Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI INISIASI MENYUSU DINI, BOUNDING


ATTACHMENT DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KESIAPAN
PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUNJUL KABUPATEN PANDEGLANG
TAHUN 2022

Oleh:
ADERITA KURNIA
072104000039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU


PROGRAM STUDI KEBIDANAN
PROGRAM SARJANA TERAPAN
JAKARTA
2022
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) merekomendasikan bahwa semua bayi
harus mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif sejak lahir sedini mungkin
(satu jam setelah bayi lahir) sampai setidaknya bayi berusia 4 bulan dan bila
memungkinkan hingga bayi berusia 6 bulan. Pada tahun 2019 WHO melaporkan
bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-3 bulan hanya mencapai 48% dan
bahkan pada usia 4-5 bulan hanya 14%. Rata-rata lama pemberian ASI eksklusif
1,7 bulan (WHO, 2019). Berdasarkan data UNICEF (United Nation Childrens
Fund) tahun 2019 bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif hanya 3,5%
(UNICEF, 2019).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017-2018
menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan
hanya 67%. Survey yang dilakukan Nutrition and Health Surveillance System
(NSS) tahun 2018 bekerjasama dengan Balitbangkes di 4 kota (Jakarta, Surabaya,
Semarang, Makasar) dan 8 pedesaan (Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Lampung, Banten, Jawa Timur, NTB, Sulawesi Selatan), menunjukan bahwa
cakupan ASI eksklusif usia 4-6 bulan di perkotaan 4-12% dan di pedesaan 4-25%.
Artinya hanya 14% ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya sampai enam bulan. Pemberian ASI yang tidak optimal memberi dampak
terhadap terjadinya kematian akibat infeksi neonatal 45%, kematian akibat diare
30%, dan akibat infeksi saluran pernafasan pada balita 18% (Kemenkes RI, 2019).
Data Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2021 menunjukan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi dalam tiga tahun terakhir mengalami
fluktuatif yaitu pada tahun 2018 sebesar 70,18%, tahun 2019 cakupan menurun
menjadi 68,10%, dan pada tahun 2020 cakupan meningkat kembali menjadi
71,32%. Cakupan tersebut masih kurang dari standar Nasional yang ditetapkan
yaitu sebesar 80% (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2021).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang, menunjukkan
bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif pada bayi dalam tiga tahun terakhir
mengalami kenaikan tapi belum memenuhi target Nasional yang diharapkan yaitu
2

80%. Pada tahun 2018 cakupan ASI eksklusif sebesar 64,25%, tahun 2019 sebesar
66,59% dan tahun 2020 terus meningkat menjadi 70,93% (Profil Dinas Kesehatan
Kabupaten Pandeglang, 2021).
Upaya agar ibu setelah melahirkan dapat memberikan ASI eksklusif pada
bayinya salah satunya adalah dengan cara mempersiapkan diri dari semenjak
memasuki kehamilan trimester III agar mempunyai kesiapan dalam menyusui.
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal penting, sebab dengan
persiapan yang baik maka ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Persiapan
tersebut meliputi pengetahuan dan dukungan psikologis untuk mempersiapkan
mental, dan pelayanan kesehatan untuk mempersiapkan keadaan fisik ibu. Dengan
persiapan yang baik maka ibu akan lebih yakin dan siap untuk memberikan ASI
eksklusif pada bayinya (Marzida et al., 2017). Penelitian Rinata (2019)
menyebutkan bahwa salah satu penyebab masih rendahnya ASI eksklusif karena
masih kurangnya persiapan ibu dalam menyusui pada masa kehamilan.
Persiapan ASI eksklusif merupakan upaya yang dilakukan ibu dan keluarga
untuk menunjang keberhasilan menyusui. Dalam penatalaksanaannya dapat dimulai
pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui.
Persiapannya dapat meliputi upaya pencarian informasi ASI eksklusif, perawatan
payudara, persiapan nutrisi, dan persiapan psikologis (Sadiman, 2014). Menurut
Harefa (2019), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesiapan ibu hamil dalam
proses menyusui yaitu persepsi inisiasi menyusu dini (IMD), bounding attachment
dan dukungan suami.
Kegagalan seorang ibu dalam proses menyusui salah satunya disebabkan oleh
persepsi ibu sendiri terhadap IMD pada masa kehamilan. Dalam persiapan proses
menyusui dan pelaksanaan IMD sangat dibutuhkan persepsi yang positif dari
seorang ibu (Nurheti, 2018). Penelitian Trisnawati (2019) menyebutkan bahwa
persepsi negatif ibu terhadap pentingnya melakukan IMD pada bayi dapat
mempengaruhi kegagalan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Kegiatan
pembekalan yang baik tentang IMD dibutuhkan untuk meningkatkan persepsi ibu
hamil terhadap pentingnya IMD (Nuryanti, 2019). Penelitian Purwanti (2020)
menunjukkan hasil bahwa persepsi tentang IMD berhubungan dengan kesiapan ibu
ibu hamil trimester III dalam proses menyusui.
3

Bounding attachment merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh


seorang ibu pada bayinya segera setelah bayi dilahirkan, karena akan memengaruhi
pada perkembangan bayi selanjutnya. Bounding itu sendiri adalah suatu langkah
untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) dari ibu kepada bayinya
segera setelah lahir, sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi
secara spesifik sepanjang waktu (Dewi & Sunarsih, 2016). Pengetahuan tentang
bounding attachment dapat mempengaruhi kesiapan ibu hamil dalam proses
menyusui. Penelitian Rahmatia et al. (2019) menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan antara pengetahuan bounding attachment dengan kesiapan ibu hamil
trimester III dalam proses menyusui.
Dukungan dan peran serta suami dapat meningkatkan kesiapan ibu dalam
menghadapi kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam hal merawat bayinya
(Prawiroharjo, 2014). Dukungan dari suami merupakan faktor yang penting untuk
diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan
memberikan suatu semangat atau dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk
memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya (Lutfiana & Masrikhiyah,
2019). Penelitian Paradila et al. (2021) menunjukkan hasil bahwa ada hubungan
dukungan suami dengan persiapan menyusui pada ibu hamil.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Munjul bahwa pada tahun
2020 terdapat 269 (78,65%) bayi yang diberi ASI Eksklusif dari 342 orang dari
jumlah bayi yang terdaftar, dan pada tahun 2021 cakupan pemberian ASI eksklusif
menurun yaitu dari jumlah bayi yang terdaftar sebanyak 426 orang dan yang
mendapatkan ASI eksklusif hanya 285 orang (66,90%). Cakupan ini masih sangat
jauh dari target yang diharapkan oleh pemerintah yakni 80% bayi harus mendapat
ASI Eksklusif (UPT Puskesmas Munjul, 2022).
Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Munjul dengan cara melakukan wawancara didapatkan
data bahwa, 6 orang diantaranya tidak memiliki kesiapan khusus untuk
mempersiapkan diri dalam proses menyusui setelah melahirkan. Mereka
mengatakan tidak terlalu memikirkan hal itu karena menurut mereka menyusui
anak sudah sewajarnya dilakukan seorang ibu, jadi tidak perlu ada persiapan, lalu 4
orang diantaranya mengatakan sudah siap untuk melahirkan dan menyusui anaknya
4

setelah melahirkan. Mereka mengatakan sudah mendapat cukup pengetahuan


tentang menyusui baik dari keluarga, suami maupun bidan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merasa penting untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan persepsi inisiasi menyusu dini, bounding
attachment dan dukungan suami dengan kesiapan proses menyusui di Wilayah
Kerja Puskesmas Munjul Kabupaten Pandeglang tahun 2022”.

B. Road Map Penelitian


5

C. Urgensi Penelitian
Masih banyaknya ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Munjul yang tidak
memiliki kesiapan khusus untuk mempersiapkan diri memberikan ASI atau
menyusui bayinya setelah melahirkan, seperti tidak mengikuti kelas ibu hamil, tidak
menghadiri penyuluhan atau pembekalan dari petugas kesehatan terkait dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. Hal ini didasarkan pada pengamatan peneliti
terhadap ibu hamil yang terdaftar di wilayah Puskesmas Munjul dan pada saat ada
kunjungan ibu hamil ke Puskesmas yang kemudian ditunjang dari hasil wawancara
pada saat survey pendahuluan. Peneliti meyakini bahwa persiapan menyusui pada
masa kehamilan merupakan hal penting, sebab dengan persiapan yang baik maka
ibu lebih siap untuk menyusui bayinya. Hal ini juga akan berdampak pada realisasi
cakupan pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Munjul.
Menurut peneliti, banyak faktor yang dapat menjadi penyebab seorang ibu
tidak memiliki kesiapan dalam proses menyusui antara lain persepsi ibu yang
negatif terkait IMD, pengetahuan ibu yang kurang tentang bounding attachment
dan kurangnya dukungan dari suami. Oleh karena itu, peneliti merasa sangat perlu
mengkaji dan menggali lebih dalam melalui penelitian ini, apakah ketiga faktor
tersebut benar-benar memiliki hubungan secara signifikan dengan kesiapan ibu
hamil dalam proses menyusui.

Anda mungkin juga menyukai