PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyusui adalah salah satu cara yang tidak ada duanya dalam pemberian
makanan yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta
mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan yang unik terhadap kesehatan ibu dan
bayi. ASI merupakan satu-satunya makanan terbaik bagi bayi karena
mempunyai komposisi gizi yang paling lengkap dan ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung semua nutrisi yang
diperlukan bayi untuk bertahan hidup pada 6 bulan pertama, meliputi
hormon, antibodi, faktor kekebalan sampai antioksidan. ASI juga banyak
mengandung zat besi. Zat besi yang ada pada ASI diserap bayi 100%
berbeda dengan zat besi yang terkadung dalam susu kalengan sehingga ibu
perlu menambahkan asupan zat besi agar produksi ASI bertambah.
Rendahnya pemberian air susu ibu (ASI) merupakan ancaman bagi tumbuh
kembang anak. Bayi yang tidak diberi ASI dari lahir sampai usia 6 bulan dapat
berakibat buruk pada gizi dan kesehatan bayi (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan,2013). Penelitian menunjukkan bahwa pada bayi balita
usia 6-24 bulan yang tidak ASI eksklusif lebih banyak mengalami stunting
sebesar 30,7%, dibandingkan dengan balita yang mendapatkan ASI eksklusif
hanya 11,1% stunting selain itu bayi juga mudah mengalami kekurangan nutrisi,
infeksi seperti diare, infeksi telinga, Asma, ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut), pneumonia, obesitas, dan resiko kematian lebih tinggi
dari pada bayi yang diberikan ASI Ekslusif.
Dalam sebuah penelitian tingkat ibu menyusui di Indonesia adalah rendah
karena produksi ASI yang kurang. Ini menjadi masalah bagi ibu dalam pemberian
ASI, sehingga, para ibu sering menggantikan susu formula atau makanan
tambahan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Sulistiawati et al., 2017).
laporan dari hasil survey bahwa 38% ibu berhenti memberikan ASI pada bayi
dengan alasan produksi ASI tidak mencukupi (Mutiara Kiranawati & Nurjanah,
2014). Faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif, salah satu
diantaranya adalah ibu menyusui merasa jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup
untuk memenuhi permintaan bayi, disamping masih adanya promosi susu formula
pengganti ASI selain itu asupan gizi ibu yang rendah (Astutik, 2014).
Berdasarkan kajian diatas maka produksi ASI yang kurang, dan jumlah ASI
yang diproduksi tidak cukup pada masa menyususi adalah salah satu masalah
yang memerlukan pemahaman tentang ASI ekslusif sebagai asuhan kebidanan
pada masa menyusui yang dapat diberikan pada ibu sesuai dengan kebutuhanya.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk mengangkat kasus “Efektifitas Daun
Kelor Terhadap Peningkatan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui” karena masih
banyak ibu yang mengalami masalah ASI yang kurang dan jumlah ASI yang
diproduksi tidak cukup pada saat menyusui. Harapan penulis agar selama masa
nifas ibu dapat merasa nyaman dalam proses menyusui dan bayi mendapatkan asi
yang cukup hingga 6 bulan asi ekslusif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan asuhan kebidanan berkelanjutan meliputi tujuan umum dan tujuan khusus,
yaitu:
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
penatalkasaan meningkatkan produksi asi terhadap Ny. Untuk mengatasi ASI
yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB dengan
menggunakan pendekatan management kebidanan varney dan di
dokumetasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan pengkajian data pada Ny. P A dengan masalah ASI yang
kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB melalui
pendekatan managemen kebidanan dengan pola fikir varney dan
dituangkan dalam bentuk SOAP.
b) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan pada ibu nifas terhadap Ny. P A dengan masalah ASI yang
kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
c) Merumuskan masalah pada ibu nifas terhadap Ny. P A dengan masalah
ASI yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB
melalui pendekatan manajemen kebidanan.
d) Menegakan diagnosa pada ibu nifas terhadap Ny. P A dengan masalah
ASI yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup ASI di
PMB melalui pendekatan manajemen kebidanan.
e) Merencanakan tindakan yang menyeluruh sesuai dengan pengkajian data
pada Ny. P A dengan masalah ASI yang kurang , dan jumlah ASI yang
diproduksi tidak cukup di PMB melalui pendekatan manajemen
kebidanan.
f) Melaksakan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. . P A dengan masalah
ASI yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB
g) Mengevaluasi hasil asuhan pada Ny. P A dengan masalah ASI yang
kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
h) Mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan pada Ny. P A dengan ASI
yang kurang, dan jumlah ASI yang diproduksi tidak cukup di PMB
dengan metode Subjektif, Objektif, Analisa, dan Penatalaksanaan
(SOAP).
D. Manfaat
1. Manfaat Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan dan dapat
memecahkan permasalahan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
sedikitnya produksi ASI di PMB.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai metode penilaian pada mahasiswa kebidanan dalam menyusun
Laporan Tugas Akhir , mendidik dan membimbing mahasiswa agar lebih
terampil dan professional dalam memberikan asuhan kebidanan serta sebagi
dokumentasi di perpustakaan Prodi Kebidanan Tanjungkarang untuk bahan
bacaan dan acuan untuk mahasiswa selanjutnya.
3. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan masukan agar dapat meingkatkan mutu
pelayanan kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan melalui
pendekatan manajemen kebidanan.
4. Bagi Klien
Diharapkan klien dapat melaksanakan apa yang telah dianjurkan kepada
klien untuk mengatasi sedikitnya produksi ASI dengan mengonsumsi daun
kelor.
E. Ruang Lingkup
Sasaran dalam studi kasus ini ditunjukan kepada Ny. P A dengan masalah
sedikitnya produsi ASI. Studi kasus ini di lakukan di PMB