Anda di halaman 1dari 87

SEMINAR EBN (EVIDENCED BASED NURSING)

MANFAAT DAUN KATUK UNTUK MENAMBAH PRODUKSI ASI

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan Maternitas

DISUSUN OLEH KEOMPOK 1:

SUNARSIH
DUDI AGUS SUPRIADI
DUDU MUNFARIDZ
EVA YUSANA
IRFAN MALIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
TAHUN 2022/2023
SEMINAR EBN (EVIDENCED BASED NURSING)

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menyusui merupakan salah satu cara yang efektif bagi kesehatan dan kelangsungan

hidup anak. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi dengan air susu ibu (ASI) dari

payudara ibu sejak bayi lahir dan minimal 6 bulan sampai dengan 2 tahun atau lebih. Air Susu

Ibu (ASI) mempunyai banyak manfaat karena mengandung protein, lipid, dan karbohidrat

kompleksdan zat antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi karena mudah dicerna dan diserap

yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi bayi. (Nicholas

J.Andreas, BeateKampma, 2015)

ASI mempunyai banyak manfaat bagi bayi, dimana komposisi ASI sangat menentukan

proses pertumbuhan dan jaringan otak bayi , serta pemberian ASI ekslusif dapat melindungi bayi

dari sindrom kematian bayi mendadak atau SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). Meskipun

ASI ekslusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya, namun kecenderungan untuk ibu

menyusui bayinya secara ekslusif masih rendah. Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO

tahun 2016 masih menunjukan rata- rata angka pemberian ASI ekslusif di dunia baru berkisar

36%(World Health Organization, 2016) dan berdasarkan laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat

tahun cakupan pemberian ASI Ekslusif 0-6 Bulan presentasi tertinggi terdapat pada Provinsi

Jawa Barat (90,79%) dan terendah pada Provinsi Gorontalo (30,71%). Rendahnya pemberian

ASI kepada bayi karena jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu sedikit karena dipengaruhi

oleh banyak faktor salah satunya adalah hormone. Hormone yang mempengaruhi produksi ASI

dan pengeluaran ASI ada dua yaitu prolaktin dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah

produksi ASI, sedangkan oksitosin mempengaruhi proses pengeluaran ASI. Prolaktin berkaitan

dengan nutrisi ibu, semakin asupan nutrisinya baik maka produksi ASI juga makin banyak.

(Maryunani A, 2012).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Dewi (2019) bahwa ada hubungan nutrsi dengan
kelancaran produksi ASI. Makanan bergizi yang di konsumsi ibu selama menyusui akan

dimetabolisme oleh system pencernaan. Zat-zat gizi akan diserap oleh tubuh dan dialirkan

kedalam ASI sehingga ASI lebih banyak diproduksi.(Maryunani A, 2012)

Ibu menyusui harus memperhatikan beberapa hal yang meningkatkan kualitas dan

jumlah volume ASI yang diproduksinya. Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan para ibu

yang sedang memberikan ASI agar ASI tetap lancar, yaitu konsumsi sayur-sayuran, buah-buahan

yang dapat meningkatkan volume ASI. Dampak dari ASI yang tidak lancar membuat ibu berfikir

bahwa bayi mereka tidak akan mendapat cukup ASI sehingga ibu sering mengambil langkah

berhenti menyusui dan menggantinya dengan susu formula. Pemberian makanan atau minuman

selain ASI secara dini seperti pemberian susu formula, akan menunjukan status gizi bayi yang

kurang, hal tersebut berdampak terhadap kesehatan bayi diantaranya adalah gangguan

pencernaan seperti diare, sulit BAB, muntah, serta bayi akan mengalami gangguan menyusui.

Upaya untuk memperlancar produksi ASI biasanya menggunakan pengobatan secara famakologi

atau non-farmakologi. Pengobatan farmakologi pada produksi ASI harus sesuai ajuran dan resep

dokter karena adanya efek samping antara lain, diare, lelah ,letih, rasa ngantuk, mulut kering dan

sakit kepala. Pengobatan non-farmakologi terdiri dari pijat oksitoin, perawatan payudara, dan

salah satu yang dapat dilakukan untuk memperlancar produksi ASI pada ibu nifas adalah dengan

mengkonsumsi rebusan dan ekstrak daun katuk. Penelitian yang dilakukan oleh Hayati bahwa

salah satu manfaat dari daun katuk adalah memperlancar Air Susu Ibu (ASI).(Hayati,

Arumingtyas, Indriyani, & Hakim, 2016)

Daun katuk mengandung hampir 7% protein dan 19% serat kasar, vitamin K, pro-vitamin

A (beta karotin Vitmin B dan C. Mineral yang dikandung adalah Kalsium (2,8%) zat besi,

kalium, fisfor dan magnesium. Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk

menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Sedangkan kandungan steroid dan polifenol didalamnya

dapat berfungsi untuk menaikan kadar prolactin, dengan demikian produksi asi dapat meningkat.

(Santoso, 2013) Sutomo (2019) mengungkapkan bahwa pemberian daun katuk sampai kadar 170

gram/hari dapat meningkatkan produksi susu hingga 45%.(S, Garantjang, Natsir, & Ako, 2019)

Situmorang tahun 2018 mengungkapkan bahwa ada pengaruh konsumsi air rebusan daun katuk
terhadap produksi asi pada ibu nifas dimana dengan memberikan rebusan daun katuk kepada ibu

menyusui sebanyak 3x1 dengan 150 cc dapat meningkatkan produksi ASI.(Situmorang, 2019)

Berdasarkan data yang diperoleh dari puskesmas Suli tahun 2020 maka hasil yang di dapat

adalah bayi yang mengkonsumsi ASI Eksklusif 31 anak dan bayi yang tidak mengkonsumsi ASI

Eksklusif 93 anak di tahun 2019 dan ibu Menyusui pada puskesmas Suli sebesar 31 orang dan

yang tidak menyusui 93 orang.(Suli, 2020).

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas Suli


menunjuhkan bahwa, pencapaian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Suli belum maksimal
karena, masih banyak ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seberapa besar manfaat konsumsi daun katuk.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui manfaat ASI
b. Mengetahui manfaat daun katuk.
c. mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian rebusan daun katuk terhadap
peningkatan produksi ASIpada ibu menyusui
C. MANFAAT
1. Perawat
Dapat memberikan pengetahuan untuk meningkatkan produksi ASI dengan biaya
yang murah.
2. Pasien / ibu menyusui
Dapat informasi untuk meningkatkan produksi ASI dengan metode nonfarmakologi
yang mudah di dapat dan biaya murah.
BAB II

ANALISA JURNAL

A. JURNAL UTAMA

1. JUDUL ARTIKEL

Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas

2. PENELITI

a. Mariene W. Dolang

b. Frisca P. A. Wattimena

c. Erlin Kiriwenno

d. Sunik Cahyawati1 , Sahrir Sillehu1

3. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian dalam penelitian ini adalah pre ekperimental design dengan

rancangan one group prestest – posttest. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Suli pada 1-31 Oktober 2020. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas di

Wilayah Kerja Puskesmas Suli sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Suli memenuhi kriteria inklusi peneliti

sejumlah 30 responden yang diambil dengan menggunakan total sampling. Instrumen yang

dilakukan dalam penelitian ini yaitu: Kuesioner untuk mengetahui karakteristik responden

yang terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dan lembar observasi

digunakan untuk mengukur produksi ASI pretest dan posttest sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan air rebusan daun katuk, dimana untuk mengukur produksi ASI digunakan Botol

Susu/Dot bayi untuk melihal berapa banyak ASI yang dihasilkan. Analisis yang digunakan

untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu

nifas adalah Uji Wilcoxon.

B. JURNAL PENDUKUNG

1. ARTIKEL PENDUKUNG PERTAMA

a. Judul artikel
Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap

Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa Kwala Simeme Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021

b. Peneliti

1) Indah Selviana

c. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil Uji normalitas data Saphiro-Wilk. Menunjukkan hasil

penghitungan signifikansi: test saphirowilk = >0,005 ( data berdistribusi normal). nilai t

table sebesar 2,615 > 2,145 dan nilai Sig(2- tailed) adalah sebesar 0,020 < 0,05. Setelah

dilakukan perlakuan pemberian rebusan daun katuk pada ibu menyusui terjadi perubahan

dan di dapatkan data ibu Menyusui mengalami peningkatan produksi ASI sesudah

diberikan rebusan daun ketuk sehingga sangat baik dan dianjurkan pada ibu yang

menyususi untuk meminum rebusan daun katuk karena didalam daun katuk terdapat

kandungan yang tinggi protein. Pemberian rebusan daun katuk di minum 3 x sehari

(150cc dalam 1x minum) selama 7 hari dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-

120 ml. Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi

pengeluaran air susu ibu. Sedangkan kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat

berfungsi untuk menaikan kadar prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat

meningkat. Steroid bersama dengan vitamin A juga mendorong proliperasiepitel

alveolus-alveolus baru. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan jumlah elveolus pada

kelenjar yang secara otomatis akanmeningkatkan produksi ASI.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk

(Sauropus Androgynus) Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa

Kwala Simeme Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021 dapat di

ambil bahwa terjadi perubahan pada ibu menyusui mengalami peningkatan produksi ASI

sesudah diberikan rebusan daun katu. sehingga sangat baik dan dianjurkan pada ibu yang

menyususi untuk meminum rebusan daun katuk karena didalam daun katuk terdapat
kandungan yang tinggi protein. Pemberian rebusan daun katuk di minum 3 x sehari

(150cc dalam 1x minum) selama 7 hari dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-

120 ml. Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi

pengeluaran air susu ibu. Sedangkan kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat

berfungsi untuk menaikan kadar prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat

meningkat. Steroid

2. ARTIKEL PENDUKUNG KEDUA

1) Judul artikel

Pengaruh Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Peningkatan Produksi

Asi Pada Ibu Menyusui

2) Peneliti

1) Izhar Ibrahim

2) Ayu Pratiwi

3) Hasil penelitian

Kandungan klorofil pada setiap 100gr daun katuk lebih kurang 220,2mg. selain

klorofil, kandungan fitokimia lainnya adalah isoflavonoid yang menyerupai esterogen

sehingga dapat memperlambat berkurangnya massa tulang. Kandungan sterolnya dapat

meningkatkan metabolisme glukosa untuk sintesa laktosa, sehingga produksi ASI

meningkat. Terkandung juga polifenol dan steroid yang berperan dalam reafleks

prolactin atau merangsang alveoli untuk memproduksi ASI serta merangsang hormone

oksitosin untuk memacu pengeluaran dan pengaliran ASI (Ramayulis, 2015). Selain itu

daun katuk merupakan sumber vitamin C. pada 100g daun katuk mengandung 59kkal,

5,8g protein, 1,0g lemak, 11,0g karbohidrat, 204 mg kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg zat

besi, 0,1 mg vitamin B1, dan 239 mg vitamin C serta 81,0% air. (Ramayulis, 2015).

Masyarakat Indonesia telah menggunakan daun katuk sebagai sayuran hijau untuk

meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui sehingga dapat menghasilkan jumlah
ASI yang lebih banyak untuk buah hatinya. Hal ini disebabkan karena daun tersebut

memiliki banyak kandungan gizi seperti protein, kalori, dan karbohidrat. Kandungan

gizi pada tanaman ini hampir setara dengan daun singkong dan daun pepaya.

Perbedaannya, daun ini memiliki kandungan zat besi yang lebih tinggi. Selain itu katuk

juga mengandung banyak vitamin A, vitamin C, vitamin B1 thiamin, mineral, lemak,

tanin, flavonoid, saponin, dan alkaloid papaverin.

Dengan kandungan tersebut, maka tidak heran jika tanaman ini banyak digunakan

sebagai tanaman obat tradisional. Banyak yang menganggap bahwa manfaat katuk

tidak hanya dapat melancarkan ASI saja tetapi jauh lebih banyak dari itu. Penelitian

yang dilakukan oleh Suwanti & Kuswati (2016) dalam penelitiannya pasrtisipan yang

terbagi kedalam 2 kelompok yang diberikan ekstrak daun katuk 2 kali sehari 2 kapsul

selama 1 bulan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2018) pemberian

simplisia daun katuk diminum 2x1 hari selama 15 hari. Berbeda dari metode

sebelumnya Penelitian yang dilakukan oleh Juliastuti (2019) dan oleh Seriati & Anita

(2019) dengan memberikan rebusan daun katuk dan ekstrak daun katuk. Pemberian

ekstrak daun katuk pada kelompok ibu melahirkan dan menyusui dengan dosis 3x300

mg/hari. Untuk rebusan daun katuk menggunakan 300 gram daun katuk dicampur

dengan 1,5 Liter air, direbus selama 15 menit (hingga daun katuk matang/lunak),

kemudian disaring. Air rebusannya yang akan di minum oleh ibu tiga kali 150 ml

sehari. Semerntara itu penelitian yang dilakukan oleh Rahmanisa & Aulianova, 2016)

dan Baequny et al., (2016) dalam penelitiannya hanya mengumpulkan responden atau

partisipan yang sudah mengkonsumsi daun katuk dan yang tidak mengkonsumsi daun

katuk. Dan intervensi yang diberikan Lestari & Prasetyorini, (2020) memberikan jus

daun katuk kepada partisipan untuk dikonsumsi 2x1 hari 300ml. Meskipun metode

penelitian dan dengan cara yang berbeda terdapat hasil yang membutikan bahwa daun

katuk mampu meningkatkan produksi ASI ibu menyusui.Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Suwanti & Kuswati (2016).


Hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa responden kelompok intervensi dengan

diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1 kapsul

mendapatkan hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi (70%).

Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa responden

yang produksi ASI nya melebihi kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan masih didapatkan

yang kurang memenuhi kebutuhan bayi (20%). Responden kelompok intervensi selama

diberikan ekstrak daun katu dilakukan monitoring setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat

efek samping atau keluhan ibu yang berkaitan dengan ekstrak daun katu ternyata

didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu yang mengalami pusing, mual atau muntah

layaknya orang keracunan makanan. Hasil analisis dengan uji statitik menggunakan uji

Chi-Square, dapat diketahui bahwa ibu-ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI

nya lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun

katu (ρ = 0.000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baequny et al., (2016)

hasil analisa uji statistic dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai ρ value

(Asymp. Sig. 2-sided) sebesar 0,001 (minum jamu. Menurut Bayhatun dalam Baequny

et al., (2016) Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI antara lain: 1) Bayi yang

cukup ASI berkemih 6-8 kali dalam sehari. 2) Terdapat peningkatan berat badan rata-

rata 500 gram perbulan. 3) Bayi sering menyusu yaitu tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam

sehari. 4) Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, cukup aktif. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh (Rahmanisa & Aulianova, 2016) Efektivitas alkaloid dan sterol

yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI. Penelitian

yang dilakukan oleh (Seriati & Anita, 2019) hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa

mayoritas pada kelompok intervensi produksi ASI cukup yaitu 14 ibu dan pada

kelompok kontrol 7 ibu. Produksi Asi kurang pada kelompok intervensi yaitu 2 ibu dan

pada kelompok kontrol 9 ibu. Hasil uji statistik didapatkan bahwa p (sig) adalah 0,009

< 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi air rebusan daun katuk

terhadap pengeluaran produksi ASI pada ibu nifas. Tercapainya tujuan dari Sustainable

Development Goals (SGD’s) bagian ke 3 target ke 2 yaitu pada tahun 2030, kematian
bayi dan balita dapat dicegah dengan cara semua Negara berusaha untuk mengurangi

angka kematian neonataln setidaknya 12 per 1000 kelahiran hidup merupakan suatu

pencapaian yang penting dalam dunia kesehatan dan World Health Organization

(WHO) mencatan bahwa dengan memperaktekkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)

esklusif bagi bayi dapat menurunkkan jumlah kesakitan dan kematian anak, karena

penyakit yang umum terjadi pada anak seperti diare dan pneumonia ASI membantu

pemulihan lebih cepat selama sakit (WHO,2017).

3. ARTIKEL PENDUKUNG KETIGA

1) Judul artikel

Efektivitas Pemberian Daun Katuk Dalam Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di

Puskesmas Campaka Purwakarta Tahun 2021

2) Peneliti

1) Widia Natalia

3) Hasil penelitian

Hasil penelitian didapatkan dari 36 ibu post partum, yang dilakukan intervensi

pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dan kelompok yang hanya dikontrol saja tanpa

diberikan intervensi sebanyak 18 ibu. Berdasarkan atas hasil penelitian, pemberian daun

katuk berpengaruh terhadap produksi ASI. Hasil uji normalitas (One Sample

KolmogorovSminov) diketahui nilai signifikansi 0,000Parametrik Mann-Whitney Test

didapatkan nilai P = 0,000 < 0,05, berarti pada alpha 0.05 terdapat perbedaan signifikan

rata-rata pemberian daun katuk pada ibu nifas antara kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

C. ANALISA PICOT

1. Problem

a) Berdasarkan data yang diperoleh dari WHO tahun 2016 masih menunjukan rata- rata

angka pemberian ASI ekslusif di dunia baru berkisar 36%(World Health Organization,
2016) dan berdasarkan laporan Ditjen Kesehatan Masyarakat tahun cakupan pemberian

ASI Ekslusif 0-6 Bulan presentasi tertinggi terdapat pada Provinsi Jawa Barat (90,79%)

dan terendah pada Provinsi Gorontalo (30,71%).

b) Rendahnya pemberian ASI kepada bayi karena jumlah produksi ASI yang dihasilkan ibu

sedikit karena dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah hormone. Hormone

yang mempengaruhi produksi ASI dan pengeluaran ASI ada dua yaitu prolaktin dan

oksitosin. Prolaktin mempengaruhi jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin

mempengaruhi proses pengeluaran ASI.

2. Intervention

Pada proses penilitian, peneliti memberikan rebusan daun katuk sebanyak 330 ml pada pagi

dan sore hari selama 1 minggu. Sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun katuk

dilakukan peneliti pengukur jumlah produksi ASI pada ibu nifas dengan menggunakan pompa

susu, botol ukur dan lembar observasi produksi ASI sebelum dan sesudah pemberian rebusan

daun katuk. Bertambahnya jumlah produksi ASI yang di alami responden disebabkan karena

daun katuk kaya protein, kalium, posfor, zat besi, vitamin A,B1 dan vitamin C. Dalam 100 gr

daun katuk juga terkandung 239 mg vitamin C, sudah jauh lebih cukup untuk memenuhi

kebutuhan ibu menyusui. Daun katuk baik untuk memperlancar ASI karena mengandung

asam seskuiterna. Selain kaya akan protein, lemak dan mineral, daun katuk juga diperkaya

dengan kandungan vitamin A, B dan C, kemudian tanin, saponin dan alkaloid papaverin.

3. Comparison

1) Jurnal Pembanding 1

1) Judul Jurnal
Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap

Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa Kwala Simeme Kecamatan

Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021

2) Peneliti
Indah Selviana
3) Hasil penelitian
Berdasarkan hasil Uji normalitas data Saphiro-Wilk. Menunjukkan hasil

penghitungan signifikansi: test saphirowilk = >0,005 ( data berdistribusi normal).

nilai t table sebesar 2,615 > 2,145 dan nilai Sig(2- tailed) adalah sebesar 0,020 <

0,05. Setelah dilakukan perlakuan pemberian rebusan daun katuk pada ibu menyusui

terjadi perubahan dan di dapatkan data ibu Menyusui mengalami peningkatan

produksi ASI sesudah diberikan rebusan daun ketuk sehingga sangat baik dan

dianjurkan pada ibu yang menyususi untuk meminum rebusan daun katuk karena

didalam daun katuk terdapat kandungan yang tinggi protein. Pemberian rebusan

daun katuk di minum 3 x sehari (150cc dalam 1x minum) selama 7 hari dapat

meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-120 ml. Kandungan protein dalam daun

katuk berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Sedangkan

kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk menaikan kadar

prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat meningkat. Steroid bersama dengan

vitamin A juga mendorong proliperasiepitel alveolus-alveolus baru. Dengan

demikian, akan terjadi peningkatan jumlah elveolus pada kelenjar yang secara

otomatis akanmeningkatkan produksi ASI.

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Rebusan Daun

Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu

Menyusui Di Desa Kwala Simeme Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2021 dapat di ambil bahwa terjadi perubahan pada ibu menyusui mengalami

peningkatan produksi ASI sesudah diberikan rebusan daun katu. sehingga sangat

baik dan dianjurkan pada ibu yang menyususi untuk meminum rebusan daun katuk

karena didalam daun katuk terdapat kandungan yang tinggi protein. Pemberian

rebusan daun katuk di minum 3 x sehari (150cc dalam 1x minum) selama 7 hari

dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-120 ml. Kandungan protein dalam

daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Sedangkan

kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk menaikan kadar
prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat meningkat. Steroid

2) Jurnal Pembanding 2

1) Judul artikel

Pengaruh Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Peningkatan

Produksi Asi Pada Ibu Menyusui

2) Peneliti

a) Izhar Ibrahim

b) Ayu Pratiwi

3) Hasil penelitian

Hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa responden kelompok intervensi

dengan diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1

kapsul mendapatkan hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi

(70%). Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa

responden yang produksi ASI nya melebihi kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan

masih didapatkan yang kurang memenuhi kebutuhan bayi (20%). Responden

kelompok intervensi selama diberikan ekstrak daun katu dilakukan monitoring

setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat efek samping atau keluhan ibu yang berkaitan

dengan ekstrak daun katu ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu yang

mengalami pusing, mual atau muntah layaknya orang keracunan makanan. Hasil

analisis dengan uji statitik menggunakan uji Chi-Square, dapat diketahui bahwa ibu-

ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI nya lebih banyak dibandingkan

dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katu (ρ = 0.000). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Baequny et al., (2016) hasil analisa uji statistic

dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai ρ value (Asymp. Sig. 2-sided)

sebesar 0,001 (minum jamu. Menurut Bayhatun dalam Baequny et al., (2016)
Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI antara lain: 1) Bayi yang cukup ASI

berkemih 6-8 kali dalam sehari. 2) Terdapat peningkatan berat badan rata-rata 500

gram perbulan. 3) Bayi sering menyusu yaitu tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam

sehari. 4) Bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, cukup aktif. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Rahmanisa & Aulianova, 2016) Efektivitas alkaloid

dan sterol yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI.

Penelitian yang dilakukan oleh (Seriati & Anita, 2019) hasil penelitian didapatkan

bahwa bahwa mayoritas pada kelompok intervensi produksi ASI cukup yaitu 14 ibu

dan pada kelompok kontrol 7 ibu. Produksi Asi kurang pada kelompok intervensi

yaitu 2 ibu dan pada kelompok kontrol 9 ibu. Hasil uji statistik didapatkan bahwa p

(sig) adalah 0,009 < 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi air

rebusan daun katuk terhadap pengeluaran produksi ASI pada ibu nifas. Tercapainya

tujuan dari Sustainable Development Goals (SGD’s) bagian ke 3 target ke 2 yaitu

pada tahun 2030, kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan cara semua Negara

berusaha untuk mengurangi angka kematian neonataln setidaknya 12 per 1000

kelahiran hidup merupakan suatu pencapaian yang penting dalam dunia kesehatan

dan World Health Organization (WHO) mencatan bahwa dengan memperaktekkan

pemberian Air Susu Ibu (ASI) esklusif bagi bayi dapat menurunkkan jumlah

kesakitan dan kematian anak, karena penyakit yang umum terjadi pada anak seperti

diare dan pneumonia ASI membantu pemulihan lebih cepat selama sakit

(WHO,2017).

3) Jurnal Pembanding 3

1) Judul artikel

Efektivitas Pemberian Daun Katuk Dalam Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu

Nifas Di Puskesmas Campaka Purwakarta Tahun 2021

2) Peneliti

Widia Natalia
3) Hasil penelitian

Hasil penelitian didapatkan dari 36 ibu post partum, yang dilakukan

intervensi pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dan kelompok yang hanya

dikontrol saja tanpa diberikan intervensi sebanyak 18 ibu. Berdasarkan atas hasil

penelitian, pemberian daun katuk berpengaruh terhadap produksi ASI. Hasil uji

normalitas (One Sample KolmogorovSminov) diketahui nilai signifikansi

0,000Parametrik Mann-Whitney Test didapatkan nilai P = 0,000 < 0,05, berarti pada

alpha 0.05 terdapat perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk pada ibu

nifas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

4. Outcome

Berdasarkan hasil analisis sebelum pemberian rebusan daun katuk diperoleh rata-rata

produksi ASI yang dihasilkan adalah 20,27 ml dan setelah pemberian rebusan daun katuk

diperoleh rata-rata produksi ASI adalah 61,33ml. Nilai signifikan atau nilai p sebesar 0,000 (p

< 0,05) sehinga disimpuplakan terdapat pengaruh pemberian Rebusan Daun Katuk terhadap

Produksi ASI pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Suli. Dari Hasil Penelitian yang di

lakukan peneliti, pemberian Air Rebusan daun katuk sangatlah berguna untuk peningkatan

produksi ASI. Hal ini di lihat dari pengukuran yang di lakukan sebelum diberikan Air

rebusan, Produksi ASI hanya berkisar 30 ml saja. Dan sesudah diberikan Rebusan air daun

Katuk produksi ASI menjadi meningkat yang dimana hanya 30 ml sekarang menjadi 60 – 80

ml. hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmanisa (2016) bahwa efektivitas

alkaloid dan sterol yang terkandung didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI

pada beberapa ibu menyusui mengalami gangguan terhadap produksi ASI, sehingga

kebutuhan ASI yang akan diberikan terhadap bayi pada periode menyusui eksklusif dapat

terpenuhi setelah ibu mengonsumsi ekstrak daun katuk.(Soraya Rahmanisa, 2016) Dari hasil

observasi yang dilakukan maka diketahui bahwa setelah meminum air rebusan daun katuk

produksi ASI mereka menjadi meningkat. Sehingga dapat di simpulkan oleh penliti bahwa hal

inilah yang menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produksi ASI yang baik yang tidak
ada efek sampingnya kepada bayi. Maka sebab itu ibu menyusui diharapkan dapat

mengkonsumsi rebusan air daun katuk, agar anak yang di susuinya bisa mendapatkan nutrisi

yang baik dan berguna bagi tumbuh kembang anak itu sendiri.

5. Time

Penelitian ini tidak mencantumkan waktu dari penelitian, namun hanya mencantumkan

lamanya proses penelitian yakni peneliti memberikan rebusan daun katuk sebanyak 330 ml

pada pagi dan sore hari selama 1 minggu.


BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Proses Laktasi Dan Menyusui

Menyusui merupakan cara pemenuhan kebutuhan nutrisi yang terbaik bagi bayi.

Memberikan seluruh anak permulaan hidup yang terbaik bisa dimulai dengan

menyusui, sebuah ikhtiar yang paling sederhana, paling cerdas dan paling terjangkau

untuk mendukung anak yang lebih sehat, keluarga yang lebih kuat dan pertumbuhan

yang berkelanjutan. WHO merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif dimulai dalam

1 jam setelah kelahiran bayi hingga usia bayi 6 bulan. MPASI gizi seimbang harus

ditambahkan ketika usia bayi 6 bulan dengan tetap meneruskan menyusui hingga umur

2 tahun atau lebih

B. Anatomi Fisiologi

Payudara terletak secara vertikal diantara costa II dan IV, secara horizontal mulai

sternum sampai linea aksilaris medialis. Payudara bentuknya bervariasi menurut aktivitas

fungsionalnya. Pembesaran disebabkan oleh karena pertumbuhan stroma jaringan

penyangga dan penimbunan lemak.

1. Payudara terdiri atas beberapa bagian yakni:

a) Kalang payudara: letaknya mengelilingi putting susu, warna kegelapan,

mengandung kelenjar- kelenjar montgomery yang menghasilkan kelenjar

serbum yang bertindak sebagai pelumas selama kehamilan dan sepanjang

masa post partum.

b) Putting susu: terdiri dari jaringan yang erektil, terdapat lubang- lubang kecil

merupakan muara dari duktus laktiferus., ujung- ujung serat saraf,

pembuluh gatah bening, serat- serat otot polos yang memiliki kerja seperti

spichter dalam mengendalikan aliran susu.


c) Lobus yang terdiri dari 15 sampai 20 lobus, masing- masing lobus terdiri

dari 20- 40 lobulus, tiap lobulus terdiri dari 10- 100 alveoli.

d) Alveoli mengandung sel- sel acini yang menghasilkan susu serta dikelilingi

oleh sel- sel mioepitel yang berkontraksi mendorong susu keluar dari

alveoli.

e) Laktiferus sinus/Ampula: bertindak sebagai waduk sementara bagi air susu.

Payudara mendapat pasokan darah dari arteri mammary internal dan

eksternal serta bercabang dari arteri- arteri intercostalis. Venanya diatur

dalam bentuk bundar di sekeliling putting susu. Cairan limfa mengalir

bebas keluar diantara payudara dan uterus ke node- node limfa didalam

axial dan mediastinum.

C. Fisiologi Laktasi

Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI

biasannya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi. Pada

hari kedua atau ketiga pasca persalinan, kadar ekstrogen dan progesteron turun drastis,

sehingga pengaruh prolaktin lebih dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi

ASI. Dengan menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah

prolaktin hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks pada ibu yang

sangat penting dalam proses laktasi yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran timbul

akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.

D. Refleks Proses Laktasi

1. Refleks Prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada putting susu

terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus didasar

otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan hormone prolaktin ke


dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel kelenjar (alveoli) untuk

memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang

diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas dan lamanya

bayi menghisap.

2. Refleks Aliran/ Let Down

Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain memengaruhi hipofise

anterior mengeluarkan hormon prolaktin juga memengaruhi hipofise posterior

mengeluarkan hormon oksitosin. Di mana setelah oksitosin dilepas kedalam darah

mengacu otot- otot polos yang mengelilingi alveoli dan duktuslus berkonsentrasi

sehingga memeras air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu.

E. Refleks Mekanisme Isapan Bayi

1. Refleks Menangkap (Rooting Refleks)

Refleks ini timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, maka bayi akan menoleh ke

arah sentuhan. Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan suatu rangsangan yang bisa menimbulkan refleks untuk mencari pada

bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu yang menempel

diikuti dengan membuka mulut. Kemudian putting susu ditarik masuk kedalam

mulut dan berusaha menangkap puting susu.

2. Refleks Mengisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit- langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Puting susu

yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah akan ditarik lebih jauh dan

rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah

terletak pada langit- langit. Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara

berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dengan sinus laktiferus,

sehingga air susu akan mengalir ke puting susu. Selanjutnya, bagian belakang lidah
menekan puting susu pada langit- langit yang mengakibatkan air susu keluar dari

putting. Cara yang dilakukan bayi tidak akan menimbulkan cedera pada puting susu.

3. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.

Pada saat air susu keluar dari putting susu, akan disusul dengan gerakan mengisap

yang ditimbulkan oleh otot- otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah

dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan

berbeda bila bayi diberi susu botol. Rahang mempunyai peranan sedikit didalam

menelan dot botol sebab susu mengalir dengan mudah dari lubang dot.

F. Proses Pembentukan Laktogen

Proses pembentukan laktogen dimulai sejak kehamilan, yang meliputi proses

sebagai berikut:

1. Laktogenesis I

Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase

laktogenisasi I. Payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang

kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI

sebenarnya. Namun, bukan merupakan masalah medis apabila ibu hamil

mengeluarkan kolostrum sebelum bayi lahir. Hal ini juga bukan indikasi sedikit

atau banyaknya produksi ASI setelah melahirkan nanti.

2. Laktogenesis II

Saat melahirkan , keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron,

ekstrogen dan human lactogen (HPL) secara tiba- tiba, namun hormon prolaktin tetap

tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI secara maksimal yang dikenal dengan fase

Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat,

memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan
tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk

memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian

mengindikasikan bahwa jumlah prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI

lebih banyak, yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari hingga 06.00 pagi, sedangkan jumlah

prolaktin rendah satt payudara terasa penuh.

3. Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrit mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa

hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol

autokrit dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI

banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan

demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi

menghisap, juga seberapa sering payudara di kosongkan (14).

G. Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang

lengkap untuk bayi, dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi, serta sebagai

makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6

bulan. Selain manfaat tersebut, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi karena

mengandung berbagai zat antibodi serta dapat melindungi bayi dari serangan alergi. ASI

juga dapat meningkatkan kecerdasan dan keaktifan pada bayi karena ASI mengandung

asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi lebih pandai dan

menunjang peningkatan perkembangan motorik dan sensorik sehingga bayi lebih cepat

berbicara ataupun berjalan dan meningkatkan daya penglihatan.

Pada saat anak sudah memasuki usia bulan pertama dan keenam jumlah

asupannya akan berbeda lagi pertumbuhan bayi , ASI akan melambat dan asupannya

akan selalu sama pada setiap bulannya. Menurut penelitian bayi ASI membutuhkan

sekitar 750 ml/hari (25 oz). Rata- rata bayi membutuhkan asupan 570- 900 ml/hari.
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa tambahan

apapun sejak dari lahir, dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula

dan madu untuk bayi baru lahir tidak dibenarkan. Setiap ibu menghasilkan air susu

yang kita sebut ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI

eksklusif serta proses menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan

untuk membangun SDM yang berkualitas. ASI adalah makanan satu- satu nya yang paling

sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu ,

dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapatkan perkembangan jasmani,

emosi, maupun spritual yang baik dalam kehidupannya.

H. Komposisi Gizi Dalam ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus

dan sempurna serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. ASI dibedakan

dalam tiga stadium yaitu:

1. Kolostrum

Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Kolostrum ini disekresi oleh

kelenjar payudara pada hari pertama sampai hari keempat pasca persalinan.

Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket dan berwarna

kekuningan. Kolostrum mengandung tinggi ptotein, mineral, garam, vitamin A,

nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada ASI matur. Selain itu,

kolostrum masih mengandung rendah lemak dan laktosa. Protein utama pada

kolostrum adalah immunoglobin ( IgG, IgA dan IgM), yang digunakan sebagai zat

antibodi untuk mencegah dan menetralisir bakteri, virus, jamur dan bakteri.

Meskipun kolostrum yang keluar sedikit menurut ukuran kita, tetapi volume

kolostrum yang ada di dalam payudara mendekati kapasitas lambung bayi yang

beusia 1-2 hari. Volume kolostrum antara 150- 300 ml/ 24 jam.
2. ASI Transisi/ Peralihan

ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang,

yaitu sejak hari ke- 4 sampai hari ke- 10.selama sua minggu, volume air susu bertambah

banyak dan berubah warna serta komposisinya. Kadar imunoglobulin dan protein

menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.

3. ASI Matur

ASI Matur disekresi pada hari ke sepuluh dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna

putih. Kandungan ASI matur relaktif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu

yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih

encer. Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi laktosa, gula, protein,

mineral, dan air (15).

I. Kandungan ASI

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk

makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah

vitamin dan mineral.

1. Protein di dalam ASI

a. ASI mengandung alfa- laktalbumin baik untuk pencernaan bayi

b. ASI mengandung asam amino esensiil taurin yang tinggi yang penting

untuk pertumbuhan retina dan bilirubin

c. Asam amino sistin penting untuk pertumbuhan otak

d. Tirosin dan Fenilanin rendah baik untuk bayi prematur

e. Laktoferin berfungsi untuk mengangkut zat besi

f. Lisozin merupakan antibodi alami.

2. Karbohidrat di dalam ASI


Karbohidrat yang utama terdapat dalam ASI adalah Laktosa yang akan di ubah

menjadi asam laktat, yang berfungsi:

a. Penghambat pertumbuhan bakteri

b. Memacu mikroorganisme untuk memproduksi asam organik dan

mensintesis vitamin

c. Memudahkan absorbsi Ca, F, Mg

d. Selain laktosa juga terdapat glukosa, galaktosa, dan glukosamin.

Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan otak dan medulla spinalis.

Glukosamin memacu pertumbuhan Laktobacilus bifidus yang sangat

menguntungkan bayi.

3. Lemak di dalam ASI

Keadaan lemak dalam ASI merupakan sumber kalori yang utama bagi bayi, dan

sumber vitamin yang larut dalam lemak ( A, D, E,dan K ) dan sumber asam lemak

yang esensil. Selain jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI

mengandung lemak kebutuhan sel jaringan otak yang sangat mudah dicerna serta

mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6, DHA,

AA, Kolesterol merupakan bagian dari lemak yang penting yang meningkatkan

pertumbuhan otak bayi.

4. Mineral di dalam ASI

a. ASI mengandung mineral yang lengkap

b. Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium,

natrium, asam klorida, dan fosfat.

c. Zat besi dan kalsium di dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil.

5. Air di dalam ASI

ASI mengandung air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi yang mendapat cukup
ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun berada di tempat yang

mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna bayi,

sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat

menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula (16).

6. Vitamin di dalam ASI

a. Vitamin A

selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk

mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI

mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan

bakunya yaitu beta karoten. Hal ini salah satu yang menerangkan mengapa bayi

yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan tubuh yang

baik.

b. Vitamin D

seperti halnya vitamin K, ASI hanya mengandung sedikit vitamin D. Hal ini

tidak perlu dikuatirkan karena dengan menjemur bayi pada pagi hari maka

bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari.

Sehingga pemberian ASI Eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar

pada sinar matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena

kekurangan vitamin D.

c. Vitamin E

salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah

merah. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia

hemolitik). Keuntungan ASI adalah kandungan vitamin E nya yang tinggi

terutama pada kolostrumnya dan ASI transisi Awal.

d. Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor

pembekuan. Kadar vitamin K ASI hanya seperempatnya kadar dalam susu

formula. Bayi yang hanya mendapat ASI beresiko terjadi perdarahan, walaupun

angka kejadian perdarahan ini kecil. Oleh kerena itu, pada bayi baru lahir perlu

diberikan vitamik K yang umumnya dalam bentuk suntikan

e. Vitamin yang larut dalam air

hampir semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,

vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan yang dikonsumsi ibu berpengaruh

terhadap kadar vitamin ini didalam ASI. Kadar vitamin B1 dab B2 cukup tinggi

dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah pada

ibu dengan gizi kurang. Karena vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal

perkembangan sistem syaraf maka pada ibu yang menyusui perlu

ditambahakan vitamin ini. Sedangkan vitamin B12 cukup didapat dari makanan

sehari- hari, kecuali ibu menyusui yang vegetarian.

7. Zat – zat lain dalam ASI

Karnitin

Karnitin ini mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang

diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. ASI mengandung kadar

karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui, bahkan di dalam

kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi. Kosentrasi karnitin bayi yang

mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula .

J. Manfaat ASI

Berikut ini adalah manfaat yang di dapatkan dengan menyusui bagi bayi, bagi

ibu, bagi keluarga dan bagi negara.

1. Manfaat Bagi Bayi


a. Komposisi sesuai dengan kebutuhan

b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan

c. ASI mengandung zat pelindung

d. Perkembangan psikomotor lebih cepat

e. Menunjang perkembangan konitif

f. Menunjang perkembangan penglihatan

g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak

h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat

i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri .

2. Manfaat Bagi Ibu

a. Membantu ibu memulihkan diri dari proses persalinannya

b. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke

bentuk semula karena kontraksi yang terjadi ketika menyusui

c. Mencegah anemia defisiensi zat besi pada ibu nifas karena cepatnya proses

involusi rahim

d. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil

e. Menunda kesuburan karena ibu yang menyusui kecil kemungkinan menjadi

hamil dalam 6 bulan pertama sesudah melahirkan akibat dari kadar prolaktin

yang tinggi sehingga menekan FSH dalam pemantangan sel telur dan ovulasi.

f. Menumbuhkan perasaan dibutuhkan pada ibu sehingga ibu juga dapat

mencurahkan kasih sayang sepenuhnya pada bayi dan membuat bayi merasa

nyaman

g. Mengurangi kemungkinan terjadi kanker payudara dan ovarium.

3. Manfaat Bagi Keluarga


a. Mudah dalam proses pemberiannya

b. Mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga

c. Bayi yang mendapat ASI jarang sekali sakit, sehingga dapat menghemat biaya

untuk berobat.

4. Manfaat Bagi Negara

a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemberian obat- obatan

b. Penghematan devisa dalam hal pemberian susu formula dan perlengkapan

menyusui

c. Mengurangi polusi

d. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) masa depan yang berkualitas.

K. Hormon Yang Mempengaruhi Produksi ASI

Hormon- hormon yang mempengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut:

1. Progesteron

Progesteron memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron

dan ekstrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi

secara besar- besaran

2. Ekstrogen

Ekstrogen menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat ekstrogen

menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap

menyusui. Sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon

ekstrogen karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

3. Prolaktin

Prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan. Dalam fisiologi

laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh glandula


pituitari. Hormon ini memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI. Kadar

hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormon prolatin dihambat oleh

hormon plasenta. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses

persalinan membuat kadar ekstrogen dan progesteron berangsur- angsur menurun

sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin. Peningkatan kadar

prolaktin akan menghambat ovulasi dengan kata lain mempunyai fungsi

kontrasepsi. Kadar prolaktin paling tinggi adalah pada malam hari dan perhentian

pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.

4. Oksitosin

Hormon ini mengecangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan

setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga

mengencangkan otot halus di sekitar elveoli untuk memeras ASI menuju saluran

susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let down/ milk ejection reflex.

5. Human Placental Lactogen (HPL)

Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan

dalam pertumbuhan payudara, putting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan

kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa

juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation) (14).

L. Produksi ASI

Produksi ASI merupakan hasil perangsngan payudara oleh hormon prolaktin yang

dihasilkan oleh kelenjar hiipofise anterior. Bila bayi menghisap maka ASI akan

dikeluarkan dari sinus laktiferus. Proses penghisapan akan merangsang ujung saraf

disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hipofise anterior untuk

memproduksi hormon prolaktin. Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara

untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau
refleks prolaktin.

Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantanya adalah sebagai

berikut:

1. Makanan

Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi

ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang

teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.

2. Ketenangan jiwa dan pikiran

Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus

tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan., sedih dan tegang akan

menurunkan volume ASI.

3. Pengunaan alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak

mengurangi produksi ASI.

4. Perawatan payudara

5. Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise

untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

6. Anatomi payudara

\Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu

diperhatikan juga bentuk anatomis papila atau putting susu ibu.

7. Faktor fisiologi

ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang menentukan produksi

dan mempertahankan sekresi air susu.

8. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila kondisi

ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.

9. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.

Semakin sering bayi menyusui pada payudara ibu, maka produksi dan

pengeluaran ASI akan semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi penyusuan pada

bayi prematur dan cukup bulan berbeda. Studi mengatakan bahwa pada produksi

ASI bayi prematur akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari

selama bulan pertama setelah melahirkan (12).

M. Faktor Penghambat Produksi ASI

Selain produksi ASI bisa ditingkatkan dengan jalan terus menyusui setiap kali

bayi menginginkan, ada beberapa hal yang bisa menghambat produksi ASI

diantaranya sebagai berikut:

1) Adanya feeback inhibitor

Feeback inhibitor yaitu suatu faktor lokal, yakni bila saluran ASI penuh, maka

mengirim impuls untuk mengurangi produksi. Cara mengatasi adanya feeback

inhibitor ini adalah dengan mengosongkan saluran secara teratur yaitu dengan

pemberian ASI Eksklusif dan tanpa jadwal (on- demand).

2) Stres / rasa sakit

Adannya stres/rasa sakit maka akan menghambat atau inhibisi pengeluaran

oksitosin. Misalnya pada saat sinus laktiferus penuh/ payudara sudah bengkak.

3) Penyampihan

Merupakan penghentian penyusuan sebelum waktunya. Upaya penyapihan

diantaranya disebabkan karena faktor ibu bekerja, sehingga tidak mau repot

menyusui bayi.

N. Tanda bayi cukup ASI.


1. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning

muda

2. Bayi menyusu lebih sering

3. Bayi tampak puas, sewaktu- waktu merasa lapar bangun dan tidur cukup

4. Bayi tampak sehat, walau kulit dan turgor baik, anak cukup aktif.

5. bayi bertambah berat badannya rata- rata.

O. Upaya memperbanyak ASI

1. Meningkatkan frekuensi menyusu

2. Banyak konsumsi air putih

3. Memenuhi kebutuhan gizi nutrisi ibu menyusu dengan baik.

4. Menghindari penggunaan susu formula.

5. Melakukan perawatan payudara.

6. Kondisi psikologi ibu menyusui yang baik.

P. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

1. Dukungan Umum

Menunjukkan kepada masyarakat bahwa bidan mendukung pemberian ASI

Eksklusif dengan cara:

a. Tidak memperbolehkan ada produk susu formula di klinik

b. Tidak menyediakan botol susu atau dot

c. Tidak memasang poster dari susu formula

d. Tidak mengajurkan kepada ibu nifas untuk menggunakan susu formula

e. Tidak bekerja sama dengan produsen susu formula dalam kegiatan apapun
Q. Daun Katuk

1. Mengenal Daun Katuk

Gambar 2.1. Daun Katuk


Tanaman katuk diklasifikasikan sebagai berikut:

Kindom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili :Phyllanthaceae

Genus : sauropus

Spesien : Sauropus androgynus

Katuk (Sauropus androgymus) dikenal dalam bahasa asing sebagai star

gooseberry atau sweet leaf (Inggris), mani chai (China), rau ngot (Vietnam) cekur

manis atau sayur manis (Malaysia). Di Minangkabau disebut simani, dan di Jawa

bernama Katuk atau katukan. Orang Madura menyebutkannya kerakur dan di Bali

lebih dikenal dengan nama kayumanis.

Tanaman ini amat populer di Asia Selatan atau Asia Tenggara, tumbuh subur
mencapai 2,5 m dengan daun oval hijau tua sampai panjang 5-6 cm. pucuk tanaman

disebut tropical asparagus. di Vietnam merupakan bumbu campuran untuk daging ketam.

Di Malaysia diaduk dengan telur menjadi dadar telur. Katuk termasuk tanaman yang rajin

berbunga, bungannya kecil- kecil berwarna merah gelap sampai kekuning- kuningan

dengan bintik- bintik merah. Dari bunga bisa menjadi buah kecil- kecil berwarna putih.

Sampai sekarang, dikenal 2 jenis tanaman katuk, yakni katuk merah yang masih banyak

dijumpai di hutan belantara. Sebagai tanaman dipelihara karen warna daunnya yang

menawan hijau kemerah- merahan. Jenis kedua adalah katuk berwarna hijau, yang

dibudidayakan untuk dimanfaatkan daun- daunnya. Pertumbuhan daun ini lebih produktif

dibanding daun katuk merah (7).

2. Kandungan Daun Katuk

Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19 %.

Daun ini kaya vitamin K, selain pro- vitamin A ( beta- karoten ), B, dan C,protein, serat,

efedrin, dan air. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi, kalium,

fosfor, dan magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi.

Daun katuk dapat diolah seperti kangkung atau daun bayam. Ibu- ibu menyusui diketahui

mengkonsumsi daunnya untuk memperlancar keluarnya ASI.

Kandungan vitamin C dalam daun katuk sangat tinggi bahkan lebih tinggi dari

jeruk atau jambu biji, dan vitamin C penting untuk membentuk kolagen (baik untuk

tulang), pengangkut lemak, pengatur tingkat kolesterol, komponen baik untuk gusi yang

sehat, penyembuhan luka, meningkatkan fungsi otak, dan imunitas alami. Kandungan

vitamin A dalam daun katuk yang baik untuk kesehatan mata. Klorofil (yang membantu

proses fotosistesa tumbuhan) dalam daun katuk bermanfaat untuk membersihkan

jaringan- jaringan tubuh kita racun, parasit, bakteri, dan virus, klorofil juga memiliki

fungsi seperti antioksidan. Perlu diketahui, daun katuk mengandung papaverina, suatu

alkaloid yang juga terdapat pada candu (opium). Konsumsi berlebihan dapat

menyebabkan efek samping seperti keracunan papaverina (20).


Tabel 2.1. Gizi yang terkandung 100 gram Daun Katuk

Energi : 59 kal Fosfor : 98 mg


Protein : 6,4 gram Besi : 3,5 mg
Lemak : 1.0 gram Karoten : 10.020 mcg
Karbohidrat : 9,9 gram Vitamin C : 164 mg
Serat : 1,5,gram Air : 81 gram
Kalsium : 233 gram

3. Pemanfaatan Daun Katuk

Khasiat daun katuk untuk meningkatkan produksi ASI merupakan efek

hormonal dari kandungan kimia sterol yang memengaruhi produksi ASI.

Kalau sedang terserang flu atau daya tahan tubuh menurun, coba lirik sayuran

daun katuk dapat mengembalikan daya tahan tubuh dalam keadaan normal.

vitamin C juga merupakan antioksidan alami yang dibutuhkan tubuh untuk

melawan radikal bebas. Khasiat inilah yang akan membantu berbagai proses

metabolisme tubuh, mencegah sariawan, dan meningkatkan fungsi otak agar

dapat bekerja dengan baik.

Daun katuk yang kaya akan mineral kalsium memiliki khasiat untuk

mencegah kerapuhan tulang. Tulang selalu melakukan proses daur sepanjang

hidup manusia sehingga kalsium dibutuhkan. Daun katuk bisa memberikan

asupan kalsium yang dibutuhkan tubuh. Daun katuk juga merupakan gudang

karoten yang merupakan sumber vitamin A. vitamin ini berperan dalam

memelihara kesehatan mata, pertumbuhan sel, mempertahankan kekebalan

tubuh, berperan dalam reproduksi, dan memelihara kesehatan kulit.

4. Khasiat Untuk Pengobatan

Berikut beberapa khasiat tanaman katuk untuk pengobatan.


1. Pelancar ASI bagi ibu- ibu yang baru melahirkan serta membersihkan

darah kotor. Daun katuk dapat diolah menjadi sayur atau dikonsumsi

sebagai lalap. Sebaiknya sayuran ini dimakan secara teratur.

2. Bisul atau borok Cuci bersih daun katuk. Tumbuk daun katuk hingga

halus. Tempelkan daun katuk yang telah halus pada bagian yang sakit.

3. Penyakit Flambusia dan susah kencing

Cuci bersih daun katuk , lalu rebus dan minum secara teratur.
BAB IV
ANALISA

A. ANALISA RUANGAN
Puskesmas Bayah merupakan Puskesmas mampu PONED dengan jumlah tenaga
Kesehatan terdiri atas :
1. Dokter umum : 2 Orang
2. Dokter Gigi : 1 Orang
3. Bidan : 32 Orang
4. Perawat : 24 Orang
5. Tenaga Analis : 1 Orang
6. Tenaga Analis Gizi 1 Orang
7. Tenaga Analis Farmasi 1 Orang
8. Tenaga Apoteker 1 Orang
9. Tenaga Kesehatan Masyarakat : 1 Orang
10. Tenaga lain-lain : 7 Orang
Selain itu, Puskesmas Cirinten Merupakan Puskesmas Rawat Inap yang memiliki
kapasitas tempat tidur sebanyak 16 Tempat tidur, 8 Tempat tidur untuk Pasien
Perempuan dan 8 Tempat tidur untuk Pasien Laki-laki.
Fasilitas pendukung nya yaitu Laboratorium sedehana, USG dan EKG.

B. ANALISA SWOT
Membantu dalam mencapai Menghambat dalam mencapai tujuan
tujuan
Dari dalam Strengh (kekuatan) Weaknesses (kelemahan)
 Tersedia sarana  Manfaat daun katuk sering
prasarana untuk dilupakan oleh tenaga Kesehatan
tenaga kesehatan dan  Kurang Kerjasama antara perawat
pasien dalam kondisi dan bidan di puskesmas
baik  Belum pernah di berikan penkes
 Ruangan baik dan manfaat daun katuk bagi ibu post
Nurse station berada partum
ditempat yang
srategis
 Sangat mudah
dilakukan pada
semua ibu post
partum
 Manfaat daun katuk
bisa diterapkan dan 
tidak memakai biaya
 Tersedianya Nakes
yang terlatih
Dari luar Oportunities (peluang) Threats (ancaman)
 Adanya petugas yang  ASI merupakan sumber nutrisi
sudah pernah terlatih terbaik untuk bayi.
 Proses menyusui segera setelah
 Adanya sarana yang melahirkan dapat membantu
memadai kontraksi uterus sehingga
mengurangi kehilangan darah ibu
 Adanya dukungan pada masa nipas.
kebijakan  Banyak ibu yang merasa, setelah
melahirkan tidak ada ASI-nya dan
tidak mau berusaha untuk menyusui,
padahal dengan seiring waktu,
produksi ASI akan bertambah.
 Jadikan konsumsi rebusan daun
katuk sebagai metode
-
nonfarmakologi untuk meningkatkan
produksi ASI, selain banyak faktor
lain yang mempengaruhi produksi
ASI tersebut.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Rebusan Daun

Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu

Menyusui Di Desa Kwala Simeme Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2021 dapat di ambil bahwa terjadi perubahan pada ibu menyusui mengalami

peningkatan produksi ASI sesudah diberikan rebusan daun katu. sehingga sangat

baik dan dianjurkan pada ibu yang menyususi untuk meminum rebusan daun katuk

karena didalam daun katuk terdapat kandungan yang tinggi protein. Pemberian

rebusan daun katuk di minum 3 x sehari (150cc dalam 1x minum) selama 7 hari

dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-120 ml. Kandungan protein dalam

daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu. Sedangkan

kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk menaikan kadar

prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat meningkat.

Begitu juga dengan jurnal ke-2, ke-3 dan ke-4, dari hasil penelitian didapatkan

pengaruh yang signifikan mengkonsumsi rebusan daun katuk dapat meningkatkan

prosuksi ASI.

Walaupun, rebusan daun katuk bukanlah satu-satunya metode nonfarmakologi

untuk meningkatkan produksi ASI.

B. SARAN
1. Sudah menjadi upaya kita sebagai perawat untuk menyarankan ibu menyusui,
seperti salah satunya untuk meningkatkan produksi ASI dengan konsumsi rebusan
daun katuk.
2. Diharapkan rebusan katuk ini menjadi salah satu faktor penambah produksi ASI
dengan biaya yang murah.
3. Diharapkan selain menganjurkan untuk konsumsi rebusan daun katuk, jelaskan
juga beberapa faktor yang bisa menghambat produksi ASI, seperti psikologis ibu
menyusui
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta (ID): Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia : Jakarta


(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Balitbangkes, 2019. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. ISBN 978-602-373-116-


3KemenkesRI. http://labmandat.litbang.depkes.go.id/ima ges/download/laporan/R
KD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FIN AL.pdf

Dinkes Prov. (2018). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2018. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1– 100.

Doko, T. M.,aristiati, K., & hadissaputro, S. (2019) pengaruh pijat oksitosin oleh suami
terhadap peningkatan produksi Asi pada ibu nifas jurnal keperawatan silampari 2(2),
(66-86). (2018). JURNAL KEBIDANAN Vol. 8 No. 2 October
2018 p-ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870

Peningkatan Pengeluaran Asi Dengan Kombinasi Pijat Oksitosin


Dan Teknik Marmet Pada IbuPostPartum (Literatur).Kebidanan,
8(2). Retrieved from http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/vi ew/3741/923

Rahmanisa,S dan Tara .2016. Efektifitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
Katuk(sauropus androgynus) terhadap produksi ASI.Majority Vol 14 No 3:2 Baequny,
A., Supriyo, & Hidayati, S. (2016). Efektivitas Minum Jamu (Ramuan Daun Katuk, Kunyit,
Lempuyangan, Asem Jawa) Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Naskah Publikasi Poltekkes
Kemenkes Semarang, 276.

Boudin, F., Nie, J. Y., & Dawes, M. (2010). Clinical information retrieval using document and PICO
structure. NAACL HLT 2010 - Human Language Technologies: The 2010 Annual Conference of the
North American Chapter of the Association for Computational Linguistics, Proceedings of the Main
Conference, June, 822–830. Chomaria, N. (2020). Asi Untuk Anakku. Elex media komputindo.

Herawati, Y., & Desriyeni. (2017). Kemas Ulang Informasi Manfaat Daun Katuk Untuk Produksi Air
Susu Ibu (ASI). Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 78–85.

Juliastuti, J. (2019). Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kecukupan Asi Pada Ibu
Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Indonesian Journal for Health Sciences, 3(1), 1.
https://doi.org/10.24269/ijhs.v3i1.1600

Lestari, S. F., & Prasetyorini, H. (2020). Pemberian Jus Daun Katuk Untuk Kesiapan Peningkatan
Pemberian Asi Pada Ibu Postpartum Primipara. Jurnal Manajemen Asuhan
Keperawatan, 4(1), 53–60. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.82

Monika. (2016). Buku Pintar ASI dan Menyusui. Noura Books.

Mutiara, E. (2016). Analisis Uji Biologis Biskuit Daun Katuk Pelancar Asi Sebagai
Makanan Tambahan Ibu Menyusui. Jurnal Saintika, 16(2), 30–36.
Nasution, N. A. (2018). Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap Produksi
Asi Pada Ibu Post Partum. In Naskah Publikasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Medan (Vol. 372, Issue 2). https://doi.org/10.1056/nejmoa1407279

Nutrifood Research Center. (2015). Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. Gramedia pustaka
utama.

Prasetya, F., Jumakil, & Sidiq, N. M. (2019). Prosiding Seminar Nasional Kesehatan: Penguatan dan
Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Era Revolusi Industri. UHO Edu Press.

PRISMA. (2020). PRISMA : TRANSPARENT REPORTING of SYSTEMATIC


REVIEWS and META-ANALYSES. PRISMA-UPDATE. http://www.prisma-
statement.org/News.aspx

Rahmanisa, S., & Aulianova, T. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
Katuk (Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority, 5(1), 117–
121.

Ramayulis, R. (2015). Green Smoothie ala Rita Ramayulis: 100 Resep 20 Khasiat.
Gramedia pustaka utama.

Seriati, T. S., & Anita, B. S. P. (2019). Pengaruh Konsumsi Air Rebusan Daun Katuk
Terhadap Pengeluaran Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Bidan Praktek Mandiri
Manurung Medan. Indonesian Trust Health Journal, 1(2), 55–60.

Suryani. (2016). Mencegah Plagiarism: Ilmu dan Seni Melakukan Literature Review.
UNPAD Press.

Suwanti, E., & Kuswati. (2016). Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 5(2),
132–135.

Triananinsi, N., Andryani, Z. Y., & Basri, F. (2020). Hubungan Pemberian Sayur Daun
Katuk Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Caile. Journal of
Healthcare, 6(1).

Azizah I, Yulinda D. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu
Postpartum Di Bpm Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun 2016. Media ilmu kesehatan
[Internet]. 2019Nov.11 [cited 2022Mar.5];6(1):71-5. Available from:
https://ejournal.unjaya.ac.id/index.php/mik/article/view/181 Agoes A. Tanaman Obat
Indonesia. Jakarta Selatan: Selemba Medika; 2011 p. 31,32.

Alice. (2020). Hubungan Umur, Paritas Dan Frekuensi Menyusui Yang Bermasalah
Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum. JMSWH Journal of Midwifery Science and
Women’s Health. Volume 1, Nomor 1 Tahun 2020

Frieska. P, Windhu. P, R. . (2018). Maternal Parity and Onset of Lactation on


Postpartum Mothers. 2(2), 212–220.

https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/14.%20Profil%20Kab% 20Purwakarta
%202017.pdf

https://www.dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/pekan-asi-sedunia- peringatan-pekan-
asi-sedunia-tahun-2019-di-diy

Kaleka N. Sayuran Hijau Apotek Dalam Tubuh Kita. Yogyakarta: Arcita; 2013. p. 60,61.

Karlawaty, Novia (2020). Efektifitas teh daun katuk terhadap produksi asi pada ibu
postpartum hari ke 4-7. Skripsi: Prodi Pendidikan Profesi Kebidanan, Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya.

Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2020. Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat Dalam RPJMN
dan Restra Kementrian Kesehatan 2020-2024. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kitano, N., Nomura, K., Kido, M., Murakami, K., Ohkubo, T., Ueno, M., & Sugimoto,

Meedya, S., Fahy, K., & Kable, A. (2010). Faktors that positively influence breastfeeding
duration to 6 months: A literature review. Women and Birth, 23(4),135–145.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2010.02. 002. Diakses pada tanggal 21 Juli 2021.

Meta. 2021. Mommyclopedia 456 Fakta tentang ASI dan Menyusui. Jakarta: PT.
Gramedia

Notoadmodjo, S.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Pranajaya dkk. (2013). Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui. Jurnal
Keperawatan, IX(2), 227–237.

Rahmanisa S, Aulianova T. Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk


( Sauropus androgynus ) Terhadap Produksi ASI. 2016;5:117– 21

Rahmawati, A., & Prayogi, B. (2017). Analisi Faktor


yang Mempengaruhi Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui yang Bekerja
(Analysis of Faktors Affecting Breastmilk Production on Breastfeeding Working
Mothers). Jurnal Ners Dan Kebidanan, 4(2), 134–140.
https://media.neliti.com/media/publicatio ns/232701-analysis-of-faktors-affecting-
breastmilk-a8fa2353.pdf. Diakses pada tanggal 21 Juli 2021.

Saktiawan & Atmiasri (2017). Pemanfaatan Tanaman Toga Bagi Kesehatan Keluarga dan
Masyarakat. Jurnal.unipasby.ac.id, Vol.1 No.2, November 2017.

Sarwono Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan (4th ed.). PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Saskiyanto dkk. (2018). Hubungan Pengetahuan, Status Gizi, Pola Makan, Pantangan
Makanan Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Menyusui (Study Kasus di
Puskesmas Maradekaya Kota Makassar). Jurnal Dunia Gizi, Vol. 1, No. 1, Juni
2018: 01-09

Yeni. (2016). Hubungan Pemanfaatan Daun Katuk Dengan Produksi ASI Di Klinik Hj.
Dermawati Tahun 2016.
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN DAUN KATUK


(SAUROPUS ANDROGYNUS) TERHADAP
PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI
DI DESA KWALA SIMEME
KECAMATAN NAMORAMBE
KABUPATEN DELI SERDANG

TAHUN 2021

Indah Selviana
Program Studi Keperawatan ATIKes ARTA KABANJAHE
Email:iselviana0@gmail.com

ABSTAK

Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Sauropus Androgynus Terhadap


Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa Kwala Simeme
Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021. Rumusan
Masalah “ Apakah ada Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Menyusui” . Menurut WHO (World
Health Organization) 2016 menyatakan bahwa cakupan pemberian ASI
eksklusif didunia hanya 38% selama priode 2007-2014. WHO juga
merekomendasikan agar ibu menyusui bayinya saat 1 jam pertama setelah
melahirkan dan melanjutkan nya hingga bayi usia 6 bulan pertama secara
eksklusif.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “ Pengaruh Pemberian
Rebusan Daun Katuk Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu
Menyusui “ . Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian quasi experiment dengan rancangan one group
pretestposttesttanpa adanya kelompok pembanding atau kontrol. Data
dianalisis menggunakan uji Normalitas Saphiro-Wilk. Jumlah sampel yang
tersedia sebanyak 15 sampel yang diambil dengan metode total sampling.
Hasil penelitianuntuk analisis univariate menunjukan berdasarkan kategori
meningkat 10 orang (66,7%), dan tidak meningkat sebanyak 5 orang
(33,3%), Hasil bivariat didapatkan p-value 0,020 < 0,05, maka H0 ditolak
dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Pengaruh
Pemberian Rebusan Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap
Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa Kwala Simeme
Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang Tahun 2021.

Kata Kunci :Daun Katuk Sauropus Androgynus, Produksi ASI, Ibu Menyusui.

ABSTRACT

The Effect of Giving Decoction of Katuk Sauropus Androgynus Leaves to Increase


Breast Milk Production in Breastfeeding Mothers in Kwala SimemeVillage,
Namorambe District, Deli Serdang Regency in 2021. Problem Formulation "Is
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

there an Effect of Giving Katuk Leaf Decoction to IncreaseBreast Milk Production


in Breastfeeding Mothers". According to WHO (World Health Organization) 2016
states that the coverage of exclusive breastfeeding in the world is only 38% during
the period 2007-2014. WHO also recommends that mothers breastfeed their babies
for the first hour after giving birth and continue it until the baby is the first 6
months of age exclusively. This type of research uses quantitative research with a
quasi-experimental research design with a one group pretest posttest design
without a comparison or control group. Data were analyzedusing the Saphiro-Wilk
normality test. The number of available samples is 15 samples taken by the total
sampling method. The results for the univariate analysis showed that based on the
category increased by 10 people (66.7%), and did not increase by 5 people
(33.3%), bivariate results obtained p-value 0.020 <0.05, then H0 was rejected and
Ha was accepted. So it can be concluded that there is an effect of giving a
decoction of Katuk (Sauropus Androgynus) leaves to the increase in breast milk
production in breastfeeding mothers in Kwala Simeme Village, Namorambe
District, Deli Serdang Regency in 2021.
Keywords: Katuk Sauropus Androgynus Leaf, Breast Milk Production,Breastfeeding Mother.
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

PENDAHULUAN diberi ASI eksklusif selanjutnya bayi boleh


diberi MPASI untuk mengenal makanan
pelengkap dengan nutrisi yang memadai yang
Menyusui sejak dini mempunyai iberikan dari 6 bulan sampai 2 tahun.
dampak positif baik bagi ibu maupun bayi.
Bagi bayi, ASI mempunyai peran penting Berdasarkan survei di Indonesia,
untuk menunjang pertumbuhan, kesehatan,
dan kelangsungan hidup karena ASI kaya
dengan zat gizi dan antibodi. ASI
mengandung sel darah putih, protein,dan zat
kekebalan yang cocok untuk bayi. Perilaku
menyusui pada ibu dapat mengurangi
morbiditas dan mortalitas karena proses
menyusui akan merangsang kontraksi uterus
sehingga mengurangi perdarahan setelah
melahirkan (postpartum) (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
ASI merupakan makanan terbaik untuk
bayi. Program pemberian ASI merupakan
program prioritas, karena memberi dampak
yang luas status gizi dan kesehatan balita.
Kementerian Kesehatan menargetkan
peningkatan target pemberian ASI ekslusif
hingga 80%. Namun pemberian ASI ekslusif
diIndonesia masih rendah. Pencapaian ASI
ekslusif di Indonesia hanya 74,5%
(Balitbangkes, 2019).
Pemberian ASI Eksklusif belum
maksimal dikarenakan banyak faktor yaitu
kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI, ibu
bekerja, kurangnya dukungan dari keluarga
dan lingkungan. Penyebab lainnya adalah
peran tenaga kesehatan yang berkaitan
langsung dengan persalinan belum
sepenuhnya membantu pelaksanaan inisiasi
menyusu dini (IMD) dan pemberian ASI
Eksklusif (Dinkes, 2019).
Dampak dari tidak memberikan ASI
yaitu menyumbang angka kematian bayi
karena buruknya status gizi yang berpengaruh
pada kesehatan bayi dan kelangsungan hidup
bayi. Apabila bayi tidak diberi ASI eksklusif
maka hal ini akan meningkatkan pemberian
susu formula pada bayi. Pernyataan tersebut
didukung oleh hasil penelitian Siregar tahun
2004 yang menunjukkan bahwa pemberian
ASI eksklusif dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain karena ASI tidak segera
keluar setelah melahirkan/produksi ASI
kurang, kesulitan bayi dalam menghisap,
keadaan puting susu ibu yang tidak
menunjang, ibu bekerja dan pengaruh promosi
pengganti ASI (Lestari, 2018).
Menurut WHO (World Health
Organization) 2016 menyatakan bahwa
cakupan pemberian ASI eksklusif didunia
hanya 38% selama priode 2007-2014. WHO
juga merekomendasikan agar ibu menyusui
bayinya saat 1 jam pertama setelah melahirkan
dan melanjutkan nya hingga bayi usia 6 bulan
pertama secara eksklusif. Setelah 6 bulan bayi

4
7
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

kurangnya produksi ASI yang dihasilkan Penelitian ini adalah penelitian


membuat 38% Ibu Post Partum berhenti kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
menyusui bayinya. Kecemasan yang metode eksperimen semu (Quasi Experimen)
dialami Ibu Post Partum saat menyusui menggunakan metode pendekatan one-group
bayinya membuat ibu menghindar dan tidak pre-test posttest design. penelitian dilakukan
mau memberikan ASI pada bayinya, akan di Desa Kwala Simeme Kecamatan
berdampak terhadap kurangnya isapan pada Namorambe Kabupaten Deli Serdang.
bayi dan akan berpengaruh terhadap Populasi dalam
kurangnya produksi ASI sehingga membuat
ASI tidak lancar. Ibu yangberhenti
menyusui dan tidak memberikan ASI tetapi
mala memberikan susu formula kepada
bayinya, akan mempengaruhi penurunan
produksi dan prolaktin yang akan membuat
produksi ASI semakin menurun bahkan
menyebabkan bendungan danstatis ASI
(Doko, dkk, 2019).
Banyak jenis-jenis tumbuhan yang
digunakan untuk memperlancar Air Susu
Ibu (ASI) salah satunya adalah daun katuk
(Sauropus Androgynus) yang sejak dahulu
telah terbukti dapat memperlancar produksi
air susu ibu (ASI) karena mengandung asam
seskuiterna. Katuk (Sauropus Androgynus)
di kenal dalam bahasa asing sebagai star
goosberry atau sweet leaf (Inggris), mani
cai (China), di Minangkabau di sebut
simani. Tanaman ini amat populer di Asia
Selatan atau Asia Tenggara, tumbuh subur
mencapai 2,5 m dengan daun oval hijau tua
sampai 4 4 panjang 5- 6 cm. Pucuk tanaman
disebut juga tropical asparagus. Di Malaysia
diaduk dengan telur menjadi dadar telur.
Daunnya mengandung 7% protein kadar
tinggi betakarotei, vitamin C, Kalsium,
Besi, dan Magnesium. Termasuk tanaman
langka yang mengandung vitamin K. Setiap
100 g zat daun katuk mengandung sekitar
2,7 mg zat besi, sementara kandungan
kalsium daun katuk sebanyak 204 mg atau
empat kali lebih tinggi dibandingkan
kandungan min eral dari daun kol.
Menurut penelitian Soraya
Rahmanisa, untuk mempelancar produksi
ASI dapat dilakukan dengan mengkonsumsi
daun katuk berupa rebusan maupun ekstrak
daun katuk karena mengandung alkaloid
dan sterol yang dapat meningkatkan
kelancaran ASI. Selain itu daun katuk
mengandung vitamin A,B1,C, tanin,
saponin alkaloid papaverin ( Rahmanisa,
2015).

TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui ada tidaknya Pengaruh
Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu
Menyusui di Desa Kwala Simeme
Kecamatan Namorambe KabupatenDeli
Serdang Tahun 2021.

METODE
4
8
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

penelitian ini adalah ibu menyusui 0- 6 bulan tidak tersedianya ruangan dan fasilitas khusus
di Desa Kwala Simeme sebanyak 15 orang. untuk pemberian ASI, kurangnya dukungan
Sampel yang digunakan adalah seluruh ibu dari pimpinan, perasaan tidak aman terhadap
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Desa infeksi nosocomial dan kondisi kerja yang
Kwala Simeme yang diambil dengan tidak nyaman.
menggunakan teknik total sampling. Sejalan dengan penelitian Mardeyanti (
Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini 2013 ) di Yogyakarta bahwa didapati
yaitu: Kuesioner untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu menyusui
karakteristik responden yang terdiri dari: terhadap pemberian ASI eksklusif dan
nama, umur, pendidikan, pekerjaan, disimpulkan bahwa tingkat pendidikan ibu
pengetahuan dan lembar observasi digunakan yang rendah meningkatkan risiko ibu untuk
untuk mengukur produksi ASI pretest dan tidak memberikan ASI eksklusif.
posttest sebelum dan sesudah diberikan Menurut Notoatmodjo (2012),
perlakuan air rebusan daun katuk, dimana pengetahuan adalah merupakan hasil tahu
untuk mengukur produksi ASI. dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karena menurut pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Ibu pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku
Menyusui Di Desa Kwala Simeme yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Kecamatan Namorambe Kabupaten Sejalan dengan penelitian Pratiwi (2014)
Deli Serdang Tahun 2021 yang berjudul hubungan antara dukungan
keluarga dengan ketidak berhasilan ASI
Karakteristik Kategori f (%) Eksklusif di Puskesmas Pakulaman Kota
Umur 23-27 9 60 Yogyakarta, yang menyatakan bahwa ada
28-32 3 20 hubungan dukungan keluarga dengan ketidak
33-37 3 20 berhasilan pemberian ASI Eksklusif, desain
Total 15 100 Cross sectional digunakan dalam penelitian
Pekerjaan Bekerja 11 73.3 ini. Dan sejalan dengan penelitian Purnamasari
Tdk bekerja 4 26.7 (2015) dimana dalam penelitiannya
Total 15 100 menyatakan bahwa ada hubungan antara
Pendidikan SMP 4 36.7 dukungan keluarga dengan ketidak berhasilan
SMA 9 60.0 ASI Eksklusif.
S1 2 13.3
Mulyani (2017) mengemukakan bahwa
Total 15 100 dukungan keluarga merupakan faktor
Pengetahua Baik 11 73.3 pendorong ibu untuk memberikan ASI
n Kurang Baik 4 26.7
eksklusif. Salah satu bentuk dukungan
Total 15 100 keluarga berupa pemberian bantuan dalam
Dukungan Mendukung 11 73.3
bentuk materi, bantuan fisik berupa alat atau
Keluarga Tdk 4 26.7
lainnya yang mendukung dan membantu ibu
Mendukung
dalam proses menyusui. Kehadiran keluarga
Total 15 100 sangat penting untuk mendorong ibu dalam
meningkatkan kepercayaan diri dan
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
menstabilkan emosinya, serta memberikan
karakteristik responden dari 15 responden ibu
motivasi yang besar terhadap ibu yang
menyusui mayoritas usia 23-27 tahun
menyusui.
sebanyak 9 orang atau sekitar (60,0%),
Pendidikan SMA sebanyak 9 (60,0), ibu
Tabel 2. Analisis Univariat
bekerja sebanyak 11
(73,3). Pengetahuan baik sebanyak 11 Distribusi frekuensi berdasarkan
(73,3). produksi ASI pada Ibu Menyusu Di
Desa Kwala Simeme Kecamatan
Namorambe Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2021.
Dukungan keluarga sebanyak 11 (73,3).
Sejalan dengan penelitian Wirawati Amin Produksi Asi f (%)
2014 menemukan adanyapengaruh antara umur Meningkat 10 66.7
ibu dengan keberhasilan menyusui meskipun Tidak meningkat 5 33.3
tidak berpengaruh secara stastik namun dari pemberian ASI eksklusif yaitu, sangat kurangnya
hasil penelitian terdapat bahwa umur 20-35 produksi ASI dan beban kerja yang berat serta
tahun merupakan umur kelompok terbanyak kelelahan dan stress kerja. faktor penghambat
yang berhasil menyusui. yang berhubungan juga dengan
Penelitian sejalan dengan Doda (2017) pekerjaanibuterhadap pemberian ASI eksklusif
menyatakan ada 2 faktor utama penghambat ialah, beban kerja berat, stress kerja, kelelahan,

4
9
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

Total 15 100

Berdasarkan hasil data univariat


untuk produksi ASI di dapatkan data ibu
Menyusui mengalami peningkatan produksi
ASI sesudah diberikan rebusan daun ketuk
sebanyak 10 responden dengan presentase
66,7%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ibu


Menyusui Sebelum dan sesudah
diberikan rebusan daun katuk Di Desa
Kwala Simeme Kecamatan Namorambe
Kabupaten Deli

5
0
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

Serdang Tahun 2021 Simeme Kecamatan Namorambe Kabupaten


Deli Serdang Tahun 2021 dapat di ambil bahwa
Mean (min- (95% Stand p- terjadi perubahan pada ibu menyusui
max) , ard valu mengalami peningkatan produksi ASI sesudah
uppe Devis e
r- ian
diberikan rebusan daun katu. sehingga sangat
lowe baik dan dianjurkan pada ibu yang
menyususi
untuk meminum rebusan daun katuk karena
r) didalam daun katuk terdapat kandungan yang
Sebelum 8.07 6-10 7.46- 1.100 .020
Di 8.68 tinggi protein. Pemberian rebusan daun katuk
Berikan di minum 3 x sehari (150cc dalam 1x minum)
Rebusan selama 7 hari dapat meningkatkan produksi
Daun ASI sebanyak 50-120 ml.
Katuk Kandungan protein dalam daun katuk
Sesudah 9.13 7-12 8.15- 1.767
10.11
berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air
Diberika
susu ibu. Sedangkan kandunngan steroid dan
n
polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk
Rebusan
Daun
menaikan kadar prolaktin. Dengan demikian
Katuk
produksi ASI dapat meningkat. Steroid

5
1
Jurnal Mutiara kebidanan, Volume 8 Nomor 2 April
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

Berdasarkan tabel diatas maka hasil Uji normalitas data Saphiro-Wilk.


Menunjukkan hasil penghitungan signifikansi: test saphiro- wilk = >0,005 ( data
berdistribusi normal). nilai t table sebesar 2,615 > 2,145 dan nilai Sig(2- tailed) adalah
sebesar 0,020 < 0,05. Setelah dilakukan perlakuan pemberian rebusan daun katuk pada ibu
menyusui terjadi perubahan dan di dapatkan data ibu Menyusui mengalami peningkatan
produksi ASI sesudah diberikan rebusan daun ketuk sehingga sangat baik dan dianjurkan
pada ibu yang menyususi untuk meminum rebusan daun katuk karena didalam daun katuk
terdapat kandungan yang tinggi protein. Pemberian rebusan daun katuk di minum 3 x sehari
(150cc dalam 1x minum) selama 7 hari dapat meningkatkan produksi ASI sebanyak 50-120
ml.
Kandungan protein dalam daun katuk berkhasiat untuk menstimulasi pengeluaran air
susu ibu. Sedangkan kandunngan steroid dan polifenol didalamnya dapat berfungsi untuk
menaikan kadar prolaktin. Dengan demikian produksi ASI dapat meningkat. Steroid
bersama dengan vitamin A juga mendorong proliperasiepitel alveolus-alveolus baru.
Dengan demikian, akan terjadi peningkatan jumlah elveolus pada kelenjar yang secara
otomatis akanmeningkatkan produksi ASI.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk


(Sauropus Androgynus) Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di Desa
Kwala
Indah, 2022 Jurnal Mutiara Kebidanan. (8) 2. 1-4

DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI. Jakarta (ID): Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Profil Kesehatan Indonesia : Jakarta
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Balitbangkes, 2019. Laporan Nasional RISKESDAS 2018. ISBN 978-602-373-116-
3KemenkesRI. http://labmandat.litbang.depkes.go.id/ima ges/download/laporan/R
KD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FIN AL.pdf
Dinkes Prov. (2018). Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2018. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 1– 100.
Doko, T. M.,aristiati, K., & hadissaputro, S. (2019) pengaruh pijat oksitosin oleh suami
terhadap peningkatan produksi Asi pada ibu nifas jurnal keperawatan silampari 2(2),
(66-86). (2018). JURNAL
KEBIDANAN Vol. 8 No. 2 October 2018
p-ISSN.2089-7669 e-ISSN. 2621-2870
Peningkatan Pengeluaran Asi Dengan Kombinasi Pijat Oksitosin Dan
Teknik Marmet Pada IbuPost Partum (Literatur).Kebidanan, 8(2).
Retrieved
from http://ejournal.poltekkes- smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/vi
ew/3741/923
Rahmanisa,S dan Tara .2016. Efektifitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
Katuk(sauropus androgynus) terhadap produksi ASI.Majority Vol 14 No 3:2
LITERATURE REVIEW: PENGARUH DAUN KATUK
(SAUROPUS ANDROGYNUS) TERHADAP PENINGKATAN
PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI

Izhar Ibrahim¹, Ayu Pratiwi²


1
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKes Yatsi
2
Dosen Keperawatan STIKes Yatsi
Email: Ibrahimizhar599@gmail.com

ABSTRAK
Latar belakang: Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2018, cakupan
pemberian ASI eksklsusif meningkat dari 42,36% tahun 2012, 44,92% tahun 2013, dan 47% di tahun
2017. Banyak ibu khawatir apakah sudah memberikan cukup ASI karena tanda-tanda kecukupan ASI
tidak bisa diukur dari banyak sedikitnya ASI yang diberikan langsung lewat menyusui. Tujuan:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui khasiat daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI pada
ibu menyusui. Metode: Studi ini merupakan suatu tinjauan literatur (Literatur review) tentang khasiat
daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI. Sumber untuk melakukan tinjauan literatur ini meliputi
studi pencarian sistematis database terkomputerisasi dengan format PICO (population, intervension,
comparasion, and outcome) dalam bentuk penelitian yang berjumlah 9 jurnal (Jurnal Kesehatan
Terpadu, Naska Publikasi Poltekkes Kemenkes Semarang, Jurmal Majority, Jurnal Saintika, Naskah
Publikasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan, Indonesian Journal for Health Sciences,
Indonesian Trust Health Journal, Journal of Healthcare dan Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan).
Hasil: Penelitian yang ditemukan partisipan mengkonsumsi daun katuk dengan cara menkonsumsi
ekstrak daun katuk 2 kapsul 2x1 hari, metode simplisia 2x1 hari 150ml, rebusan daun katuk 3x150ml.
Kesimpulan: Berdasarakan artikel pencarian yang ditemukan pada 9 jurnal didapatkan bahwa seluruh
artikel yang ditemukan menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang efektif antara konsumsi daun katuk
terhadap peningkatan produksi ASI baik dengan cara mengkonsumsi daun katuk dengan diolah menjadi
sayur bening, ekstrak daun katuk, rebusan daun katuk, maupun diolah menjadi biscuit atau cemilan
bagi ibu menyusui Saran: Diharapkan hasil pemaparan dalam artikel yang ditemukan dapat
memotivasi ibu menyusui untuk mencoba mengkonsumsi daun katuk sebagai asupan tambahan untuk
meningkatkan produksi ASI.

Kata Kunci: Daun katuk, ASI

ABSTRACT
Background: According to Tangerang District Health Office data for 2018, excruciating breastfeeding
coverage increased from 42.36% in 2012, 44.92% in 2013, and 47% in 2017. Many mothers worry
about giving enough breast milk because the signs of breast milk adequacy cannot be measured from
the amount of breast milk given directly through breastfeeding. Purpose: This study aims to determine
the efficacy of katuk leaves against increased breast milk production in nursing mothers. Method: This
study is a literature review on the efficacy of katuk leaves against increased breast milk production.
Sources for conducting this literature review include systematic search studies of computerized
databases with PICO format (population, intervention, comparasion, and outcome) in the form of
research totaling 9 journals (Integrated Health Journal, Naska Publikasi Poltekkes Kemenkes
Semarang, Jurmal Majority, Jurnal Saintika, Published Paper of The Health Polytechnic Of the
Ministry of Health, Indonesian Journal for Health Sciences, Indonesian Trust Health Journal, Journal
of Healthcare and Journal of Nursing Care Management). Results: The study found participants
consumed katuk leaves by consuming katuk leaf extract 2 capsules 2x1 day, simplisia method 2x1 day
150ml, decoction of katuk leaves 3x150ml. Conclusion: Based on a search article found in 9 journals
obtained that all articles found stated that there is an effective influence between the consumption of
katuk leaves on the increase in breast milk production either by consuming katuk leaves by being
processed into clear vegetables, katuk

54
leaf extract, katuk leaf stew, or processed into biscuits or snacks for breastfeeding mothers.
Advice: Hopefully the results of exposure in the article found can motivate breastfeeding mothers
to try to consume katuk leaves as an additional intake to increase breast milk production.

Keywords: Sauropus Androgynus, breast milk

PENDAHULUAN
Alasan tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu air susu yang tidak keluar.
Berbagai alasan ibu memiliki produksi ASI yang tidak adekuat adalah stimulasi
payudara tidak adekuat, jarang menyusui, aktifitas berat, stress, diet (Maryunani,
2012). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) adalah pemebrian ASI tanpa pemberian
makanan lainnya, program pemberian ASI sesuai dengan kaidah Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dan kode etik Internasional pemasaran
pengganti ASI dari organisasi kesehatan dunia (WHO), maka upaya pemenuhan
gizi bayi 0-6 bulan dilakukan melalui gizi bayi usia 0-6 bulan didasarkan bahwa
gizi kurang pada anak usia kurang dari 2 tahun akan berdampak terhadap
penurunan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kecerdasasan, dan
produktivitas (Prasetya et al., 2019).
Program ASI ekslusif di Indonesia tahun 2015 masih belum mencapai
target tahun 2007-2013 terjadinya fluktuasi prevalensi pemberian ASI eksklusif
dari 32% menurun ke 15,3% dan di tahun 2013 meningkat pada angka 30,2%
(Riskesdas RI, 2015). Berdasarkan laporan dinas Kesehatan provinsi Banten
presentase cakupan ASI eksklusif provinsi Banten tahun 2016 sekitar 55,7% lebih
tinggi dari capaian Nasional (Dinas Kesehatan Provinsi Banten, 2016). Provinsi
Banten pada tahun 2018 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dimana
pemberian ASI eksklusif mencakup 55.973 (32,2%) sementara pada tahun 2016
pemberian ASI eksklusif di Provinsi Banten mencakup 69.180 (39,9%) (Dinas
Kesehatan Provinsi Banten, 2018). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang Tahun 2018, cakupan pemberian ASI eksklsusif meningkat dari
42,36% tahun 2012, 44,92% tahun 2013, dan 47% di tahun 2017.
Untuk memnuhi kecukupan ASI pada ibu menyusi salah satu cara yang
ditemukan adalah dengan mengkonsumsi daun katuk. Hasil penelitian yang
dipublikasikan oleh Media Litbang Kes RI dalam Nutrifood Research Center
(2015) menyebutkan, Produkasi ASI meningkat Hingga 50% setelah

55
mengkonsumsi ekstak daun katuk. Menurut penelitian yang telah dilakukan
tersebut, daun katuk memiliki kandungan sterol dan alkaloid yang bisa
meningkatkan produksi ASI. Selain itu, daun katuk juga memiliki sumber vitamin
A, vitamin B1, Vitamin B2, vitamin C, Kalsium, Zat besi, dan fosfor, sehingga
sangat baik dikonsumsi oleh ibu menyusui.

56
METODE
Studi ini merupakan suatu tinjauan literatur (Literatur review) tentang khasiat
daun katuk terhadap peningkatan produksi ASI. Sumber untuk melakukan tinjauan
literatur ini meliputi studi pencarian sistematis database terkomputerisasi dengan format
PICO (population, intervension, comparasion, and outcome) P: Ibu menyusui, I: Ekstrak
daun katuk, C: Tidak ada, O: Peningkatan produksi ASI dalam bentuk penelitian yang
berjumlah 9 jurnal (Jurnal Kesehatan Terpadu, Naska Publikasi Poltekkes Kemenkes
Semarang, Jurmal Majority, Jurnal Saintika, Naskah Publikasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan, Indonesian Journal for Health Sciences, Indonesian Trust Health.
Journal, Journal of Healthcare dan Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan).

HASIL
Kandungan klorofil pada setiap 100gr daun katuk lebih kurang 220,2mg.
selain
klorofil, kandungan fitokimia lainnya adalah isoflavonoid yang menyerupai
esterogen sehingga dapat memperlambat berkurangnya massa tulang. Kandungan
sterolnya dapat meningkatkan metabolisme glukosa untuk sintesa laktosa,
sehingga produksi ASI meningkat. Terkandung juga polifenol dan steroid yang
berperan dalam reafleks prolactin atau merangsang alveoli untuk memproduksi
ASI serta merangsang hormone oksitosin untuk memacu pengeluaran dan
pengaliran ASI (Ramayulis, 2015).
Selain itu daun katuk merupakan sumber vitamin C. pada 100g daun katuk
mengandung 59kkal, 5,8g protein, 1,0g lemak, 11,0g karbohidrat, 204 mg
kalsium, 83 mg fosfor, 2,7 mg zat besi, 0,1 mg vitamin B1, dan 239 mg vitamin C
serta 81,0% air. (Ramayulis, 2015). Masyarakat Indonesia telah menggunakan
daun katuk sebagai sayuran hijau untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu
menyusui sehingga dapat menghasilkan jumlah ASI yang lebih banyak untuk buah
hatinya. Hal ini disebabkan karena daun tersebut memiliki banyak kandungan gizi
seperti protein, kalori, dan karbohidrat. Kandungan gizi pada tanaman ini hampir
setara dengan daun singkong dan daun pepaya. Perbedaannya, daun ini memiliki
kandungan zat besi yang lebih tinggi. Selain itu katuk juga mengandung banyak
vitamin A, vitamin C, vitamin B1 thiamin, mineral, lemak, tanin, flavonoid,
57
saponin, dan alkaloid papaverin. Dengan kandungan tersebut, maka tidak heran
jika tanaman ini banyak digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Banyak
yang menganggap bahwa manfaat katuk tidak hanya dapat melancarkan ASI saja
tetapi jauh lebih banyak dari itu. Penelitian yang dilakukan oleh Suwanti &
Kuswati (2016) dalam

58
penelitiannya pasrtisipan yang terbagi kedalam 2 kelompok yang diberikan
ekstrak daun katuk 2 kali sehari 2 kapsul selama 1 bulan. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Nasution (2018) pemberian simplisia daun katuk diminum
2x1 hari selama 15 hari. Berbeda dari metode sebelumnya Penelitian yang
dilakukan oleh Juliastuti (2019) dan oleh Seriati & Anita (2019) dengan
memberikan rebusan daun katuk dan ekstrak daun katuk. Pemberian ekstrak daun
katuk pada kelompok ibu melahirkan dan menyusui dengan dosis 3x300 mg/hari.
Untuk rebusan daun katuk menggunakan 300 gram daun katuk dicampur dengan
1,5 Liter air, direbus selama 15 menit (hingga daun katuk matang/lunak),
kemudian disaring. Air rebusannya yang akan di minum oleh ibu tiga kali 150 ml
sehari. Semerntara itu penelitian yang dilakukan oleh Rahmanisa & Aulianova,
2016) dan Baequny et al., (2016) dalam penelitiannya hanya mengumpulkan
responden atau partisipan yang sudah mengkonsumsi daun katuk dan yang tidak
mengkonsumsi daun katuk. Dan intervensi yang diberikan Lestari & Prasetyorini,
(2020) memberikan jus daun katuk kepada partisipan untuk dikonsumsi 2x1 hari
300ml. Meskipun metode penelitian dan dengan cara yang berbeda terdapat hasil
yang membutikan bahwa daun katuk mampu meningkatkan produksi ASI ibu
menyusui.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suwanti & Kuswati (2016).
Hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa responden kelompok intervensi dengan
diberikan ekstrak daun katu selama 30 hari dengan dosis 2 kali sehari 1 kapsul
mendapatkan hasil bahwa sebagian besar ASI melebihi kebutuhan bayi (70%).
Sedangkan pada kelompok kontrol (tanpa perlakuan) didapatkan data bahwa
responden yang produksi ASI nya melebihi kebutuhan bayinya hanya 6,7% dan
masih didapatkan yang kurang memenuhi kebutuhan bayi (20%). Responden
kelompok intervensi selama diberikan ekstrak daun katu dilakukan monitoring
setiap 1 minggu 1 kali untuk melihat efek samping atau keluhan ibu yang
berkaitan dengan ekstrak daun katu ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada ibu
yang mengalami pusing, mual atau muntah layaknya orang keracunan makanan.
Hasil analisis dengan uji statitik menggunakan uji Chi-Square, dapat diketahui
bahwa ibu-ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun katu ASI nya lebih banyak
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi ekstrak daun katu (ρ =
0.000). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baequny et al., (2016) hasil
59
analisa uji statistic dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai ρ value
(Asymp. Sig. 2-sided) sebesar 0,001 (<0,05), sehingga Ha diterima dan Ho
ditolak, berarti ada pengaruh kebiasaan minum jamu pada ibu nifas terhadap
produksi. Jika dilihat dari nilai relative risk (RR) sebesar 4,025 maka dapat
disimpulkan bahwa ibu nifas yang biasa minum jamu mempunyai peluang
produksi ASI lancar sebesar 4 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu nifas
yang tidak

60
minum jamu. Menurut Bayhatun dalam Baequny et al., (2016) Tanda-tanda
bahwa bayi mendapat cukup ASI antara lain: 1) Bayi yang cukup ASI berkemih
6-8 kali dalam sehari.
2) Terdapat peningkatan berat badan rata-rata 500 gram perbulan. 3) Bayi sering
menyusu yaitu tiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari. 4) Bayi tampak sehat,
warna kulit dan turgor baik, cukup aktif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
(Rahmanisa & Aulianova, 2016) Efektivitas alkaloid dan sterol yang terkandung
didalam daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI. Penelitian yang dilakukan
oleh (Seriati & Anita, 2019) hasil penelitian didapatkan bahwa bahwa mayoritas
pada kelompok intervensi produksi ASI cukup yaitu 14 ibu dan pada kelompok
kontrol 7 ibu. Produksi Asi kurang pada kelompok intervensi yaitu 2 ibu dan pada
kelompok kontrol 9 ibu. Hasil uji statistik didapatkan bahwa p (sig) adalah 0,009
< 0,05, maka dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi air rebusan daun katuk
terhadap pengeluaran produksi ASI pada ibu nifas. Tercapainya tujuan dari
Sustainable Development Goals (SGD’s) bagian ke 3 target ke 2 yaitu pada tahun
2030, kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan cara semua Negara berusaha
untuk mengurangi angka kematian neonataln setidaknya 12 per 1000 kelahiran
hidup merupakan suatu pencapaian yang penting dalam dunia kesehatan dan
World Health Organization (WHO) mencatan bahwa dengan memperaktekkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) esklusif bagi bayi dapat menurunkkan jumlah
kesakitan dan kematian anak, karena penyakit yang umum terjadi pada anak
seperti diare dan pneumonia ASI membantu pemulihan lebih cepat selama sakit
(WHO,2017).

KESIMPULAN
Hasil dari penelitian yang ditemukan dari 9 artikel melalui pencarian
google search engine (google scholar dan repository), researchgate serta
Pubmed/Medline didapatkan bahwa daun katuk apapun olahannya dapat
meningkatkan produksi ASI ibu menyusi dalam memenuhi kecukupan ASI.
Intervensi ini dianjurkan oleh Dinas Kesehatan Republik Indonesia karna sudah
terbukti khasiatnya. Terlebih lagi masyarkat Indonesia yang sudah terbiasa untuk
mengkonsumsi jamu tidak akan merasa enggan untuk mencoba.
61
DAFTAR PUSTAKA
Baequny, A., Supriyo, & Hidayati, S. (2016). Efektivitas Minum Jamu (Ramuan Daun Katuk,
Kunyit, Lempuyangan, Asem Jawa) Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Naskah
Publikasi Poltekkes Kemenkes Semarang, 276.

Boudin, F., Nie, J. Y., & Dawes, M. (2010). Clinical information retrieval using document and
PICO structure. NAACL HLT 2010 - Human Language Technologies: The 2010 Annual
Conference

62
of the North American Chapter of the Association for Computational Linguistics, Proceedings
of the Main Conference, June, 822–830.

Chomaria, N. (2020). Asi Untuk Anakku. Elex media komputindo.

Herawati, Y., & Desriyeni. (2017). Kemas Ulang Informasi Manfaat Daun Katuk Untuk Produksi
Air Susu Ibu (ASI). Jurnal Ilmu Informasi Perpustakaan Dan Kearsipan, 6(1), 78–85.

Juliastuti, J. (2019). Efektivitas Daun Katuk (Sauropus Androgynus) Terhadap Kecukupan Asi
Pada Ibu Menyusui Di Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar. Indonesian Journal for Health
Sciences, 3(1), 1. https://doi.org/10.24269/ijhs.v3i1.1600

Lestari, S. F., & Prasetyorini, H. (2020). Pemberian Jus Daun Katuk Untuk Kesiapan Peningkatan
Pemberian Asi Pada Ibu Postpartum Primipara. Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan,
4(1), 53–60. https://doi.org/10.33655/mak.v4i1.82

Monika. (2016). Buku Pintar ASI dan Menyusui. Noura Books.

Mutiara, E. (2016). Analisis Uji Biologis Biskuit Daun Katuk Pelancar Asi Sebagai Makanan
Tambahan Ibu Menyusui. Jurnal Saintika, 16(2), 30–36.

Nasution, N. A. (2018). Efektifitas Pemberian Simplisia Daun Katuk Terhadap Produksi Asi Pada
Ibu Post Partum. In Naskah Publikasi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan (Vol. 372,
Issue 2). https://doi.org/10.1056/nejmoa1407279

Nutrifood Research Center. (2015). Buka Fakta! 101 Mitos Kesehatan. Gramedia pustaka utama.

Prasetya, F., Jumakil, & Sidiq, N. M. (2019). Prosiding Seminar Nasional Kesehatan: Penguatan
dan Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Era Revolusi Industri. UHO Edu Press.

PRISMA. (2020). PRISMA : TRANSPARENT REPORTING of SYSTEMATIC REVIEWS and


META-ANALYSES. PRISMA-UPDATE. http://www.prisma-statement.org/News.aspx

Rahmanisa, S., & Aulianova, T. (2016). Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun Katuk
(Sauropus androgynus) terhadap Produksi ASI. Jurnal Majority, 5(1), 117–121.

Ramayulis, R. (2015). Green Smoothie ala Rita Ramayulis: 100 Resep 20 Khasiat. Gramedia
pustaka utama.

Seriati, T. S., & Anita, B. S. P. (2019). Pengaruh Konsumsi Air Rebusan Daun Katuk Terhadap
Pengeluaran Produksi Asi Pada Ibu Nifas Di Bidan Praktek Mandiri Manurung Medan.
Indonesian Trust Health Journal, 1(2), 55–60.

Suryani. (2016). Mencegah Plagiarism: Ilmu dan Seni Melakukan Literature Review. UNPAD
Press.
Suwanti, E., & Kuswati. (2016). Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap Kecukupan
Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 5(2), 132–135.

Triananinsi, N., Andryani, Z. Y., & Basri, F. (2020). Hubungan Pemberian Sayur Daun Katuk
Terhadap Kelancaran ASI Pada Ibu Multipara Di Puskesmas Caile. Journal of Healthcare,
6(1).

63
Research Article

Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Katuk Terhadap Produksi


Asi Pada Ibu Nifas

Mariene W. Dolang1*, Frisca P. A. Wattimena2, Erlin Kiriwenno3, Sunik


Cahyawati1, Sahrir Sillehu1
1
Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKes Maluku
Husada 2Prodi Ilmu Keperawatan, STIKES
Pasapua Ambon 3Prodi DIII Kebidanan,
STIKes Maluku Husada

Email: marienedolang@gmail.com

Abstract:
Breastfeeding is the process of giving milk to babies with breast milk from the mother's
breast since the baby is born and at least 6 months to 2 years or more. According to WHO,
pregnant women and postpartum mothers should be informed about the benefits and
advantages of breast milk, especially because breast milk provides the best nutrition for
babies and protects against disease. According to the 2016 strategic plan, the national target
of providing 80% exclusive breastfeeding has not yet reached the target. This study aims to
determine the effect of giving decoction of katuk leaves on breast milk production in
postpartum mothers in the working area of Suli Health Center. The research method in this
research is pre-experimental design with one group pretest – posttest. The results showed that
there was an effect of giving decoction of katuk leaves on breast milk production in
postpartum mothers in the working area of the Suli Health Center with a value of p = 0.000
(p <0.05). The conclusion is that there is an effect of giving boiled water from katuk leaves on
breast milk production in postpartum mothers in the working area of the Suli Health Center

Keywords: Breastfeeding, Breast Milk Production, Decoction of Katuk Leaves, Postpartum

Mothers

Pendahuluan untuk melindungi bayi dari infeksi karena


mudah
Menyusui merupakan salah satu cara *corresponding author: Mariene W. Dolang
yang efektif bagi kesehatan dan Prodi Kesehatan Masyarakat, STIKes
kelangsungan hidup anak. Menyusui Maluku Husada. Email:
marienedolang@gmail.con Summited: 10-
adalah proses pemberian susu kepada
07-2021 Revised: 28-08-
bayi dengan air susu ibu (ASI) dari 2021
payudara ibu sejak bayi lahir dan Accepted: 31-08-2021 Published: 15-09-2021
minimal 6 bulan sampai dengan 2 tahun
atau lebih. Air Susu Ibu (ASI)
mempunyai banyak manfaat karena
mengandung protein, lipid, dan
karbohidrat kompleksdan zat antibodi
dicerna dan diserap yang bermanfaat
bagi pertumbuhan dan perkembangan
yang optimal bagi bayi. (Nicholas
J.Andreas, BeateKampma, 2015) ASI
mempunyai banyak manfaat bagi bayi,
dimana komposisi ASI sangat
menentukan proses pertumbuhan dan
jaringan otak bayi , serta pemberian
ASI ekslusif dapat melindungi bayi
dari sindrom kematian bayi mendadak
atau SIDS (Sudden
Infant Death Syndrome).
Meskipun ASI ekslusif sudah diketahui
manfaat dan dampaknya, namun
kecendrungan untuk ibu menyusui
bayinya secara ekslusif masih rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
WHO tahun 2016 masih menunjukan
rata- rata angka pemberian ASI
ekslusif di dunia baru berkisar 36%
(World Health Organization, 2016)
dan
berdasarkan laporan Ditjen Kesehatan ASI secara dini seperti pemberian susu
Masyarakat tahun cakupan pemberian ASI formula, akan menunjukan status gizi bayi
Ekslusif 0-6 Bulan presentasi tertinggi yang kurang, hal tersebut berdampak terhadap
terdapat pada Provinsi Jawa Barat (90,79%) kesehatan bayi diantaranya adalah gangguan
dan terendah pada Provinsi Gorontalo pencernaan seperti diare, sulit BAB, muntah,
(30,71%). serta bayi akan mengalami gangguan
Rendahnya pemberian ASI kepada bayi menyusui. Upaya untuk memperlancar
karena jumlah produksi ASI yang dihasilkan produksi ASI biasanya
ibu sedikit karena dipengaruhi oleh banyak
faktor salah satunya adalah hormone.
Hormone yang mempengaruhi produksi ASI
dan pengeluaran ASI ada dua yaitu prolaktin
dan oksitosin. Prolaktin mempengaruhi
jumlah produksi ASI, sedangkan oksitosin
mempengaruhi proses pengeluaran ASI.
Prolaktin berkaitan dengan nutrisi ibu,
semakin asupan nutrisinya baik maka
produksi ASI juga makin banyak.
(Maryunani A, 2012). Berdasarkan hasil
penelitian oleh Dewi (2019) bahwa ada
hubungan nutrsi dengan kelancaran produksi
ASI. Makanan bergizi yang di konsumsi ibu
selama menyusui akan dimetabolisme oleh
system pencernaan. Zat-zat gizi akan diserap
oleh tubuh dan dialirkan kedalam ASI
sehingga ASI lebih banyak diproduksi.
(Maryunani A, 2012)
Ibu menyusui harus memperhatikan
beberapa hal yang meningkatkan kualitas
dan jumlah volume ASI yang diproduksinya.
Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan
para ibu yang sedang memberikan ASI agar
ASI tetap lancar, yaitu konsumsi sayur-
sayuran, buah- buahan yang dapat
meningkatkan volume ASI. Dampak dari
ASI yang tidak lancar membuat ibu berfikir
bahwa bayi mereka tidak akan mendapat
cukup ASI sehingga ibu sering mengambil
langkah berhenti menyusui dan
menggantinya dengan susu formula.
Pemberian makanan atau minuman selain
menggunakan pengobatan secara meningkatkan produksi ASI.(Situmorang,
famakologi atau non-farmakologi. 2019) Berdasarkan data yang diperoleh
Pengobatan farmakologi pada produksi dari puskesmas Suli tahun 2020
ASI harus sesuai ajuran dan resep dokter maka hasil yang di dapat adalah bayi yang
karena adanya efek samping antara lain, mengkonsumsi ASI Eksklusif 31 anak dan
diare, lelah ,letih, rasa ngantuk,mulut bayi yang tidak mengkonsumsi ASI
kering dan sakit kepala. Pengobatan non- Eksklusif 93 anak di tahun 2019 dan ibu
farmakologi terdiri dari pijat Menyusui pada puskesmas Suli sebesar 31
oksitoin,perawatan payudara, dan salah orang dan yang tidak menyusui 93 orang.
satu yang dapat dilakukan untuk (Suli, 2020) Berdasarkan hasil observasi
memperlancar produksi ASI pada ibu nifas
adalah dengan mengkonsumsi rebusan dan
ekstrak daun katuk. Penelitian yang
dilakukan oleh Hayati bahwa salah satu
manfaat dari daun katuk adalah
memperlancar Air Susu Ibu (ASI).(Hayati,
Arumingtyas, Indriyani, & Hakim, 2016)
Daun katuk mengandung hampir 7%
protein dan 19% serat kasar, vitamin K,
pro-vitamin A (beta karotin Vitmin B
dan C. Mineral yang dikandung adalah
Kalsium (2,8%) zat besi, kalium, fisfor
dan magnesium. Kandungan protein
dalam daun katuk berkhasiat untuk
menstimulasi pengeluaran air susu
ibu. Sedangkan kandungan
steroid dan polifenol didalamnya dapat
berfungsi untuk menaikan kadar
prolactin, dengan demikian produksi asi
dapat meningkat.(Santoso, 2013)
Sutomo (2019) mengungkapkan
bahwa pemberian daun katuk sampai
kadar 170 gram/hari dapat meningkatkan
produksi susu hingga 45%.(S, Garantjang,
Natsir, & Ako, 2019) Situmorang tahun
2018 mengungkapkan bahwa
ada pengaruh konsumsi air
rebusan daun katuk terhadap produksi asi
pada ibu nifas dimana dengan memberikan
rebusan daun katuk kepada ibu menyusui
sebanyak 3x1 dengan 150 cc dapat
yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas
Wilayah Kerja Puskesmas Suli memenuhi
Suli menunjuhkan bahwa, pencapaian ASI
kriteria inklusi peneliti sejumlah 30
eksklusif di wilayah kerja puskesmas Suli
responden yang diambil dengan
belum maksimal karena, masih banyak ibu
menggunakan total sampling. Instrumen
yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada
yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
bayinya.
Kuesioner untuk mengetahui karakteristik
responden yang terdiri dari: nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dan
Metode
lembar observasi digunakan untuk mengukur
Metode penelitian dalam penelitian ini
produksi ASI pretest dan posttest sebelum
adalah pre ekperimental design dengan
dan sesudah diberikan perlakuan air rebusan
rancangan one group prestest – posttest.
daun katuk, dimana untuk mengukur
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja
produksi ASI digunakan Botol Susu/Dot
Puskesmas Suli pada 1-31 Oktober
bayi untuk melihal berapa banyak ASI yang
2020.Populasi dalam penelitian ini adalah
dihasilkan. Analisis yang digunakan untuk
seluruh ibu nifas di Wilayah Kerja
mengetahui pengaruh pemberian rebusan
Puskesmas Suli sebanyak 30 orang. Sampel
daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu nifas
nifas adalah Uji Wilcoxon.
di

Hasil
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Suli
Tahun 2020
Karakteristik Frekuensi Persentase
Umur (Tahun)
23 – 27 17 56,7
28 – 33 13 43,3
Pendidikan Terakhir
SMA 25 83,3
S1 5 16,7
Status Pekerjaan
PNS 6 20,0
IRT 24 80,0
Usia Bayi Responden
< 3 Bulan 20 66,7
≥ 3 – 6 Bulan 10 33,3
Total 90 100,0
Sumber : Data Primer, 2020 paling banyak terdapat pada tingkat pendidikan
Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat SMA 25 (83,3). Status Pekerjaan responden
diketahui bahwa umur responden yang paling yang paling banyak terdapat pada IRT (Ibu
banyak terdapat pada responden dengan umur Rumah Tangga)
23 – 27 Tahun yaitu sebanyak 17 responden
(56,7). Pendidikan Terakhir responden yang
sebanyak 24 (80,0). Berdasarkan usia bayi
responden n yang paling banyak terdapat
pada usia <3 Bulan yaitu sebanyak 20
responden (66,6).
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Rebusan Daun Katuk di Wilayah
Kerja Puskesmas Suli Tahun 2020
Produksi ASI Frekuensi Persentase
Sebelum Pemberian Rebusan Daun
Katuk
10 – 15 ml 5 16, 7
16 – 30 ml 25 83,3
Sesudah Pemberian Rebusan Daun
Katuk
30- 40 ml 4 13, 3
41- 60 ml 4 13, 3
61- 80 ml 22 73, 3
Total 60 100,0
Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat sebanyak 16 – 30 ml (83,3%) dan sesudah


diketahui bahwa sebelum pemberian rebusan pemberian rebusan daun katuk jumlah
daun katuk rata-rata jumlah produksi ASI produksi ASI meningkat menjadi 61 – 80 ml
responden (73,3%).

Tabel 3 Pengaruh pemberian Rebusan Daun Katuk terhadap Produksi ASI pada Ibu
Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Suli Tahun 2020

Variabel n Mean Std. Deviation p


Sebelum pemberian rebusan
30 20,27 5,119
daun katuk 0,000
Sesudah pemberian rebusan
daun katuk 30 61,33 13,649

Berdasarkan hasil analisis sebelum 0,05) yang berarti Ho ditolak sehinga


pemberian rebusan daun katuk diperoleh rata- disimpulakan terdapat pengaruh pemberian
rata produksi ASI yang dihasilkan adalah Rebusan Daun Katuk terhadap Produksi ASI
20,27 ml dan setelah pemberian rebusan daun pada Ibu Nifas di
katuk diperoleh rata-rata produksi ASI adalah Wilayah Kerja Puskesmas Suli. Pada
61,33ml. Nilai signifikan atau nilai p sebesar proses
0,000 (p < 0,05) sehinga disimpuplakan
terdapat pengaruh pemberian Rebusan Daun
Katuk terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas
di Wilayah Kerja Puskesmas Suli.

Pembahasan
Setelah dilakukan uji statistik dengan uji
wilcoxon signed rank test dari Pengaruh
pemberian Rebusan Daun Katuk diperoleh
nilai signifikan atau nilai p sebesar 0,000 (p <
penilitian, peneliti memberikan rebusan
daun katuk sebanyak 330 ml pada pagi dan
sore hari selama 1 minggu. Sebelum dan
sesudah pemberian rebusan daun katuk
dilakukan peneliti pengukur jumlah
produksi ASI pada ibu nifas dengan
menggunakan pompa susu, botol ukur dan
lembar observasi produksi ASI sebelum dan
sesudah pemberian rebusan daun katuk.
Bertambahnya jumlah produksi ASI
yang di alami responden disebabkan karena
daun katuk kaya protein, kalium, posfor, zat
besi, vitamin A,B1 dan vitamin C. Dalam
100 gr daun katuk juga terkandung 239 mg
vitamin C, sudah jauh lebih cukup untuk
memenuhi kebutuhan ibu menyusui. Daun
katuk baik untuk memperlancar ASI karena
mengandung asam seskuiterna. Selain kaya
akan protein, lemak dan mineral, daun katuk
juga diperkaya dengan kandungan vitamin
A, B
dan C, kemudian tanin, saponin dan
alkaloid
papaverin. Kandungan alkaloid dan sterol dari efektivitas alkaloid dan sterol yang terkandung
daun katuk dapat meningkatkan produksi ASI didalam daun katuk dapat meningkatkan
menjadi lebih banyak karena dapat produksi ASI pada beberapa ibu menyusui
meningkatkan metabolisme glukosa untuk mengalami gangguan terhadap produksi ASI,
sintesis laktosa sehingga produksi ASI sehingga kebutuhan ASI yang akan diberikan
meningkat. Dalam Australian Dietary terhadap bayi pada periode menyusui eksklusif
Guidelines, menyarankan untuk konsumsi dapat terpenuhi setelah ibu
sayuran hijau salah satunya katuk sebagai
makanan yang menyehatkan untuk ibu
menyusui.(Santoso, 2013)
Sauropus androgynus (daun katuk) secara
tradisional dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia dan dipercaya dapat meningkatkan
produksi ASI selama menyusui.(Susan Soka ,
Herlina Alam, Novalia Boenjamin, Tan W
Agustina, 2010) Dengan memberikan
sebanyak 100 gram di rebus dengan air 300cc
di konsumsi setiap hari selama 7 hari
kemudian dapat memperlncar ASI sampai
93,8%.(Aminah & Purwaningsih, 2013)
Selain itu, Juliastuti (2019) dalam
penelitiannya mengungkapkan bahwa
pemberian ekstrak daun katuk pada kelompok
ibu melahirkan dan menyusui dengan dosis
3x300 mg/hari selama 15 hari mulai dari hari
ke 3 setelah melahirkan dapat me-ningkatkan
produksi ASI 50,7% lebih banyak
dibandingkan dengan ibu me-lahirkan dan
menyusui bayinya tidak diberi ekstrak daun
katuk (Juliastuti, 2019).
Dari Hasil Penelitian yang di lakukan
peneliti, pemberian Air Rebusan daun katuk
sangatlah berguna untuk peningkatan
produksi ASI. Hal ini di lihat dari pengukuran
yang di lakukan sebelum diberikan Air
rebusan, Produksi ASI hanya berkisar 30 ml
saja. Dan sesudah diberikan Rebusan air daun
Katuk produksi ASI menjadi meningkat yang
dimana hanya 30 ml sekarang menjadi 60 –
80 ml. hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rahmanisa (2016) bahwa
mengonsumsi ekstrak daun katuk.(Soraya https://doi.org/10.24269/ijhs.v3i1.1600
Rahmanisa, 2016) Maryunani A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini,
ASI
Dari hasil observasi yang dilakukan Ekslusif Dan Manajemen Laktasi. Jakarta:
maka diketahui bahwa setelah meminum air Trans Info Media.
rebusan daun katuk produksi ASI mereka
menjadi meningkat. Sehingga dapat di
simpulkan oleh penliti bahwa hal inilah
yang menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan produksi ASI yang baik yang
tidak ada efek sampingnya kepada bayi.
Maka sebab itu ibu menyusui diharapkan
dapat mengkonsumsi rebusan air daun
katuk, agar anak yang di susuinya bisa
mendapatkan nutrisi yang baik dan berguna
bagi tumbuh kembang anak itu sendiri.

Kesimpulan
Terdapat pengaruh pemberian rebusan
daun katuk terhadap produksi ASI pada ibu
ninfas di wilayah kerja Puskesmas Suli yang
dilihat dari pengukuran yang dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian rebusan
daun katuk terjadi meningkatan produksi
ASI.

Daftar Pustaka
Aminah, S., & Purwaningsih, W. (2013).
Perbedaan Efektifitas Pemberian Buah
Kurma Dan Daun Katuk Terhadap
Kelancaran Asi Pada Ibu Menyusui Umur
0- 40 Hari Di Kota Kediri. Journal of
Public Health Research and Community
Health Development, 53(9), 1689–1699.
Hayati, A., Arumingtyas, E. L., Indriyani, S.,
& Hakim, L. (2016). Local knowledge of
katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)
in east Java, Indonesia. International
Journal of Current Pharmaceutical
Review and Research, 7(4), 210–215.
Juliastuti, J. (2019). Efektivitas Daun Katuk
(Sauropus Androgynus) Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di
Puskesmas Kuta Baro Aceh Besar.
Indonesian Journal for Health Sciences,
3(1), 1.
Nicholas J.Andreas, BeateKampma, K. L.-D. 1(2), 55–60.
(2015). Human breast milk: A review https://doi.org/10.37104/ithj.v1i2.13
on its composition and bioactivity. Soraya Rahmanisa, T. A. (2016). Efektivitas
Early Human Development, 91(11), Ekstraksi Alkaloid dan Sterol Daun
629–635. Katuk (Sauropus androgynus) terhadap
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j. Produksi ASI. Jurnal Majority, 5(1),
earl humdev.2015.08.013 117–121. Retrieved
S, S., Garantjang, S., Natsir, A., & Ako, A.
(2019). Effect of Katuk Leaf Extract
(Sauropus Anddrogynus) on Production and
from
Quality of Frisiand Holstain Peranakan http://juke.kedokteran.unila.ac.id/
Cow Milk in Enrekang Regency, index.php
Indonesia. International Journal of /majority/article/view/991
Scientific and Research Suli, P. (2020). Data Puskesmas Suli. Maluku
Publications (IJSRP), 9(8), p92150. Tengah: Puskesmas Suli.
https://doi.org/10.29322/ijsrp.9.08.2019.p9 Susan Soka , Herlina Alam, Novalia
2150 Boenjamin, Tan W Agustina, M. T. S.
Santoso, U. (2013). Katuk Tumbuhan Multi (2010). Effect of Sauropus androgynus
Khasiat. Bengkulu: Fakultas Pertanian leaf extracts on the expression of
(BPFP) UNIB. prolactin and oxytocin genes in
Situmorang, T. S. (2019). Pengaruh lactating BALB/C mice. J Nutrigenet
Konsumsi Air Rebusan Daun Katuk Nutrigenomics ., 3(1), 31–36.
Terhadap Pengeluaran Produksi Asi https://doi.org/10.1159/000319710
Pada Ibu Nifas Di Bidan Praktek World Health Organization. (2016).
Mandiri Manurung Medan Tahun 2018. Exclusife Breastfeeding. Retrieved June
Indonesian Trust Health Journal, 4, 2020, from
http://www.who.int.nutrition/topics/excl
usif
_breastfeeding/en/
EFEKTIVITAS PEMBERIAN DAUN KATUK DALAM

MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS DI

PUSKESMAS CAMPAKA PURWAKARTA TAHUN 2021

Widia Natalia
Widianatalia.polbap@gmail.com
Politeknik Bhakti Asih Purwakarta

ABSTRAK
Air susu ibu merupakan sumber nutrisi terbaik yang dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan anak. Pemberian ASI pada bayi sangat penting terutama dalam
periode awal kehidupan, oleh karena itu bayi cukup diberi ASI secara eksklusif
selama 6 bulan pertama tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman lain. Proses menyusui segera setelah melahirkan juga
membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi kehilangan darah ibu pada masa
nifas.. Penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quast Experimen)
dengan jumlah sampel 36 ibu postpartum. Besar sampel sebanyak 18 untuk
masing-masing kelompok kontrol dan intervensi. Analisis data yang dilakukan
secara univariat dan bivariat menggunakan uni normalitas Shapiro- Wilk uji
validitas uji Mann-Whitney U. Pemberian daun katuk selama 5 hari pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. menunjukkan bahwa dari 36 dari
Jumlah Ibu Post Partum yang mengalami Produksi ASI Banyak sebanyak 19
orang dengan presentasi 52,8% dari 36 ibu. Dari hasil uji statistik pada pemberian
daun katuk didapatkan nilai P=0,000<0,05, Pvalue usia didapatkan 0,784> 0,05
dan paritas di dapatkan P value 0,597> 0,05, yang berarti keduanya tidak dapat
mempengaruhi produksi ASI pada ibu post partum. Pada makanan pantangan
didapatkan nilai P=0,000<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk dan

75 | P a g e
makanan pantangan, yang artinya keduanya dapat mempengaruhi
peningkatan produksi ASI pada ibu post partum
Kata Kunci: daun katuk, produksi ASI, postpartum.

ABSTRACT

Breast milk is the best source of nutrients that can improve the health of
mothers and children. Breastfeeding is very important, especially in the
early period of life, therefore it is enough for babies to be exclusively
breastfed for the first 6 months without adding and/or replacing with other
foods or drinks. Breastfeeding immediately after delivery also helps uterine
contractions thereby reducing maternal blood loss during the puerperium.
The research used was a quasi-experimental (Quast Experiment) with a
sample of 36 postpartum mothers. The sample size was 18 for each
control and intervention group. Data analysis was carried out by univariate
and bivariate using Shapiro-Wilk uni normality test the validity of the
Mann-Whitney U test. Giving katuk leaves for 5 days in the intervention
group and the control group. showed that of the 36 out of the total number
of postpartum mothers who experienced a lot of breast milk production, 19
people with a presentation of 52.8% of the 36 mothers. From the results of
statistical tests on giving katuk leaves, P value = 0.000 < 0.05, age P
value was obtained 0.784> 0.05 and parity was obtained P value 0.597>
0.05, which means that both cannot affect breast milk production in
postpartum mothers. . In dietary restrictions, the P value = 0.000 <0.05. So
it can be concluded that there is a significant difference in the average
giving of katuk leaves and dietary restrictions, which means that both can
affect the increase in breast milk production in postpartum mothers
Keywored : katuk leaves, milk production, postpartum.

76 | P a g e
Pendahuluan
Air susu ibu merupakan sumber nutrisi terbaik yang dapat meningkatkan

kesehatan ibu dan anak. Pemberian ASI pada bayi sangat penting terutama dalam

periode awal kehidupan, oleh karena itu bayi cukup diberi ASI secara eksklusif

selama 6 bulan pertama tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan

makanan atau minuman lain. Proses menyusui segera setelah melahirkan juga

membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi kehilangan darah ibu pada masa

nifas. (Badan Pusat Statistik, 2017).

Menyusui merupakan investasi terbaik untuk kelangsungan hidup serta

meningkatkan kesehatan, perkembangan sosial, ekonomi individu dan bangsa.

Walaupun angka inisiasi menyusui secara global relatif tinggi, tapi hanya 40%

dari semua Bayi dibawah umur 6 bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif dan

45% yang mendapatkan ASI sampai usia 24 bulan (www.dinkes.jogjaprov.go.id).

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Provinsi Jawa Barat Tahun 2019,

Cakupan presentasi bayi yang diberi ASI Eksklusif tahun 2019 terjadi penurunan

yang tajam di banding tahun 2018 dan masih mencapai target nasional < dari

50%. cakupan ASI Eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan tahun 2018 sebesar

90,79%, namun mengalami penurunan pada tahun 2019 sebanyak 63,35%.

Berdasarkan Kabupaten/Kota cakupan pemberian ASI tertinggi di Kota Cirebon

sebesar 109,66 % sedangkan

77 | P a g e
cakupan pemberian ASI tertendah di Kota Bekasi sebesar 33,81 % (Profil

Kesehatan Jawa Barat, 2019)

Di kabupaten purwakarta cakupan ASI Eksklusif sebesar 64,20% dari

sehingga telah mencapai target yang ditetapkan. Dan di Puskesmas Campaka

cakupan ASI Eksklusif sebesar 56,56% dari sehingga telah mencapai target yang

ditetapkan (Diskes.jabarprov.go.id).

Upaya untuk meningkatkan cakupan ASI dapat dilakukan dengan

beberapa metode yaitumetode farmakologi dan metode non farmakologi. Metode

farmakologi cenderung mahal harganya, sedangkan metode non farmakologi

untuk meningkatkan produksi ASI bisa diperoleh dari tumbuh- tumbuhan atau

yang biasa disebut Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan beberapa metode yang

relatif mudah dilakukan sepertimetode akupresur, akupunktur, massageatau

pijatan.Tanaman Obat Keluarga (TOGA) banyak diperoleh di sekitar halaman

rumah. Tanaman toga tergolong rempah-rempahan, tanaman buah ataupun

tanaman sayur yang memiliki khasiat untuk meningkatkan kesehatan dan

merupakan terapi tradisional berbahan dasar tanaman obat (Saktiawan &

Atmiasri, 2017). Tanaman Toga juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

produksi ASI, berikut adalah tanaman toga yang dapat dimanfaatkan sebagai

meningkatkan produksi ASI antara lain daun katuk, biji klabet, daun pegagan dan

daun torbagun (Saktiawan & Atmiasri, 2017). Survei awal yang dilakukan

peneliti dari 10 ibu nifas didapatkan 6 orang atau 60% yang mengatakan ASI-nya

keluar pada hari pertama setelah melahirkan dan 4 orang atau

78 | P a g e
40% ibu nifas yang mengatakan ASInya baru keluar pada hari kedua dan ketiga.

Hasil penelitian waktu pengeluaran ASI pada ibu nifas rata-rata 3 jam pasca

kelahiran bayi. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa masih banyak ibu

nifas yang pengeluaran ASI-nya terlambat (Yulinda, 2016).

Metode Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quast Experimen)

dengan jumlah sampel 36 ibu postpartum. Penelitian dilaksanakan bulan April-

Agustus 2021. Besar sampel sebanyak 18 untuk masing-masing kelompok kontrol

dan intervensi. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah produksi ASI.

Sedangkan Variabel independent yang diteliti dalam penelitian ini adalah

pemberian daun katuk dan variabel perancu meliputi usia, paritas dan makanan

pantangan. Analisis data yang dilakukan secara univariat dan bivariat

menggunakan uni normalitas Shapiro- Wilk uji validitas uji Mann-Whitney U.

Pemberian daun katuk selama 5 hari pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan pengumpulan data kuesioner dan pengamatan secara

langsung, pengolahan dan Analisa data yang telah dilakukan tentang Pengaruh

Efektifitas Daun Katuk Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Post

Partum di wilayah binaan Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021.

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel

79 | P a g e
hasil presentase yang telah didapat. Hasil dari distribusi frekuensi variabel yang diteliti

sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi


Kelompok Pemberian Daun Katuk Pada Ibu Post Partum di wilayah binaan
Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021
Kelompok Pemberian Daun Jumlah Persentase
Katuk (n) (%)
Intervensi 18 50,0
Kontrol 18 50,0
Total 36 100,0
Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa distribusi frekuensi Ibu yang dilakukan

intervensi pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dengan presentase 50%, dan ibu

yang tidak diberikan intervensi namun dikontrol sebanyak 18 ibu dengan

presentase 50%.

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di


wilayah binaan Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021

Produksi ASI Frekuensi Persentase%


Produksi ASI Sedikit 19 52,8
Produksi ASI Banyak 17 47,2
Total 36 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi ProduksiASI pada Ibu Post Partum

diatas menunjukkan bahwa dari 36 responden, Ibu Post Partum yang mengalami

Produksi ASI Sedikit sebanyak 17 orang dengan presentase 47,2% dan Ibu Post

Partum yang mengalami Produksi ASI Banyak sehari sebanyak 19 orang dengan

presentasi 52,8%.

80 | P a g e
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Usia Pada Ibu Post Partum di wilayah binaan
Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021
Usia Frekuensi Persentase%

< 20 tahun 3 8,3


20-35 tahun 25 69,4
> 35 Tahun 8 22,2
Total 36 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi usia pada ibu post partum diatas

menunjukkan bahwa dari 36 responden hasil tertinggi adalah usia 20-35 tahun

dengan jumlah responden sebanyak 25 orang dengan presentase 69,4%, usia >35

tahun sebanyak 8 responden dengan presentase sebesar 22,2%, dan yang terendah

usia <20 tahun sebanyak 3 responden dengan presentase sebesar 8.3%.

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Paritas Pada Ibu Post Partum di wilayah binaan
Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021
Paritas Frekuensi Persentase%
Primipara 16 44,4
Multipara 17 47,2
Grandemultipara 3 8,3
Total 36 100

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi paritas pada ibu post partum diatas

menunjukkan bahwa dari 36 responden hasil tertinggi adalah multipara sebanyak

17 responden dengan presentase keduanya sebanyak 47,2%, primipara sebanyak

16 responden dengan presentase 44,4%, dan yang paling terendah adalah

grandmultipara sebanyak 3 responden dengan presense 8,3%.

81 | P a g e
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Makanan Pantangan Pada Ibu Post
Partum di wilayah binaan Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta
Tahun 2021
Makanan Pantangan Frekuensi Persentase%
Tidak ada makanan pantangan 20 55,6
Ada makanan pantangan 16 44,4
Total 36 100
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi makanan pantangan pada ibu post

partum diatas menunjukkan bahwa dari 36 responden, Ibu yang Tidak ada

makanan pantangan sebanyak 20 orang dengan presentase 55,6% dan Ibu ada

makanan pantangan sebanyak 16 orang dengan presentasi 44,4%.

Tabel 6 Perbedaan Produksi ASI antara Kelompok Intervensi dan Kelompok


Kontrol Terhadap peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum di wilayah
binaan Puskesmas Campaka Kab. Purwakarta Tahun 2021
Pengukuran Kelompok Pemberian Daun Katuk Kolmogorov- P-
Sminov Value
Intervensi Kontrol
Mean SD Mean SD
Produksi Produksi 0,73 0,323 -0,06 0,236 0,000 0,000
ASI ASI Sedikit
Produksi 1,05 0,323 0,17 0,236
ASI Banyak
Pada tabel diatas didapatkan dari 36 ibu post partum, yang dilakukan intervensi

pemberian daun katuk sebanyak 18 ibu dan kelompok yang hanya dikontrol saja

tanpa diberikan intervensi sebanyak 18 ibu. Berdasarkan atas hasil penelitian,

pemberian daun katuk berpengaruh terhadap produksi ASI. Hasil uji normalitas

(One Sample Kolmogorov- Sminov) diketahui nilai signifikansi 0,000 <0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi tidak normal. Sehingga

dilakukan uji Non

82 | P a g e
Parametrik Mann-Whitney Test didapatkan nilai P = 0,000 < 0,05, berarti pada

alpha 0.05 terdapat perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk pada ibu

nifas antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Tabel 7 Perbedaan Usia, Paritas, makanan pantangan antara Kelompok


Intervensi dan Kelompok Kontrol Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada
Ibu Post Partum di wilayah binaan Puskesmas Campaka Kab.
Purwakarta Tahun 2021
Pengukuran Kelompok Pemberian Daun Katuk Kolmogo P-Value
Intervensi Kontrol rov-
Mean SD Mean SD Sminov
Usia < 20 tahun 0,91 0,514 0,82 0,583 0.001 0,784
20-35 tahun 1,19 0,514 1,12 0,583

> 35 Tahun 1,42 0,514 1,40 0,583

Paritas Primipara 0,30 0,511 0,35 0,752 0.001 0,597


Multipara 0,56 0,511 0,69 0,752

Grandmulipara 0,81 0,511 01,10 0,752

Makanan Tidak ada 0,05 0,461 0,36 0,502 0,000 0,047


Pantangan makanan
pantangan
Ada makanan 0,51 0,461 0,86 0,502
pantangan
Berdasarkan atas Tabel di atas Kelompok Pemberian daun katuk pada Usia

dan Paritas belum menunjukkan hasil yang signifikan. Berdasarkan hasil uji

normalitas (One Sample Kolmogorov-Sminov) diketahui nilai signifikansi

0,000 <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi tidak

normal. Sehingga dilakukan uji Non Parametrik Mann-Whitney Test

didapatkan nilai P < 0,05, berarti pada

83 | P a g e
alfha 0.05 terlihat tidak ada perbedaan signifikan kecukupan ASI antara usia dan

paritas, dimana p-value usia didapatkan 0,784> 0,05 dan paritas di dapatkan P

value 0,597> 0,05, yang berarti keduanya tidak dapat mempengaruhi produksi

ASI pada ibu post partum.

Berdasarkan atas hasil penelitian di atas, Makanan pantangan ibu

berpengaruh terhadap produksi ASI pada Ibu post partum. Berdasarkan hasil uji

normalitas (One Sample Kolmogorov-Sminov) diketahui nilai signifikansi

0,000 <0,05, maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi tidak

normal. Sehingga dilakukan uji Non Parametrik Mann- Whitney Test,

didapatkan nilai P=0,000<0,05, berarti pada alpha 0.05 terdapat perbedaan

signifikan rata-rata kelompok pemberian daun katuk pada ibu post partum antara

adanya makanan pantangan dan tidak ada makanan pantangan.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis kepada

36 responden tentang “Pengaruh Efektifitas Daun Katuk Terhadap Peningkatan

Produksi Asi Pada Ibu Post Partum di wilayah binaan Puskesmas Campaka Kab.

Purwakarta Tahun 2021”, dapat disimpulkan sebagai berikut : Jumlah Ibu Post

Partum yang mengalami Produksi ASI Banyak sebanyak 19 orang dengan

presentasi 52,8% dari 36 ibu. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Non

Parametrik Mann-Whitney Test didapatkan nilai P = 0,000 < 0,05, berarti

terdapat perbedaan signifikan rata-rata pemberian daun katuk pada ibu nifas

antara kelompok

84 | P a g e
intervensi dan kelompok kontrol. Jumlah ibu post partum dari 36 responden hasil

tertinggi adalah usia 20-35 tahun dengan jumlah responden sebanyak 25 orang

dengan presentase 69,4% dan pada paritas yang tertinggi pada multipara

sebanyak 17 responden dengan presentase keduanya sebanyak 47,2%. Dari hasil

uji statistik dengan menggunakan uji Non Parametrik Mann-Whitney Test

didapatkan nilai P < 0,05, berarti tidak ada perbedaan signifikan produksi ASI

antara usia dan paritas, dimana p-value usia didapatkan 0,784> 0,05 dan paritas di

dapatkan P value 0,597> 0,05, yang berarti keduanya tidak dapat mempengaruhi

produksi ASI pada ibu post partum. Jumlah Ibu Post Partum berdasarkan makanan

pantangan Ibu yang Tidak ada makanan pantangan sebanyak 20 orang dengan

presentase 55,6% Dari 36 responden. Hasil uji Non Parametrik Mann-Whitney

Test, didapatkan nilai P=0,000<0,05, berarti pada alpha 0.05 terdapat perbedaan

signifikan rata- rata kelompok pemberian daun katuk pada ibu post partum antara

adanya makanan pantangan dan tidak ada makanan pantangan

Daftar Pustaka
1. Azizah I, Yulinda D. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Asi
Pada Ibu Postpartum Di Bpm Pipin Heriyanti Yogyakarta Tahun 2016. Media
ilmu kesehatan [Internet]. 2019Nov.11 [cited 2022Mar.5];6(1):71-5.
Available from:
https://ejournal.unjaya.ac.id/index.php/mik/article/view/181

2. Agoes A. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta Selatan: Selemba Medika; 2011.


p. 31,32.

85 | P a g e
3. Alice. (2020). Hubungan Umur, Paritas Dan Frekuensi Menyusui Yang
Bermasalah Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum. JMSWH Journal of
Midwifery Science and Women’s Health. Volume 1, Nomor 1 Tahun 2020

4. Frieska. P, Windhu. P, R. . (2018). Maternal Parity and Onset of


Lactation on Postpartum Mothers. 2(2), 212–220.

5. https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/14.%20Profil%20Kab%
20Purwakarta%202017.pdf

6. https://www.dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detail/pekan-asi-sedunia-
peringatan-pekan-asi-sedunia-tahun-2019-di-diy

7. Kaleka N. Sayuran Hijau Apotek Dalam Tubuh Kita. Yogyakarta: Arcita;


2013. p. 60,61.

8. Karlawaty, Novia (2020). Efektifitas teh daun katuk terhadap produksi


asi pada ibu postpartum hari ke 4-7. Skripsi: Prodi Pendidikan Profesi
Kebidanan, Poltekkes Kemenkes Palangka Raya.

9. Kemenkes RI. 2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

10. Kemenkes RI. 2020. Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat


Dalam RPJMN dan Restra Kementrian Kesehatan 2020-2024. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

11. Kitano, N., Nomura, K., Kido, M., Murakami, K., Ohkubo, T., Ueno, M., &
Sugimoto,

12. Meedya, S., Fahy, K., & Kable, A. (2010). Faktors that positively influence
breastfeeding duration to 6 months: A literature review. Women and
Birth, 23(4),135–145.
https://doi.org/10.1016/j.wombi.2010.02. 002. Diakses pada tanggal 21 Juli
2021.

13. Meta. 2021. Mommyclopedia 456 Fakta tentang ASI dan Menyusui.
Jakarta: PT. Gramedia

14. Notoadmodjo, S.(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

15. Pranajaya dkk. (2013). Determinan Produksi ASI pada Ibu Menyusui.
Jurnal Keperawatan, IX(2), 227–237.

16. Rahmanisa S, Aulianova T. Efektivitas Ekstraksi Alkaloid dan Sterol


Daun

86 | P a g e
Katuk ( Sauropus androgynus ) Terhadap Produksi ASI. 2016;5:117– 21

17. Rahmawati, A., & Prayogi, B. (2017). Analisis Faktor yang


Mempengaruhi Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui yang
Bekerja (Analysis of Faktors Affecting Breastmilk Production on
Breastfeeding Working Mothers). Jurnal Ners Dan Kebidanan,
4(2), 134–140. https://media.neliti.com/media/publicatio
ns/232701-analysis-of-faktors-affecting- breastmilk-a8fa2353.pdf.
Diakses pada tanggal 21 Juli 2021.

18. Saktiawan & Atmiasri (2017). Pemanfaatan Tanaman Toga Bagi Kesehatan
Keluarga dan Masyarakat. Jurnal.unipasby.ac.id, Vol.1 No.2, November 2017.

19. Sarwono Prawirohardjo. (2014). Ilmu Kebidanan (4th ed.). PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

20. Saskiyanto dkk. (2018). Hubungan Pengetahuan, Status Gizi, Pola Makan,
Pantangan Makanan Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Menyusui
(Study Kasus di Puskesmas Maradekaya Kota Makassar). Jurnal Dunia Gizi,
Vol. 1, No. 1, Juni 2018: 01-09

21. Sugiyono. (2016). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

22. Sujarweni. 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media.

23. Sujarweni. 2020. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.

24. Yeni. (2016). Hubungan Pemanfaatan Daun Katuk Dengan Produksi ASI Di
Klinik Hj. Dermawati Tahun 2016.

87 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai