Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN, PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN SUAMI

DENGAN PRILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI


WILAYAH PUSKESMAS MUNJUL TAHUN 2022

Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana


kebidanan (S.Ter.Keb)

Oleh:
MITA WIDIYANTI
NPM: 07220200067

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS VOKASI

UNIVERSITAS INDONESIA MAJU

TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN `
PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN, PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN SUAMI


DENGAN PRILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
WILAYAH PUSKESMAS MUNJUL TAHUN 2022

` Disusun oleh :

MITA WIDIYANTI
NPM: 07220200067

Proposal Skripsi ini telah di periksa dan di setujui oleh dosen pembimbing untuk
diajukan dihadapkan Tim Penguji Proposal Skripsi Program Studi Sarjana
Terapan Kebidanan Fakultas Vokasi Universitas Indonesia Maju
Jakarta, 2022

Pembimbing Skripsi

(Madinah Munawaroh Hidayatullah)

1
HALAMAN PENGESAHAN
Menerangkan Proposal Skripsi dengan Judul:
HUBUNGAN PENGETAHUAN, DUKUNGAN SUAMI DAN TENAGA
KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI
PUSKESMAS MUNJUL TAHUN 2022

Oleh:
MITA WIDIYANTI
NPM: 07220200067
Telah diuji dihadapan Tim Penguji dan di terima sebagai bagian dari persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Kebidanan

Jakarta,…………….2022
Mengesahkan
Pembimbing Penguji

(Madinah Munawaroh Hidayatullah) (…………………………..)


Mengetahui
Koordinator Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan

(………………………………………………)
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa semua


bayi harus mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif sejak lahir sedini
mungkin (satu jam setelah bayi lahir) sampai setidaknya bayi berusia 4 bulan
dan bila memungkinkan hingga bayi berusia 6 bulan. Pada tahun 2020 WHO
melaporkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-3 bulan hanya
mencapai 48% dan bahkan pada usia 4-5 bulan hanya 14%. Rata-rata lama
pemberian ASI eksklusif 1,7 bulan (WHO 2020). Berdasarkan data UNICEF
(United Nation Childrens Fund) tahun 2020 bahwa ibu yang memberikan
ASI eksklusif hanya 3,5% (UNICEF 2020).
Menurut laporan Breastfeeding Advocacy Initiative, tingkat pemberian
ASI eksklusif di berbagai wilayah di dunia yaitu Afrika Barat dan Tengah
(25%), Asia Timur dan Pasifik (30%), Asia Selatan (47%), Amerika Tengah
dan Karibia (32%) dan Asia Tenggara (51%). Di Asia Tenggara sendiri,
tingkat pemberian ASI eksklusif masih beragam di berbagai Negara seperti
Myanmar (51,2%), Thailand (23,1%), Timor Leste (50,2%), Kamboja
(73,5%), Filipina (33,7%) dan Vietnam (45,2%) (WHO 2020).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018-
2019 menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua
bulan hanya 67%. Survey yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance
System (NSS) tahun 2019 bekerjasama dengan Balitbangkes di 4 kota
(Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat,
Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB, Sulawesi
Selatan), menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif usia 4-6 bulan di
perkotaan 4-12% dan di pedesaan 4-25%. Artinya hanya 14% ibu di
Indonesia yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai enam
bulan. Pemberian ASI yang tidak optimal memberi dampak terhadap
terjadinya kematian akibat infeksi neonatal 45%, kematian akibat diare 30%,
dan akibat infeksi saluran pernafasan pada balita 18% (Kemenkes RI 2020).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2021 menunjukan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi dalam tiga tahun terakhir
mengalami fluktuatif yaitu pada tahun 2019 sebesar 70,18%, tahun 2020
cakupan menurun menjadi 68,10%, dan pada tahun 2021 cakupan meningkat
kembali menjadi 71,32%. Cakupan tersebut masih kurang dari standar
Nasional yang ditetapkan yaitu sebesar 80% (Dinkes Banten 2021).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang,
menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi dalam tiga
tahun terakhir mengalami kenaikan tapi belum memenuhi target Nasional
yang diharapkan yaitu 80%. Pada tahun 2019 cakupan ASI eksklusif sebesar
64,25%, tahun 2020 sebesar 66,59% dan tahun 2021 terus meningkat menjadi
70,93% (Dinkes Kabupaten Pandeglang 2021).
Kegagalan pemberian ASI ekslusif pada bayi sangat sering terjadi, hal
ini disebabkan karena berbagai macam faktor salah satunya faktor dari
perilaku ibu. Data laporan dari Puskesmas Munjul menunjukkan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus
menurun dengan persentase cakupan yaitu tahun 2019 (64,35%), tahun 2020
(59,16%) dan tahun 2021 (56,52%), sementara target nasional yang
diharapkan adalah 80%. Rendahnya cakupan ASI eksklusif dapat
menyebabkan masalah dikemudian hari jika tidak segera ditangani. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh pihak Puskesmas Munjul melalui program-
program dan penyuluhan kepada masyarakat terkait dengan pentingnya
pemberian ASI eksklusif, namun pada kenyataannya cakupan ASI eksklusif
masih tidak tercapai.
Ketimpangan cakupan ASI eksklusif yang cukup tinggi pada beberapa
wilayah di Indonesia menunjukkan bahwa pelaksanaan strategi dalam
peningkatan cakupan ASI eksklusif kurang memperhatikan faktor yang
berhubungan dalam peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif (Dewi
2021). Pemerintah melalui PP No. 33 tahun 2012 dan Permenkes RI No. 15
tahun 2013 sangat mendukung ASI dengan memberikan kebijakan hak cuti
melahirkan, menggalakkan penerapan kode internasional untuk pemasaran
produk pengganti ASI, dan memperkuat sistem layanan kesehatan. Petugas
kesehatan menjadi garda terdepan dalam upaya mensukseskan program
pemberian ASI eksklusif. Beberapa langkah yang harus dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan di antaranya adalah menjelaskan manfaat dan
penatalaksanaan menyusui kepada ibu  hamil, membantu ibu menyusui segera
setelah  melahirkan, mengajarkan ibu cara menyusui, dan  menjaga agar terus
menyusui, walau  terpisah dari bayinya, dan tidak memberi makanan atau
minuman selain ASI, kecuali ada indikasi medis. Dalam masyarakat,
membentuk kelompok pendukung ASI juga dapat membantu kesuksesan ASI
eksklusif (Ramli 2020).
Upaya mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) pada
tahun 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah dengan
seluruh negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya
hingga 12 per 1.000 Kelahiran Hidup, salah satunya dengan meningkatkan
pemberian ASI Eksklusif. Bidan sebagai salah satu health professional
memegang peran penting dalam mewujudkan target pencapaian SDGs
melalui pemberian ASI ekslusif sebagaimana dalam permenkes nomor 1464
tahun 2010 bidan memiliki kewenangan dalam memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan ibu menyusui selain itu, bidan
sebagai profesi mempunyai tanggung jawab pokok pelayanan kesehatan ibu
dan anak harus mampu menerapkan konsep ASI ekslusif, mempu
memberikan pemahaman kepada ibu tentang pentingnya ASI ekslusif sebagai
upaya promotif dan preventif menurunkan angka kesakitan bayi
Memberikan ASI dapat menurunkan angka kematian bayi (AKB) akibat
infeksi sebesar 88%. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga berkontribusi
terhadap penurunan risiko stunting, obesitas dan penyakit kronis di masa yang
akan datang. Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan menurunkan risiko
terpapar infeksi saluran pernapasan akut. Bagi ibu, menyusui dapat menunda
kembalinya kesuburan wanita (KB alami), mengurangi risiko pendarahan
pasca persalinan, kanker payudara, pra menopause dan kanker ovarium
(Azhari and Pristya 2019).
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif akan lebih rentan
untuk terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah
ia dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas.
Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara,
mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit,
karena memang beresiko rentan terhadap penyakit. Selain itu untuk biaya
susu formula menggantikan ASI pada bayi (Yusrina and Devy 2018).
Penyebab rendahnya cakupan bayi mendapat ASI eksklusif yaitu
multifaktorial. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya pemberian
ASI eksklusif diantaranya adalah belum optimalnya penerapan 10 Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM), belum semua bayi memperoleh
IMD, rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga mengenai manfaat dan cara
menyusui yang benar, kurangnya dukungan dari keluarga termasuk suami ibu,
kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan,
faktor sosial budaya, kondisi yang kurang memadai bagi para ibu bekerja dan
gencarnya pemasaran susu formula (Sinaga and Siregar 2020).
Dukungan suami menjadi salah satu faktor yang penting terhadap
perilaku ibu dalam memberikan ASI esklusif pada bayinya. Dukungan suami
merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui,
karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI
yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu (Kusumayanti
and Nindya 2018). Penelitian Bakri et al. (2019) menunjukkan hasil bahwa
ada hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI eksklusif.
Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa ibu yang tidak mendapat dukungan
suami berpeluang 5,9 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif
pada bayinya. Penelitian lain oleh Saputra et al. (2020) menunjukkan hasil
serupa bahwa ada hubungan dukungan suami dengan keberhasilan
pemberian ASI esklusif. Ibu yang tidak mendapat dukungan suami
berpeluang 3,2 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI eksklusif.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti merasa penting untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan
suami dengan perilaku Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas
Munjul Tahun 2022”.

1.2 Urgensi Penelitian


Kegagalan pemberian ASI ekslusif pada bayi sangat sering terjadi, hal
ini disebabkan karena berbagai macam faktor salah satunya faktor dari
perilaku ibu. Data laporan dari Puskesmas Munjul menunjukkan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terus
menurun dengan persentase cakupan yaitu tahun 2019 (64,35%), tahun 2020
(59,16%) dan tahun 2021 (56,52%), sementara target nasional yang
diharapkan adalah 80%. Rendahnya cakupan ASI eksklusif dapat
menyebabkan masalah dikemudian hari jika tidak segera ditangani. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh pihak Puskesmas Munjul melalui program-
program dan penyuluhan kepada masyarakat terkait dengan pentingnya
pemberian ASI eksklusif, namun pada kenyataannya cakupan ASI eksklusif
masih tidak tercapai.
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif akan lebih rentan
untuk terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah
ia dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas.
Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara,
mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit,
karena memang beresiko rentan terhadap penyakit. Selain itu untuk biaya
susu formula menggantikan ASI pada bayi (Yusrina and Devy 2018).
Fenomena di atas menjadikan urgensi penelitian dan dasar bagi peneliti
untuk mengangkat judul penelitian ini. Peneliti juga telah melakukan review
beberapa jurnal penelitian terdahulu yang relevan serta melakukan
wawancara terhadap beberapa ibu di Wilayah Puskesmas Munjul sebagai
rujukan dasar dalam melakukan penelitian ini. Sasaran dalam penelitian ini
menyangkut subjek yang akan diteliti yaitu ibu yang memiliki bayi usia 7 - 24
bulan yang berada di Wilayah Puskesmas Munjul.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan
suami dengan perilaku Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas
Munjul Tahun 2022.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Diketahui distribusi frekuensi hubungan pengetahuan, sikap dan
dukungan suami dengan perilaku Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
Di Puskesmas Munjul Tahun 2022.
2. Diketahui hubungan pengetahuan dengan perilaku Ibu dalam
pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Munjul Tahun 2022.
3. Mengetahui hubungan sikap dengan perilaku Ibu dalam pemberian
ASI Eksklusif Di Puskesmas Munjul Tahun 2022
4. Mengetahui hubungan dukungan suami dengan perilaku Ibu dalam
pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Munjul Tahun 2022

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis ini penulis tidak menghasilkan teori yang baru,
namun penulis menguji masalah yang diangkat dengan teori yang sudah
ada serta untuk penulis yang tertarik mengupdate ilmu, sumber-sumber
mengenai penelitian yang berhubungan dengan hubungan pengetahuan,
sikap dan dukungan suami dengan perilaku Ibu dalam pemberian ASI
Eksklusif.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi tempat penelitian
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan referensi
dan bahan berbagai informasi untuk mengenai tentang hubungan
pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan perilaku Ibu dalam
pemberian ASI Eksklusif .
b. Bagi tenaga kesehatan
Sebagai referensi untuk referensi dan bahan kajian tentang
pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi balita dan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhinya
c. Bagi peneliti selanjutnya
Bermanfaat untuk menambah bahan referensi, informasi dan
acuan serta pengetahuan untuk penelitian selanjutnya tentang faktor-
faktor dalam pemberian ASI eksklusif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 ASI Eksklusif
1. Pengertian
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur
0-6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain (Roesli
2014). ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa makanan
dan minuman lain kepada bayi sejak lahir, kecuali obat dan vitamin.
Pemberian ASI eksklusif dapat berlangsung selama 4-6 bulan dan
menyusui dimulai < 30 menit setelah bayi lahir serta tidak
memberikan bayi makanan prelaktal seperti air tajin, air gula, madu
dan lain sebagainya kepada bayi. Cairan yang diperbolehkan hanya
vitamin, mineral dan obat dalam bentuk tetes maupun sirup
(Aisyaroh, Sutrisminah, and Widayati 2018).

2. Manfaat ASI
Air susu ibu merupakan makanan terbaik dan utama bagi bayi
karena di dalam ASI terkandung antibodi yang diperlukan bayi untuk
melawan penyakit-penyakit yang menyerangnya. Pada dasarnya ASI
adalah imunisasi pertama karena ASI mengandung bergbagai zat
kekebalan antara lain immunoglobulin. ASI juga mengurangi risiko
infeksi saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Pemberian ASI
eksklusif bagi bayi penting dilakukan karena dapat membantu proses
perkembangan otak dan fisik bayi. Membantu memperlancar
pencernaan bayi dan membuat sistem pencernaan bayi menjadi lebih
matang (Mufdillah et al. 2017).

ASI memberikan semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan


oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Pemberian ASI
eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan
berbagai penyakit yang menimpanya, seperti radang paru-paru serta
mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan
kelahiran. Bayi di bawah usia enam bulan yang tidak diberikan ASI
eksklusif 5 kali berisiko kematian akibat pneumonia daripada bayi
yang diberikan ASI eksklusif selama enam bulan (Kurniawati,
Hardiani, and Rahmawati 2020).

3. Dampak Tidak Diberikan ASI Eksklusif


Bayi tidak diberi ASI Eksklusif  memiliki dampak yang tidak
baik bagi bayi. Salah satu dampak yang terjadi yaitu memiliki risiko
kematian. Bayi yang diberi ASI akan lebih sehat dibandingkan dengan
bayi yang diberi susu formula. Dibawah ini dijelaskan beberapa hal
yang menjadi dampak jika bayi tidak diberikan ASI eksklusif, yaitu
sebagai berikut:

1) Bertambahnya kerentanan terhadap  penyakit (baik anak maupun


ibu)
Dengan menyusui, dapat mencegah 1/3 kejadian infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA), kejadian diare dapat turun 50%, dan
penyakit usus parah pada bayi premature dapat berkurang
kejadiannya sebanyak 58%. Pada ibu, risiko kanker payudara juga
dapat menurun 6-10%.
2) Biaya kesehatan untuk pengobatan
Dengan mendukung ASI dapat mengurangi kejadian diare dan
pneumonia sehingga biaya kesehatan dapat dikurangi 256,4 juta
USD atau 3 triliun tiap tahunnya.
3) Kerugian kognitif
ASI eksklusif dapat meningkatkan IQ anak, potensi mendapatkan
pekerjaan yang lebih baik karena memiliki fungsi kecerdasan
tinggi. Tentunya hal ini akan meningkatkan potensi mendapatkan
penghasilan yang lebih optimal.
4) Biaya susu formula
Di Indonesia, hampir 14% dari penghasilan seseorang habis
digunakan untuk membeli susu formula bayi berusia kurang dari 6
bulan. Dengan ASI eksklusif, penghasilan orangtua dapat dihemat
sebesar 14% (Maryunani 2017).

2.1.2 Perilaku Ibu


1. Pengertian
Perilaku adalah semua aktivitas atau aktivitas manusia, baik secara
langsung diperhatikan atau yang tidak dapat diperhatikan oleh orang
luar. Kemandirian adalah adanya kepercayaan akan sebuah kemampuan
diri dalam menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang lain.
(Sodikin 2012).

2. Faktor Faktor
Konsep umum menurut Teori Green dalam (Irwan, 2017). yang
digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence
Green. Menurut Lawrence Green perilaku dari 3 faktor, yaitu:
Predisposing factors, enabling factors, reinforcing factor
1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors), adalah pengetahuan,
sikap kepercayan, keyakinan, nilai nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (Enabling Factors), lingkungan fisik, fasilitas
atau sarana sarana kesehatan (Media Konseling dan Bimbingan).
3) Faktor Penguat (Reinforcing Factors), adalah yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

3. Indikator
Membedakan karakteristik kemandirian atas tiga bentuk menurut
Desmita dalam Ramadhan (2017):
1) Kemandirian emosional, yakni kemandirian yang menyatakan
perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu.
2) Kemandirian tingkah laku, yakni suatu kemampuan untuk
membuat keputusan- keputusan tanpa tergantung pada orang lain
dan melakukannya secara bertanggung jawab.
3) Kemandirian nilai, yakni kemampuan memaknai seperangkat
prinsip tentang benar dan salah, dan tentang apa yang penting dan
tidak penting.

4. Sintesa Perilaku
Kemampuan seorang ibu untuk bertingkah laku seorang diri dan
berprinsip mandiri sehingga bertingkah laku sesuai keinginannya
dalam melakukan pemberian ASI Eksklusif.

2.1.3 Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan Adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan akal, pengetajuan muncul ketika
seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau di rasakan
sebelumnya,misalnya ketik seseorang mencicipi masakan yang baru
dikenal,ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,rasa dan
aroma masakan tersebut (“Pengetahuan - Wikipedia Bahasa Indonesia,
Ensiklopedia Bebas,2022,” n.d.)
Menurut (Rahman 2018) teori adalah inti dari ilmu
pengetahuan, ilmu yang matang idealnya menghasilkan suatu teori yang
dapat di identifikasi dengan jelas yang menjelaskan semua fenomena
yang domain,konsep dasar pengetahuan harus memeiliki definisi yang
jelas dalam hal syarat perlu dan syarat cukup filsafat umum sebagaian
besar tentang menjelaskan konsep-konsep ilmiah umum, terutama
penjelasan dan konfirmasi tujuanya adalah untuk menghasilkan
seperangkat kondisi yang diperlukan dan cukup untuk penerapan.
Secara sederhana setiap orang memahami pengetahuan sebagai
pemahaman atas pengalaman yang berulang-ulang dialaminya.
kemudian disimpulkan bahwa pengalaman yang dialaminya itu adalah
kebenaran menurut pemikirannya, teori pengetahuan adalah
keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun baik mengeiani mata
fisik maupun fisik tanpa memiliki metode dan mekanisme tertentu
(Nurdin and Hartati 2019) didalam diri orang tersebut terjadi proses
berurutan yakni:
1) Awareness (Kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu
2) Interest .yakni orang tertark pada kepada stimulus (Objek)
3) Evaluation (menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus
tersebut bagi diri nya), hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi
4) Trial orang yang mulai perilaku baru
5) Adoption subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikap terhadap stimulus(Notoatmodjo 2017)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan


Tingkat pengetahuan setiap orang bervariasi karena di pengaruhi
beberapa faktor antara lain (Notoatmodjo 2017):
1) Sosial Ekonomi
Lingkungan sosial akan mempengaruhi tingginya pengetahuan
seseorang sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan,bila
ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi sehingga
tingkat pengetahuan akan tinggi juga
2) Kultur (Budaya, Agama)
Budaya sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang
karena informasi yang disaring sesuai dengan budaya yang ada dan
agama yang dianut
3) Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal hal
yang baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut
4) Pengalaman
Suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang di
peroleh dengan cara memecahkan masalah yang dihadapi
5) Media Informasi
Pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan termasuk pendidikan
kesehatan,berdasarkan fungsinya sebagai penyalur pesan kesehatan
yaitu media cetak dan media elektronik

3. Indikator Pengetahuan
Menurut Mujib Ubaidillah (M.Pd 1942) secara garis besar
pengetahuan dibagi menjadi 6 bagian yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagian recall(memanggil)memori
yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu misalnya,
tahu buah jeruk mempunyai vitamin C untuk mengetahui atau
mengukur orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan misalnya, bagaimana cara memberantas demam
berdarah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek
tersebut tetapi orang tersebut harus dapat mempresentasikan,
misalnya biasa menjelaskan secara terinci dan klinis tentang objek
tertentu
3) Aplikasi (Application)
Diartikan apabila seseorang yang telah memahami objek
dapat mengunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui
seseorang yang telah paham tentang peternakan, ia harus dapat
mengaplikasikan peternakan di tempat kerja
4) Analisi (Analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan objek
tertentu lalu mencari komponen-komponen yang terdapat dalam
suatu objek,misalnya dapat membedakan nyamuk biasa dengan
nyamuk deman berdarah
5) Sintesis (Synthesis)
Adalah kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
suatu objek. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-
kata sendiri tentang hal-hal yang dibaca atau di dengar
6) Evaluasi (Evaluation)
Adalah kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
terhadap suatu objek tertentu misalnya seorang dokter dapat menilai
atau menentukan seseorang menderita penyakit atau tidak
Pengetahuan tentang pemberian imunisasi sangat penting
dan sangat di perlukan karena imunisasi tersebut untuk menjaga
daya tahan tubuh terhadap penyakit,pada bayi 0-9 bulan dianjurkan
untuk memberikan imunisasi sehingga daya tahan tubuh menjadi
kebal terhadap suatu penyakit (Wahana 2011)

4. Cara pengukuran pengetahuan


Cara mengukur tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin
di ukur dari subjek penelitian atau responden.cara ukur tingkat
pengetahuan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, kemudian
dilakukan penilaian 1 untuk jawaban yang benar dan nilan 0 untuk
jawaban yang salah, berdasarkan skala data rasio maka rentang skor
pengetahuan yaitu 0-100 (Suryanto 2018)

2.1.4 Sikap
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu
tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan suatu
perilaku.(IZZAHi 2021)
Proses pembentukan sikap itu berlangsung secara bertahap dan
mealalui proses belajar, proeses belajar tersebut dapat terjadi karena
pengalaman-pengalaman pribadi dengan objek tertentu dengan cara
menghubungkan obyek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain
atau melalui proses belajar social. Sebagian besar sikap itu dibentuk
melalui kombinasi dari beberapa cara tersebut. Proses pembentukan
sikap adalah adanya pengaruh orang lain terutama orang tua, guru, dan
rekan-rekannya. Kemampuan berfikir, kemampuan memilih dan
faktor-faktor intrinsik lainnya mempengaruhi sikap seseorang terhadap
obyek, terhadap orang lain dan terhadap peristiwa tertentu.(IZZAHi
2021)
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
a. Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap
orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesedihan dan perhatian
terhadap ceramah-ceramah.
b. Merespons, diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
c. Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mendiskusikan
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasisikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab, diartikan bertanggung jawb, diartikan
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paing tinggi.
Perubahan sikap diperoleh melalui proses balajar. Perubahan
dapat berupa penambahan, pengalihan ataupun modifikasi dari satu
atau lebih dari komponen afektif, kognitif, dan perilaku. Sekali sebuah
perubahan sikap telah terbentuk maka akan menjadi bagian intergral
dari individu itu sendiri.
Merubah sikap seseorang sedikit banyak juga ikut merubah
manusianya. Sikap dapat berubah dari positif ke negative begitupun
sebaliknya, tidak ada seorang pun yang selalu tetap konsisten benar
secara terus menerus, atau tidak mustahil terdapat inkonsistensi dalam
sikap seseorang terhadap obyek dan peristiwa.

2. Indikator
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
1) Pengalaman pribadi, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang
melibatkan faktor emosional,
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting, pada umumnya
individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan
sikap orang yang dianggap penting (tokoh),
3) Pengaruh kebudayaan, tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena
kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-
individu masyarakat.
4) Media massa, dalam media komunikasi berita atau informasi
yang disampaikan dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama, konsep moral dan
ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat
menentukan sistem kepercayaan sehingga mempengaruhi
sikap, dan;
6) Faktor emosional, kadangkala suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego.

3. Sintesis Sikap
Sikap itu berlangsung secara bertahap dan mealalui proses
belajar, proeses belajar tersebut dapat terjadi karena pengalaman-
pengalaman pribadi dengan objek tertentu dengan cara
menghubungkan obyek tersebut dengan pengalaman-pengalaman lain
atau melalui proses belajar sosial. Perubahan sikap diperoleh melalui
proses balajar. Perubahan dapat berupa penambahan, pengalihan
ataupun modifikasi dari satu atau lebih dari komponen afektif,
kognitif, dan perilaku. Sekali sebuah perubahan sikap telah terbentuk
maka akan menjadi bagian intergral dari individu itu sendiri

2.1.5 Dukungan Suami


1. Pengertian
Dukungan suami adalah komunikasi verbal dan non-verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh suami
terhadap ibu hamil didalam lingkungan sosialnya. (Azwar 2014)
Dukungan suami adalah dukungan yang diberikan suami terhadap istri,
suatu bentuk dukungan dimana suami dapat memberikan bantuan
secara psikologis baik berupa motivasi, perhatian, dan penerimaan.
Dukungan suami merupakan hubungan bersifat menolong yang
mempunyai nilai khusus bagi istri sebagai tanda adanya ikatanikatan
yang bersifat positif.(Friedman 2014)
Tingginya dukungan suami disebabkan karena keintiman atau
kedekatan, serta penerimaan dari pasangan. Kedekatan dengan
pasangan akan memberikan interaksi positif sehingga terdapat suasana
saling mempercayai, menghargai dan saling mendukung.
2. Indikator Dukungan Suami
a. Dukungan Emosional
Mencakup ungkapan simpati, kepedulian dan perhatian terhadap
orang yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut tanpa
memberikan rasa aman dan rasa mengasihi.
b. Dukungan Penghargaan
Meliputi ungkapan hormat, dorongan untuk maju, serta membantu
seseorang untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dengan
keadaan orang lain, sehingga orang tersebut dapat merasakan
penghargaan dirinya.
c. Dukungan Instrumental
Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
seseorang misalnya memberikan penyediaan sarana atau memberikan
pernyataan yang bersifat memotivasi.
d. Dukungan Informatif
Mencakup pemberian nasihat secara langsung, saran-saran petunjuk dan
umpan balik. Bagi ibu dukungan suami terhadap ibu merupakan sikap
yang harus dikembangkan, karena pada hakikatnya ibu selalu dibayang-
bayangi oleh kebutuhankebutuhan, terutama kebutuhan untuk tetap
mendapatkan kasih sayang atau dicintai.

3. Cara ukur dukungan suami


Cara ukur variabel dukungan suami menggunakan kuesioner
dengan hasil ukur yaitu kurang dan baik. Responden dikatakan
mendapat dukungan dari suami terkait dengan kejadian anemia pada
ibu jika skor nilai yang diperoleh responden dari kuesioner diatas nilai
mean, sedangkan responden dikatakan kurang mendapat dukungan dari
suami terkait dengan kejadian anemia pada ibu jika skor nilai yang
diperoleh responden dibawah nilai mean.
4. Sintesa Dukungan Suami
Dukungan suami dapat diungkapkan dengan penghargaan
terhadap ibu melalui rasa simpati, berminat terhadap ibu, bersikap
toleran terhadap kelemahan-kelamahan ibu, menunjukan kehangatan
dan rasa tenang atau suka tanpa syarat dan juga mencoba untuk
membantu ibu dalam menghadapi suatu permasalahan.

2.2 Road Map Penelitian


Road Map penelitian dan Hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan
suami dengan perilaku Ibu dalam pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas
Munjul Tahun 2022 secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:
Memberikan ASI dapat menurunkan angka kematian bayi (AKB)
akibat infeksi sebesar 88%. Selain itu, pemberian ASI eksklusif juga
berkontribusi terhadap penurunan risiko stunting, obesitas dan penyakit kronis
di masa yang akan datang. Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan
menurunkan risiko terpapar infeksi saluran pernapasan akut. Bagi ibu,
menyusui dapat menunda kembalinya kesuburan wanita (KB alami),
mengurangi risiko pendarahan pasca persalinan, kanker payudara, pra
menopause dan kanker ovarium (Azhari and Pristya 2019).
Dampak bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif akan lebih rentan
untuk terkena penyakit kronis, seperti jantung, hipertensi, dan diabetes setelah
ia dewasa serta dapat menderita kekurangan gizi dan mengalami obesitas.
Sementara untuk ibu sendiri akan beresiko mengalami kanker payudara,
mengeluarkan biaya lebih mahal apabila bayi maupun ibu terkena penyakit,
karena memang beresiko rentan terhadap penyakit. Selain itu untuk biaya susu
formula menggantikan ASI pada bayi (Yusrina and Devy 2018).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Intan Muninggar. (2016).
Tentang Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan Dukungan Suami Dengan
Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara Hubungan Pengetahuan, Sikap, Dan
Dukungan Suami Dengan Pemberian Asi Eksklusif Di Wilayah Puskesmas
Gambirsari Kota Surakarta dengan nilai pengetahuan (p= 0,02), sikap (p=
0,056) dan dukungan suami (p=0,000) dengan pemberian ASI eksklusif.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Indriyani Bakri, Merry Maeta
Sari, Fenti Dewi Pertiwi (2019) Hubungan Dukungan Suami dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur Kota Bogor.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara dukungan suami
dengan pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sempur Kota
Bogor (p= 0,027).
Penelitian Agustina, Irma Hamisah, Yulia Mutia (2020) tentang
Hubungan Promosi Susu Formula, Produksi ASI dan Psikologis Ibu dengan
Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Peusangan Bireuen.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara pemberian ASI
eksklusif dengan promosi susu formula (p= 0,032), produksi ASI (p= 0,047)
dan psikologis (p=0,080) dengan pemberian ASI eksklusif.
Penelitia yang dilakukan Giari Rahmilasari (2021) tentang Hubungan
Keikutsertaan Ibu Dalam Kelas Ibu Hamil dengan Pelaksanaan IMD dan
Pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bojongsoang
kabupatem Bandung. Berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan yang
signifikan antara keikutsertaan ibu dalam kelas ibu hamil dengan pelaksanaan
IMD (p=0,008) dan pemberian ASI eksklusif (p = 0,016).

2.3 Kerangka Teori


Kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor‐faktor penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu.(Sugiyono 2018) Berdasarkan kajian teori yang telah
diuraikan di atas, maka kerangka teori dalam penelitian ini dapat
divisualisasikan sebagaimana yang terlihat pada Gambar 2.1 berikut:
3Pengetahuan
Kerangka Konsep
Ibu Hamil
Tahu (Know)
Memahami (comprehension)
Aplikasi (Application)
Analisi (Analysis)
Sintesis (Synthesis)
Evaluasi (Evaluation)

Sikap Perilaku Ibu dalam


Pengalaman pribadi
pemberian ASI Eksklusif
Pengaruh orang lain

Pengaruh kebudayaan

Media massa

Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Faktor emosional,

Dukungan Suami
Dukungan Emosional
Dukungan Penghargaan
Dukungan Instrumental Gambar 2.1
Dukungan Informatif
Kerangka Teori

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan.(Sugiyono 2018) Penelitian ini memiliki 2 variabel yang
saling berkaitan yaitu antara variabel dependen (terikat) dengan variabel
independen (bebas). Kerangka konsep pada penelitian ini dapat
divisualisasikan dalam Gambar 2.2 sebagai berikut:

Pengetahuan
Perilaku Ibu dalam
pemberian ASI Eksklusif
Sikap

Dukungan Suami
Variabel Indevenden Variabel Dependen
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
2.5 Definisi Operasional
Tabel 4. 1
Definisi Operasional

Skala
No. Variabel Definisi Konsep Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel Dependent
1. Perilaku Ibu Perilaku pemberian ASI Perilaku adalah semua aktivitas Kuesioner Mengisi 1. Perilaku Baik Ordinal
eksklusif adalah atau aktivitas manusia, baik kuesioner biila skor >
dalam Pemberian
memberikan hanya ASI secara langsung diperhatikan mean
tanpa memberi- kan atau yang tidak dapat 2. Perilaku Tidak
makanan dan minuman lain diperhatikan oleh orang luar. baik bila skor
kepada bayi sejak lahir < mean
sampai bayi berusia 6 bulan,
kecuali obat dan vitamin.
Variabel Independent
2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan Pengetahuan merupakan hasil Kuesioner Mengisi 1. Pengetahuan Ordinal
hasil dari proses mencari dari proses mencari tahu, dari kuesioner Baik biila skor
tahu, dari yang tadinya tidak yang tadinya tidak tahu > mean
tahu menjadi tahu, dari tidak menjadi tahu, dari tidak dapat 2. Pengetahuan
dapat menjadi dapat. Dalam menjadi dapat. Dalam proses Tidak baik bila
proses mencari tahu ini mencari tahu ini mencakup skor < mean
mencakup berbagai metode berbagai metode dan konsep-
dan konsep-konsep, baik konsep, baik melalui proses

25
melalui proses pendidikan pendidikan maupun melalui
maupun melalui pengalaman. Semakin tua
pengalaman. Semakin tua semakin bijaksana, semakin
semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak
dijumpai dan semakin hal yang dikerjakan sehingga
banyak hal yang dikerjakan menambah pengetahuannya.
sehingga menambah Indikator sikapa diantaranya :
pengetahuannya. 1. Tahu (Know)
2. Memahami
(comprehension)
3. Aplikasi (Application)
3. Sikap Sikap merupakan reaksi atau Sikap secara nyata Kuesioner Mengisi 1. Sikap Baik
respon yang masih tertutup menunjukkan konotasi adanya Kuesioner biila skor T
dari seseorang terhadap kesesuaian reaksi terhadap responden >
suatu stimulus atau objek. stimulus tertentu yang dalam mean T
Manifestasi sikap itu tidak kehidupan sehari-hari 2. Sikap Tidak
dapat langsung dilihat, tetapi merupakan reaksi yang bersifat baik bila skor
hanya dapat ditafsirkan emosional terhadap stimulus T responden <
terlebih dahulu dari perilaku social. Sikap belum merupakan mean T
yang tertutup. suatu tindakan suatu perilaku.
Indikator :
1. Pengalaman pribadi
2. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
3. Pengaruh kebudayaan
4. Media massa
5. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama
6. Faktor emosional
4. Dukunga Suami Peran suami dalam Dukungan suami dapat Kuesioner Mengisi 1. Mendukung Ordinal
menghidupkan kasih sayang diungkapkan dengan kuesioner bila skor >
dan harga diri pada ibu dapat penghargaan terhadap ibu mean
dicurahkan melalui sikap melalui rasa simpati, berminat 2. tidak
perhatian serta pemberian terhadap ibu, bersikap toleran mendukung
dukungan kepada ibu. terhadap kelemahan-kelamahan bila skor <
ibu, menunjukan kehangatan mean
dan rasa tenang atau suka tanpa
syarat dan juga mencoba untuk
membantu ibu dalam
menghadapi suatu
permasalahan.
a. Dukungan Emosional
b. Dukungan Penghargaan
c. Dukungan Instrumental
d. Dukungan Informatif
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


3.1.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian merupakan suatu strategi observasional analitik
yaitu penelitian di kumpulkan secara sistematis didasarkan pada wawancara
menggunakan kuisioner dengan rancangan cross sectional yaitu penelitian
terhadap variable yang berhubungan dengan variable independen dan dependen
diteliti sekaligus pada saat yang sama yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan pengetahuan, sikap dan dukungan suami dengan perilaku Ibu dalam
pemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Munjul Tahun 2022

3.1.2 Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan perawatan di wilayah
puskesmas Munjul pada bulan Januari 2023 berjumlah 75 orang

2. Sampel
Sampel adalah salah satu bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh suatu populasi dimana sampel ini diambil dari sebuah populasi
yang ada sehingga dapat mempresentasikan karakteristik populasi tersebut.
(Muhammad D. M. et. al. 2021) Pada penelitian ini sampel yang digunakan
yaitu ibu hamil berjumlah 75 orang dengan menggunakan total populasi
sampling.
Pada sampel ini dalam penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi. Maksud dari kriteria inklusi adalah perwakilan dari dalam
penelitian yang dapat memenuhi kriteria sampel. Sedangkan kriteria ekslusi
adalah kriteria yang tidak mampu mewakili sebagai sampel dari subjek
penelitian karena tidak memenuhi syarat sebagai salah satu sampel. Adapun
penyebab ini memiliki banyak sekali faktor diantaranya sikap yang tidak
sesuai atau tidak bersedia. (Sugiyono 2019)

28
Sampel penelitian ini dapat diambil dari populasi yang memenuhi kriteria
sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi
a) Ibu yang memiliki balita
b) Bersedia menjadi responden
c) Ibu dengan kondisi sehat secara fisik, psikologi dan mental
2) Kriteria Eksklusi
a) Tidak bersedia menjadi responden
b) Berhalangan pada saat penelitian

3.2 Tempat Penelitian


Lokasi penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih
jelas, lengkap, serta memungkinkan mudah bagi peneliti, oleh karena itu maka
penulis menetapkan lokasi penelitian adalah tempat dimana peneltian yang akan di
lakukan, dalam hal ini penelitian dilaksanakan di Puskesmas Munjul

3.3 Prosedur Penelitian Dan Format Waktu Penelitian


3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data di peroleh dengan data primer dan data
sekunder
1. Data Primer
Data Primer dalam peneltian ini di peroleh dengan mengunakan kuisioner
yang di bagikan kepada responder untuk di isi sendiri oleh responder

b. Data Sekunder
Data sekunder di dapat dari petugas kesehatan meliputi gambaran demografi,
geografis, data ibu hamil

3.3.2 Uji Validasi Dan Reliabilitas


Uji validasi di gunakan untuk menguji apakah suatu kuisioner di anggap
valid,bila kuisioner tersebut telah memiliki validasi kontruk,berarti semua item
(pertanyaan) yang ada dalam kuisioner itu mengukur apa yang kita ukur.untuk
mengetahui apakah kuisioner mampu mengukur apa yang hendak di ukur maka
perlu di uji dengan di uji korelasi antara skor tiap-tiap item dengan skor total
kuisioner (Janna 2020)
Pertanyaan di katakana reliable, jika jawaban responden terhadap
pertanyaan (kuisioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
relibialitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup
dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrument tersebut sudah baik,instrumen yang sudah dapat di percaya akan
menghasilkan data yang dapat di percaya juga (Yogi 2017)

3.4 Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data


3.4.1 Metode Pengolahan Data
Menurut Hidayat,2010 (Ruchiyat 2007) data langkah –langkah dalam
pengolahan data antara lain:
1. Editing
Editing adalah upaya pemeriksaan kembali kebenaran data yang di peroleh
atau yang di kumpulkan
2. Coding
Coding adalah merupakan kegiatan pemberian kode numeric data yang
terdiri beberapa kategori
3. Entry
Data Entry adalah kegiatan memasukan data yang di kumpulkan kedalam
master table atau data base computer
4. Cleansing
Cleansing adalah data yang sudah di entry di periksa kebenaranya dan
kelengkapannya

3.4.2 Analisis Data


1. Analisis Univariat
Data yang terkumpul di olah dan di analisa secara univariat untuk mendapatkan
gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel yang di teliti
baik dengan mengunakan rumus yaitu:
F .100 %
Keterangan:
A=
N

P= Persentasi 100%
F= Frekuensi
N= Jumlah

2. Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan
variabel dependen,dilakukan uji pada tingkat kepercayaan 95% dan P Value
0,005 dengan menggunakan rumus chi-square adalah :
( O−E ) 2
X 2 =∑ ¿
E
DF=(b-1)(k-1)
Keterangan:
2
X =chi-square
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, Noveri, Emi Sutrisminah, and Widayati. 2018. Model Penerapan Kebijakan
ASI Eksklusif Pada Ibu Bekerja. 1st ed. Semarang: Unissula Press.
Azhari, Anna Sundari, and Terry Y.R. Pristya. 2019. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Pemberian ASI Ekskluif Pada Ibu Baduta Di RSIA Budi Kemuliaan
Jakarta.” Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan 13 (1): 1–14.
https://doi.org/10.33533/jpm.v13i1.779.
Azwar, Saifuddin. 2014. Sikap Dan Perilaku Manusia: Teori Dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pusat Belajar Offset, Yogyakarta.
Bakri, Indriyani, Merry Maeta Sari, and Fenti Dewi Pertiwi. 2019. “Hubungan
Dukungan Suami Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sempur Kota Bogor Tahun 2018.” Promotor: Jurnal Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat 2 (1): 27. https://doi.org/10.32832/pro.v2i1.1786.
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya.
Dewi, Rusmala. 2021. “Hubungan Promosi Susu Formula Dan ASI Eksklusif.” Jurnal
Berita Ilmu Keperawatan 14 (1): 10–18. https://doi.org/10.23917/bik.v14i1.13187.
Dinkes Banten. 2021. “Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun 2021,” 1–68.
Dinkes Kabupaten Pandeglang. 2021. Profil Kesehatan Kabupaten Pandeglang Tahun
2021. Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang.
Friedman, Marliyn M. 2014. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori Dan
Praktik. 5th ed. Jakarta: Widya Medika.
IZZAHi, DIAH NADIATUL. 2021. “HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN
DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN ASI DAN MP-
ASI IBU BALITA USIA 6-23 BULAN DI DESA BONTO MARANNU
KECAMATAN MONCONGLOE KABUPATEN MAROS TAHUN 2017.”
Skripsi, 2013–15.
Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. Kementrian Kesehatan
Repoblik Indonesia. Vol. 42. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniawati, Dini, Ratna Sari Hardiani, and Iis Rahmawati. 2020. Buku Saku ASI (Air
Susu Ibu). Edited by Jauhari. NASPA Journal. Bondowoso: CV KHD Production.
Kusumayanti, Novira, and Triska Susila Nindya. 2018. “Hubungan Dukungan Suami
Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Daerah Perdesaan.” Media Gizi Indonesia 12
(2): 98. https://doi.org/10.20473/mgi.v12i2.98-106.
M.Pd, mujib ubaidillah. 1942. “Taksonomi Bloom.” Taksonomi Bloom, 1–13.
Maryunani, Anik. 2017. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen Laktasi.
2nd ed. Jakarta: Trans Info Medika.
Mufdillah, Subijanto, Endang Sutisna, and Muhammad Akhyar. 2017. “Pedoman
Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI Eksklusif.” Peduli ASI Ekslusif,
1–38.
Notoadmodjo, S. 2014. “Promosi Kesehatan & Prilaku Kesehatan.” Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. “Promosi Kesehatan & Perilaku.” Jakarta: Rineka Cipta.
Nurdin, Ismail, and Sri Hartati. 2019. Metodologi Penelitian Sosial.
“Pengetahuan - Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas,2022.” n.d.
Rahman, M.Taufiq. 2018. Filsafa Ilmu Pengetahuan. Angewandte Chemie International
Edition, 6(11), 951–952.
Ramli, Riza. 2020. “Hubungan Pengetahuan Dan Status Pekerjaan Ibu Dengan
Pemberian ASI Eksklusif Di Kelurahan Sidotopo.” Jurnal PROMKES: The
Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education 8 (1): 36–46.
https://doi.org/10.20473/jpk.v8.i1.2020.36-46.
Roesli, Utami. 2014. “Mengenal Asi Ekslusif.” Trubus Agriwidya, 2014.
Saputra, Agustin Yudi, Kholid Faisal Fahdi, and Harlia Triyanan Putri. 2020.
“Hubungan Dukungan Suami Dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pusat Damai Kabupaten Sanggau.” Tanjungpura
Journal of Nursing Practice and Education 2 (1).
https://doi.org/10.26418/tjnpe.v2i1.39840.
Sinaga, Haripin Togap, and Marni Siregar. 2020. “Literatur Review: Faktor Penyebab
Rendahnya Cakupan Inisiasi Menyusu Dini Dan Pemberian ASI Eksklusif.”
AcTion: Aceh Nutrition Journal 5 (2): 164.
https://doi.org/10.30867/action.v5i2.316.
Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuatintatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suryanto, Adi. 2018. “Konsep Dasar Penilaian Dan Pembelajaran.” Konsep Dasar
Penilaian Dan Pembelajaran, no. 1: 1–49.
UNICEF. 2020. “Breastfeeding: A Mother’s Gift, for Every Child - UNICEF DATA.”
Unicef. New York.
Wahana, Paulus. 2011. “Filsafat Ilmu Pengetahuan.” Pustaka Diamond 211 (9): 1689–
99.
WHO. 2020. “The Optimal Duration of Exclusive Breastfeeding: A Systematic
Review.” World Health Organization. Vol. 50. Geneva, Switzerland.
Yusrina, Arifa, and Shrimarti Rukmini Devy. 2018. “Faktor Yang Mempengaruhi Niat
Ibu Memberikan ASI Eksklusif Di Kelurahan Magersari, Sidoarjo.” Jurnal
PROMKES 4 (1): 11–21. https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.11-21.

Anda mungkin juga menyukai