% (rata-rata)
-Kejenuhan asam Asam lemak tak jenuh cukup Terlalu banyak asam
lemak lemak jenuh
-Asam linoleat Cukup Tidak cukup
-Kolestrol Cukup Tidak cukup
Lipase untuk Ada Tidak ada
mencerna lemak
Laktosa (gula) 7% (cukup) 3-4% (tidak cukup)
Garam (Meq/l)
-Natrim 6.5 (tepat) 25 (terlalu banyak)
-Klorida 12 (tepat) 29 (terlalu banyak)
-Kalium 14 (tepat) 35 (terlalu banyak)

Mineral (Meq/l)
-Kalsium 350 (tepat) 1440 (terlalu banyak)
-Fosfat 150 (tepat) 900 (terlalu banyak)

8
Zat besi Jumlah sedikit Jumlah sedikit
Diserap baik Diserap tidak baik
Cukup Tidak cukup
Vitamin Cukup Mungkin tidak cukup
Air Cukup Diperlukan lebih
Tidak perlu tambahan Diperlukan tambahan
lebih banyak

Catatan: Susu bubuk formula sama dengan susu sapi. Susu bubuk

rendah garam, protein, kalsium dan tinggi gula. Namun, kualitas protein dan

lemaknya tidak sebaik ASI. Jika susu bubuk tidak dicampur dengan benar,

mungkin terlalu asin. Susu skim kering bebas lemak, tidak pernah cocok

sebagai PASI (pendamping ASI), dan hanya ditambahkan ke makanan bayi

(Chomaria Nurul, 2020).

3) Volume ASI

Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar pembuat ASI mulai

memproduksi ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua

setelah bayi lahir, sekitar 50-100 ml ASI diproduksi per hari. Jumlahnya

meningkat menjadi 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI lebih

efektif dan meningkat 10-14 hari setelah melahirkan. Situasi ini akan

berlanjut selama beberapa bulan ke depan. Bayi yang sehat mengkonsumsi

700-800 ml susu setiap hari.

Segera setelah ibu melahirkan, bahkan di ruang bersalin, ibu perlu

segera menyusui bayinya. Refleks menghisap bayi mencapai puncaknya

pada 0,51 jam pertama setelah lahir. Jika ada penundaan, proses menyusui

akan gagal lagi. Di awal kehidupannya, bayi biasanya tidak meminta ASI

secara teratur. Beberapa terlalu dekat atau terlalu jauh dari rencana

jadwalnya. Penting bagi ibu untuk mengetahui tolak ukur kebutuhan

9
menyusui. Pemberian ASI ini setiap 2-3 jam sekali dan selalu berusaha

memberikannya setiap kali bayi meminta. Setelah 1-2 minggu bayi memiliki

pola khusus yang memudahkan ibu untuk mengatur jadwal menyusui.

Seorang bayi menyusui biasanya berlangsung 5-10 menit atau ada juga yang

lebih dari itu (Chomaria Nurul, 2020).

4) Manfaat ASI Eksklusif

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan sejak

lahir tanpa penambahan atau penggantian makanan atau minuman lain

(Perbup Sleman tentang IMD dan ASI Eksklusif) No. 38 Tahun 2015).

1. Manfaat ASI bagi Bayi :

a. ASI memperkuat daya tahan tubuh bayi

ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang

melindungi bayi dari infeksi berbagai bakteri, virus, parasit dan

jamur.

b. ASI Sebagai Makanan

ASI merupakan sumber nutrisi yang ideal dan komposisinya

disesuaikan dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.

c. Menyusui meningkatkan kasih sayang

Kontak kulit dini mempengaruhi perkembangan bayi. Ibu dapat

memberikan kasih sayang dengan memberikan susu formula, tetapi

menyusui saja memiliki efek psikologis yang signifikan. Rasa

aman sangat penting untuk membangun fondasi kepercayaan bagi

buah hati.

d. Bertujuan untuk pertumbuhan yang baik

10
Bayi yang disusui bertambah berat badannya setelah lahir, tumbuh

dengan baik setelah periode perinatal, dan kecil kemungkinannya

untuk menjadi gemuk. Sering menyusui juga terbukti bermanfaat,

karena jumlah volume ASI yang tinggi untuk mendorong

penurunan berat badan pada bayi.

2. Manfaat Menyusui bagi Ibu

a. Penurunan kejadian kanker payudara

Hormon estrogen menurun selama menyusui, tetapi jika ibu tidak

menyusui, kadar hormon estrogen tetap tinggi dan hormon estrogen

dan progesteron tidak seimbang, itulah sebabnya kanker payudara

adalah salah satu pemicunya.

b. Pencegahan perdarahan postpartum

Stimulasi payudara ibu dengan menyusui bayi diteruskan ke otak

dan kelenjar pituitari serta merangsang produksi hormon oksitosin.

Oksitosin membantu mengontraksikan rahim dan mencegah

perdarahan pascapersalinan.

c. Mempercepat Kontraksi Rahim

Ibu mengalami nyeri ulu hati saat menyusui. Ini menandakan

bahwa rahim sedang berkontraksi, yang mempercepat kontraksi

rahim.

d. Dapat digunakan sebagai metode kontrasepsi, tetapi menyusui saja

dapat menunda kehamilan. Ibu menyusui memiliki jarak kelahiran

rata-rata 24 bulan, sedangkan ibu yang tidak menyusui memiliki

jarak kelahiran rata-rata 11 bulan. Untuk mempertahankan

11
menyusui,ovulasi dapat menunda pemulihan persalinan. Menyusui

sebagai metode keluarga berencana sementara: Bayi belum berusia

6 bulan dan ibu tidak menstruasi lagi dan hanya disusui.

e. Mempercepat kembalinya berat badan

Selama kehamilan, ibu menumpuk lemak yang dibawa oleh kulit.

Lemak ini digunakan untuk membuat susu agar tetap berada di

dalam tubuh saat ibu tidak menyusui.

f. Aseptik, aman dari kontaminasi bakteri

g. Selalu tersedia pada suhu yang tepat untuk bayi.

h. Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan virus.

i. Tidak ada risiko alergi.

3. Manfaat ASI bagi Keluarga

a. Aspek ekonomi.

b. Aspek Psikologis.

c. Sisi kenyamanan.

4. Manfaat ASI bagi Negara

a. Menurukan angka kesakitan dan kematian anak.

b. Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit.

c. Mengurangi devisa untuk membeli susu formula.

d. Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

5) Frekuensi Pemberian Air Susu Ibu

Pemberian ASI Eksklusif dianjurkan untuk menyusui bayi usia 6 bulan

saja tanpa minuman/makanan lain, kecuali obat berupa sirup dari dokter.

Berikan ASI sesuai keinginan bayi. Bayi biasanya meminta ASI setiap dua
12
jam sekali. Namun, jika bayi terlalu tenang, ibu bisa terus menyusui bayinya

setiap dua jam sekali. Atau sebaliknya, bayi selalu mencari ASI.

Dianjurkan untuk menyusui bayi sejak lahir tanpa jadwal (on demand)

artinya jika bayi lapar sebaiknya bayi segera disusui.

Penting bagi ibu untuk mengetahui tolak ukur kebutuhan menyusuinya

yaitu setiap 2-3 jam sekali dan selalu berusaha memberikannya setiap kali

bayi memintanya. Setelah 1-2 minggu, hal ini tidak berlangsung lama,

karena bayi memiliki pola khusus yang memudahkan ibu untuk

merencanakan menyusui. Ini adalah langkah terbaik bagi ibu untuk

menyusui bayinya:

1. Ibu bisa duduk di sofa atau di kursi yang nyaman. Menempatkan

bantalan kursi untuk menopang punggung membuat tubuh lebih maju

dan terasa nyaman.

2. Pastikan kaki ibu rata. Jika tingginya tidak cukup untuk menopang

tubuh bayi, ibu dapat menggunakan kursi kecil di kakinya untuk bisa

menapak dan bantal untuk menopang tubuh bayi dan ibu tidak dalam

posisi lebih membungkuk.

3. Cuci tangan dan bersihkan puting dan areola dengan kapas yang

dibasahi air hangat.

4. Dekatkan bayi ke dada dan sentuhkan puting susu ibu ke pipi bayi.

Setelah menutup, bayi secara otomatis akan berbalik dan membuka

mulutnya.

13
5. Pastikan puting dan areola berada di dalam mulut bayi. Pastikan bayi

dapat menyusu seluruh areola. Tekanan naik-turun rahang bayi pada

aerola yang membuat susu mengalir ke puting.

6. Posisi yang benar. Posisi yang salah

7. Tekan payudara di bawah hidung untuk memungkinkan bayi bernapas.

8. Dari waktu ke waktu, bayi lebih suka posisi bergantian dan menyusui

kedua payudara secara bergantian untuk mencegah akumulasi ASI di

payudara dan menghentikan produksi satu payudara. Pertama kali,

berikan salah satu payudara terlebih dahulu sampai bayi merasa puas

menyusu. Untuk melepaskan hisapanbayi setelah menyusui, tekan dagu

atau pijat hidung bayi, atau tempelkan ibu jari di sudut mulut bayi.

9. Untuk mencegah muntah, tegakkan bayi, sandarkan pada bahu ibu, dan

tepuk punggung hingga sendawa muncul. Ini menunjukkan bahwa

udara yang tertelan telah dilepaskan.

10. Langkah terakhir adalah membersihkan dan mengeringkan puting dan

areola.

11. Jika ibu berhasil menyusui sambil duduk, ibu bisa belajar menyusui

bayinya sambil berbaring. Sangat penting untuk memastikan payudara

tetap sejajar dengan mulut bayi sehingga bayi tidak perlu terlalu banyak

melihat ke atas. Ini dapat dengan cepat membuat leher lelah dan

menjadi "malas" saat menyusui.Temukan posisi paling aman untuk ibu

dan bayi agar proses menyusui berjalan lancar (Chomaria Nurul,

2020).

14
6) Usaha Memperbanyak ASI

Cara terbaik untuk memastikan pengeluaran ASI adalah memastikan

payudara benar-benar kosong setiap kali menyusui. Ini menyebabkan

pengosongan payudara yang akan merangsang kelenjar payudara untuk

menghasilkan ASI. Menyusui memungkinkan ibu untuk membakar 700

kalori dalam 0-4 bulan pertama, 500 kalori dalam 6 bulan berikutnya, dan

400 kalori pada tahun kedua.

1. Upaya untuk memperbanyak ASI

a. Pada minggu-minggu pertama harus lebih sering menyusui untuk

merangsang produksinya.

b. Berikan bayi, kedua belah dada ibu tiap kali menyusui, juga untuk

merangsang produksinya.

c. Biarkan bayi mengisap lama pada tiap buah dada. Makin banyak

dihisap makin banyak rangsangannya.

d. Jangan terburu-buru memberi susu formula bayi sebagai tambahan.

e. Perlahan-lahan ASI akan cukup diproduksi.

f. Ibu dianjurkan minum yang banyak (8-10 gelas/hari) baik berupa

susu maupun air putih, karena ASI yang diberikan pada bayi

mengandung banyak air.

g. Makanan ibu sehari-hari harus cukup dan berkualitas, baik untuk

menunjang pertumbuhan dan menjaga kesehatan bayinya. Ibu yang

sedang menyusui harus dapat tambahan energi, protein, maupun

vitamin dan mineral. Pada 6 bulan pertama masa menyusui saat

bayi hanya mendapat ASI saja, ibu perlu tambahan nutrisi 700

15
kalori/hari. Bulan berikutnya 500 kalori/hari dan tahun kedua 400

kalori/hari.

h. Ibu harus banyak istirahat dan banyak tidur, keadaan tegang dan

kurang tidur dapat menurunkan produksi ASI

i. Jika jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup, maka dapat dicoba

dengan pemberian obat pada ibu, seperti tablet Moloco B12 untuk

menambah produksi ASI nya (Siwi dan Endang, 2017)

2. Pijat Oksitosin

a. Pengertian Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin adalah pijatan tulang belakang pada kosta ke-5-

6 skapula yang merangsang kelenjar hipofisis posterior untuk

melepaskan oksitosin, mempercepat kerja saraf para sispisis. Suami

bisa melakukan pijatan ini untuk istrinya di bagian leher agar

wanita bisa rileks. Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh dua

hormon, prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin bekerja saat ibu

sering menyusui. Hormon oksitosin bekerja saat ibu merasa rileks

dan bahagia. Oleh karena itu, pijat oksitosin dapat mempengaruhi

keberhasilan menyusui karena produksi ASI yang tinggi dan

kemauan ibu untuk menyusui bayinya.

b. Cara Melakukan Pijat Oksitosin

Istri diminta menelungkup (bisa di kursi dengan posisi

sandaran di balik; atau istri duduk di kursi namun badannya

ditelungkupkan di tempat tidur), dengan posisi kedua tangan dilipat

ke depan untuk sandaran kepala. Biarkan istri membuka BH

16
sehingga payudara menjadi terbuka. Cari titik pijatan, dengan

meraba tengkuk istri. Jika ditemukan tulangyang paling menonjol,

turun 1 ruas jari ke bawah, dan geser 2 jari ke kanan dan 2 jari ke

kiri kiri. Mulai memijit dua area itu hingga istri merasa rileks.

Pijatan dilanjutkan di sepanjang sisi kanan dan kiri tulang

belakang, dengan gerakan dari atas ke bawah, hingga batas pakaian

dalam istri (pengait BH).Lakukan pijatan ini sebelum istri

menyusui bayi atau sebelum istri memerah atau memompa ASI.

Lakukan selama 3-5 menit (Chomaria Nurul, 2020).

7) Tanda Bayi Cukup ASI

1. Dengan memeriksa kebutuhan ASI dengan cara menimbang BB bayi

sebelum mendapatkan ASI dan sesudah minum ASI dengan pakaian

yang sama dan selisih berat penimbangan akan dapat diketahui

banyaknya ASI yang masuk dengan konvera kasar 1 gr BB-1 ml ASI.

2. Dilihat secara subyektif pengamatan dan perasaan ibu yaitu bayi merasa

puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan ada

perubahan tegangan pada payudara pada saat menyusui bayinya ibu

merasa ASI mengalir deras.

3. Pada saat sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila

dirangsang (disentuh pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan).

4. Bayi tumbuh dengan baik.

5. Pada bayi minggu I: karena ASI banyak mengandung air, makasalah

satu tanda adalah bayi tidak dehidrasi, antara lain:

17
a. Kulit lembab kenyal

b. Turgor kulit negatif

c. Jumlah urin sesuai jumlah ASI/PASI yang diberikan/24 jam.

(Kebutuhan ASI bayi mulai 60 ml/kg BB/hari, setiap hari

bertambah mencapai 200 1/kg BB/hari, pada hari ke 14).

d. Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu BB waktu lahir tercapai

lagi.

e. Penurunan BB selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10%

BB waktu lahir.

f. Usia 5-6 bulan BB mencapai 2x BB waktu lahir, 1 tahun 3x waktu

lahir dan 2 tahun 4 lahirnya. Naik 2 kg/tahun atau sesuai dengan

kurve KMS.

j. BB usia 3 bulan + 20% BB lahir = usia 1 tahun + 50% BB lahir

(Siwi dan Endang, 2017).

8) Jenis-jenis ASI

1. Kolostrum

ASI yang dihasilkan mulai hari ke-1 sampai hari ke-3 setelah bayi lahir.

Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-

kuningan.

2. ASI Masa Transisi

ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-4 sampai hari ke-10

3. ASI Matur

18
ASI yang dihasilkan mulai dari hari ke-10 sampai seterusnya.

Perbedaan kadar gizi yang dihasilkan kolostrum, ASI transisi dan ASI

matur dapat dilihat pada tebel berikut ini:

Tabel 2.2 Komposisi Kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi Asi matur


Energi (Kg kla) 57,0 63,0 65,0
Laktosa (gr/100 ml) 6,5 6,7 7,0
Lemak (gr/100 ml) 2,9 3.6 3,8
Protein (gr/100 ml) 1,195 0,965 1,324
Mineral (gr/100 ml) 0,3 0,3 0,2
Imunoglobulin:
Ig A (mg/100 ml) 335,9 - 119,6
Ig G (mg/100 ml) 5,9 - 2,9
lg M (mg/100 ml) Lisosim 17,1 - 2,9
(mg/100 ml) 14,2-16,4 - 24,3-27,5
Laktoferin 420-520 - 250-270
(Siwi dan Endang, 2017).

9) Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui


Langkah keberhasilan menyusui oleh WHO Dan UNICEF Langkah

menuju keberhasilan menyusui yang dicanankan oleh WHO dan UNICEF

isinya telah dikembangkan oleh departemen kesehtan republik indonesia

dan BKPPASI, berikut ini adalah beberapa penting dalam melakukan

langkah menju keberhasilan menyusui:

a. Membuat kebijaksanaan tertulis mengenai pemerian ASI yang secara

rutin dikomunikasikan kepada semua petugas pelayanan kesehatan.

b. Melatih semua petugas kesehatan untuk dapat melaksanakan hal-hal

yang disebutkan dalam kebijaksanaan tertulis mengenai pemberian ASI.

c. Memberitahu kepada ibu hamil tentang keuntungan pemberian ASI dan

manajemen laktasi.

d. Membantu para ibu mengawali pemberian ASI dalam setengah jam

19
pertama setelah melahirkan.

e. Menunjukkan kepaada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara

mempertahankan laktasi. Walaupun mereka harus terpisah dari bayi

mereka.

f. Jangan memberi makanan atau minuman lain kepada bayi yang baru

lahir selain ASI, kecuali ada indikasi medis yang jelas.

g. Mempraktikkan rawat gabung, biarkan ibu dan bayi tetap bersama

dalam 24 jam sehari.

h. Menganjurkan pemberian ASI tanpa terjadwal

i. Jangan memberi dot atau kempeng kepada bayi yang sedang

menyusu

j. Membantu perkembangan kelompok pendukung ASI dan merujuk ibu

kepada kelompoktersebut setelah ibu keluar dari rumah sakit (Vita,

2021).

10) Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari bayi lahir sampai

usia 6 bulan tanpa tambahan apapun (Chomaria, 2020). Faktor yang

mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif sebagai berikut:

a) Faktor Umur

Menurut Sundari (2021) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pemberian ASI eksklusif pada bayinya ialah umur. Wanita muda pada

umumnya mempunyai kemampuan menyusui lebih baik dibandingkan

dengan wanita yang sudah berumur. Sebagian besar dari umur ibu yang

memberikan Asi eksklusif adalah 20-35 tahun. Umur 20-35 tahun


20
merupakan usia reproduksi sehat bagi seorang wanita, jika dibandingkan

usia > 35 tahun yang termasuk usia berisiko pada usia reproduksi. Bila

dilihat dari aspek perkembangan maka usia> 35 tahun memiliki

perkembangan yang lebih baik secara psikologis atau mental. Hal ini

dapat dilihat bahwa semakin dewasa usia ibu tidak menjamin

kematangan dalam bersikap dan bertindak. Pemberian ASI Eksklusif,

mereka yang berusia di bawah 20 tahun masih belum matang secara fisik,

mental atau psikologis. Hal ini juga dikarenakan ibu tidak memiliki

pengalaman dalam merawat dan menyusui bayinya, sehingga ibu

bingung dan tidak mengetahui cara menyusui bayi secara eksklusif. Hal

ini terjadi dikarenakan pada umur tersebut di anggap belum matang dan

belum bijaksana dalam mengambil keputusan termasuk memutuskan

memberikan ASI ekslusif, informasi yang bisa diterima juga terbatas.

Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih meningkat dalam berfikir dan bekerja. Waktu reproduksi sehat

di kenal bahwa usia aman untuk kehamilan, persalinan dan menyusui

adalah 20-35 tahun. Oleh sebab itu masa reproduksi sangat sesuai untuk

mendukung dalam pemberian ASI ekslusif (Sundari, 2021)

b) Pendidikan Ibu

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah

pendidikan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin baik

pengetahuannya. Menjelaskan bahwa semakin tinggi pendidikan maka

semakin mudah menerima hal-hal baru dan lebih mudah menyesuaikan

diri dengan hal baru tersebut. Pendidikan dapat membuat seseorang


21
terdorong untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk

mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan

menjadi pengetahuan. Pendidikan yang tinggi akan membuat seorang ibu

lebih dapat berfikir rasional tentang manfaat Asi eksklusif serta

pendidikan tinggi lebih mudah untuk terpapar dengan informasi

dibandingkan dengan yang berpendidikan rendah. Pengetahuan yang

dimiliki seorang ibu akan membentuk suatu keyakinan untuk perilaku

tertentu. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang berkaitan

dengan terbukanya akses ibu untuk bekerja. Ibu yang bekerja akan

mempunyai tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat

memenuhi kebutuhan keluarganya (Sundari, 2021). Ibu yang

berpendidikan menengah dan tinggi mempunyai kecenderungan untuk

memiliki pemikiran yang bagus untuk peningkatan kesehatan dan

tumbuh kembang anak. Akan tetapi ibu yang berpendidikan menengah

dan tinggi apabila mempunyai tingkat ekonomi yang cukup baik bisa saja

akan cenderung untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Tingkatan

pendidikan dimana secara umum, orang yang berpendidikan tinggi akan

memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang

berpendidikan lebih rendah serta dengan pendidikan dapat menambah

wawasan atau pengetahuan seseorang. Ibu dengan pendidikan tinggi tiga

kali lebih mungkin untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu

dengan pendidikan rendah (Sundari, 2021).

c) Paritas

Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh

22
seorang ibu. Artian paritas dalam menyusui adalah pengalaman

pemberian ASI eksklusif, menyusui pada kelahiran anak sebelumnya,

kebiasaan menyusui dalam keluarga serta pengetahuan tentang manfaat

ASI berpengaruh terhadap keputusan ibu untuk menyusui atau tidak. Ibu

yang paritas lebih dari satu akan berpengaruh terhadap lamanya

menyusui hal ini dikarenakan faktor pengalaman yang di didapatkan oleh

ibu. Seorang ibu dengan kelahiran bayi pertamanya mungkin akan

mengalami masalah ketika menyusui yang sebetulnya. Hal ini

dikarenakan ibu tidak mengetahui cara menyusui yang sebenarnya.

Apabila ibu mendengarkan ada pengalaman menyusui yang kurang baik

yang dialami orang lain maka hal ini memungkinkan ibu akan ragu untuk

memberikan ASI pada bayinya (Sundari, 2021).

11) Pekerjaan Ibu

a) Definisi

Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu, yang dilakukan

(diperbuat). Adapun pengertian kerja lainnya adalah sesuatu yang

dilakukan untuk mencari uang atau mencari nafkah. Bekerja adalah

suatu aktifitas/ kegiatan di rumah maupun di luar rumah yang

menghasilkan uang. Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk

dalam usia kerja (berusia 15 tahun ataulebih) yang potensial dapat

memproduksi barang dan jasa.

Status pekerjaan adalah tittle, brand, ataupun gelar yang melekat

pada seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan kapasitas dan

keahliannya, apapun dan dimanapun seseorang bekerja. Indikator ini


23
menunjukkan proporsi penduduk bekerja menurut status pekerjaan.

(Fitriani, 2015).

Status pekerjaan merupakan kegiatan yang menyita waktu sehingga

berpengaruh terhadap kegiatan dan keluarganya maka dari itu pekerjaan

bisa saja mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif. Seseorang berhak

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Salah satu faktor peghambat pemberian ASI

Ekslusif adalah ibu tidak mempunyai waktu. Seorang Ibu yang sibuk

bekerja dalam mencari nafkah baik untuk kehidupan dirinya maupun

untuk membantu keluarga, maka kesempatan untuk pemberian ASI

menjadi berkurang dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

Seorang ibu yang bekerja mengalami kesulitan dalam memberikan

ASI eksklusif dikarenakan harus membagi waktu dengan pekerjaannya.

Hal ini dapat dilihat bahwa semakin sibuk ibu dalam bekerja semakin

sedikit ibuyang memberikan ASI eksklusif. Pada ibu yang bekerja tidak

memberikan ASI eksklusif berarti ada kecenderungan karena sedikitnya

kesempatan untuk memberikan ASI secara eksklusif yang bertolak

belakang dengan kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan. Apabila

status pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan ibu dapat

memberikan ASI eksklusifnya dan apabila status pekerjaan ibu bekerja

maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada

bayinya. Kebanyakan ibu yang bekerja maka waktu merawat bayinya

lebih sedikit, sehingga memungkinkan ibu tidak memberikan ASI

eksklusif pada bayinya. Ibu bekerja masih dapat memberikan ASI

24
eksklusif pada bayinya dengan cara memompa atau dengan memerah

ASI nya, kemudian disimpan dan diberikan pada bayinya nanti. Kondisi

lingkungan pekerjaan seoang ibu bekerja dapat pula mempengaruhi

pemberian ASi eksklusif (Yanti, 2021).

Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 33 Tahun 2012

(Pasal 2) tentang Pemberian ASI Eksklusif, antara lain disebutkan

bahwa pengaturan pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk:

a. Menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif

sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan

memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.

b. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif kepada bayinya.

c. Meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan pemerintah daerah terhadap pemberian ASI

Eksklusif (Fitriani, 2015).

b) Ibu bekerja dan terus menyusui

Berikut cara bagaimana menyiapkan ibu yang akan bekerja agar tetap

terus menyusui:

a. Memerah ASI

1) Petunjuk Umum

Sebelum memerah selalu jangan dilupakan untuk mencuci

tangan dengan baik dan menyiapkan wadah untuk menampung

ASI hasil perahan. Wadah tersebut sebelumnya sudah dicuci

dengan air panas mengandung sabun dan telah dibilas.


25
ASI perah dibagi dan disimpan dalam jumlah yang lebih

sedikit (60-120 ml) sehingga tidak perlu membuang ASI yang

tidak dihabiskan. Jumlah ASI yang diberikan disesuaikan

dengan usia bayi, semakin besar usia bayi semakin besar

jumlah yang diberikan setiap kali minum, tapi sebaiknya

sediakan juga persediaan ASI ekstra.

Ada berbagai cara untuk memerah ASI. Sebaiknya semua

metode didemonstrasikan kepada para ibu sehingga para

ibudapat mencoba dan memilih metode memerah ASI yang

paling sesuai dengan dirinya. Cara yang bersih dan praktis

adalah memerah dengan tangan. Cara memerah ASI dengan

tangan adalah sebagai berikut:

a) Cuci tangan sebelum memerah ASI.

b) Sediakan mangkuk bersih bermulut lebar dan letakkan

mangkok di dekat payudara.

c) Letakkan ibu jari diatas areola sedangkan jari lain dibawah

areola.

d) Tekan kearah dada.

e) Tekan dengan sedikit mengurut kearah puting sampai ASI

memancar keluar dan tertampung dalam mangkuk.

f) Ubah posisi jari kejam 3 dan jam 9, dan mulai lagi

memerah.

g) Jangan sampai terasa sakit.

h) Perah satu payudara selama 3-5 menit, kemudian beralih

26
kepayu dara lainnya.

i) Demikian seterusnya bergantian sampai payu dara terasa

kosong (20-30menit).

Selain cara diatas, ASI dapat diperah juga dengan

pompa/pemeras manual atau elektrik.

b. Menyimpan ASI

1) Petunjuk umum

Wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI adalah

yang keras, terbuat dari kaca atau plastik keras sehingga dapat

menyimpan ASI untuk jangka waktu yang lama. Kantung

plastik khusus sebagai wadah penyimpanan ASI dapat

dipergunakan untuk jangka pendek yaitukurang dari 72 jam.

Penggunaan kantung plastik untuk jangka waktu yang lama

tidak dianjurkan karena plastik tersebut dapat tumpah, bocor,

terkontaminasi danbeberapa komponen ASI dapat menempel

pada kantung plastik tersebut sehingga nilai gizi ASI

berkurang. Selain itu wadah penyimpanan ASI sebaiknya

kedap udara.

ASI perah yang dikeluarkan dalam hari yang sama dapat

digabung menjadi satu. Caranya adalah dengan mendinginkan

ASI yang baru diperah minimal 1 jam dalam lemari es / kulkas

kemudian dapat ditambahkan kedalam ASI sebelumnya yang

sudah didinginkan dalam wadah. Jangan menambahkan ASI

yang hangat kedalam ASI yang sudah dibekukan.

27
ASI yang diperah pada hari yang berbeda disimpan dalam

wadah yang berbeda. Jangan mengisi penuhwadah dengan ASI

karena saat ASI yang sudah beku dapat mengembang. Setelah

itu beri label tahan air pada wadah ASI dengan menuliskan

tanggal ASI diperah dan nama anak (bila akan dititipkan di

tempat penitipan).

Saat penyimpanan ASI akan terpisah kandungannya,

karena tidak homogen. Lapisan atas yang mengandung

krimakan lebih berwarna putih dan lebih kental. Sebelum

diberikan pada bayi, kocok dengan lembut wadah yang berisi

ASI sampai tercampur rata. Jangan mengocok dengan kuat.

Warna ASI bisa berbeda setiap harinya tergantung dari

dietibu. ASI dapat terlihat kebiruan, kekuningan atau

kecoklatan. ASI yang dibekukan juga mempunyai bau yang

berbeda dari ASI segar. Tidak ada alasan membuang ASI

selama bayi masih mau meminumnya.

c. Petunjuk Penyimpanan ASI

ASI banyak mengandung zat gizi, zat anti bakteri dan anti

virus sehingga perlu diperhatikan cara penyimpanan ASI sebagai

berikut:

1) ASI dapat disimpan pada suhu ruangan ≤ 25°C selama 6-8

jam. Kalau suhu ruangan >25°C tahan 2-4 jam. Wadah ASI

harus ditutup dan dibiarkan dingin.

2) ASI dapat disimpan dalam insulatedcooler bag dengan ice

28
packs selama 24 jam.

3) ASI dapat disimpan dalam lemari es/kulkas (4°C) sampai 5

hari.

4) ASI dapat disimpan dalam freezer dengan tipe:

Bagian freezer terletak di dalam lemari es / kulkas (-15°C)

selama 2 minggu, freezer dan lemari es/kulkas mempunyai

pintu yang berbeda (-18°C): selama 3-6 bulan, Deep freezer

yang jarang dibuka dan temperaturnya tetapi deal (-20°C)

selama 6-12 bulan, Namun ada beberapa bukti yang

menyatakan bahwa lemak dalam ASI dapat mengalami

degradasi sehingga kualitas ASI menurun.

Petunjuk penyimpanan ASI diatas adalah untuk bayi

cukup bulan yang sehat, tidak untuk bayi yang dirawat di

rumah sakit atau bayi prematur.

d. Petunjuk Menghangatkan ASI

ASI yang paling lama disimpan yang pertama diberikan

(firstinfirst out). Cara menghangatkan ASI bekua dalah dengan

menurunkan kedalam lemari es/kulkas (suhu 4°C) pada malam

sebelum digunakan agar mencair kemudian sebelum digunakan

hangatkan dengan menempatkan wadah penyimpanan ASI pada air

hangat yang mengalir atau mangkuk yang berisi air hangat.

Diusahakan jangan sampai air hangat pada mangkuk menyentuh

bibir wadah penyimpanan ASI. Dalam menghangatkan ASI

sebaiknya tidak menggunakan microwave, oven atau kompor untuk


29
memanaskan ASI karena tindakan tersebut dapat meninggalkan

noda serta menghancurkan anti bodi yang terkandung didalam ASI.

Sebelum diberikan pada bayi wadah penyimpanan ASI

dikocok/digoyang dengan lembut untuk mencampur ASI kembali

dan panas terdistribusi merata, dan jangan mengaduk ASI. Sisa ASI

pada wadah yang tidak dihabiskan saat menyusui tidak boleh

dipergunakan ulang (Fitriani, 2015).

12) Pelaksanaan IMD

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera

setelah dilahirkan sampai 1 jam pasca persalinan. Bayi dibiarkan mencari

puting susu ibu sendiri dan tidak disodorkan langsung ke puting susu Ibu.

Kementerian Kesehatan RI mengimbau agar Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

atau memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan dilakukan dalam waktu

30 menit - 1 jam pasca bayi dilahirkan. Biarkan bayi mencari, menemukan

puting, dan mulai menyusu. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan

IMD dalam waktu 60-90 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung

pada menit ke-45 hingga 60 dan berlangsung selama 10-20 menit dan bayi

cukup menyusu dari satu payudara. IMD merupakan kunci yang sangat

penting dalam keberhasilan menyusui. Hal ini disebabkan karena bayi yang

melakukan IMD sudah berusaha menyusu sendiri di awal kelahirannya

sehingga membuat proses menyusui lebih efektif karena bayi dapat melekat

dengan baik (Vita, 2021).

Keberhasilan praktik IMD, dapat membantu agar proses pemberian ASI

eksklusif berhasil, sebaliknya jika IMD gagal dilakukan, akan menjadi


30
penyebab pula terhadap gagalnya pemberian ASI Eksklusif. Bila ibu

difasilitasi oleh penolong persalinan untuk IMD diharapkan interaksi ibu

dan bayi ini akan segera terjadi. Dengan IMD, ibu semakin percaya diri

untuk tetap memberikan ASI-nya dan bayi bisa nyaman menempel pada

payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir. IMD

dianjurkan pada bayi untuk belajar menyusu atau membiasakan menghisap

puting susu dan juga mempersiapkan ibu mulai memproduksi ASI. Apabila

bayi tidak menghisap puting susu pada setengah jam setelah persalinan,

prolaktin akan turun dan akan sulit merangsang prolaktin sehingga ASI baru

akan keluar hari ketiga atau lebih dan memperlambat pengeluaran

kolostrum. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan

bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya selama satu jam, mempunyai

hasil dua kali lebih lama menyusui.

Hal ini sejalan dengan penelitian Deviana dkk (2015), bahwa ada

hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan pemberian ASI

Eksklusif. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif, 95% mendapat Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) dan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif, 70%

mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) (p=0,027<0,05). Dari hasil

penelitian Meisya & Dwi (2015), menunjukkan sebanyak 23 responden

(76,7%) melakukan IMD dan 24 responden (80%) memberikan ASI

Eksklusif. Nilai p0,005 dan nilai koefisien korelasi 0,456. Sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan antara IMD dengan pemberian ASI Eksklusif

pada bayi usia 6-12 bulan dengan tingkat keeratan yang sedang.

1. Syarat-syarat ibu dan bayi yang dapat dan tidak dapat dilakukan IMD

31
Syarat dilakukannya IMD adalah apabila ibu dan bayi dalam

keadaan sehat, bugar, tidak gawat darurat, meskipun kelahiran

dilakukan melalui operasi caesar, IMD tetap bisa dilakukan. Menurut

PP No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif bahwa

pelaksanaan IMD ini dapat tidak dilaksanakan apabila terdapat indikasi

medis demi keselamatan ibu dan bayi. Sekalipun upaya untuk

memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus pemberian ASI

tidak dibenarkan.

2. Faktor dari ibu

Ibu dengan penyakit jantung yang berat akan menambah beratnya

penyakit ibu, ibu dengan preeklampsia dan eklampsia, karena

banyaknya obat-obatan yang telah diberikan, sehingga dapat

mempengaruhi bayinya, penyakit infeksi berat pada payudara, sehingga

kemungkinan menular pada bayinya, karsinoma payu dara mungkin

dapat menimbulkan metastasis, ibu dengan psikosis, dengan

pertimbangan kesadaran ibu sulit diperkirakan sehingga dapat

membahayakan bayi, ibu dengan infeksi virus, ibu dengan TBC.

3. Faktor dari bayi

Bayi dalam keadaan kejang-kejang yang dapat menimbulkan

bahaya aspirasi ASI, bayi yang menderita sakit berat dengan

pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI,

bayi prematur dan berat badan lahir rendah karena refleks menelannya

sulit hingga bahaya aspirasi mengancam. Refleks menangkap puting

mulai ada diusia kehamilan 32 minggu. Koordinasi menghisap,

32
menelan dan bernafas mulai munculdi usia kehamilan 32 dan 35

minggu. Sebagian besar bayi bisa menetek dengan baik jika di usia

kehamilan 36 minggu. Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin

menelan (labiokisis, palatognatokisis, libiognato palatokisis), bayi yang

tidak dapat menerima ASI, penyakit metabolisme seperti alergi ASI.

4. Keadaan patalogis pada payudara

Pada rawat gabung dapat diharapkan bahwa kemungkinan stagnasi

ASI yang dapat menimbulkan infeksi dan abses dapat dihindari.

Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah infeksi

payudara, terdapat abses yang memerlukan insisi, terdapat benjolan

payu dara yang membesar saat hamil dan menyusui, ASI yang

bercampur dengan darah (Lestari, 2018).

5. Tujuan IMD

a. Skin to skin contact membuat bayi dan ibu merasa lebih tenang.

b. Skin to skin contact akan meningkatkan ikatan kasih sayang ibu

dan juga bayi.

c. Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan

membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai perlindungan diri.

d. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.

e. Mengurangi terjadinya anemia.

6. Tahapan IMD

Berikut adalah tahapan IMD:

a. Setelah lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa

menghilangkan vernix (lemak putih) yang menyamarkan kulit bayi,

33
bagian kelopak mata jangan dilap.

b. Bayi ditengkurapkan pada dada atau perut ibu, dengan kulit bayi

melekat pada kulit ibu dan diselimuti. Tindakan untuk mencegah

bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan topi. Bayi yang

ditengkurapkan pada dada atau perut ibu. Biarkan mencari sendiri

puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu), karena

pada dasarnya bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting

susu ibunya.

c. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, ibu perlu

didukung, dan dibantu mengenali perilaku bayi sebelum menyusu.

Posisi ibu yang berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan

jelas apa yang dilakukan oleh bayi.

d. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan

kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai (Vita, 2021).

13) Dukungan Suami

Dukungan adalah menyediakan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan

orang lain. Dukungan juga dapat diartikan sebagai memberikan

dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat orang lain dalam mengambil

keputusan (Riskita, 2019).

Suami adalah orang yang paling penting bagi seorang ibu menyusui.

Banyak bukti yang bahwa wanita yang diperhatikan dan dikasihi oleh

pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala

emosional dan fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama

kehamilan dan sedikit komplikasi persalinan.


34
Dukungan suami memiliki peran penting bagi kesahjeteraan ibu dan

janin sejak masa kehamilan sampai setelah melahirkan. Suami yang terus

mendukung istrinya selama masa menyusui dapat diartikan menjaga bayi

agar tetap sehat. Dukungan yang dapat diberikan suami misalnya, menjaga

kesehatan istrinya dan menemani istrinya menyusui bayinya dimalam hari,

membantu sebagian pekerjaan istri atau memberi pijatan ringan ketika istri

merasa pegal.

Dukungan suami sering dikenal dengan istilah lain yaitu dukungan yang

berupa simpati, yang merupakan bukti kasih sayang, perhatian dan

keinginan untuk mendengarkan keluh kesah orang lain. Kebutuhan,

kemampuan dan sum berdukungan mengalami perubahan sepanjang

kehidupan seseorang. Dukungan Suami merupakan bantuan yang dapat

diberikan kepada keluarga berupa informasi dan nasehat, yang mana

membuat penerima dukungan akan merasa disayang dan dihargai.

Bentuk-bentuk dukungan suami yaitu:

a. Informatif

Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh

seseorang agar dapat mengulangi persoalan-persoalan yang dihadapi,

meliputi pemberian nasehat, pengalaman ide-ide atau informasi lainnya

kepada orang lain yang dibutuhkan dan informasi inidapat di sampaikan

kepada orang lain yang mungkin menghapi persoalanya sama atau

hampir sama.

b. Perhatian Emosional

Setiap orang pasti membutuhkan afeksi orang lain, dukungan ini

35
merupakan dukunan simpatik dan empatik, cinta, kepercayaan, dan

penghargaan. Dengan demikian seorang yang menghadapi persoalan

merasa dirinya tidak menanggung bebannya sendiri tetapi masih ada

orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya,

bersimpati dan berempati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan

mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. Bantuan Instrumental

Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang

dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan

yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang di

hadapi misalnya dengan menyiapkan peralatan lengkap dan

memadaibagi penderita menyediakan obat-obatan danlain-lain.

d. Bantuan Penilaian

Yaitu suatu bentuk penghargaan yang di berikan seseorang pada

pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian ini

bertujuan positif dan negative dimana pengaruhnya sangat berarti bagi

seseorang berkait dengan dukungan sosial keluarga mana penilaian

yang sangat membantu adalah penilain positif.

Dukungan suami memiliki peran penting bagi kesahjeteraan ibu dan

janin sejak masa kehamilan sampai setelah melahirkan. Suami yang terus

mendukung istrinya selama masa menyusui dapat diartikan menjaga bayi

agar tetap sehat. Dukungan yang dapat diberikan suami misalnya, menjaga

kesehatan istrinya dan menemani istrinya menyusui bayinya dimalam hari,

membantu sebagian pekerjaan istri atau memberi pijatan ringan ketika istri

36
merasa pegal (Riskita, 2019).

Menurut hasil penelitian Adityaningrum, dkk tahun 2021, bahwa

dukungan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif. Dengan

ibu yang memperoleh dukungan keluarga terutama suami akan memberikan

ASI Eksklusif adalah sebesar 96,7%. Dukungan dari keluarga terutama

suami sangat mempengaruhi produksi air susu ibu.

Pada variabel dukungan suami di Definisi Operasional hasil ukur

ditentukan dengan: Mendukung jika > median(50), Tidak mendukung, jika ≤

median (50) (Mariana, 2020).

.
14) Jenis Persalinan

Persalinan adalah suatu pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup

dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses ini dimulai dengan

kontraksi persalinan sejati, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm

(bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak

diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya,

mempunyai janin tunggal dengan presentase puncak kepala, terlaksana

tanpa bantuan artificial, tidak mencakup komplikasi, plasenta lahir normal

(Siwi dan Endang, 2016).

Sectio caesarea (SC) adalah suatu pembedahan guna melahirkan

anaklewat insisi pada dinding abdomen dan uterus. Indikasi sectio caesarea

bisa absolut atau relatif. Adabeberapa penyebab ibu menunda untuk

memberikan ASI kepada bayinya yaitu adanya luka operasi dan pengaruh

obat bius dapat berefek pada penundaan pemberian ASI dan jalinan
37
hubungan emosi ibu-anak. Bayi hasil operasi Caesar biasanya akan

langsung ditempatkan diruang observasi .

Waktu pengeluaran ASI pada pasien dengan Sectio Caesarea lebih

lambat dibanding ibu yang melahirkan normal.Hal tersebut dapat

disebabkan oleh posisi menyusui yang kurang tepat, nyeri pasca operasi dan

mobilisasi yang kurang. Mobilisasi adalah menggerakan anggota badan,

gerakan ini bertujuan agar sirkulasi darah menjadi lancar, menghin dari

pembengkakan dan mencegah terjadinya gangguan pembuluh darah.

Ibudenganoperasicaesar disarankan untuk mobilisasi setelah 8 jam paska

persalinan. Dapat terjadi akibat psikologis dan kondisi ibu sectio caesarea

yang berbeda dengan ibu yang melahirkan normal.

Pemberian ASI secara dini juga dapat diakibatkan oleh kondisi bayi

yang tidak memungkinkan walaupun terkadang ASI sudah keluar dihari

pertama namun sebagian ibu Sectio Cesarea tidak setuju untuk memberikan

ASI pada hari pertama, meskipun ibu mengetahui tentang pentingnya

pemberian ASI. Alasan ibu tidak melakukan inisiasi hari pertama yaitu bayi

yang belum dirawat gabung.

Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukanibu beserta

bayinya dalam ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama dan

tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam sehari. Tujuan dilaukannya

rawat gabung antara lain:

1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan

saja saat dibutuhkan.

2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi dengan benar
38
seperti yang dilakukan oleh petugas.

3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.

4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan

membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan

benar.

Efek bagi bayi yang lahir dengan operasi cenderung membuat nafasnya

cepat dan tidak teratur, karena bayi tidak mengalami tekanan kompresi dada

saat kelahiran berbeda dengan bayi yang lahir normal, sehingga cairan

dalam paru-parunya tidak keluar. Masalah pernafasan inidapat terjadi

selama beberapa hari setelah lahir, sehingga angka APGAR bayi rata-rata

rendah, angka APGAR yang rendah juga dapat disebabkan oleh

efekanastesi, kondisi bayi yang stress menjelang kelahiran, bayiyang tidak

distimulasi sebagaimana bayi yang lahir normal. Sehingga bayi yang lahir

lewat operasi membutuhkan perawatan dan alat bantu pernafasan yang lebih

tinggi dibandingkan bayi yang lahir normal.

Pemberian ASI pada bayi akan terhambat, karena bayi tidak dapat

langsung menyusui sehingga waktu pengeluaran ASI juga dapat terhambat.

Selain itu bayi dari ibu yang diberi banyak obat ketika proses persalinan

menunjukkan pola perilaku yang kurang teratur dan sering tampak

mengantuk. Obat-obatan anastesi atau analgesik yang diminum ibu juga

berpengaruh kepada cepat atau sulitnya bayi beradaptasi pada lingkungan

yang baru. Namun, dari segi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang

mengalami proses operasi caesar, tidak terlalu banyak berbeda dengan bayi

yang lahir dari persalinan normal. Hal tersebut lebih banyak ditentukan oleh

39
kondisi bayi selama dalam kandungan. Jika saat dalam kandungan kondisi

bayi sudah baik, kondisinya tidak akan jauh berbeda pada saat dilahirkan.

Posisi dalam menyusui:

a. Posisi menggendong atau cradle position

Letakkan kepala bayi di lekuk lengan. Pegang badan dan bokong

bayi dengan tangan dan lengan. Bayi berbaring menghadap ibu.

Payudara berada di depan muka bayi. Letakkan tangan bayi yang satu

dibelakang tubuh ibu seperti posisi merangkul.

b. Posisi memegang kepala atau football position

Dengan cara meletakkan (menyelipkan bayi pada lengan bawah

seperti memegang bola foot ball dengan kepala bayi berada pada tangan

ibu). Ini adalah posisi yang baik untuk ibu dengan operasi Caesar atau

bayi yang kecil. Posisiini akan mengurangi tekanan pada bagian perut

(Monica 2014)

c. Posisi miring atau lieonyour side

Posisi tubuh ibu miring kesatu sisi dengan bayi menghadap ibu

(berhadapan). Ibu dapat menggunakan beberapa bantal untuk

menyokong kepala dan pundak anda. Posisi ini baik untuk ibu dengan

operasi Caesar atauyang masih suli tuntuk duduk. Jadi memberikan

ASI yang benar adalah dengan menggerakan badan bayi kearah payu

dara dengan posisi yang nyaman buatibu dan bayi, bukan dengan

menggerakan payudara kearah tubuh bayi sehingga menyebabkan

pundak dan punggung ibu sakit (Dindy, 2016).

40
6. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk identifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan berkaitan dengan

konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan kerangka

konsep dalam melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Gambar Kerangka Teori

FaktorPredisposisi
1. Pengetahuan Ibu Tentang Asi
Eksklusif
2. Sikap Ibu Tentang Pemberian
Asi
3. Pekerjaan Ibu
4. Psikologis
Pemberian ASI Eksklusif
FaktorPendorong
1. Dukungan keluarga
2. Suami

Faktor Pendukung

1. Tenaga Kesehatan
2. Sarana Prasarana
3. IMD

Sumber : Green, Lawrence and Marshall W. Kreuter, 1991; Sundun, 2019

7. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah formulasi atau simplikasi dari kerangka teori

atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2018).

41
Dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan kerangka konsep sebagai

berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen
Pekerjaan

IMD Pemberian ASI


Eksklusif
Dukungan Suami

Jenis Persalinan

8. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan dugaan, atau

dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini

dapat benar ataut salah, dapat diterima atau ditolak. Bila diterima atau

terbukti maka hipotesis tersebut menjadi tesis (Notoatmodjo, 2018).

Ha: Ada hubungan pelaksanaan IMD dengan pemberian ASI eksklusif di

Posyandu Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun

2022.

Ha: Ada hubungan dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif di

Posyandu Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun

2022.

Ho: tidak ada hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif di

Posyandu Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun

2022.

42
Ho: tidak ada hubungan persalinan dengan pemberian ASI eksklusif di

Posyandu Wilayah Puskesmes Wana Kabupaten Lampung Timur Tahun

2022.

9. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

a. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu konsep

penelitian tertentu (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini variabel yang

digunakan adalah variabel (independent) yaitu variabel yang saling berkaitan

satu sama lainnya. Sedangkan variabel (dependent) yaitu menguji ada

tidaknya hubungan dua set variabel (Ghozali, 2018).

Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini terdiri dari

tingkat pekerjaan, pelaksanaan IMD, dukungan keluarga dan jenis persalinan.

Sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah pemberian ASI

eksklusif.

b. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2018).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

No Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur Ukur
1. (Dependent) Pemberian Melihat Pencatatan 0. ASI Eksklusif Ordinal
Pemberian ASI ASIdari bayi Buku KIA (Pemberian ASI
Eksklusif lahir sampai kepada bayi tanpa
usia 6 bulan makanan dan
43
tanpa minuman
tambahan pendamping yang
apapun dimulai sejal lahir
(Chomaria sampai dengan usia
Nurul, 2020) 6 bulan).

1. Tidak ASI Eksklusif


(Bayi tidak
diberikan ASI dari
ibu atau menerima
ASI dari ibu tetapi
ada tambahan
makanan dan
minuman
pendamping
lainnya).
(Vita, 2021)
2. (Independent) Sesuatu yang Melihat Pencatatan 0. Bekerja Ordinal
Pekerjaan dilakukan KTP
untuk mencari (Jika ada kegiatan
uang (Fitriani, dirumahmaupun
2015) diluarrumah yang
menghasilkan uang)

1. Tidak bekerja (Ibu


Rumah Tangga).
(Fitriani, 2015)
3. Pelaksanaan Proses bayi Melihat Pencatatan 0. Dilakukan (Bayi Ordinal
IMD menyusu Buku KIA sudah menyusu
segera setelah segera setelah
dilahirkansam dilahirkan sampai 1
pai 1 jam jam pasca
pasca persalinan).
persalinan
(Vita, 2021) 1. Tidak Dilakukan
(Bayi tidak
menyusu segera
setelah dilahirkan).
(Vita, 2021)
4. Dukungan Dukungan Mengisi Kuesioner 0. Mendukung (jika > Ordinal
Suami yang Kuesioner median (50).
diberikan oleh
suami agar ibu 1. Tidak Mendukung ≤
dapat median (50).
melaksanakan (Mariana, 2020)
pemberian
ASI secara
eksklusif pada
bayinya(Vita,
2018)
5. Jenis Persalinan Suatu Melihat Pencatatan 0. Persalinan Secara Ordinal
pengeluaran Buku KIA Sectio Caesarea
hasil konsepsi (Suatu pembedahan
yang guna melahirkan
dapathidup anak lewat insisi
dari dalam pada dinding

44
uterus melalui abdomen dan
vagina ke uterus).
dunia (Dindy, 2016)
luar(Siwi dan
Endang, 2016) 1. Persalinan Secara
Normal (Proses
lahirnya bayi pada
letak belakang
kepala dengan
tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat-
alat serta tidak
melukai ibu dan
bayi yang
umumnya
berlangsung kurang
dari 24 jam). (Siwi
dan Endang, 2016)

45
DAFTAR PUSTAKA

Adityaningrum, A., Jusuf, H., & Nusi, P. P. (2021). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Di Puskesmas Talaga
Jaya. Madu: Jurnal Kesehatan, 10 (1), 9-16.

Ayutifanie, Deviana. "Hubungan antara Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan


Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Primipara dengan Bayi Usia> 6-12 Bulan
(The Correlation between Early Initiation of Breast-feeding (IMD) with
Exclusive Breastfeeding in the Primiparous Mother and the Baby in more
than> 6 until 12 Months Old)." (2015).

Chomaria Nurul. 2020. ASI untuk Anakku. Jakarta: Alex Media Komputindo

Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat. 2021. Profil Kesehatan Kabupaten


Pesisir Barat 2021, Pesisir Barat: Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisir Barat

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung. 2021. Profil Kesehatan Provinsi Lampung


Tahun 2021, Lampung: Dinas Kesehatan Provinsi Lampung

Dindy, Clara. 2016. Gambaran Pemberian AsiPadaBayiDenganIbu Post Sectio


Caesarea Di Rsu Kabupaten Tangerang DanRs SwastaDiDepok. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Erbaydar, N. P., & Erbaydar, T. (2020). Relationship between caesarean section


and breast feeding: evidence from the 2013 Turkey demographic and health
survey. BMC pregnancy and childbirth, 20(1), 1-9.

Fitriani, Fri. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dan Status PekerjaanDengan


Sikap Ibu Dalam Pemberian Asi Di Puskesmas Trauma Center Kecamatan
Loa Janan. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Samarinda. Samarinda.

Kementrian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020, Jakarta.

Lestari, Lesti Tri. 2018. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan
Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi Usia > 6 – 12 Bulan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu Tahun2018.
Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Bengkulu. Bengkulu

46
Mardalena Ida. 2017. Dasar-Dasar Ilmu Gizi dalam Keperawatan. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press

Mariana. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


Pada Anak Stunting Umur 6-24 Bulan dari keluarga petani di Kabupaten
Pidie. Repository Institusi Universitas Sumatera Utara.
Repositori.usu.ac.id /handle/123456789/31256.

Mulyani. 2019.ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoatmodjo, Sockidjo. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

Peraturan Bupati Pesisir Barat Nomor 41 Tahun 2018 Tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif

Kusumayanti, Novira, and Triska Susila Nindya. "Hubungan dukungan suami


dengan pemberian asi eksklusif di daerah perdesaan." Media Gizi Indonesia
12.2 (2017): 98-106.

Riskita, Nadia. 2019. Hubungan Dukungan Suami Dan Status PekerjaanIbu


Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Polindes Sukarejo Langsa Timur Kota
Langsa. Skripsi. Institut Kesehatan Helvetia Medan. Medan

Siwi, Endang. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru

Siwi, Endang. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:
Pustaka Baru

Sundarti Wiwit (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif Di


Desa Paketingan Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap.

Sundun, Ririn Rizky Ananda 2019. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Umur 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Gondomanan Tahun 2018. Skripsi. Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Yogyakarta. Yogyakarta.

Vita Andini. 2021. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui Teori dalam Praktik
Kebidanan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Yanti, Suci. 2021. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif pada
Bayi Usia 6 Bulan Keatas Di Wilayah Kerja Puskesmas Ponre Kabupaten
Bone. Skripsi. Universitas Hasanudin. Makassar

Yulianti, M., & Ratnawati, R. (2021, November). Motivasi Ibu dalam Pemberian
ASI Eksklusif pada Bayi: Literature Review. In Prosiding Seminar Nasional
Kesehatan (Vol. 1, pp. 287-292).
47
48

Anda mungkin juga menyukai