php/avicenna
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 6 No 1. Maret 2023 (62 - 70) 62
ABSTRAK
Pendahuluan: Kemampuan ibu menyusui dengan benar mendukung keberhasilan
ibu menyusui dengan teknik yang benar. Bidan melakukan pendampingan dan
memberikan dukungan selama menyusui. Bidan memberikan asuhan kebidanan
dengan pendekatan Continuity of Care (CoC). Continuity of Care (CoC) merupakan
pelayanan berkesinambungan oleh bidan pada masa kehamilan, persalinan, bayi
baru lahir, nifas dan menyusui, serta KB. Tempat penelitian ini adalah Praktik
Mandiri Bidan (PMB) Muzayarah di Balikpapan tahun 2022.
Metode: Desain Penelitian adalah Kuasi eksperimen post-test only control group
design. Teknik pengambilan sampel total sampling. Sampel 22 responden.
Responden seluruh ibu hamil ≥ 37 minggu dan bersalin normal di PMB Muzayarah
tahun 2022. Analisis data dengan analisis univariate menggunakan rumus distribusi
frekuensi dan Uji statistik Mann Whitney-U.
Hasil: kelompok intervensi berhasil dalam pemberian ASI selama 6 minggu
postpartum (90,9%). kelompok kontrol tidak berhasil dalam pemberian ASI selama
6 minggu postpartum (63,6%). Terdapat pengaruh continuity of care terhadap
pemberian ASI dengan p-value = 0,009.
Pembahasan: Continuity of care (CoC) masa postpartum memberikan pengaruh
terhadap keberhasilan pemberian ASI. CoC yang diberikan Bidan dalam perawatan
antenatal, intrapartum, postpartum, hingga masa menyusui dalam hal pemberian
informasi, pilihan dan keputusan sangat dibutuhkan oleh ibu. Pendidikan tentang
menyusui yang diberikan bidan berperan penting dalam mendukung ibu untuk
menyusui bayinya.
Kesimpulan: Continuity of Care (CoC) masa postpartum memberikan pengaruh
terhadap keberhasilan ibu dalam pemberian ASI selama 6 minggu postpartum.
ABSTRACT
10.36419/avicenna.v6i1.824
Avicenna : Journal of Health Research, Vol 6 No 1. Maret 2023 (62 - 70) 63
Mega Tri Yullianna et.al (Pengaruh COC pada Asuhan Kebidanan Postpartum terhadap
Keberhasilan Pemberian ASI di PMB Muzayarah Balikpapan)
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO), 2002 merekomendasikan untuk
menyusui secara eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan bayi dan melanjutkan
menyusui untuk waktu dua tahun, karena ASI sangat seimbang dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi baru lahir, dan merupakan satu-satunya makanan yang
dibutuhkan sampai usia enam bulan, serta nutrisi yang baik untuk diteruskan hingga
masa usia dua tahun berdampingan dengan makanan pendamping. World Health
Organization (WHO) memperkirakan hanya 40% dari seluruh bayi di dunia yang
mendapat ASI untuk jangka waktu enam bulan. Persiapan menyusui semakin awal
lebih baik dan siap menyusui. Sebaiknya menyusui dipersiapkan sejak periode
antenatal. Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan fisik, psikologis dan
manajemen laktasi.(Pusdiknakes, 2018)
Persentase cakupan pola menyusui pada bayi umur 0-5 Bulan berdasarkan
kelompok umur di Indonesia yaitu pola menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah
39,8% menyusui eksklusif, menyusui predominan 5,1% yaitu disamping
mendapatkan ASI bayi diberikan sedikit air minum atau minuman cair lain
misalnya teh atau madu, dan 55,1% menyusui parsial yaitu sebagian menyusui dan
sebagian lagi susu formula atau sereal atau makanan lain. Persentase menyusui
efektif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi. Pada bayi
METODE
Hasil
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan, dan
Pekerjaan di PMB Muzayarah Balikpapan Tahun 2022
Karakteristik Intervensi
f %
1. Umur
a. < 20 Tahun atau > 35 tahun 8 36,4
b. Antara 20-35 tahun
14 63,6
Total 22 100
2. Pendidikan
a. SD 3 13,6
b. SMP 5 22,7
c. SMA 9 40,9
d. Perguruan Tinggi 5 22,7
Total 22 100
3. Pekerjaan
a. Bekerja 9 40,9
b. Tidak Bekerja 13 59,1
Total 22 100
Sumber : Data Primer 2022
Pembahasan
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 didapatkan bahwa rata-rata umur
responden berusia 20-35 tahun sebanyak 14 responden (63,6%), umur < 20 Tahun
atau > 35 tahun sebanyak 8 responden (36,4%). Umur dapat dijadikan salah satu
patokan untuk melihat tingkat kematangan secara biologis maupun psikologis
seorang individu. (Fitriyanti, 2021)
Berdasarkan penelitian Septiani et al., 2018 Ibu yang berusia lebih tua atau
diatas usia 35 tahun mengalami penurunan produksi ASI sehinga berisiko tidak
memberikan ASI ekslusif, sedangkan ibu yang terlalu muda kebanyakan belum siap
secara psikis untuk memberikan ASI ekslusif. (Pusdiknakes, 2018)
Menurut peneliti umur ibu menyusui pada penelitian ini termasuk kedalam
rentang umur pada masa reproduksi yang sehat dimana ibu mampu memecahkan
masalah secara emosional terutama dalam merawat bayinya. Asuhan continuity of
care selama 6 minggu postpartum dalam penelitian ini dapat memberikan informasi
yang yang baik bagi ibu begitu pula bagi keluarga yang mendampingi.
Dalam penelitian ini umur ibu dapat menjadi salah satu faktor dalam
penerimaan informasi yang diberikan yaitu pada saat pemberian pendidikan
kesehatan tentang ASI dan pendampingan menyusui dalam asuhan kebidanan
continuity of care pada masa postpartum.
Berdasarkan hasil penelitian ibu menyusui sebagian besar berpendidikan
terakhir Sekolah Menegah Atas (SMA) sebanyak 9 responden (40,9%). Menurut
Notoatmodjo, 2018 secara umum seseorang yang berpendidikan semakin tinggi
maka semakin mudah menerima berbagai informasi sehingga mempengaruhi
perilaku seseorang. (Pusdiknakes, 2018)
Kurang pengetahuan ibu terutama mengenai manfaat ASI bagi bayi, ibu dan
keluarga, ibu menganggap bahwa pemberian susu formula bagi bayinya merupakan
pilihan yang baik. Bentuk payudara kecil dan putting susu yang datar bahkan
terbenam (retracted) merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh ibu,
sehingga ibu mempunyai kepercayaan diri yang kurang untuk memberikan ASI
pada bayinya, dan memilih memberikan susu formula. (Fitriyanti, 2021)
Menurut peneliti pendidikan ibu yang tinggi tidak selalu memiliki
pengetahuan yang cukup tentang ASI. Dalam pemberian asuhan continuity of care
pada masa postpartum pendidikan ibu yang tinggi memberikan peran dalam
penerimaan informasi yang lebih mudah.
Sebagian besar ibu tidak bekerja yaitu sebanyak 13 responden (59,1%).
Berdasarkan penelitian Tan (2011) melaporkan bahwa ibu yang tidak bekerja 3,5
lebih mungkin untuk menyusui secara eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja.
(Septiani et al., 2018)
Ibu yang tidak bekerja dianggap mempunyai waktu luang yang banyak
dalam memberikan ASI pada bayi. Namun, Ibu yang bekerja tetap dapat
memberikan ASInya dengan cara diperah.
Dalam penelitian ini menurut peneliti sebagian besar ibu memiliki waktu
luang lebih karena ibu yang bekerja masih cuti melahirkan sehingga asuhan
kebidanan continuity of care yang diberikan selama 6 minggu postpartum dengan
pendampingan menyusui dapat diberikan maksimal pada saat ibu cuti melahirkan
bagi ibu yang bekerja sehingga kontak secara langsung dengan bidan pada
pendampingan menyusui dapat terjalin.
lainnya dapat dicegah atau teratasi jika ibu tahu dan paham tentang posisi menyusui
dan ASI eksklusif dengan baik.
Peneliti beranggapan kesinambungan asuhan kebidanan yang diberikan
Bidan kepada ibu dalam perawatan antenatal, intrapartum, postpartum, hingga masa
menyusui dalam hal pemberian informasi, pilihan dan keputusan sangat dibutuhkan
oleh ibu. Pemberian informasi dengan praktik langsung dan dengan cara melihat
bagaimana menyusui yang benar pada bayi baru lahir, melalui pendampingan atau
bimbingan dari Bidan dalam proses menyusui merupakan pendidikan kesehatan
lanjutan bagi ibu menyusui.
Menurut peneliti continuity of care bisa memberikan pengaruh dalam
keberhasilan pemberian ASI. Sarana pelayanan kesehatan yang melarang promosi
susu formula, konseling tentang ASI pada masa kehamilan, IMD (Inisiasi Menyusui
Dini), pendampingan cara menyusui yang benar, rawat gabung ibu dan bayi serta
larangan pemberian dot atau empeng, dan larangan pemberian susu formula
merupakan 69angkah menuju keberhasilan menyusui yang dilakukan oleh bidan
dalam asuhan kebidanan continuity of care.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan sebagai berikut
karakteristik responden berusia 20-35 tahun sebanyak 63,6%, berpendidikan
terakhir Sekolah Menegah Atas (SMA) sebanyak 40,9% dan tidak bekerja yaitu
sebanyak 59,1%. Mayoritas kelompok intervensi yang diberikan konseling tentang
ASI dan pendampingan menyusui berhasil dalam menyusui selama 6 minggu
postpartum di PMB Muzayarah tahun 2022 yaitu sebanyak 90,9%. Mayoritas
kelompok kontrol yang diberikan konseling tentang ASI tanpa pendampingan
pemberian ASI tidak berhasil dalam menyusui selama 6 minggu postpartum di
PMB Muzayarah tahun 2022 yaitu sebanyak 63,6%. Terdapat pengaruh Continuity
of Care (CoC) pada asuhan kebidanan masa postpartum terhadap keberhasilan
pemberian ASI selama 6 minggu postpartum di PMB Muzayarah tahun 2022
dengan p-value = 0,009.
Saran
Saran bagi peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan variabel yang
berbeda misalnya pada karakteristik ditambahkan paritas responden. Bagi
masyarakat diharapkan untuk meningkatkan rasa kesadaran yang tinggi dengan cara
menambah pengetahuan serta konsultasi dengan tenaga profesional. Bagi Bidan
diharapkan meningkatkan pendampingan menyusui pada saat kunjungan nifas ke
rumah karena dapat meningkatkan rasa kepercayaan, kenyamanan, dan kemampuan
klien dalam proses menyusui 40 hari pertama awal penting pemberian ASI
eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyanti. (2021). Pengaruh Pendampingan Menyusui Terhadap Motivasi Dan
Kemampuan Ibu Dalam Pemberian ASI Di RSUD Kota Kendari Fitriyanti
Farming The Effect Of Breastfeeding Administration On Motivation And
Mother ’ s Ability In Breast Milking At Kendari City Hospital denga.
1(November).
Hua, J., Zhu, L., Du, L., Li, Y., Wu, Z., Wo, D., & Du, W. (2018). Effects of
midwife-led maternity services on postpartum wellbeing and clinical
outcomes in primiparous women under China’s one-child policy. BMC
Pregnancy and Childbirth, 18(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12884-018-
1969-9
Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Analisis ASI EKSKLUSIF. In Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI (pp. 1–6).
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
asi.pdf
Mariani, M., Sunanto, S., & Wahyusari, S. (2019). Pendampingan dan Konseling
ASI Berpengaruh terhadap Pengetahuan, Motivasi dan Perilaku Ibu dalam
Menyusui. JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 3(1), 34–39.
https://doi.org/10.33006/ji-kes.v3i1.129
Mediakom. (2019). 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui – Sehat Negeriku.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/mediakom/20110111/33777/10-
langkah-menuju-keberhasilan-menyusui/
Mesra, E., Resnawati, T., & Dalami, E. (2017). Pendampingan Ibu Nifas
Mempengaruhi Keberhasilan Praktik Pemberian Asi Di Tangerang. Jurnal
Medikes (Media Informasi Kesehatan), 4(2), 113–120.
https://doi.org/10.36743/medikes.v4i2.77
Mortensen, B., Diep, L. M., Lukasse, M., Lieng, M., Dwekat, I., Elias, D., & Fosse,
E. (2019). Women’s satisfaction with midwife-led continuity of care: An
observational study in Palestine. BMJ Open, 9(11), 1–10.
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-030324
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. PT.
Rieneka Cipta.
Okawa, S., Gyapong, M., Leslie, H., Shibanuma, A., Kikuchi, K., Yeji, F., Tawiah,
C., Addei, S., Nanishi, K., Oduro, A. R., Owusu-Agyei, S., Ansah, E., Asare,
G. Q., Yasuoka, J., Hodgson, A., & Jimba, M. (2019). Effect of continuum-of-
care intervention package on improving contacts and quality of maternal and
newborn healthcare in Ghana: A cluster randomised controlled trial. BMJ
Open, 9(9), 1–12. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2018-025347
Pusdiknakes. (2018). Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui (H. Puji
Wahyuningsih (ed.)).
Septiani, T., Mawarti, R., & Mufdillah. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keberhasilan ASI Eksklusif di Desa Pengasih Kulon Progo Yogyakarta.
UNISA Yogyakarta, 1(3).