Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan Maternitas
SUNARSIH
DUDI AGUS SUPRIADI
DUDU MUNFARIDZ
EVA YUSANA
IRFAN MALIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menyusui merupakan salah satu cara yang efektif bagi kesehatan dan kelangsungan
hidup anak. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi dengan air susu ibu (ASI) dari
payudara ibu sejak bayi lahir dan minimal 6 bulan sampai dengan 2 tahun atau lebih. Air Susu
Ibu (ASI) mempunyai banyak manfaat karena mengandung protein, lipid, dan karbohidrat
kompleksdan zat antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi karena mudah dicerna dan diserap
yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi bayi. (Nicholas
ASI mempunyai banyak manfaat bagi bayi, dimana komposisi ASI sangat menentukan
proses pertumbuhan dan jaringan otak bayi , serta pemberian ASI ekslusif dapat melindungi bayi
dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). Meskipun
ASI ekslusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya, namun kecenderungan untuk ibu
menyusui bayinya secara ekslusif masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO
tahun 2016 masih menunjukan rata- rata angka pemberian ASI ekslusif di dunia baru berkisar
36%(World Health Organization, 2016) dan berdasarkan laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat
tahun cakupan pemberian ASI Ekslusif 0-6 Bulan presentasi tertinggi terdapat pada Provinsi
Jawa Barat (90,79%) dan terendah pada Provinsi Gorontalo (30,71%). Rendahnya pemberian
ASI kepada bayi karena jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu sedikit karena dipengaruhi
oleh banyak faktor salah satunya adalah hormone. Hormone yang mempengaruhi produksi ASI
dan pengeluaran ASI ada dua yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah
produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan
dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi ASI juga makin banyak.
(Maryunani A, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Dewi (2019) bahwa ada hubungan nutrsi dengan
kelancaran produksi ASI. Makanan bergizi yang di konsumsi ibu selama menyusui akan
dimetabolisme oleh system pencernaan. Zat-zat gizi akan diserap oleh tubuh dan dialirkan
Ibu menyusui harus memperhatikan beberapa hal yang meningkatkan kualitas dan
jumlah volume ASI yang diproduksinya. Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu
yang sedang memberikan ASI agar ASI tetap lancar, yaitu konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan
yang dapat meningkatkan volume ASI. Dampak dari ASI yang tidak lancar membuat ibu berfikir
bahwa bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil langkah
berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula. Pemberian makanan atau minuman
selain ASI secara dini seperti pemberian susu formula, akan menunjukan status gizi bayi yang
kurang, hal tersebut berdampak terhadap kesehatan bayi diantaranya adalah gangguan
pencernaan seperti diare, sulit BAB, muntah, serta bayi akan mengalami gangguan menyusui.
Upaya untuk memperlancar produksi ASI biasanya menggunakan pengobatan secara famakologi
atau non-farmakologi. Pengobatan farmakologi pada produksi ASI harus sesuai ajuran dan resep
dokter karena adanya efek samping antara lain, diare, lelah ,letih, rasa ngantuk, mulut kering dan
sakit kepala. Pengobatan non-farmakologi terdiri dari pijat oksitoin, perawatan payudara, dan
salah satu yang dapat dilakukan untuk memperlancar produksi ASI pada ibu nifas adalah dengan
mengkonsumsi rebusan dan ekstrak daun katuk. Penelitian yang dilakukan oleh Hayati bahwa
salah satu manfaat dari daun katuk adalah memperlancar Air Susu Ibu (ASI).(Hayati,
Daun katuk mengandung hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin
A (beta karotin Vitmin B dan C. Mineral yang dikandung adalah Kalsium (2,8%) zat besi,
kalium, fisfor dan magnesium. Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk
menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Sedangkan kandungan steroid dan polifenol didalamnya
dapat berfungsi untuk menaikan kadar prolactin, dengan demikian produksi asi dapat meningkat.
(Santoso, 2013) Sutomo (2019) mengungkapkan bahwa pemberian daun katuk sampai kadar 170
gram/hari dapat meningkatkan produksi susu hingga 45%.(S, Garantjang, Natsir, & Ako, 2019)
Situmorang tahun 2018 mengungkapkan bahwa ada pengaruh konsumsi air rebusan daun katuk
terhadap produksi asi pada ibu nifas dimana dengan memberikan rebusan daun katuk kepada ibu
menyusui sebanyak 3x1 dengan 150 cc dapat meningkatkan produksi ASI.(Situmorang, 2019)
Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Suli tahun 2020 maka hasil yang di dapat
adalah bayi yang mengkonsumsi ASI Eksklusif 31 anak dan bayi yang tidak mengkonsumsi ASI
Eksklusif 93 anak di tahun 2019 dan ibu Menyusui pada puskesmas Suli sebesar 31 orang dan
ANALISA JURNAL
A. JURNAL UTAMA
1. JUDUL ARTIKEL
Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas
2. PENELITI
a. Mariene W. Dolang
b. Frisca P. A. Wattimena
c. Erlin Kiriwenno
3. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah pre ekperimental design dengan
rancangan one group prestest – posttest. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas
Suli pada 1-31 Oktober 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di
Wilayah Kerja Puskesmas Suli sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Suli memenuhi kriteria inklusi peneliti
sejumlah 30 responden yang diambil dengan menggunakan total sampling. Instrumen yang
dilakukan dalam penelitian ini yaitu: Kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden
yang terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dan lembar observasi
digunakan untuk mengukur produksi ASI pretest dan posttest sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan air rebusan daun katuk, dimana untuk mengukur produksi ASI digunakan Botol
Susu/Dot bayi untuk melihal berapa banyak ASI yang dihasilkan. Analisis yang digunakan
untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu
B. JURNAL PENDUKUNG
a. Judul artikel
Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap
Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa Kwala Simeme Kecamatan
b. Peneliti
1) Indah Selviana
c. Hasil penelitian
table sebesar 2,615 > 2,145 dan nilai Sig(2- tailed) adalah sebesar 0,020 < 0,05. Setelah
dilakukan perlakuan pemberian rebusan daun katuk pada ibu menyusui terjadi perubahan
dan di dapatkan data ibu Menyusui mengalami peningkatan produksi ASI sesudah
diberikan rebusan daun ketuk sehingga sangat baik dan dianjurkan pada ibu yang
menyususi untuk meminum rebusan daun katuk karena didalam daun katuk terdapat
kandungan yang tinggi protein. Pemberian rebusan daun katuk di minum 3 x sehari
(150cc dalam 1x minum) selama 7 hari dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-
120 ml. Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi
pengeluaran air susu ibu. Sedangkan kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat
berfungsi untuk menaikan kadar prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat
alveolus-alveolus baru. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan jumlah elveolus pada
(Sauropus Androgynus) Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa
Kwala Simeme Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021 dapat di
ambil bahwa terjadi perubahan pada ibu menyusui mengalami peningkatan produksi ASI
sesudah diberikan rebusan daun katu. sehingga sangat baik dan dianjurkan pada ibu yang
menyususi untuk meminum rebusan daun katuk karena didalam daun katuk terdapat
kandungan yang tinggi protein. Pemberian rebusan daun katuk di minum 3 x sehari
(150cc dalam 1x minum) selama 7 hari dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-
120 ml. Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi
pengeluaran air susu ibu. Sedangkan kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat
berfungsi untuk menaikan kadar prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat
meningkat. Steroid
1) Judul artikel
2) Peneliti
1) Izhar Ibrahim
2) Ayu Pratiwi
3) Hasil penelitian
Kandungan klorofil pada setiap 100gr daun katuk lebih kurang 220,2mg. selain
meningkat. Terkandung juga polifenol dan steroid yang berperan dalam reafleks
prolactin atau merangsang alveoli untuk memproduksi ASI serta merangsang hormone
oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI (Ramayulis, 2015). Selain itu
daun katuk merupakan sumber vitamin C. pada 100g daun katuk mengandung 59kkal,
5,8g protein, 1,0g lemak, 11,0g karbohidrat, 204 mg kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg zat
besi, 0,1 mg vitamin B1, dan 239 mg vitamin C serta 81,0% air. (Ramayulis, 2015).
Masyarakat Indonesia telah menggunakan daun katuk sebagai sayuran hijau untuk
meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui sehingga dapat menghasilkan jumlah
ASI yang lebih banyak untuk buah hatinya. Hal ini disebabkan karena daun tersebut
memiliki banyak kandungan gizi seperti protein, kalori, dan karbohidrat. Kandungan
gizi pada tanaman ini hampir setara dengan daun singkong dan daun pepaya.
Perbedaannya, daun ini memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi. Selain itu katuk
Dengan kandungan tersebut, maka tidak heran jika tanaman ini banyak digunakan
sebagai tanaman obat tradisional. Banyak yang menganggap bahwa manfaat katuk
tidak hanya dapat melancarkan ASI saja tetapi jauh lebih banyak dari itu. Penelitian
yang dilakukan oleh Suwanti & Kuswati (2016) dalam penelitiannya pasrtisipan yang
terbagi kedalam 2 kelompok yang diberikan ekstrak daun katuk 2 kali sehari 2 kapsul
selama 1 bulan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2018) pemberian
simplisia daun katuk diminum 2x1 hari selama 15 hari. Berbeda dari metode
sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Juliastuti (2019) dan oleh Seriati & Anita
(2019) dengan memberikan rebusan daun katuk dan ekstrak daun katuk. Pemberian
ekstrak daun katuk pada kelompok ibu melahirkan dan menyusui dengan dosis 3x300
mg/hari. Untuk rebusan daun katuk menggunakan 300 gram daun katuk dicampur
dengan 1,5 Liter air, direbus selama 15 menit (hingga daun katuk matang/lunak),
kemudian disaring. Air rebusannya yang akan di minum oleh ibu tiga kali 150 ml
sehari. Semerntara itu penelitian yang dilakukan oleh Rahmanisa & Aulianova, 2016)
dan Baequny et al., (2016) dalam penelitiannya hanya mengumpulkan responden atau
partisipan yang sudah mengkonsumsi daun katuk dan yang tidak mengkonsumsi daun
katuk. Dan intervensi yang diberikan Lestari & Prasetyorini, (2020) memberikan jus
daun katuk kepada partisipan untuk dikonsumsi 2x1 hari 300ml. Meskipun metode
penelitian dan dengan cara yang berbeda terdapat hasil yang membutikan bahwa daun
diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1 kapsul
mendapatkan hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi (70%).
Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa responden
yang produksi ASI nya melebihi kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan masih didapatkan
yang kurang memenuhi kebutuhan bayi (20%). Responden kelompok intervensi selama
diberikan ekstrak daun katu dilakukan monitoring setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat
efek samping atau keluhan ibu yang berkaitan dengan ekstrak daun katu ternyata
didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu yang mengalami pusing, mual atau muntah
layaknya orang keracunan makanan. Hasil analisis dengan uji statitik menggunakan uji
Chi-Square, dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI
nya lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun
katu (ρ = 0.000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baequny et al., (2016)
hasil analisa uji statistic dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai ρ value
(Asymp. Sig. 2-sided) sebesar 0,001 (minum jamu. Menurut Bayhatun dalam Baequny
et al., (2016) Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI antara lain: 1) Bayi yang
cukup ASI berkemih 6-8 kali dalam sehari. 2) Terdapat peningkatan berat badan rata-
rata 500 gram perbulan. 3) Bayi sering menyusu yaitu tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam
sehari. 4) Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, cukup aktif. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh (Rahmanisa & Aulianova, 2016) Efektivitas alkaloid dan sterol
yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI. Penelitian
yang dilakukan oleh (Seriati & Anita, 2019) hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa
mayoritas pada kelompok intervensi produksi ASI cukup yaitu 14 ibu dan pada
kelompok kontrol 7 ibu. Produksi Asi kurang pada kelompok intervensi yaitu 2 ibu dan
pada kelompok kontrol 9 ibu. Hasil uji statistik didapatkan bahwa p (sig) adalah 0,009
< 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi air rebusan daun katuk
terhadap pengeluaran produksi ASI pada ibu nifas. Tercapainya tujuan dari Sustainable
Development Goals (SGD’s) bagian ke 3 target ke 2 yaitu pada tahun 2030, kematian
bayi dan balita dapat dicegah dengan cara semua Negara berusaha untuk mengurangi
angka kematian neonataln setidaknya 12 per 1000 kelahiran hidup merupakan suatu
pencapaian yang penting dalam dunia kesehatan dan World Health Organization
(WHO) mencatan bahwa dengan memperaktekkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
esklusif bagi bayi dapat menurunkkan jumlah kesakitan dan kematian anak, karena
penyakit yang umum terjadi pada anak seperti diare dan pneumonia ASI membantu
1) Judul artikel
Efektivitas Pemberian Daun Katuk Dalam Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di
2) Peneliti
1) Widia Natalia
3) Hasil penelitian
Hasil penelitian didapatkan dari 36 ibu post partum, yang dilakukan intervensi
pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dan kelompok yang hanya dikontrol saja tanpa
diberikan intervensi sebanyak 18 ibu. Berdasarkan atas hasil penelitian, pemberian daun
katuk berpengaruh terhadap produksi ASI. Hasil uji normalitas (One Sample
didapatkan nilai P = 0,000 < 0,05, berarti pada alpha 0.05 terdapat perbedaan signifikan
rata-rata pemberian daun katuk pada ibu nifas antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
C. ANALISA PICOT
1. Problem
a) Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO tahun 2016 masih menunjukan rata- rata
angka pemberian ASI ekslusif di dunia baru berkisar 36%(World Health Organization,
2016) dan berdasarkan laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat tahun cakupan pemberian
ASI Ekslusif 0-6 Bulan presentasi tertinggi terdapat pada Provinsi Jawa Barat (90,79%)
b) Rendahnya pemberian ASI kepada bayi karena jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu
sedikit karena dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah hormone. Hormone
yang mempengaruhi produksi ASI dan pengeluaran ASI ada dua yaitu prolaktin dan
2. Intervention
Pada proses penilitian, peneliti memberikan rebusan daun katuk sebanyak 330 ml pada pagi
dan sore hari selama 1 minggu. Sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun katuk
dilakukan peneliti pengukur jumlah produksi ASI pada ibu nifas dengan menggunakan pompa
susu, botol ukur dan lembar observasi produksi ASI sebelum dan sesudah pemberian rebusan
daun katuk. Bertambahnya jumlah produksi ASI yang di alami responden disebabkan karena
daun katuk kaya protein, kalium, posfor, zat besi, vitamin A,B1 dan vitamin C. Dalam 100 gr
daun katuk juga terkandung 239 mg vitamin C, sudah jauh lebih cukup untuk memenuhi
kebutuhan ibu menyusui. Daun katuk baik untuk memperlancar ASI karena mengandung
asam seskuiterna. Selain kaya akan protein, lemak dan mineral, daun katuk juga diperkaya
dengan kandungan vitamin A, B dan C, kemudian tanin, saponin dan alkaloid papaverin.
3. Comparison
1) Jurnal Pembanding 1
1) Judul Jurnal
Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap
Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa Kwala Simeme Kecamatan
2) Peneliti
Indah Selviana
3) Hasil penelitian
Berdasarkan hasil Uji normalitas data Saphiro-Wilk. Menunjukkan hasil
nilai t table sebesar 2,615 > 2,145 dan nilai Sig(2- tailed) adalah sebesar 0,020 <
0,05. Setelah dilakukan perlakuan pemberian rebusan daun katuk pada ibu menyusui
produksi ASI sesudah diberikan rebusan daun ketuk sehingga sangat baik dan
dianjurkan pada ibu yang menyususi untuk meminum rebusan daun katuk karena
didalam daun katuk terdapat kandungan yang tinggi protein. Pemberian rebusan
daun katuk di minum 3 x sehari (150cc dalam 1x minum) selama 7 hari dapat
meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-120 ml. Kandungan protein dalam daun
kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk menaikan kadar
prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat meningkat. Steroid bersama dengan
demikian, akan terjadi peningkatan jumlah elveolus pada kelenjar yang secara
Tahun 2021 dapat di ambil bahwa terjadi perubahan pada ibu menyusui mengalami
peningkatan produksi ASI sesudah diberikan rebusan daun katu. sehingga sangat
baik dan dianjurkan pada ibu yang menyususi untuk meminum rebusan daun katuk
karena didalam daun katuk terdapat kandungan yang tinggi protein. Pemberian
rebusan daun katuk di minum 3 x sehari (150cc dalam 1x minum) selama 7 hari
dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-120 ml. Kandungan protein dalam
daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Sedangkan
kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk menaikan kadar
prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat meningkat. Steroid
2) Jurnal Pembanding 2
1) Judul artikel
2) Peneliti
a) Izhar Ibrahim
b) Ayu Pratiwi
3) Hasil penelitian
dengan diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1
kapsul mendapatkan hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi
(70%). Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa
responden yang produksi ASI nya melebihi kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan
setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat efek samping atau keluhan ibu yang berkaitan
dengan ekstrak daun katu ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu yang
mengalami pusing, mual atau muntah layaknya orang keracunan makanan. Hasil
analisis dengan uji statitik menggunakan uji Chi-Square, dapat diketahui bahwa ibu-
ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI nya lebih banyak dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katu (ρ = 0.000). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Baequny et al., (2016) hasil analisa uji statistic
dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai ρ value (Asymp. Sig. 2-sided)
sebesar 0,001 (minum jamu. Menurut Bayhatun dalam Baequny et al., (2016)
Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI antara lain: 1) Bayi yang cukup ASI
berkemih 6-8 kali dalam sehari. 2) Terdapat peningkatan berat badan rata-rata 500
gram perbulan. 3) Bayi sering menyusu yaitu tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam
sehari. 4) Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, cukup aktif. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Rahmanisa & Aulianova, 2016) Efektivitas alkaloid
dan sterol yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI.
Penelitian yang dilakukan oleh (Seriati & Anita, 2019) hasil penelitian didapatkan
bahwa bahwa mayoritas pada kelompok intervensi produksi ASI cukup yaitu 14 ibu
dan pada kelompok kontrol 7 ibu. Produksi Asi kurang pada kelompok intervensi
yaitu 2 ibu dan pada kelompok kontrol 9 ibu. Hasil uji statistik didapatkan bahwa p
(sig) adalah 0,009 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi air
rebusan daun katuk terhadap pengeluaran produksi ASI pada ibu nifas. Tercapainya
pada tahun 2030, kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan cara semua Negara
kelahiran hidup merupakan suatu pencapaian yang penting dalam dunia kesehatan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) esklusif bagi bayi dapat menurunkkan jumlah
kesakitan dan kematian anak, karena penyakit yang umum terjadi pada anak seperti
diare dan pneumonia ASI membantu pemulihan lebih cepat selama sakit
(WHO,2017).
3) Jurnal Pembanding 3
1) Judul artikel
Efektivitas Pemberian Daun Katuk Dalam Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu
2) Peneliti
Widia Natalia
3) Hasil penelitian
intervensi pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dan kelompok yang hanya
dikontrol saja tanpa diberikan intervensi sebanyak 18 ibu. Berdasarkan atas hasil
penelitian, pemberian daun katuk berpengaruh terhadap produksi ASI. Hasil uji
0,000Parametrik Mann-Whitney Test didapatkan nilai P = 0,000 < 0,05, berarti pada
alpha 0.05 terdapat perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk pada ibu
4. Outcome
Berdasarkan hasil analisis sebelum pemberian rebusan daun katuk diperoleh rata-rata
produksi ASI yang dihasilkan adalah 20,27 ml dan setelah pemberian rebusan daun katuk
diperoleh rata-rata produksi ASI adalah 61,33ml. Nilai signifikan atau nilai p sebesar 0,000 (p
< 0,05) sehinga disimpuplakan terdapat pengaruh pemberian Rebusan Daun Katuk terhadap
Produksi ASI pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Suli. Dari Hasil Penelitian yang di
lakukan peneliti, pemberian Air Rebusan daun katuk sangatlah berguna untuk peningkatan
produksi ASI. Hal ini di lihat dari pengukuran yang di lakukan sebelum diberikan Air
rebusan, Produksi ASI hanya berkisar 30 ml saja. Dan sesudah diberikan Rebusan air daun
Katuk produksi ASI menjadi meningkat yang dimana hanya 30 ml sekarang menjadi 60 – 80
ml. hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmanisa (2016) bahwa efektivitas
alkaloid dan sterol yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI
pada beberapa ibu menyusui mengalami gangguan terhadap produksi ASI, sehingga
kebutuhan ASI yang akan diberikan terhadap bayi pada periode menyusui eksklusif dapat
terpenuhi setelah ibu mengonsumsi ekstrak daun katuk.(Soraya Rahmanisa, 2016) Dari hasil
observasi yang dilakukan maka diketahui bahwa setelah meminum air rebusan daun katuk
produksi ASI mereka menjadi meningkat. Sehingga dapat di simpulkan oleh penliti bahwa hal
inilah yang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produksi ASI yang baik yang tidak
ada efek sampingnya kepada bayi. Maka sebab itu ibu menyusui diharapkan dapat
mengkonsumsi rebusan air daun katuk, agar anak yang di susuinya bisa mendapatkan nutrisi
yang baik dan berguna bagi tumbuh kembang anak itu sendiri.
5. Time
Penelitian ini tidak mencantumkan waktu dari penelitian, namun hanya mencantumkan
lamanya proses penelitian yakni peneliti memberikan rebusan daun katuk sebanyak 330 ml
TINJAUAN TEORI
Menyusui merupakan cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang terbaik bagi bayi.
Memberikan seluruh anak permulaan hidup yang terbaik bisa dimulai dengan
menyusui, sebuah ikhtiar yang paling sederhana, paling cerdas dan paling terjangkau
untuk mendukung anak yang lebih sehat, keluarga yang lebih kuat dan pertumbuhan
1 jam setelah kelahiran bayi hingga usia bayi 6 bulan. MPASI gizi seimbang harus
ditambahkan ketika usia bayi 6 bulan dengan tetap meneruskan menyusui hingga umur
B. Anatomi Fisiologi
Payudara terletak secara vertikal diantara costa II dan IV, secara horizontal mulai
sternum sampai linea aksilaris medialis. Payudara bentuknya bervariasi menurut aktivitas
b) Putting susu: terdiri dari jaringan yang erektil, terdapat lubang- lubang kecil
pembuluh gatah bening, serat- serat otot polos yang memiliki kerja seperti
dari 20- 40 lobulus, tiap lobulus terdiri dari 10- 100 alveoli.
d) Alveoli mengandung sel- sel acini yang menghasilkan susu serta dikelilingi
oleh sel- sel mioepitel yang berkontraksi mendorong susu keluar dari
alveoli.
bebas keluar diantara payudara dan uterus ke node- node limfa didalam
C. Fisiologi Laktasi
biasannya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada
hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar ekstrogen dan progesteron turun drastis,
sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi
ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah
prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang
sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran timbul
1. Refleks Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting susu
memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang
diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya
bayi menghisap.
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain memengaruhi hipofise
mengacu otot- otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuslus berkonsentrasi
sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.
Refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, maka bayi akan menoleh ke
arah sentuhan. Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut
merupakan suatu rangsangan yang bisa menimbulkan refleks untuk mencari pada
bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel
diikuti dengan membuka mulut. Kemudian putting susu ditarik masuk kedalam
Refleks ini timbul apabila langit- langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Puting susu
yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah akan ditarik lebih jauh dan
rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah
terletak pada langit- langit. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara
berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dengan sinus laktiferus,
sehingga air susu akan mengalir ke puting susu. Selanjutnya, bagian belakang lidah
menekan puting susu pada langit- langit yang mengakibatkan air susu keluar dari
putting. Cara yang dilakukan bayi tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap
yang ditimbulkan oleh otot- otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah
berbeda bila bayi diberi susu botol. Rahang mempunyai peranan sedikit didalam
menelan dot botol sebab susu mengalir dengan mudah dari lubang dot.
sebagai berikut:
1. Laktogenesis I
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI
mengeluarkan kolostrum sebelum bayi lahir. Hal ini juga bukan indikasi sedikit
2. Laktogenesis II
ekstrogen dan human lactogen (HPL) secara tiba- tiba, namun hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI secara maksimal yang dikenal dengan fase
Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat,
memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan
tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk
memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa jumlah prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari hingga 06.00 pagi, sedangkan jumlah
3. Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrit mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa
hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol
autokrit dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI
banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang
lengkap untuk bayi, dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, serta sebagai
makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6
bulan. Selain manfaat tersebut, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena
mengandung berbagai zat antibodi serta dapat melindungi bayi dari serangan alergi. ASI
juga dapat meningkatkan kecerdasan dan keaktifan pada bayi karena ASI mengandung
asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi lebih pandai dan
menunjang peningkatan perkembangan motorik dan sensorik sehingga bayi lebih cepat
Pada saat anak sudah memasuki usia bulan pertama dan keenam jumlah
asupannya akan berbeda lagi pertumbuhan bayi , ASI akan melambat dan asupannya
akan selalu sama pada setiap bulannya. Menurut penelitian bayi ASI membutuhkan
sekitar 750 ml/hari (25 oz). Rata- rata bayi membutuhkan asupan 570- 900 ml/hari.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan
apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula
dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan. Setiap ibu menghasilkan air susu
yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI
eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan
untuk membangun SDM yang berkualitas. ASI adalah makanan satu- satu nya yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu ,
dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani,
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus
dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI dibedakan
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh
kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan.
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,
kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada
kolostrum adalah immunoglobin ( IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat
antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan bakteri.
Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume
kolostrum yang ada di dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang
beusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150- 300 ml/ 24 jam.
2. ASI Transisi/ Peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang,
yaitu sejak hari ke- 4 sampai hari ke- 10.selama sua minggu, volume air susu bertambah
banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein
3. ASI Matur
ASI Matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna
putih. Kandungan ASI matur relaktif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu
yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih
encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein,
I. Kandungan ASI
b. ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi yang penting
mensintesis vitamin
menguntungkan bayi.
Keadaan lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi, dan
sumber vitamin yang larut dalam lemak ( A, D, E,dan K ) dan sumber asam lemak
yang esensil. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI
mengandung lemak kebutuhan sel jaringan otak yang sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA,
AA, Kolesterol merupakan bagian dari lemak yang penting yang meningkatkan
b. Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium,
c. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil.
ASI mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup
ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang
mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi,
sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat
menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula (16).
a. Vitamin A
mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan
bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi
yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang
baik.
b. Vitamin D
seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini
tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka
bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari.
pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena
kekurangan vitamin D.
c. Vitamin E
salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah
d. Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor
formula. Bayi yang hanya mendapat ASI beresiko terjadi perdarahan, walaupun
angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh kerena itu, pada bayi baru lahir perlu
hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
terhadap kadar vitamin ini didalam ASI. Kadar vitamin B1 dab B2 cukup tinggi
dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada
ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal
ditambahakan vitamin ini. Sedangkan vitamin B12 cukup didapat dari makanan
Karnitin
karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam
kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Kosentrasi karnitin bayi yang
mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula .
J. Manfaat ASI
Berikut ini adalah manfaat yang di dapatkan dengan menyusui bagi bayi, bagi
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan
c. Mencegah anemia defisiensi zat besi pada ibu nifas karena cepatnya proses
involusi rahim
hamil dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan akibat dari kadar prolaktin
yang tinggi sehingga menekan FSH dalam pemantangan sel telur dan ovulasi.
mencurahkan kasih sayang sepenuhnya pada bayi dan membuat bayi merasa
nyaman
c. Bayi yang mendapat ASI jarang sekali sakit, sehingga dapat menghemat biaya
untuk berobat.
menyusui
c. Mengurangi polusi
1. Progesteron
dan ekstrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi
2. Ekstrogen
menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
3. Prolaktin
hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormon prolatin dihambat oleh
hormon plasenta. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses
kontrasepsi. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan perhentian
4. Oksitosin
Hormon ini mengecangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar elveoli untuk memeras ASI menuju saluran
susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let down/ milk ejection reflex.
Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan
dalam pertumbuhan payudara, putting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan
kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa
L. Produksi ASI
Produksi ASI merupakan hasil perangsngan payudara oleh hormon prolaktin yang
dihasilkan oleh kelenjar hiipofise anterior. Bila bayi menghisap maka ASI akan
dikeluarkan dari sinus laktiferus. Proses penghisapan akan merangsang ujung saraf
untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau
refleks prolaktin.
berikut:
1. Makanan
ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus
tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan., sedih dan tegang akan
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak
4. Perawatan payudara
6. Anatomi payudara
\Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu
7. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang menentukan produksi
8. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi
Semakin sering bayi menyusui pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada
bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi
ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari
Selain produksi ASI bisa ditingkatkan dengan jalan terus menyusui setiap kali
bayi menginginkan, ada beberapa hal yang bisa menghambat produksi ASI
Feeback inhibitor yaitu suatu faktor lokal, yakni bila saluran ASI penuh, maka
inhibitor ini adalah dengan mengosongkan saluran secara teratur yaitu dengan
oksitosin. Misalnya pada saat sinus laktiferus penuh/ payudara sudah bengkak.
3) Penyampihan
diantaranya disebabkan karena faktor ibu bekerja, sehingga tidak mau repot
menyusui bayi.
muda
3. Bayi tampak puas, sewaktu- waktu merasa lapar bangun dan tidur cukup
4. Bayi tampak sehat, walau kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.
1. Dukungan Umum
e. Tidak bekerja sama dengan produsen susu formula dalam kegiatan apapun
Q. Daun Katuk
Kindom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili :Phyllanthaceae
Genus : sauropus
gooseberry atau sweet leaf (Inggris), mani chai (China), rau ngot (Vietnam) cekur
manis atau sayur manis (Malaysia). Di Minangkabau disebut simani, dan di Jawa
bernama Katuk atau katukan. Orang Madura menyebutkannya kerakur dan di Bali
Tanaman ini amat populer di Asia Selatan atau Asia Tenggara, tumbuh subur
mencapai 2,5 m dengan daun oval hijau tua sampai panjang 5-6 cm. pucuk tanaman
disebut tropical asparagus. di Vietnam merupakan bumbu campuran untuk daging ketam.
Di Malaysia diaduk dengan telur menjadi dadar telur. Katuk termasuk tanaman yang rajin
berbunga, bungannya kecil- kecil berwarna merah gelap sampai kekuning- kuningan
dengan bintik- bintik merah. Dari bunga bisa menjadi buah kecil- kecil berwarna putih.
Sampai sekarang, dikenal 2 jenis tanaman katuk, yakni katuk merah yang masih banyak
dijumpai di hutan belantara. Sebagai tanaman dipelihara karen warna daunnya yang
menawan hijau kemerah- merahan. Jenis kedua adalah katuk berwarna hijau, yang
dibudidayakan untuk dimanfaatkan daun- daunnya. Pertumbuhan daun ini lebih produktif
Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19 %.
Daun ini kaya vitamin K, selain pro- vitamin A ( beta- karoten ), B, dan C,protein, serat,
efedrin, dan air. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi, kalium,
fosfor, dan magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi.
Daun katuk dapat diolah seperti kangkung atau daun bayam. Ibu- ibu menyusui diketahui
Kandungan vitamin C dalam daun katuk sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari
jeruk atau jambu biji, dan vitamin C penting untuk membentuk kolagen (baik untuk
tulang), pengangkut lemak, pengatur tingkat kolesterol, komponen baik untuk gusi yang
sehat, penyembuhan luka, meningkatkan fungsi otak, dan imunitas alami. Kandungan
vitamin A dalam daun katuk yang baik untuk kesehatan mata. Klorofil (yang membantu
jaringan- jaringan tubuh kita racun, parasit, bakteri, dan virus, klorofil juga memiliki
fungsi seperti antioksidan. Perlu diketahui, daun katuk mengandung papaverina, suatu
alkaloid yang juga terdapat pada candu (opium). Konsumsi berlebihan dapat
Kalau sedang terserang flu atau daya tahan tubuh menurun, coba lirik sayuran
daun katuk dapat mengembalikan daya tahan tubuh dalam keadaan normal.
melawan radikal bebas. Khasiat inilah yang akan membantu berbagai proses
Daun katuk yang kaya akan mineral kalsium memiliki khasiat untuk
asupan kalsium yang dibutuhkan tubuh. Daun katuk juga merupakan gudang
darah kotor. Daun katuk dapat diolah menjadi sayur atau dikonsumsi
2. Bisul atau borok Cuci bersih daun katuk. Tumbuk daun katuk hingga
halus. Tempelkan daun katuk yang telah halus pada bagian yang sakit.
Cuci bersih daun katuk , lalu rebus dan minum secara teratur.
BAB IV
ANALISA
A. ANALISA RUANGAN
Puskesmas Bayah merupakan Puskesmas mampu PONED dengan jumlah tenaga
Kesehatan terdiri atas :
1. Dokter umum : 2 Orang
2. Dokter Gigi : 1 Orang
3. Bidan : 32 Orang
4. Perawat : 24 Orang
5. Tenaga Analis : 1 Orang
6. Tenaga Analis Gizi 1 Orang
7. Tenaga Analis Farmasi 1 Orang
8. Tenaga Apoteker 1 Orang
9. Tenaga Kesehatan Masyarakat : 1 Orang
10. Tenaga lain-lain : 7 Orang
Selain itu, Puskesmas Cirinten Merupakan Puskesmas Rawat Inap yang memiliki
kapasitas tempat tidur sebanyak 16 Tempat tidur, 8 Tempat tidur untuk Pasien
Perempuan dan 8 Tempat tidur untuk Pasien Laki-laki.
Fasilitas pendukung nya yaitu Laboratorium sedehana, USG dan EKG.
B. ANALISA SWOT
Membantu dalam mencapai Menghambat dalam mencapai tujuan
tujuan
Dari dalam Strengh (kekuatan) Weaknesses (kelemahan)
Tersedia sarana Manfaat daun katuk sering
prasarana untuk dilupakan oleh tenaga Kesehatan
tenaga kesehatan dan Kurang Kerjasama antara perawat
pasien dalam kondisi dan bidan di puskesmas
baik Belum pernah di berikan penkes
Ruangan baik dan manfaat daun katuk bagi ibu post
Nurse station berada partum
ditempat yang
srategis
Sangat mudah
dilakukan pada
semua ibu post
partum
Manfaat daun katuk
bisa diterapkan dan
tidak memakai biaya
Tersedianya Nakes
yang terlatih
Dari luar Oportunities (peluang) Threats (ancaman)
Adanya petugas yang ASI merupakan sumber nutrisi
sudah pernah terlatih terbaik untuk bayi.
Proses menyusui segera setelah
Adanya sarana yang melahirkan dapat membantu
memadai kontraksi uterus sehingga
mengurangi kehilangan darah ibu
Adanya dukungan pada masa nipas.
kebijakan Banyak ibu yang merasa, setelah
melahirkan tidak ada ASI-nya dan
tidak mau berusaha untuk menyusui,
padahal dengan seiring waktu,
produksi ASI akan bertambah.
Jadikan konsumsi rebusan daun
katuk sebagai metode
-
nonfarmakologi untuk meningkatkan
produksi ASI, selain banyak faktor
lain yang mempengaruhi produksi
ASI tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Rebusan Daun
Tahun 2021 dapat di ambil bahwa terjadi perubahan pada ibu menyusui mengalami
peningkatan produksi ASI sesudah diberikan rebusan daun katu. sehingga sangat
baik dan dianjurkan pada ibu yang menyususi untuk meminum rebusan daun katuk
karena didalam daun katuk terdapat kandungan yang tinggi protein. Pemberian
rebusan daun katuk di minum 3 x sehari (150cc dalam 1x minum) selama 7 hari
dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-120 ml. Kandungan protein dalam
daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Sedangkan
kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk menaikan kadar
Begitu juga dengan jurnal ke-2, ke-3 dan ke-4, dari hasil penelitian didapatkan
prosuksi ASI.
B. SARAN
1. Sudah menjadi upaya kita sebagai perawat untuk menyarankan ibu menyusui,
seperti salah satunya untuk meningkatkan produksi ASI dengan konsumsi rebusan
daun katuk.
2. Diharapkan rebusan katuk ini menjadi salah satu faktor penambah produksi ASI
dengan biaya yang murah.
3. Diharapkan selain menganjurkan untuk konsumsi rebusan daun katuk, jelaskan
juga beberapa faktor yang bisa menghambat produksi ASI, seperti psikologis ibu
menyusui
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Dinkes Prov. (2018). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2018. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1– 100.
Doko, T. M.,aristiati, K., & hadissaputro, S. (2019) pengaruh pijat oksitosin oleh suami
terhadap peningkatan produksi Asi pada ibu nifas jurnal keperawatan silampari 2(2),
(66-86). (2018). JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 2 October
2018 p-ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
Rahmanisa,S dan Tara .2016. Efektifitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
Katuk(sauropus androgynus) terhadap produksi ASI.Majority Vol 14 No 3:2 Baequny,
A., Supriyo, & Hidayati, S. (2016). Efektivitas Minum Jamu (Ramuan Daun Katuk, Kunyit,
Lempuyangan, Asem Jawa) Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Naskah Publikasi Poltekkes
Kemenkes Semarang, 276.
Boudin, F., Nie, J. Y., & Dawes, M. (2010). Clinical information retrieval using document and PICO
structure. NAACL HLT 2010 - Human Language Technologies: The 2010 Annual Conference of the
North American Chapter of the Association for Computational Linguistics, Proceedings of the Main
Conference, June, 822–830. Chomaria, N. (2020). Asi Untuk Anakku. Elex media komputindo.
Herawati, Y., & Desriyeni. (2017). Kemas Ulang Informasi Manfaat Daun Katuk Untuk Produksi Air
Susu Ibu (ASI). Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 78–85.
Juliastuti, J. (2019). Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kecukupan Asi Pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Indonesian Journal for Health Sciences, 3(1), 1.
https://doi.org/10.24269/ijhs.v3i1.1600
Lestari, S. F., & Prasetyorini, H. (2020). Pemberian Jus Daun Katuk Untuk Kesiapan Peningkatan
Pemberian Asi Pada Ibu Postpartum Primipara. Jurnal Manajemen Asuhan
Keperawatan, 4(1), 53–60. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.82
Mutiara, E. (2016). Analisis Uji Biologis Biskuit Daun Katuk Pelancar Asi Sebagai
Makanan Tambahan Ibu Menyusui. Jurnal Saintika, 16(2), 30–36.
Nasution, N. A. (2018). Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap Produksi
Asi Pada Ibu Post Partum. In Naskah Publikasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Medan (Vol. 372, Issue 2). https://doi.org/10.1056/nejmoa1407279
Nutrifood Research Center. (2015). Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. Gramedia pustaka
utama.
Prasetya, F., Jumakil, & Sidiq, N. M. (2019). Prosiding Seminar Nasional Kesehatan: Penguatan dan
Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Era Revolusi Industri. UHO Edu Press.
Rahmanisa, S., & Aulianova, T. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority, 5(1), 117–
121.
Ramayulis, R. (2015). Green Smoothie ala Rita Ramayulis: 100 Resep 20 Khasiat.
Gramedia pustaka utama.
Seriati, T. S., & Anita, B. S. P. (2019). Pengaruh Konsumsi Air Rebusan Daun Katuk
Terhadap Pengeluaran Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Bidan Praktek Mandiri
Manurung Medan. Indonesian Trust Health Journal, 1(2), 55–60.
Suryani. (2016). Mencegah Plagiarism: Ilmu dan Seni Melakukan Literature Review.
UNPAD Press.
Suwanti, E., & Kuswati. (2016). Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 5(2),
132–135.
Triananinsi, N., Andryani, Z. Y., & Basri, F. (2020). Hubungan Pemberian Sayur Daun
Katuk Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Caile. Journal of
Healthcare, 6(1).
Azizah I, Yulinda D. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu
Postpartum Di Bpm Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun 2016. Media ilmu kesehatan
[Internet]. 2019Nov.11 [cited 2022Mar.5];6(1):71-5. Available from:
https://ejournal.unjaya.ac.id/index.php/mik/article/view/181 Agoes A. Tanaman Obat
Indonesia. Jakarta Selatan: Selemba Medika; 2011 p. 31,32.
Alice. (2020). Hubungan Umur, Paritas Dan Frekuensi Menyusui Yang Bermasalah
Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum. JMSWH Journal of Midwifery Science and
Women’s Health. Volume 1, Nomor 1 Tahun 2020
https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/14.%20Profil%20Kab% 20Purwakarta
%202017.pdf
https://www.dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/pekan-asi-sedunia- peringatan-pekan-
asi-sedunia-tahun-2019-di-diy
Kaleka N. Sayuran Hijau Apotek Dalam Tubuh Kita. Yogyakarta: Arcita; 2013. p. 60,61.
Karlawaty, Novia (2020). Efektifitas teh daun katuk terhadap produksi asi pada ibu
postpartum hari ke 4-7. Skripsi: Prodi Pendidikan Profesi Kebidanan, Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya.
Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat Dalam RPJMN
dan Restra Kementrian Kesehatan 2020-2024. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kitano, N., Nomura, K., Kido, M., Murakami, K., Ohkubo, T., Ueno, M., & Sugimoto,
Meedya, S., Fahy, K., & Kable, A. (2010). Faktors that positively influence breastfeeding
duration to 6 months: A literature review. Women and Birth, 23(4),135–145.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2010.02. 002. Diakses pada tanggal 21 Juli 2021.
Meta. 2021. Mommyclopedia 456 Fakta tentang ASI dan Menyusui. Jakarta: PT.
Gramedia
Pranajaya dkk. (2013). Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui. Jurnal
Keperawatan, IX(2), 227–237.
Saktiawan & Atmiasri (2017). Pemanfaatan Tanaman Toga Bagi Kesehatan Keluarga dan
Masyarakat. Jurnal.unipasby.ac.id, Vol.1 No.2, November 2017.
Sarwono Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan (4th ed.). PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saskiyanto dkk. (2018). Hubungan Pengetahuan, Status Gizi, Pola Makan, Pantangan
Makanan Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Menyusui (Study Kasus di
Puskesmas Maradekaya Kota Makassar). Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 1, Juni
2018: 01-09
Yeni. (2016). Hubungan Pemanfaatan Daun Katuk Dengan Produksi ASI Di Klinik Hj.
Dermawati Tahun 2016.
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4
TAHUN 2021
Indah Selviana
Program Studi Keperawatan ATIKes ARTA KABANJAHE
Email:iselviana0@gmail.com
ABSTAK
Kata Kunci :Daun Katuk Sauropus Androgynus, Produksi ASI, Ibu Menyusui.
ABSTRACT
4
7
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui ada tidaknya Pengaruh
Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu
Menyusui di Desa Kwala Simeme
Kecamatan Namorambe KabupatenDeli
Serdang Tahun 2021.
METODE
4
8
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4
penelitian ini adalah ibu menyusui 0- 6 bulan tidak tersedianya ruangan dan fasilitas khusus
di Desa Kwala Simeme sebanyak 15 orang. untuk pemberian ASI, kurangnya dukungan
Sampel yang digunakan adalah seluruh ibu dari pimpinan, perasaan tidak aman terhadap
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa infeksi nosocomial dan kondisi kerja yang
Kwala Simeme yang diambil dengan tidak nyaman.
menggunakan teknik total sampling. Sejalan dengan penelitian Mardeyanti (
Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini 2013 ) di Yogyakarta bahwa didapati
yaitu: Kuesioner untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu menyusui
karakteristik responden yang terdiri dari: terhadap pemberian ASI eksklusif dan
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu
pengetahuan dan lembar observasi digunakan yang rendah meningkatkan risiko ibu untuk
untuk mengukur produksi ASI pretest dan tidak memberikan ASI eksklusif.
posttest sebelum dan sesudah diberikan Menurut Notoatmodjo (2012),
perlakuan air rebusan daun katuk, dimana pengetahuan adalah merupakan hasil tahu
untuk mengukur produksi ASI. dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karena menurut pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Ibu pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku
Menyusui Di Desa Kwala Simeme yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Kecamatan Namorambe Kabupaten Sejalan dengan penelitian Pratiwi (2014)
Deli Serdang Tahun 2021 yang berjudul hubungan antara dukungan
keluarga dengan ketidak berhasilan ASI
Karakteristik Kategori f (%) Eksklusif di Puskesmas Pakulaman Kota
Umur 23-27 9 60 Yogyakarta, yang menyatakan bahwa ada
28-32 3 20 hubungan dukungan keluarga dengan ketidak
33-37 3 20 berhasilan pemberian ASI Eksklusif, desain
Total 15 100 Cross sectional digunakan dalam penelitian
Pekerjaan Bekerja 11 73.3 ini. Dan sejalan dengan penelitian Purnamasari
Tdk bekerja 4 26.7 (2015) dimana dalam penelitiannya
Total 15 100 menyatakan bahwa ada hubungan antara
Pendidikan SMP 4 36.7 dukungan keluarga dengan ketidak berhasilan
SMA 9 60.0 ASI Eksklusif.
S1 2 13.3
Mulyani (2017) mengemukakan bahwa
Total 15 100 dukungan keluarga merupakan faktor
Pengetahua Baik 11 73.3 pendorong ibu untuk memberikan ASI
n Kurang Baik 4 26.7
eksklusif. Salah satu bentuk dukungan
Total 15 100 keluarga berupa pemberian bantuan dalam
Dukungan Mendukung 11 73.3
bentuk materi, bantuan fisik berupa alat atau
Keluarga Tdk 4 26.7
lainnya yang mendukung dan membantu ibu
Mendukung
dalam proses menyusui. Kehadiran keluarga
Total 15 100 sangat penting untuk mendorong ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri dan
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
menstabilkan emosinya, serta memberikan
karakteristik responden dari 15 responden ibu
motivasi yang besar terhadap ibu yang
menyusui mayoritas usia 23-27 tahun
menyusui.
sebanyak 9 orang atau sekitar (60,0%),
Pendidikan SMA sebanyak 9 (60,0), ibu
Tabel 2. Analisis Univariat
bekerja sebanyak 11
(73,3). Pengetahuan baik sebanyak 11 Distribusi frekuensi berdasarkan
(73,3). produksi ASI pada Ibu Menyusu Di
Desa Kwala Simeme Kecamatan
Namorambe Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2021.
Dukungan keluarga sebanyak 11 (73,3).
Sejalan dengan penelitian Wirawati Amin Produksi Asi f (%)
2014 menemukan adanyapengaruh antara umur Meningkat 10 66.7
ibu dengan keberhasilan menyusui meskipun Tidak meningkat 5 33.3
tidak berpengaruh secara stastik namun dari pemberian ASI eksklusif yaitu, sangat kurangnya
hasil penelitian terdapat bahwa umur 20-35 produksi ASI dan beban kerja yang berat serta
tahun merupakan umur kelompok terbanyak kelelahan dan stress kerja. faktor penghambat
yang berhasil menyusui. yang berhubungan juga dengan
Penelitian sejalan dengan Doda (2017) pekerjaanibuterhadap pemberian ASI eksklusif
menyatakan ada 2 faktor utama penghambat ialah, beban kerja berat, stress kerja, kelelahan,
4
9
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4
Total 15 100
5
0
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4
5
1
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia : Jakarta
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Balitbangkes, 2019. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. ISBN 978-602-373-116-
3KemenkesRI. http://labmandat.litbang.depkes.go.id/ima ges/download/laporan/R
KD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FIN AL.pdf
Dinkes Prov. (2018). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2018. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1– 100.
Doko, T. M.,aristiati, K., & hadissaputro, S. (2019) pengaruh pijat oksitosin oleh suami
terhadap peningkatan produksi Asi pada ibu nifas jurnal keperawatan silampari 2(2),
(66-86). (2018). JURNAL
KEBIDANAN Vol. 8 No. 2 October 2018
p-ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
Peningkatan Pengeluaran Asi Dengan Kombinasi Pijat Oksitosin Dan
Teknik Marmet Pada IbuPost Partum (Literatur).Kebidanan, 8(2).
Retrieved
from http://ejournal.poltekkes- smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/vi
ew/3741/923
Rahmanisa,S dan Tara .2016. Efektifitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
Katuk(sauropus androgynus) terhadap produksi ASI.Majority Vol 14 No 3:2
LITERATURE REVIEW: PENGARUH DAUN KATUK
(SAUROPUS ANDROGYNUS) TERHADAP PENINGKATAN
PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI
ABSTRAK
Latar belakang: Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018, cakupan
pemberian ASI eksklsusif meningkat dari 42,36% tahun 2012, 44,92% tahun 2013, dan 47% di tahun
2017. Banyak ibu khawatir apakah sudah memberikan cukup ASI karena tanda-tanda kecukupan ASI
tidak bisa diukur dari banyak sedikitnya ASI yang diberikan langsung lewat menyusui. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI pada
ibu menyusui. Metode: Studi ini merupakan suatu tinjauan literatur (Literatur review) tentang khasiat
daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI. Sumber untuk melakukan tinjauan literatur ini meliputi
studi pencarian sistematis database terkomputerisasi dengan format PICO (population, intervension,
comparasion, and outcome) dalam bentuk penelitian yang berjumlah 9 jurnal (Jurnal Kesehatan
Terpadu, Naska Publikasi Poltekkes Kemenkes Semarang, Jurmal Majority, Jurnal Saintika, Naskah
Publikasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan, Indonesian Journal for Health Sciences,
Indonesian Trust Health Journal, Journal of Healthcare dan Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan).
Hasil: Penelitian yang ditemukan partisipan mengkonsumsi daun katuk dengan cara menkonsumsi
ekstrak daun katuk 2 kapsul 2x1 hari, metode simplisia 2x1 hari 150ml, rebusan daun katuk 3x150ml.
Kesimpulan: Berdasarakan artikel pencarian yang ditemukan pada 9 jurnal didapatkan bahwa seluruh
artikel yang ditemukan menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang efektif antara konsumsi daun katuk
terhadap peningkatan produksi ASI baik dengan cara mengkonsumsi daun katuk dengan diolah menjadi
sayur bening, ekstrak daun katuk, rebusan daun katuk, maupun diolah menjadi biscuit atau cemilan
bagi ibu menyusui Saran: Diharapkan hasil pemaparan dalam artikel yang ditemukan dapat
memotivasi ibu menyusui untuk mencoba mengkonsumsi daun katuk sebagai asupan tambahan untuk
meningkatkan produksi ASI.
ABSTRACT
Background: According to Tangerang District Health Office data for 2018, excruciating breastfeeding
coverage increased from 42.36% in 2012, 44.92% in 2013, and 47% in 2017. Many mothers worry
about giving enough breast milk because the signs of breast milk adequacy cannot be measured from
the amount of breast milk given directly through breastfeeding. Purpose: This study aims to determine
the efficacy of katuk leaves against increased breast milk production in nursing mothers. Method: This
study is a literature review on the efficacy of katuk leaves against increased breast milk production.
Sources for conducting this literature review include systematic search studies of computerized
databases with PICO format (population, intervention, comparasion, and outcome) in the form of
research totaling 9 journals (Integrated Health Journal, Naska Publikasi Poltekkes Kemenkes
Semarang, Jurmal Majority, Jurnal Saintika, Published Paper of The Health Polytechnic Of the
Ministry of Health, Indonesian Journal for Health Sciences, Indonesian Trust Health Journal, Journal
of Healthcare and Journal of Nursing Care Management). Results: The study found participants
consumed katuk leaves by consuming katuk leaf extract 2 capsules 2x1 day, simplisia method 2x1 day
150ml, decoction of katuk leaves 3x150ml. Conclusion: Based on a search article found in 9 journals
obtained that all articles found stated that there is an effective influence between the consumption of
katuk leaves on the increase in breast milk production either by consuming katuk leaves by being
processed into clear vegetables, katuk
54
leaf extract, katuk leaf stew, or processed into biscuits or snacks for breastfeeding mothers.
Advice: Hopefully the results of exposure in the article found can motivate breastfeeding mothers
to try to consume katuk leaves as an additional intake to increase breast milk production.
PENDAHULUAN
Alasan tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu air susu yang tidak keluar.
Berbagai alasan ibu memiliki produksi ASI yang tidak adekuat adalah stimulasi
payudara tidak adekuat, jarang menyusui, aktifitas berat, stress, diet (Maryunani,
2012). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) adalah pemebrian ASI tanpa pemberian
makanan lainnya, program pemberian ASI sesuai dengan kaidah Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan kode etik Internasional pemasaran
pengganti ASI dari organisasi kesehatan dunia (WHO), maka upaya pemenuhan
gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui gizi bayi usia 0-6 bulan didasarkan bahwa
gizi kurang pada anak usia kurang dari 2 tahun akan berdampak terhadap
penurunan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kecerdasasan, dan
produktivitas (Prasetya et al., 2019).
Program ASI ekslusif di Indonesia tahun 2015 masih belum mencapai
target tahun 2007-2013 terjadinya fluktuasi prevalensi pemberian ASI eksklusif
dari 32% menurun ke 15,3% dan di tahun 2013 meningkat pada angka 30,2%
(Riskesdas RI, 2015). Berdasarkan laporan dinas Kesehatan provinsi Banten
presentase cakupan ASI eksklusif provinsi Banten tahun 2016 sekitar 55,7% lebih
tinggi dari capaian Nasional (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2016). Provinsi
Banten pada tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dimana
pemberian ASI eksklusif mencakup 55.973 (32,2%) sementara pada tahun 2016
pemberian ASI eksklusif di Provinsi Banten mencakup 69.180 (39,9%) (Dinas
Kesehatan Provinsi Banten, 2018). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2018, cakupan pemberian ASI eksklsusif meningkat dari
42,36% tahun 2012, 44,92% tahun 2013, dan 47% di tahun 2017.
Untuk memnuhi kecukupan ASI pada ibu menyusi salah satu cara yang
ditemukan adalah dengan mengkonsumsi daun katuk. Hasil penelitian yang
dipublikasikan oleh Media Litbang Kes RI dalam Nutrifood Research Center
(2015) menyebutkan, Produkasi ASI meningkat Hingga 50% setelah
55
mengkonsumsi ekstak daun katuk. Menurut penelitian yang telah dilakukan
tersebut, daun katuk memiliki kandungan sterol dan alkaloid yang bisa
meningkatkan produksi ASI. Selain itu, daun katuk juga memiliki sumber vitamin
A, vitamin B1, Vitamin B2, vitamin C, Kalsium, Zat besi, dan fosfor, sehingga
sangat baik dikonsumsi oleh ibu menyusui.
56
METODE
Studi ini merupakan suatu tinjauan literatur (Literatur review) tentang khasiat
daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI. Sumber untuk melakukan tinjauan
literatur ini meliputi studi pencarian sistematis database terkomputerisasi dengan format
PICO (population, intervension, comparasion, and outcome) P: Ibu menyusui, I: Ekstrak
daun katuk, C: Tidak ada, O: Peningkatan produksi ASI dalam bentuk penelitian yang
berjumlah 9 jurnal (Jurnal Kesehatan Terpadu, Naska Publikasi Poltekkes Kemenkes
Semarang, Jurmal Majority, Jurnal Saintika, Naskah Publikasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan, Indonesian Journal for Health Sciences, Indonesian Trust Health.
Journal, Journal of Healthcare dan Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan).
HASIL
Kandungan klorofil pada setiap 100gr daun katuk lebih kurang 220,2mg.
selain
klorofil, kandungan fitokimia lainnya adalah isoflavonoid yang menyerupai
esterogen sehingga dapat memperlambat berkurangnya massa tulang. Kandungan
sterolnya dapat meningkatkan metabolisme glukosa untuk sintesa laktosa,
sehingga produksi ASI meningkat. Terkandung juga polifenol dan steroid yang
berperan dalam reafleks prolactin atau merangsang alveoli untuk memproduksi
ASI serta merangsang hormone oksitosin untuk memacu pengeluaran dan
pengaliran ASI (Ramayulis, 2015).
Selain itu daun katuk merupakan sumber vitamin C. pada 100g daun katuk
mengandung 59kkal, 5,8g protein, 1,0g lemak, 11,0g karbohidrat, 204 mg
kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg zat besi, 0,1 mg vitamin B1, dan 239 mg vitamin C
serta 81,0% air. (Ramayulis, 2015). Masyarakat Indonesia telah menggunakan
daun katuk sebagai sayuran hijau untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu
menyusui sehingga dapat menghasilkan jumlah ASI yang lebih banyak untuk buah
hatinya. Hal ini disebabkan karena daun tersebut memiliki banyak kandungan gizi
seperti protein, kalori, dan karbohidrat. Kandungan gizi pada tanaman ini hampir
setara dengan daun singkong dan daun pepaya. Perbedaannya, daun ini memiliki
kandungan zat besi yang lebih tinggi. Selain itu katuk juga mengandung banyak
vitamin A, vitamin C, vitamin B1 thiamin, mineral, lemak, tanin, flavonoid,
57
saponin, dan alkaloid papaverin. Dengan kandungan tersebut, maka tidak heran
jika tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Banyak
yang menganggap bahwa manfaat katuk tidak hanya dapat melancarkan ASI saja
tetapi jauh lebih banyak dari itu. Penelitian yang dilakukan oleh Suwanti &
Kuswati (2016) dalam
58
penelitiannya pasrtisipan yang terbagi kedalam 2 kelompok yang diberikan
ekstrak daun katuk 2 kali sehari 2 kapsul selama 1 bulan. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Nasution (2018) pemberian simplisia daun katuk diminum
2x1 hari selama 15 hari. Berbeda dari metode sebelumnya Penelitian yang
dilakukan oleh Juliastuti (2019) dan oleh Seriati & Anita (2019) dengan
memberikan rebusan daun katuk dan ekstrak daun katuk. Pemberian ekstrak daun
katuk pada kelompok ibu melahirkan dan menyusui dengan dosis 3x300 mg/hari.
Untuk rebusan daun katuk menggunakan 300 gram daun katuk dicampur dengan
1,5 Liter air, direbus selama 15 menit (hingga daun katuk matang/lunak),
kemudian disaring. Air rebusannya yang akan di minum oleh ibu tiga kali 150 ml
sehari. Semerntara itu penelitian yang dilakukan oleh Rahmanisa & Aulianova,
2016) dan Baequny et al., (2016) dalam penelitiannya hanya mengumpulkan
responden atau partisipan yang sudah mengkonsumsi daun katuk dan yang tidak
mengkonsumsi daun katuk. Dan intervensi yang diberikan Lestari & Prasetyorini,
(2020) memberikan jus daun katuk kepada partisipan untuk dikonsumsi 2x1 hari
300ml. Meskipun metode penelitian dan dengan cara yang berbeda terdapat hasil
yang membutikan bahwa daun katuk mampu meningkatkan produksi ASI ibu
menyusui.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwanti & Kuswati (2016).
Hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa responden kelompok intervensi dengan
diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1 kapsul
mendapatkan hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi (70%).
Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa
responden yang produksi ASI nya melebihi kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan
masih didapatkan yang kurang memenuhi kebutuhan bayi (20%). Responden
kelompok intervensi selama diberikan ekstrak daun katu dilakukan monitoring
setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat efek samping atau keluhan ibu yang
berkaitan dengan ekstrak daun katu ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu
yang mengalami pusing, mual atau muntah layaknya orang keracunan makanan.
Hasil analisis dengan uji statitik menggunakan uji Chi-Square, dapat diketahui
bahwa ibu-ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI nya lebih banyak
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katu (ρ =
0.000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baequny et al., (2016) hasil
59
analisa uji statistic dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai ρ value
(Asymp. Sig. 2-sided) sebesar 0,001 (<0,05), sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak, berarti ada pengaruh kebiasaan minum jamu pada ibu nifas terhadap
produksi. Jika dilihat dari nilai relative risk (RR) sebesar 4,025 maka dapat
disimpulkan bahwa ibu nifas yang biasa minum jamu mempunyai peluang
produksi ASI lancar sebesar 4 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu nifas
yang tidak
60
minum jamu. Menurut Bayhatun dalam Baequny et al., (2016) Tanda-tanda
bahwa bayi mendapat cukup ASI antara lain: 1) Bayi yang cukup ASI berkemih
6-8 kali dalam sehari.
2) Terdapat peningkatan berat badan rata-rata 500 gram perbulan. 3) Bayi sering
menyusu yaitu tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari. 4) Bayi tampak sehat,
warna kulit dan turgor baik, cukup aktif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Rahmanisa & Aulianova, 2016) Efektivitas alkaloid dan sterol yang terkandung
didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI. Penelitian yang dilakukan
oleh (Seriati & Anita, 2019) hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa mayoritas
pada kelompok intervensi produksi ASI cukup yaitu 14 ibu dan pada kelompok
kontrol 7 ibu. Produksi Asi kurang pada kelompok intervensi yaitu 2 ibu dan pada
kelompok kontrol 9 ibu. Hasil uji statistik didapatkan bahwa p (sig) adalah 0,009
< 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi air rebusan daun katuk
terhadap pengeluaran produksi ASI pada ibu nifas. Tercapainya tujuan dari
Sustainable Development Goals (SGD’s) bagian ke 3 target ke 2 yaitu pada tahun
2030, kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan cara semua Negara berusaha
untuk mengurangi angka kematian neonataln setidaknya 12 per 1000 kelahiran
hidup merupakan suatu pencapaian yang penting dalam dunia kesehatan dan
World Health Organization (WHO) mencatan bahwa dengan memperaktekkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) esklusif bagi bayi dapat menurunkkan jumlah
kesakitan dan kematian anak, karena penyakit yang umum terjadi pada anak
seperti diare dan pneumonia ASI membantu pemulihan lebih cepat selama sakit
(WHO,2017).
KESIMPULAN
Hasil dari penelitian yang ditemukan dari 9 artikel melalui pencarian
google search engine (google scholar dan repository), researchgate serta
Pubmed/Medline didapatkan bahwa daun katuk apapun olahannya dapat
meningkatkan produksi ASI ibu menyusi dalam memenuhi kecukupan ASI.
Intervensi ini dianjurkan oleh Dinas Kesehatan Republik Indonesia karna sudah
terbukti khasiatnya. Terlebih lagi masyarkat Indonesia yang sudah terbiasa untuk
mengkonsumsi jamu tidak akan merasa enggan untuk mencoba.
61
DAFTAR PUSTAKA
Baequny, A., Supriyo, & Hidayati, S. (2016). Efektivitas Minum Jamu (Ramuan Daun Katuk,
Kunyit, Lempuyangan, Asem Jawa) Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Naskah
Publikasi Poltekkes Kemenkes Semarang, 276.
Boudin, F., Nie, J. Y., & Dawes, M. (2010). Clinical information retrieval using document and
PICO structure. NAACL HLT 2010 - Human Language Technologies: The 2010 Annual
Conference
62
of the North American Chapter of the Association for Computational Linguistics, Proceedings
of the Main Conference, June, 822–830.
Herawati, Y., & Desriyeni. (2017). Kemas Ulang Informasi Manfaat Daun Katuk Untuk Produksi
Air Susu Ibu (ASI). Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 78–85.
Juliastuti, J. (2019). Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kecukupan Asi
Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Indonesian Journal for Health
Sciences, 3(1), 1. https://doi.org/10.24269/ijhs.v3i1.1600
Lestari, S. F., & Prasetyorini, H. (2020). Pemberian Jus Daun Katuk Untuk Kesiapan Peningkatan
Pemberian Asi Pada Ibu Postpartum Primipara. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
4(1), 53–60. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.82
Mutiara, E. (2016). Analisis Uji Biologis Biskuit Daun Katuk Pelancar Asi Sebagai Makanan
Tambahan Ibu Menyusui. Jurnal Saintika, 16(2), 30–36.
Nasution, N. A. (2018). Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap Produksi Asi Pada
Ibu Post Partum. In Naskah Publikasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan (Vol. 372,
Issue 2). https://doi.org/10.1056/nejmoa1407279
Nutrifood Research Center. (2015). Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. Gramedia pustaka utama.
Prasetya, F., Jumakil, & Sidiq, N. M. (2019). Prosiding Seminar Nasional Kesehatan: Penguatan
dan Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Era Revolusi Industri. UHO Edu Press.
Rahmanisa, S., & Aulianova, T. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk
(Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority, 5(1), 117–121.
Ramayulis, R. (2015). Green Smoothie ala Rita Ramayulis: 100 Resep 20 Khasiat. Gramedia
pustaka utama.
Seriati, T. S., & Anita, B. S. P. (2019). Pengaruh Konsumsi Air Rebusan Daun Katuk Terhadap
Pengeluaran Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Bidan Praktek Mandiri Manurung Medan.
Indonesian Trust Health Journal, 1(2), 55–60.
Suryani. (2016). Mencegah Plagiarism: Ilmu dan Seni Melakukan Literature Review. UNPAD
Press.
Suwanti, E., & Kuswati. (2016). Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap Kecukupan
Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 5(2), 132–135.
Triananinsi, N., Andryani, Z. Y., & Basri, F. (2020). Hubungan Pemberian Sayur Daun Katuk
Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Caile. Journal of Healthcare,
6(1).
63
Research Article
Email: marienedolang@gmail.com
Abstract:
Breastfeeding is the process of giving milk to babies with breast milk from the mother's
breast since the baby is born and at least 6 months to 2 years or more. According to WHO,
pregnant women and postpartum mothers should be informed about the benefits and
advantages of breast milk, especially because breast milk provides the best nutrition for
babies and protects against disease. According to the 2016 strategic plan, the national target
of providing 80% exclusive breastfeeding has not yet reached the target. This study aims to
determine the effect of giving decoction of katuk leaves on breast milk production in
postpartum mothers in the working area of Suli Health Center. The research method in this
research is pre-experimental design with one group pretest – posttest. The results showed that
there was an effect of giving decoction of katuk leaves on breast milk production in
postpartum mothers in the working area of the Suli Health Center with a value of p = 0.000
(p <0.05). The conclusion is that there is an effect of giving boiled water from katuk leaves on
breast milk production in postpartum mothers in the working area of the Suli Health Center
Mothers
Hasil
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Suli
Tahun 2020
Karakteristik Frekuensi Persentase
Umur (Tahun)
23 – 27 17 56,7
28 – 33 13 43,3
Pendidikan Terakhir
SMA 25 83,3
S1 5 16,7
Status Pekerjaan
PNS 6 20,0
IRT 24 80,0
Usia Bayi Responden
< 3 Bulan 20 66,7
≥ 3 – 6 Bulan 10 33,3
Total 90 100,0
Sumber : Data Primer, 2020 paling banyak terdapat pada tingkat pendidikan
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat SMA 25 (83,3). Status Pekerjaan responden
diketahui bahwa umur responden yang paling yang paling banyak terdapat pada IRT (Ibu
banyak terdapat pada responden dengan umur Rumah Tangga)
23 – 27 Tahun yaitu sebanyak 17 responden
(56,7). Pendidikan Terakhir responden yang
sebanyak 24 (80,0). Berdasarkan usia bayi
responden n yang paling banyak terdapat
pada usia <3 Bulan yaitu sebanyak 20
responden (66,6).
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Rebusan Daun Katuk di Wilayah
Kerja Puskesmas Suli Tahun 2020
Produksi ASI Frekuensi Persentase
Sebelum Pemberian Rebusan Daun
Katuk
10 – 15 ml 5 16, 7
16 – 30 ml 25 83,3
Sesudah Pemberian Rebusan Daun
Katuk
30- 40 ml 4 13, 3
41- 60 ml 4 13, 3
61- 80 ml 22 73, 3
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2020
Tabel 3 Pengaruh pemberian Rebusan Daun Katuk terhadap Produksi ASI pada Ibu
Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Tahun 2020
Pembahasan
Setelah dilakukan uji statistik dengan uji
wilcoxon signed rank test dari Pengaruh
pemberian Rebusan Daun Katuk diperoleh
nilai signifikan atau nilai p sebesar 0,000 (p <
penilitian, peneliti memberikan rebusan
daun katuk sebanyak 330 ml pada pagi dan
sore hari selama 1 minggu. Sebelum dan
sesudah pemberian rebusan daun katuk
dilakukan peneliti pengukur jumlah
produksi ASI pada ibu nifas dengan
menggunakan pompa susu, botol ukur dan
lembar observasi produksi ASI sebelum dan
sesudah pemberian rebusan daun katuk.
Bertambahnya jumlah produksi ASI
yang di alami responden disebabkan karena
daun katuk kaya protein, kalium, posfor, zat
besi, vitamin A,B1 dan vitamin C. Dalam
100 gr daun katuk juga terkandung 239 mg
vitamin C, sudah jauh lebih cukup untuk
memenuhi kebutuhan ibu menyusui. Daun
katuk baik untuk memperlancar ASI karena
mengandung asam seskuiterna. Selain kaya
akan protein, lemak dan mineral, daun katuk
juga diperkaya dengan kandungan vitamin
A, B
dan C, kemudian tanin, saponin dan
alkaloid
papaverin. Kandungan alkaloid dan sterol dari efektivitas alkaloid dan sterol yang terkandung
daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI didalam daun katuk dapat meningkatkan
menjadi lebih banyak karena dapat produksi ASI pada beberapa ibu menyusui
meningkatkan metabolisme glukosa untuk mengalami gangguan terhadap produksi ASI,
sintesis laktosa sehingga produksi ASI sehingga kebutuhan ASI yang akan diberikan
meningkat. Dalam Australian Dietary terhadap bayi pada periode menyusui eksklusif
Guidelines, menyarankan untuk konsumsi dapat terpenuhi setelah ibu
sayuran hijau salah satunya katuk sebagai
makanan yang menyehatkan untuk ibu
menyusui.(Santoso, 2013)
Sauropus androgynus (daun katuk) secara
tradisional dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia dan dipercaya dapat meningkatkan
produksi ASI selama menyusui.(Susan Soka ,
Herlina Alam, Novalia Boenjamin, Tan W
Agustina, 2010) Dengan memberikan
sebanyak 100 gram di rebus dengan air 300cc
di konsumsi setiap hari selama 7 hari
kemudian dapat memperlncar ASI sampai
93,8%.(Aminah & Purwaningsih, 2013)
Selain itu, Juliastuti (2019) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa
pemberian ekstrak daun katuk pada kelompok
ibu melahirkan dan menyusui dengan dosis
3x300 mg/hari selama 15 hari mulai dari hari
ke 3 setelah melahirkan dapat me-ningkatkan
produksi ASI 50,7% lebih banyak
dibandingkan dengan ibu me-lahirkan dan
menyusui bayinya tidak diberi ekstrak daun
katuk (Juliastuti, 2019).
Dari Hasil Penelitian yang di lakukan
peneliti, pemberian Air Rebusan daun katuk
sangatlah berguna untuk peningkatan
produksi ASI. Hal ini di lihat dari pengukuran
yang di lakukan sebelum diberikan Air
rebusan, Produksi ASI hanya berkisar 30 ml
saja. Dan sesudah diberikan Rebusan air daun
Katuk produksi ASI menjadi meningkat yang
dimana hanya 30 ml sekarang menjadi 60 –
80 ml. hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmanisa (2016) bahwa
mengonsumsi ekstrak daun katuk.(Soraya https://doi.org/10.24269/ijhs.v3i1.1600
Rahmanisa, 2016) Maryunani A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini,
ASI
Dari hasil observasi yang dilakukan Ekslusif Dan Manajemen Laktasi. Jakarta:
maka diketahui bahwa setelah meminum air Trans Info Media.
rebusan daun katuk produksi ASI mereka
menjadi meningkat. Sehingga dapat di
simpulkan oleh penliti bahwa hal inilah
yang menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan produksi ASI yang baik yang
tidak ada efek sampingnya kepada bayi.
Maka sebab itu ibu menyusui diharapkan
dapat mengkonsumsi rebusan air daun
katuk, agar anak yang di susuinya bisa
mendapatkan nutrisi yang baik dan berguna
bagi tumbuh kembang anak itu sendiri.
Kesimpulan
Terdapat pengaruh pemberian rebusan
daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu
ninfas di wilayah kerja Puskesmas Suli yang
dilihat dari pengukuran yang dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian rebusan
daun katuk terjadi meningkatan produksi
ASI.
Daftar Pustaka
Aminah, S., & Purwaningsih, W. (2013).
Perbedaan Efektifitas Pemberian Buah
Kurma Dan Daun Katuk Terhadap
Kelancaran Asi Pada Ibu Menyusui Umur
0- 40 Hari Di Kota Kediri. Journal of
Public Health Research and Community
Health Development, 53(9), 1689–1699.
Hayati, A., Arumingtyas, E. L., Indriyani, S.,
& Hakim, L. (2016). Local knowledge of
katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)
in east Java, Indonesia. International
Journal of Current Pharmaceutical
Review and Research, 7(4), 210–215.
Juliastuti, J. (2019). Efektivitas Daun Katuk
(Sauropus Androgynus) Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di
Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar.
Indonesian Journal for Health Sciences,
3(1), 1.
Nicholas J.Andreas, BeateKampma, K. L.-D. 1(2), 55–60.
(2015). Human breast milk: A review https://doi.org/10.37104/ithj.v1i2.13
on its composition and bioactivity. Soraya Rahmanisa, T. A. (2016). Efektivitas
Early Human Development, 91(11), Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
629–635. Katuk (Sauropus androgynus) terhadap
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j. Produksi ASI. Jurnal Majority, 5(1),
earl humdev.2015.08.013 117–121. Retrieved
S, S., Garantjang, S., Natsir, A., & Ako, A.
(2019). Effect of Katuk Leaf Extract
(Sauropus Anddrogynus) on Production and
from
Quality of Frisiand Holstain Peranakan http://juke.kedokteran.unila.ac.id/
Cow Milk in Enrekang Regency, index.php
Indonesia. International Journal of /majority/article/view/991
Scientific and Research Suli, P. (2020). Data Puskesmas Suli. Maluku
Publications (IJSRP), 9(8), p92150. Tengah: Puskesmas Suli.
https://doi.org/10.29322/ijsrp.9.08.2019.p9 Susan Soka , Herlina Alam, Novalia
2150 Boenjamin, Tan W Agustina, M. T. S.
Santoso, U. (2013). Katuk Tumbuhan Multi (2010). Effect of Sauropus androgynus
Khasiat. Bengkulu: Fakultas Pertanian leaf extracts on the expression of
(BPFP) UNIB. prolactin and oxytocin genes in
Situmorang, T. S. (2019). Pengaruh lactating BALB/C mice. J Nutrigenet
Konsumsi Air Rebusan Daun Katuk Nutrigenomics ., 3(1), 31–36.
Terhadap Pengeluaran Produksi Asi https://doi.org/10.1159/000319710
Pada Ibu Nifas Di Bidan Praktek World Health Organization. (2016).
Mandiri Manurung Medan Tahun 2018. Exclusife Breastfeeding. Retrieved June
Indonesian Trust Health Journal, 4, 2020, from
http://www.who.int.nutrition/topics/excl
usif
_breastfeeding/en/
EFEKTIVITAS PEMBERIAN DAUN KATUK DALAM
Widia Natalia
Widianatalia.polbap@gmail.com
Politeknik Bhakti Asih Purwakarta
ABSTRAK
Air susu ibu merupakan sumber nutrisi terbaik yang dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Pemberian ASI pada bayi sangat penting terutama dalam
periode awal kehidupan, oleh karena itu bayi cukup diberi ASI secara eksklusif
selama 6 bulan pertama tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain. Proses menyusui segera setelah melahirkan juga
membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi kehilangan darah ibu pada masa
nifas.. Penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quast Experimen)
dengan jumlah sampel 36 ibu postpartum. Besar sampel sebanyak 18 untuk
masing-masing kelompok kontrol dan intervensi. Analisis data yang dilakukan
secara univariat dan bivariat menggunakan uni normalitas Shapiro- Wilk uji
validitas uji Mann-Whitney U. Pemberian daun katuk selama 5 hari pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. menunjukkan bahwa dari 36 dari
Jumlah Ibu Post Partum yang mengalami Produksi ASI Banyak sebanyak 19
orang dengan presentasi 52,8% dari 36 ibu. Dari hasil uji statistik pada pemberian
daun katuk didapatkan nilai P=0,000<0,05, Pvalue usia didapatkan 0,784> 0,05
dan paritas di dapatkan P value 0,597> 0,05, yang berarti keduanya tidak dapat
mempengaruhi produksi ASI pada ibu post partum. Pada makanan pantangan
didapatkan nilai P=0,000<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk dan
75 | P a g e
makanan pantangan, yang artinya keduanya dapat mempengaruhi
peningkatan produksi ASI pada ibu post partum
Kata Kunci: daun katuk, produksi ASI, postpartum.
ABSTRACT
Breast milk is the best source of nutrients that can improve the health of
mothers and children. Breastfeeding is very important, especially in the
early period of life, therefore it is enough for babies to be exclusively
breastfed for the first 6 months without adding and/or replacing with other
foods or drinks. Breastfeeding immediately after delivery also helps uterine
contractions thereby reducing maternal blood loss during the puerperium.
The research used was a quasi-experimental (Quast Experiment) with a
sample of 36 postpartum mothers. The sample size was 18 for each
control and intervention group. Data analysis was carried out by univariate
and bivariate using Shapiro-Wilk uni normality test the validity of the
Mann-Whitney U test. Giving katuk leaves for 5 days in the intervention
group and the control group. showed that of the 36 out of the total number
of postpartum mothers who experienced a lot of breast milk production, 19
people with a presentation of 52.8% of the 36 mothers. From the results of
statistical tests on giving katuk leaves, P value = 0.000 < 0.05, age P
value was obtained 0.784> 0.05 and parity was obtained P value 0.597>
0.05, which means that both cannot affect breast milk production in
postpartum mothers. . In dietary restrictions, the P value = 0.000 <0.05. So
it can be concluded that there is a significant difference in the average
giving of katuk leaves and dietary restrictions, which means that both can
affect the increase in breast milk production in postpartum mothers
Keywored : katuk leaves, milk production, postpartum.
76 | P a g e
Pendahuluan
Air susu ibu merupakan sumber nutrisi terbaik yang dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Pemberian ASI pada bayi sangat penting terutama dalam
periode awal kehidupan, oleh karena itu bayi cukup diberi ASI secara eksklusif
makanan atau minuman lain. Proses menyusui segera setelah melahirkan juga
membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi kehilangan darah ibu pada masa
Walaupun angka inisiasi menyusui secara global relatif tinggi, tapi hanya 40%
dari semua Bayi dibawah umur 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif dan
Cakupan presentasi bayi yang diberi ASI Eksklusif tahun 2019 terjadi penurunan
yang tajam di banding tahun 2018 dan masih mencapai target nasional < dari
50%. cakupan ASI Eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan tahun 2018 sebesar
77 | P a g e
cakupan pemberian ASI tertendah di Kota Bekasi sebesar 33,81 % (Profil
cakupan ASI Eksklusif sebesar 56,56% dari sehingga telah mencapai target yang
ditetapkan (Diskes.jabarprov.go.id).
untuk meningkatkan produksi ASI bisa diperoleh dari tumbuh- tumbuhan atau
yang biasa disebut Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan beberapa metode yang
produksi ASI, berikut adalah tanaman toga yang dapat dimanfaatkan sebagai
meningkatkan produksi ASI antara lain daun katuk, biji klabet, daun pegagan dan
daun torbagun (Saktiawan & Atmiasri, 2017). Survei awal yang dilakukan
peneliti dari 10 ibu nifas didapatkan 6 orang atau 60% yang mengatakan ASI-nya
78 | P a g e
40% ibu nifas yang mengatakan ASInya baru keluar pada hari kedua dan ketiga.
Hasil penelitian waktu pengeluaran ASI pada ibu nifas rata-rata 3 jam pasca
kelahiran bayi. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa masih banyak ibu
Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quast Experimen)
dan intervensi. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah produksi ASI.
pemberian daun katuk dan variabel perancu meliputi usia, paritas dan makanan
Pemberian daun katuk selama 5 hari pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
langsung, pengolahan dan Analisa data yang telah dilakukan tentang Pengaruh
Efektifitas Daun Katuk Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Post
79 | P a g e
hasil presentase yang telah didapat. Hasil dari distribusi frekuensi variabel yang diteliti
sebagai berikut:
intervensi pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dengan presentase 50%, dan ibu
presentase 50%.
diatas menunjukkan bahwa dari 36 responden, Ibu Post Partum yang mengalami
Produksi ASI Sedikit sebanyak 17 orang dengan presentase 47,2% dan Ibu Post
Partum yang mengalami Produksi ASI Banyak sehari sebanyak 19 orang dengan
presentasi 52,8%.
80 | P a g e
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Usia Pada Ibu Post Partum di wilayah binaan
Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021
Usia Frekuensi Persentase%
menunjukkan bahwa dari 36 responden hasil tertinggi adalah usia 20-35 tahun
dengan jumlah responden sebanyak 25 orang dengan presentase 69,4%, usia >35
tahun sebanyak 8 responden dengan presentase sebesar 22,2%, dan yang terendah
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu Post Partum di wilayah binaan
Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021
Paritas Frekuensi Persentase%
Primipara 16 44,4
Multipara 17 47,2
Grandemultipara 3 8,3
Total 36 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi paritas pada ibu post partum diatas
81 | P a g e
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Makanan Pantangan Pada Ibu Post
Partum di wilayah binaan Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta
Tahun 2021
Makanan Pantangan Frekuensi Persentase%
Tidak ada makanan pantangan 20 55,6
Ada makanan pantangan 16 44,4
Total 36 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi makanan pantangan pada ibu post
partum diatas menunjukkan bahwa dari 36 responden, Ibu yang Tidak ada
makanan pantangan sebanyak 20 orang dengan presentase 55,6% dan Ibu ada
pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dan kelompok yang hanya dikontrol saja
pemberian daun katuk berpengaruh terhadap produksi ASI. Hasil uji normalitas
maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi tidak normal. Sehingga
82 | P a g e
Parametrik Mann-Whitney Test didapatkan nilai P = 0,000 < 0,05, berarti pada
alpha 0.05 terdapat perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk pada ibu
dan Paritas belum menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan hasil uji
0,000 <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi tidak
83 | P a g e
alfha 0.05 terlihat tidak ada perbedaan signifikan kecukupan ASI antara usia dan
paritas, dimana p-value usia didapatkan 0,784> 0,05 dan paritas di dapatkan P
value 0,597> 0,05, yang berarti keduanya tidak dapat mempengaruhi produksi
berpengaruh terhadap produksi ASI pada Ibu post partum. Berdasarkan hasil uji
0,000 <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi tidak
signifikan rata-rata kelompok pemberian daun katuk pada ibu post partum antara
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis kepada
Produksi Asi Pada Ibu Post Partum di wilayah binaan Puskesmas Campaka Kab.
Purwakarta Tahun 2021”, dapat disimpulkan sebagai berikut : Jumlah Ibu Post
presentasi 52,8% dari 36 ibu. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Non
terdapat perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk pada ibu nifas
antara kelompok
84 | P a g e
intervensi dan kelompok kontrol. Jumlah ibu post partum dari 36 responden hasil
tertinggi adalah usia 20-35 tahun dengan jumlah responden sebanyak 25 orang
dengan presentase 69,4% dan pada paritas yang tertinggi pada multipara
didapatkan nilai P < 0,05, berarti tidak ada perbedaan signifikan produksi ASI
antara usia dan paritas, dimana p-value usia didapatkan 0,784> 0,05 dan paritas di
dapatkan P value 0,597> 0,05, yang berarti keduanya tidak dapat mempengaruhi
produksi ASI pada ibu post partum. Jumlah Ibu Post Partum berdasarkan makanan
pantangan Ibu yang Tidak ada makanan pantangan sebanyak 20 orang dengan
Test, didapatkan nilai P=0,000<0,05, berarti pada alpha 0.05 terdapat perbedaan
signifikan rata- rata kelompok pemberian daun katuk pada ibu post partum antara
Daftar Pustaka
1. Azizah I, Yulinda D. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Asi
Pada Ibu Postpartum Di Bpm Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun 2016. Media
ilmu kesehatan [Internet]. 2019Nov.11 [cited 2022Mar.5];6(1):71-5.
Available from:
https://ejournal.unjaya.ac.id/index.php/mik/article/view/181
85 | P a g e
3. Alice. (2020). Hubungan Umur, Paritas Dan Frekuensi Menyusui Yang
Bermasalah Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum. JMSWH Journal of
Midwifery Science and Women’s Health. Volume 1, Nomor 1 Tahun 2020
5. https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/14.%20Profil%20Kab%
20Purwakarta%202017.pdf
6. https://www.dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/pekan-asi-sedunia-
peringatan-pekan-asi-sedunia-tahun-2019-di-diy
9. Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
11. Kitano, N., Nomura, K., Kido, M., Murakami, K., Ohkubo, T., Ueno, M., &
Sugimoto,
12. Meedya, S., Fahy, K., & Kable, A. (2010). Faktors that positively influence
breastfeeding duration to 6 months: A literature review. Women and
Birth, 23(4),135–145.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2010.02. 002. Diakses pada tanggal 21 Juli
2021.
13. Meta. 2021. Mommyclopedia 456 Fakta tentang ASI dan Menyusui.
Jakarta: PT. Gramedia
15. Pranajaya dkk. (2013). Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui.
Jurnal Keperawatan, IX(2), 227–237.
86 | P a g e
Katuk ( Sauropus androgynus ) Terhadap Produksi ASI. 2016;5:117– 21
18. Saktiawan & Atmiasri (2017). Pemanfaatan Tanaman Toga Bagi Kesehatan
Keluarga dan Masyarakat. Jurnal.unipasby.ac.id, Vol.1 No.2, November 2017.
19. Sarwono Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan (4th ed.). PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
20. Saskiyanto dkk. (2018). Hubungan Pengetahuan, Status Gizi, Pola Makan,
Pantangan Makanan Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Menyusui
(Study Kasus di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar). Jurnal Dunia Gizi,
Vol. 1, No. 1, Juni 2018: 01-09
24. Yeni. (2016). Hubungan Pemanfaatan Daun Katuk Dengan Produksi ASI Di
Klinik Hj. Dermawati Tahun 2016.
87 | P a g e