Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui adalah salah satu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta
mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan
bayi. ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi karena
mempunyai komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung semua nutrisi yang
diperlukan bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, meliputi
hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai antioksidan. ASI juga banyak
mengandung zat besi. Zat besi yang ada pada ASI diserap bayi 100%
berbeda dengan zat besi yang terkadung dalam susu kalengan sehingga ibu
perlu menambahkan asupan zat besi agar produksi ASI bertambah.

Pada kenyataannya capaian pemberian ASI eksklusif masih rendah secara


global mengestimasikan bahwa saat ini hanya terdapat sekitar 44% bayi yang
diberikan ASI eksklusif selama enam bulan (WHO, 2020). Hingga saat ini
cakupan pemberin ASI di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan tahun
2018 yaitu 68,74%(Kemenkes, 2018) menurun menjadi 64,74% pada tahun 2019
(Kemenkes, 2019). Secara nasional di Indonesia cakupan bayi mendapat ASI
eksklusif tahun 2019 yaitu sebesar 67,74%. Persentase tertinggi cakupan
pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (86,26%),
sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Papua Barat (41,12%)
(Kemenkes RI, 2020). Cakupan bayi mendapatkan ASI Ekslusif di Provinsi
Lampung tahun 2019 sebesar 69,3%, dimana angka ini masih di bawah target
yang diharapkan yaitu 80% sedangkan Kabupaten Lampung Selatan masih di
bawah pencapaian provinsi yaitu sebesar 67,3% (Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung, 2020).

Rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) merupakan ancaman bagi tumbuh
kembang anak. Bayi yang tidak diberi ASI dari lahir sampai usia 6 bulan dapat
berakibat buruk pada gizi dan kesehatan bayi (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan,2013). Penelitian menunjukkan bahwa pada bayi balita
usia 6-24 bulan yang tidak ASI eksklusif lebih banyak mengalami stunting
sebesar 30,7%, dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI eksklusif
hanya 11,1% stunting selain itu bayi juga mudah mengalami kekurangan nutrisi,
infeksi seperti diare, infeksi telinga, Asma, ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut), pneumonia, obesitas, dan resiko kematian lebih tinggi
dari pada bayi yang diberikan ASI Ekslusif.
Dalam sebuah penelitian tingkat ibu menyusui di Indonesia adalah rendah
karena produksi ASI yang kurang. Ini menjadi masalah bagi ibu dalam pemberian
ASI, sehingga, para ibu sering menggantikan susu formula atau makanan
tambahan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sulistiawati et al., 2017).
laporan dari hasil survey bahwa 38% ibu berhenti memberikan ASI pada bayi
dengan alasan produksi ASI tidak mencukupi (Mutiara Kiranawati & Nurjanah,
2014). Faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif, salah satu
diantaranya adalah ibu menyusui merasa jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup
untuk memenuhi permintaan bayi, disamping masih adanya promosi susu formula
pengganti ASI selain itu asupan gizi ibu yang rendah (Astutik, 2014).

Berdasarkan Laporan Tahunan Puskesmas Manutapen (2019) jumlah ibu


menyusui sebanyak 256 ibu, yang memberikan ASI Ekslusif 154 ibu menyusui.
Ibu menyusui yang memberikan ASI ekslusif sebanyak 64% dengan
mengkonsumsi daun kelor dan 26% ibu menyusui secara ekslusif yang tidak
memanfaatkan daun kelor untuk memperbayak produksi asi (Aritonang, 2007).
Namun terdapat penelitian yang menyatakan bahwa produksi ASI setiap ibu
berbeda-beda hal tersebut dikarenakan bukan hanya dipengaruhi oleh
konsumsi ekstrak daun kelor tersebut, tetapi disebabkan oleh faktor lain
seperti nutrisi yang dikonsumsi oleh ibu menyusui berbeda-beda sehingga
mempengaruhi produsi ASI pada ibu Terdapat penelitan lagi untuk
menguatkan yaitu hasil penelitian ini, ibu post partum yang diberi minuman daun
kelor produksi ASI-nya menjadi banyak yang normal, maka dari itu petugas
kesehatan perlu melakukan penyuluhan tentang upaya peningkatkan produksi ASI
pada ibu nifas dengan cara mengkonsumsi daun kelor selama seminggu dengan
teratur, sehingga ibu dapat menyusui anaknya dengan lancer dan untuk
meningkatkan produksi ASI terutama pada ibu nifas yang mengalami hambatan
karena produksi asinya sedikit.

Hasil penelitian didapatkan bahwa mengkonsumsi sayur daun kelor lebih


efektif meningkatkan produksi ASI Hal ini mendukung hasil penelitian Zakaria,
dkk (2016) yang mengatakan bahwa mengkonsumsi daun kelor dapat
meningkatkan kuantitas ASI. Pada penelitian ini kelompok ibu post partum
pertama dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur daun kelor sebanyak 100 gram per
hari dan kelompok ibu post partum selama 30 hari. Pada daun kelor merupakan
tanaman yang mengandung laktogogum yang memiliki potensi dalam
menstimulasi hormon oksitoksin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol, steroid,
flavonoid dan substansi lainnya paling efektif dalam meningkatkan dan
memperlancar produksi ASI. Reflek prolaktin secara hormonal untuk
memproduksi ASI, waktu bayi menghisap puting payudara ibu, terjadi rangsangan
neorohormonal pada puting susu dan areola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke
hipofisis melalui nervos vagus, kemudian ke lobus anterior. Dari lobus ini akan
mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan sampai pada
kelenjarkelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan
ASI.

Berdasarkan kajian diatas maka produksi ASI yang kurang, dan jumlah ASI
yang diproduksi tidak cukup pada masa menyususi adalah salah satu masalah
yang memerlukan pemahaman tentang ASI ekslusif sebagai asuhan kebidanan
pada masa menyusui yang dapat diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhanya.

Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus “Efektifitas Daun
Kelor Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui” karena masih
banyak ibu yang mengalami masalah ASI yang kurang dan jumlah ASI yang
diproduksi tidak cukup pada saat menyusui. Harapan penulis agar selama masa
nifas ibu dapat merasa nyaman dalam proses menyusui dan bayi mendapatkan asi
yang cukup hingga 6 bulan asi ekslusif.

Bidan Indonesia adalah seorang wanita yang sudah mengikuti dan


menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus
ujian dengan persyaratan yang berlaku. Menurut Ikatan Bidan Indonesia Bidan
adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang
telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang
berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktik. Filosofi atau
filsafat menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu anggapan, pandangan hidup,
sikap batin yang paling umum yang dimiliki oleh orang atau masyarakat. Terdapat
10 Filosofi bidan meliputi keyakinan tentang persalianan dan kehamilan, profesi
dan manfaatnya, fungsi perempuan, keyakinan tentang pemberdayaan perempuan
dan membuat keputusan, tujuan asuhan kebidanan, dan kolaborasi dan kemitraan.
Bidan dalam bekerja memberikan pelayanan profesinya berpegang pada
paradigma, berupa pandangan terhadap manusia / perempuan, lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan / kebidanan dan keturunan. Bidan memiliki peran
sebagai pengelola (pelayanan dasar dan berpartisipasi didalam tim), pelaksana
(tugas mandiri, kolborasi dan ketergantungan ), pendidik ( memberikan
pendidikan pada klien, membimbing kader), dan yang terakhir adalah peneliti.
Dalam melaksanakan profesi bidan juga memiliki fungsi sebagai pendidik,
peneliti, pelaksana, dan pengelola.

Kreatifitas merupakan proses menemukan sesuatu yang baru dan memerlukan


suatu rangsangan dari lingkungan. Sebagai bidan, mampu menemukan hal baru
dengan mempertimbangkan manfaat, tujuan dan melahirkan atau menata kembali
ide yang lama membentuk suatu ide yang baru. Dengan berfikir kreatif seorang
bidan dapat membuat hubungan yang baru dan lebih berguna dari informasi
sebelumnya sudah diketahui oleh bidan. Sebagai contoh adalah tanaman kelor
seperti biji dan bunga memiliki nilai nutrisi tinggi dan efek terapi yang baik.
Bijinya, bunganya dan daunnya pula dapat dapat dibuat olahan makanan yang
enak dan pastinya bergizi. Bunga dan daun kelor merupakn sumber vitamin A, B,
dan C dan kaya akan mineral. Kandungan nutrisi yang demikian luar biasa dari
kelor menjadikannya kandidat utama untuk digunakan dalam mengatasi masalah
malnutrisi atau kekurangan gizi pada balita dan ibu hamil dan tidak hanya itu saja
daun kelor ini bisa untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu menyusui.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di latar belakang terdapat ibu nifas yang mengalami


sedikitnya produksi asi, sehingga permasalahan yang muncul adalah sebagai
berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Menyusui Dalam Meningkatkan
Produksi Asi Terhadap Ny. Dengan ASI yang Kurang, ?”

C. Tujuan

Tujuan asuhan kebidanan berkelanjutan meliputi tujuan umum dan tujuan khusus,
yaitu:

1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
penatalkasaan meningkatkan produksi asi terhadap Ny. Untuk mengatasi ASI
yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB dengan
menggunakan pendekatan management kebidanan varney dan di
dokumetasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian data pada Ny. P A dengan masalah ASI yang
kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB melalui
pendekatan managemen kebidanan dengan pola fikir varney dan
dituangkan dalam bentuk SOAP.
b) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada ibu nifas terhadap Ny. P A dengan masalah ASI yang
kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
c) Merumuskan masalah pada ibu nifas terhadap Ny. P A dengan masalah
ASI yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB
melalui pendekatan manajemen kebidanan.
d) Menegakan diagnosa pada ibu nifas terhadap Ny. P A dengan masalah
ASI yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup ASI di
PMB melalui pendekatan manajemen kebidanan.
e) Merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian data
pada Ny. P A dengan masalah ASI yang kurang , dan jumlah ASI yang
diproduksi tidak cukup di PMB melalui pendekatan manajemen
kebidanan.
f) Melaksakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. . P A dengan masalah
ASI yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB
g) Mengevaluasi hasil asuhan pada Ny. P A dengan masalah ASI yang
kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
h) Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ny. P A dengan ASI
yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB
dengan metode Subjektif, Objektif, Analisa, dan Penatalaksanaan
(SOAP).

D. Manfaat
1. Manfaat Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dan dapat
memecahkan permasalahan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
sedikitnya produksi ASI di PMB.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai metode penilaian pada mahasiswa kebidanan dalam menyusun
Laporan Tugas Akhir , mendidik dan membimbing mahasiswa agar lebih
terampil dan professional dalam memberikan asuhan kebidanan serta sebagi
dokumentasi di perpustakaan Prodi Kebidanan Tanjungkarang untuk bahan
bacaan dan acuan untuk mahasiswa selanjutnya.
3. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan masukan agar dapat meingkatkan mutu
pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
4. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat melaksanakan apa yang telah dianjurkan kepada
klien untuk mengatasi sedikitnya produksi ASI dengan mengonsumsi daun
kelor.

E. Ruang Lingkup

Sasaran dalam studi kasus ini ditunjukan kepada Ny. P A dengan masalah
sedikitnya produsi ASI. Studi kasus ini di lakukan di PMB

Anda mungkin juga menyukai