Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) dan United Nations Childrens Fund

(UNICEF) merekomendasikan agar ibu menyusui bayi sampai usia 6 bulan

kehidupan bayi dimulai saat satu jam pertama setelah melahirkan. Pengenalan

makanan pelengkap dengan nutrisi yang memadai dan aman diberikan saat bayi

memasuki usia 6 bulan dengan terus menyusui sampai 2 tahun atau lebih (WHO,

2016). Hal ini sejalan dengan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 450/ MENKES/ SK/ IV/ 2004, pemerintah mewajibkan pemberian

ASI secara eksklusif bagi bayi sejak lahir sampai berusia enam bulan dan

dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dengan pemberian

makanan tambahan yang sesuai dengan umur anak.

Pemberian ASI memiliki banyak manfaat bagi ibu dan bayi. Manfaat

pemberian ASI bagi ibu yaitu mengurangi risiko kanker ovarium dan payudara,

membantu kelancaran produksi ASI, sebagai metode alami pencegahan kehamilan

dalam enam bulan pertama setelah kelahiran, dan membantu mengurangi berat

badan lebih dengan cepat setelah kehamilan. Sedangkan beberapa manfaat ASI

bagi bayi yaitu sebagai perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal,

menurunkan risiko kematian bayi akibat diare dan infeksi, sumber energi dan

nutrisi bagi anak usia 6 sampai 23 bulan, serta mengurangi angka kematian

dikalangan anak-anak yang kekurangan gizi (WHO, 2016).

1
Persentase bayi yang telah mendapat ASI eksklusif sebesar 29,5%

(Kemenkes, 2016). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu tahun

2015, bayi yang mendapatkan ASI ekslusif yaitu bayi yang hanya mendapatkan

air susu ibu saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. Tahun 2015 di propinsi Bengkulu

jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif sebanyak 19.286 (52%) dari 36.910 bayi

yang ada, dengan rincian 9.595 (53%) bayi laki-laki dan 9.691 (52%) bayi

perempuan. Cakupan bayi yang mendapatkan ASI ekslusif tertinggi adalah

kabupaten Kaur sebesar 74% dan cakupan terendah ada di kota Bengkulu yaitu

sebesar 38%.

Salah satu upaya untuk meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif adalah

dengan melakukan IMD, tetapi hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016,

persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD tahun 2016 sebesar 51,9% yang

terdiri dari 42,7% mendapatkan IMD dalam < 1 jam setelah lahir, dan 9,2% dalam

satu jam atau lebih. Persentase tertinggi adalah provinsi DKI jakarta (73%) dan

terendah adalah propinsi Bengkulu (16%) (Kemenkes, 2016).

Salah satu hambatan pemberian ASI adalah bentuk payudara ibu karena

memberikan kesukaran bagi sang bayi menyusu. Bentuk payudara yang

mempengaruhi keberhasilan menyusui antara lain bentuk payudara dengan puting

susu tenggelam dan puting susu datar. Pada payudara dengan puting susu datar

atau tenggelam, mulut sang bayi akan mengalami kesulitan untuk mengadakan

perlekatan yang baik, menghisap, hingga menelan ASI (Sitepoe, 2013).

Hasil survey pendahuluan di BPM Ocik Lestari, SST dari tanggal 29

Januari 2018 - 24 Februari 2018, 2 dari 4 ibu post partum mempunyai masalah

menyusui yaitu puting susu datar dan tenggelam, sehingga ibu langsung

2
memberikan susu formula kepada bayi yang baru lahir, akibat kesulitan menyusui

normal, sehingga ASI tidak keluar.

Metode yang sering digunakan untuk puting susu terbenam atau datar

yaitu dengan menggunakan Nipple Puller. Nipple Puller adalah sebuah alat

sederhana yang dibuat dengan menggunakan spuit sebagai bahan dasar dan

dimodifikasi dengan cara ujung spuit yang terdapat jarum dipotong dan penarik

spuit dipindahkan kearah bekas potongan. Ujung yang tumpul di letakkan diatas

puting dan secara perlahan dilakukan penarikan supaya puting susu keluar serta

dilakukan secara berkala setiap pagi, siang dan malam sebanyak 10 kali.

(Prawirohardjo, 2010). Namun beberapa artikel menyatakan bahwa banyak ibu

yang mengeluhkan penggunaan nipple puller terasa menyakitkan dan

menimbulkan nyeri pada area puting serta dapat menyebabkan lecet akibat tarikan

dari spuit yang telah dimodifikasi ini. Sehingga tidak jarang ibu lebih memilih

jalan instan untuk memberikan susu formula kepada anaknya dibanding harus

menggunakan nipple puller yang dirasa tidak efektif untuk membantu dalam

perawatan puting susu terbenam atau datar.

Salah satu upaya yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah

menyusui akibat puting susu datar atau tenggelam adalah melalui penggunaan

nipple shield. Nipple shield merupakan suatu pelindung puting berbahan silikon

dengan bentuk menyerupai puting susu berdiameter 13 mm dan ketebalan 0.5

mm. Nipple shield ini dapat dicuci menggunakan sabun dan air kemudian

dikeringkan dan atau dapat disterilkan dengan merebus selama 10 menit

(Manerkar, et.al, 2016). Penelitian yang dilakukan oleh Parrella, et.al. (2015),

menemukan bahwa pada penggunaan nipple shield tidak ditemukan tanda-tanda

3
adanya pertumbuhan bakteri dan jamur pada puting susu. Penelitian ini juga

menemukan bahwa tidak terdapat pertumbuhan jamur dan bakteri pada ASI.

Penelitian Manerkar, et.al. (2016) menemukan bahwa penggunaan nipple

shield dapat meningkatkan keberhasilan menyusui pada ibu nifas sebesar 80%

setelah penggunaan selama 28 hari, dan terjadi rata-rata kenaikan berat badan bayi

sebesar 420 gram. Hasil penelitian Power, et.al. (2004) 88% ibu yang

menggunakan nipple shield melaporkan berhasil menyusui, serta setelah 2 minggu

pemakaian bayi berhasil menyusui secara normal.

Hasil penelitian yang dilakukan Indrayani (2016), penggunaan nipple

shield dapat menstimulasi puting susu agar memanjang dan dapat tegak sendiri.

Penelitian oleh Aloysius dan Lozano (2007), nipple shield dapat digunakan

sebagai bantuan pada ibu yang mengalami puting susu retak atau lecet, puting

susu datar atau terbalik, serta pada bayi prematur. Penelitian ini

merekomendasikan agar ibu yang mempunyai masalah menyusui tersebut untuk

menggunakan nipple shield.

Beberapa pakar menyatakan bahwa nipple shield diduga mengurangi

pemberian ASI dan mengakibatkan payudara tidak kosong sepenuhnya setelah

menyusui. Bayi yang diberikan ASI dengan bantuan nipple shield cenderung

bingung puting, serta berpengaruh terhadap pengurangan produksi ASI sehingga

menyebabkan anak disapih dini (Chow, et.al. 2015). Penelitian Manerkar, et.al.

(2016) juga menunjukkan bahwa terdapat beberapa kekurangan nipple shield yaitu

ketidaknyamanan penggunaan nipple shield karena pemakaiannya merepotkan,

selain itu, nipple shield dapat menyebabkan trauma pada puting akibat pergeseran

selama pemakaian. Oleh karena itu, diperlukan modifikasi nipple shield yang

4
dikombinasikan dengan bra sebagai penyangga. Nipple shield yang telah

dimodifikasi dalam penelitian ini diberi nama Bra Breast Care (BBC).

Penggunaan BBC diharapkan dapat mengatasi masalah ketidaknyamanan dan

meningkatkan keberhasilan menyusui pada ibu dengan puting susu terbenam atau

datar.

B. Rumusan Masalah

Masih rendahnya cakupan ASI ekslusif yang dipengaruhi keberhasilan

menyusui. Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh masalah-masalah dalam

menyusui seperti puting susu terbenam yang dapat mengakibatkan kegagalan

pemberian ASI yang dimulai pada hari pertama menyusui. Diperlukan upaya

inovatif untuk meningkatkan keberhasilan menyusui yaitu dengan penggunaan

BBC pada ibu dengan masalah puting susu terbenam atau datar.

Maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah apakah BBC efektif

dalam meningkatkan keberhasilan menyusui pada ibu dengan masalah puting susu

terbenam atau datar.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui efektifitas BBC terhadap keberhasilan menyusui pada ibu

dengan masalah puting susu terbenam atau datar di BPM kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui rata-rata skor keberhasilan menyusui sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok perlakuan.

b. Mengetahui rata-rata skor keberhasilan menyusui sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok kontrol.

5
c. Mengetahui pengaruh BBC terhadap keberhasilan menyusui pada ibu

dengan masalah puting susu terbenam atau datar di BPM kota Bengkulu.

d. Mengetahui efektifitas BBC terhadap keberhasilan menyusui pada ibu

dengan masalah puting susu terbenam atau datar di BPM kota Bengkulu.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penentu Kebijakan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu upaya mendukung

program pemerintah dalam keberhasilan menyusui dan ASI ekslusif.

2. Bagi Ibu Hamil

Meningkatkan kenyamanan dan membantu ibu menyusui dengan masalah

puting susu terbenam.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Kebidanan

Hasil penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan dan

pengembangan BBC yang berpeluang paten.

E. Hipotesis

BBC efektif meningkatkan keberhasilan menyusui pada ibu dengan

masalah puting susu terbenam atau datar di BPM kota Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai